Memori 1 : Tertidur dan Laut serta Diriku
#Sudut Pandang Kairi Watase#
“Ah, Senpaaaai! Sebelah sini!
Sini sini!”
Sesampainya di stasiun kereta
yang kami setuju untuk bertemu, Koori melambaikan tangannya saat dia
memanggilku. Dia masih terlihat imut seperti biasanya. Tidak, tidak seperti
biasanya. Semakin aku melihatnya, semakin imut dia terlihat di mataku. Tentu
saja, itu berarti dia selalu terlihat imut dan manis. Sedemikian rupa sehingga aku
hampir tidak bisa menerimanya. Tapi, dibandingkan dengan kemarin, keimutan yang
dipancarkannya semakin meningkat. Itu sebabnya aku terus berpikir sendiri.
—Mungkin akan ada hari dimana
aku tidak bisa bertahan dari keimutannya lagi.
“Senpai, kamu pasti mikirin hal
yang aneh-aneh lagi, ya ~? Aku tahu itu kebiasaan burukmu, tapi tahan selama
kamu bersama denganku, oke ~? ”
“…Aku minta maaf.”
“A-Ah, yah, kamu tidak perlu
meminta maaf segala, aku cuma bercanda doang, kok.”
“Aku hanya berpikir bahwa akan
datang hari di mana aku tidak bisa bertahan dari keimutanmu lagi.”
“Kamu bilang apaa?!”
Mendengar teriakan Koori,
orang-orang di sekitar kita mengarahkan perhatian mereka ke sini. Secara
refleks, aku akan menghunus pedangku, tapi karena mereka tidak mengeluarkan
hawa membunuh, aku membiarkannya begitu saja.
Sementara itu, wajah Koori
memerah.
“Ka-Kamu takkan bisa ...
bertahan dari keimutanku ...?”
Dari suaranya, Koori tidak
mengerti apa yang ingin aku katakan, jadi aku mengulanginya lagi.
“Ya. Kau terlihat imut dan
manis setiap hari, selalu dan kapan saja, tapi kau terus menjadi semakin imut
seiring berlalunya waktu. Aku masih sulit berdiri sekarang, tetapi akhirnya akan
tiba suatu hari ketika keimutanmu akan membunuhku— ”
“Oke, cukup sampai di situ! Aku
tidak perlu mendengar itu lagi! ”
“...? Koori, mukamu semakin memerah.
Apa kau baik-baik saja?"
“Kamu pikir ini salah siapa!
Ahhh, maaf sampai berteriak! Ayo pergi! ”
“………”
Rupanya, aku yang memberitahunya
tentang perasaanku bukanlah pilihan yang tepat. Ketika Koori berjalan di depanku
dengan langkah cepat, aku memutuskan untuk lebih berhati-hati di masa depan.
ghghghgh
*Sudut
Pandang Nano Koori*
... Ahhhh, itu hampir saja...
Aku tidak bisa ... Aku tidak bisa mempercayai orang ini ...! Ia suka sekali
membuatku tersipu malu seperti itu ... Maksudku, aku memang senang! Seperti,
super super senang! Hanya saja ... kamu tahu ...
Aku tidak ingin orang lain
melihatku terlihat seperti gadis bucin ... kurasa? Tentu, aku tak masalah jika
ini adalah kamar Senpai ... atau bahkan kamarku sendiri ... Tempat di mana kita
bisa mengulangi ciuman itu beberapa waktu yang lalu, atau bahkan melangkah
lebih jauh dari itu—
“Wah ... apa yang sedang aku
pikirkan ...!”
Kita ‘kan sedang ada di luar
sekarang! Dan tujuannya adalah untuk bersenang-senang dengan Senpai! ... Tidak
baaik, wajahku mulai terbakar panas ...
Ngomong-ngomong tentang Senpai,
Ia terus diam dari tadi, apa yang terjadi ...?
“Huh? Senpai?”
Ia tidak ada di sini ... Atau
begitulah pikirku, karena dia berselisih dengan karyawan di gerbang tiket!
“Waaah! Um, permisi, apa yang sedang
terjadi? ”
“Ah, pelanggan ini melewati
gerbang tiket, tapi itu kelihatannya agak aneh bagiku, jadi aku pergi untuk
memeriksanya, dan Ia tidak memiliki tiket atau kartu pass SOYCA.” (TN : Parodi dari
kartu Suica, e-money yang biasa buat bayar naik kereta di jepang)
“Ahhh~”
Begitu rupanya. Aku benar-benar
lupa tentang reaksi Senpai yang mencurigakan ketika aku bilang kepadanya kalau
kami akan naik kereta ... Untuk saat ini, kami meminta maaf kepada karyawan
stasiun, dan pergi membeli tiket untuk Senpai. Meskipun Ia tertegun sesaat,
berdiri di depan mesin tiket, tapi sepertinya Ia ingat, dan bisa membelinya
secara normal.
“Maaf tentang ini, Koori ...
Selalu membuat masalah untukmu ...”
“Tidak, tidak ... Itu salahku.”
Aku harus berhati-hati agar
fantasiku tidak menjadi liar.
Kali ini, kami berhasil
mencapai kereta yang seharusnya kami naiki. Meski sekarang pagi hari di hari
libur, keretanya tidak terlalu ramai seperti yang aku bayangkan.
“Aku terkejut kamu tidak
menendang karyawan itu terbang, Senpai ~”
Aku tidak benar-benar
melihatnya, tapi aku yakin karyawan itu pasti bergegas menuju Senpai dengan
segera. Bila dilihat dari kejadian-kejadian sebelumnya, aku takkan terkejut
jika Ia bereaksi aneh lagi.
“Aku berniat begitu ... Tapi
aku menahan diri...”
“Ohhh! Senpai, itu luar biasa!
Kerja bagus!”
Ya, itu benar-benar patut
dipuji. Setelah mengunjungi beberapa dunia, Ia melatih dirinya untuk selalu
waspada terhadap segala bahaya yang mungkin terjadi, itulah sebabnya Ia sering
bereaksi terhadap gerak-gerik terkecil di sekitarnya ... Ya ampun, rasanya
seperti aku menyaksikan anakku sendiri tumbuh, aku akan mulai menangis bila
begini terus.
Ketika aku terus memuji Senpai
untuk sementara waktu, Ia menjadi sedikit tersipu, dan dengan canggung mengalihkan
pandangannya.
“Ini ... berkat dirimu, Koori.”
“Hah? Aku??”
Apa aku melakukan sesuatu?
“Aku tidak ingin menyusahkanmu
lebih dari yang diperlukan — Dengan 'Monitous'
seperti itu, aku bisa mengendalikan reaksiku.”
“Moni ... apa?”
Apa yang barusan Ia katakan?
“Sederhananya, itu adalah
sesuatu yang setara dengan sugesti diri. Aku menggunakan ini untuk kepentinganku
sendiri berkali-kali, tapi begitu aku mengalihkannya, bersama dengan perasaanku
untukmu, itu menjadi berhasil. Itu sebabnya, semua ini berkat dirimu. ”
“Aku ... tidak terlalu
mengerti, tapi sepertinya Senpai sudah bekerja keras demi diriku, jadi terima
kasih untuk itu ...?”
Ketika aku membungkuk sedikit
kepada Senpai, wajahnya langsung sumringah seperti anak kecil, dan wajahnya
mulai memerah.
“Jadi sugesti diri bekerja
seperti itu, ya ~”
Apa namanya? Efek Placebo ...?
Dengar-dengar hal itu bisa efektif dengan obat-obatan juga ...
“Ya, itu bukan hanya sugesti
diri yang normal. 'Monitous' seperti
janji dan pengekangan terhadap diri sendiri, yang diciptakan oleh sihi— ”
“Hm?”
Apa Ia akan mengatakan sihir?
Senpai menutup erat mulutnya, jadi aku melirik wajahnya lebih seksama.
“Sihir sugesti? Apa itu? ”
Maksudku, aku sudah tahu jawabannya.
Tapi, melihat Senpai yang panik seperti itu terlalu menyenangkan! Jadi aku
takkan berhenti!
Melanjutkan permainan ini
sebentar, aku tidak bisa menahan tawa lagi.
“Ahaha, kamu terlalu putus asa,
Senpai! ... Kamu menggunakan sihir, ‘kan? ”
“…………Maaf.”
Ahhhh! Senpai meminta maaf
dengan sepenuh hati terlihat sangat lucu! Astaga, aku tidak bisa menahan
senyumku...
“Dan, kamu tidak terlalu
memikirkannya, dan hanya menggunakan sihir, kan?”
“Itu karena sudah kebiasaan,
jadi aku tidak menyadarinya sendiri ...”
“Pfft ... Jadi bahkan kamu
sendirinya tidak menyadarinya ...”
Jadi begitu cara kerja sihir?
Gila.
“Aku pikir aku sudah
melakukannya dengan baik, namun ...”
Oh, sepertinya hal tersebut
cukup mengejutkan baginya.
“Maksudku, kamu berhasil
menahan diri, jadi ayo coba untuk tidak menggunakan sihir lain kali, oke ~?”
Aku sendiri bahkan tidak
menyadari Ia menggunakan sihir. Maksudku, jika lingkungan sekitarnya tidak
menyadarinya, itu akan baik-baik saja jika dia menggunakan sihir ... Nah,
mungkin tidak. Kita masih di dalam kereta, jadi kurasa kita seharusnya tidak
membicarakan hal semacam ini.
Tetap saja, bagi Senpai, menggunakan
sihir pasti sduah menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari. Kurasa wajar
saja, setelah hidup 20 tahun seperti itu ... Aku bahkan belum hidup selama itu,
jadi aku bahkan tidak bisa membayangkan berapa lama rasanya. Pada dasarnya, Ia
pasti sudah menggunakan sihir lebih dari setengah dari seluruh hidupnya ...
Bila dibandingkan dengan diriku, apa yang sudah aku lakukan dari setengah dari
hidupku ... jadi selama delapan tahun ... Menjadi model pembaca? Aku telah
melakukan itu sejak aku berusia enam tahun, tapi ada saat-saat dimana aku tidak
merasakannya ...
Ya, aku kira aku tidak bisa
membandingkannya. Dan sekarang, Senpai berhasil pulang ke dunia ini, dan
mencoba yang terbaik agar Ia bisa bersamaku ... Senpai memang luar biasa.
... Eh, kok jantungku berdebar
begitu cepat ... Dan, wajah Senpai dari sudut pandangku ... terlihat sangat
keren ... Eh, apa yang terjadi denganku ?! Tenang, tenanglah diriku!
“Koori.”
“Yhaaa?!”
Gaaah, nada suaraku jadi tinggi!
Kami sedang di dalam kereta sekarang !! Dan mereka semua menatapku! Bahkan
Senpai juga?!
“Bukannya kita ... harus
berganti kereta di sini?”
“Ganti kereta ... Ah!”
Hampir saja! Kami hampir
melewatkan kesempatan untuk turun dari kereta. Bagus, Senpai!
“Aku terkejut kamu mengingatnya,
Senpai.”
Ia lupa untuk membawa tiket, tapi
masih ingat rencana kencannya, meski akulah yang membuat rencana itu. Yah, Ia
bilang sangat menantikan itu, aku kira ...
“Aku melihat rencana dan lokasi
yang kau ceritakan.”
“Ohh, serius ?! Jadi kamu
bahkan melihat jadwal kereta ...? Eh, Senpai, kamu bisa menggunakan smartphone
dengan benar sekarang ?! ”
“Tidak juga ... hanya saja ...
aku sangat menantikan kencan ini, jadi ...”
“Kamu menantikan kencan ini,
jadi?”
“Aku jadi tidak bisa menahan
diri ... tapi melihatnya ...”
Tidak, tidak, tidak, tidak,
tidak! Tunggu ... itu ...!
“Begitu ya…”
“... Haruskah aku tidak
memilikinya?”
“Ti-Tidak sama sekali! Tidak
apa-apa, sungguh! ”
Ugh, aku yang memalingkan
wajahku rupanya membuat Senpai salah paham! Maksudku, aku pasti cengengesan, dan
melihat Senpai terus-terusan akan membuat buruk buat hatiku ...!
“Berkat Senpai, kita jadi tidak
ketinggalan kereta, jadi kamu benar-benar sangat membantuku!”
“Begitu ya ... Syukurlah...”
Ahhhh! Ahhhh ... itu benar-benar
ekspresi yang bagusssssss! Kami bahkan belum sampai ke Shinjuku, dan aku sudah
merasa sangat puas. Apa aku sanggup bertahan melewati hari ini? Aku takkan mati
karena terlalu bahagia, ‘kan?
Setelah beralih ke kereta lain,
kali ini di dalamnya cukup ramai.
“Woah ... ini gila.”
Isi kereta di hari libur memang
begini seharusnya. Wah, mereka terus datang juga ... Ah, um ... ini ...
“Ki-Kita agak dekat, ya...”
Senpai dan aku pada dasarnya
berdempetan satu sama lain. Aku tidak tahu mengapa, tetapi melihatnya dari
dekat seperti ini benar-benar terasa nostalg — Woah ?! Wajah Senpai jadi semerah
tomat? Dan ... hampir seperti ... Ia mencoba menahan sesuatu ... atau menahan diri...
?!
“Se…Senpai, apa kamu baik-baik
saja?”
“…! …!”
Woah, Ia sangat putus asa! Aku
tidak tahu kenapa, tapi Ia terlihat sangat putus asa! Sejujurnya, aku bisa
melihat wajah ini selama berhari-hari, tapi aku tidak ingin Ia menderita lebih
dari yang diperlukan. Senpai memang pernah mengatakan kalau Ia tidak bisa
menahan diri jika aku terlalu dekat dengannya ... Maksudku, dari awal
seharusnya Ia tidak perlu menahan diri.
Walau bilang begitu, aku merasa
tidak enakan padanya.
“Um, bagaimana kalau kita
pindah ke kursi? Tempat ini dekat dengan pintu, kita akan terus berdempetan
bila di sini terus.”
Secara alami kita akan saling
dorong dengan penumpang lain ... Sekali lagi, bukan berarti aku keberatan. Kami
pindah ke kursi, dan kebetulan menemukan ruang kosong untuk kami berdua. Ini
seharusnya baik-baik saja ... ‘kan?
Melirik kea rah Senpau, sepertinya
Ia juga agak tenang ... Bagus, bagus.
“Kita beruntung, ya ~”
“Ya, kita terselamatkan.”
“Pfft, terselamatkan ...”
Tapi, kami benar-benar
beruntung. Datang dengan rencana hari ini, memilih-milih pakaian yang akan aku
kenakan, berfantasi tentang hal-hal yang akan kami lakukan, aku jadi kurang
tidur, dan menahan kantuk mati-matian. Maksudku, hanya dengan bersama Senpai sudah
memberiku banyak energi, tapi menghemat sebanyak yang aku bisa bukanlah ide
yang buruk, ya.
“Koori, apa kau baik-baik
saja?”
“…Hah? Apa maksudmu?”
“Kelihatannya kau agak
kelelahan.”
“Eh ... kamu bisa tahu ?!”
Hah?! Mengapa?! Maksudku, aku
tidak menguap, dan jika ada, aku bertindak lebih bersemangat dari biasanya,
jadi Ia seharusnya tidak bisa — Ah, dengan sihir ?! Tapi, sebelum aku bisa
bertanya, Senpai mengangguk, seolah-olah asumsinya telah terbukti benar.
“Aku tahu karena itu kau,
Koori.”
“Serius ...”
Itu ... sangat luar biasa,
bukan? Itu berarti Ia selalu memperhatikanku, kan? Orang ini benar-benar tahu
bagaimana membuatku bahagia ... Dan, wajah percaya dirinya juga tidak terlalu buruk
...!
“…?”
“A-Ah, maaf ... Yah, aku cuma
kurang tidur tadi malam, jadi aku khawatir aku akan tertidur di tengah jalan.”
“…Benarkah.”
“Itu sebabnya, kamu lebih baik
menceritakan padaku beberapa cerita menarik supaya aku tidak tertidur, Senpai
~”
“... O-Oke.”
“Ahaha, kamu terlalu jujur! Aku
cuma bercanda, aku akan berusaha untuk tetap bangun. Dengan cuaca sekarang yang
sangat bagus, aku bisa duduk di teras pagi ini — Ah, berbicara tentang cuaca
yang bagus, aku pergi melihat bunga sakura bersama orang-orang dari klub PeFi
beberapa waktu yang lalu — Ah, kamu tahu tentang melihat bunga sakura , ‘kan?”
“Melihat bunga sakura ... Jika
aku ingat dengan benar, dunia yang pernah aku datangi memiliki tradisi yang
serupa.”
“Ehhh! Benarkah?! Aku jadi
penasaran!”
“... Aku juga ingin mendengar
lebih banyak tentang ceritamu. Apa klub PeFi ini ...”
“Ahh, apa kamu tidak ingat? Aku
pernah berada di klub PeFi — klub penelitian film sejak SMP. Ya, bukan hanya klub
itu saja. Maksudku, bukannya aneh kalau
sekolah kita memaksamu untuk berpartisipasi dalam setidaknya satu komite atau
klub ~? ”
“………”
Ah, Senpai memasang ekspresi
yang rumit. Mungkin Ia tidak bisa mengingatnya sama sekali?
“Dan, kami memutuskan untuk
melihat bunga sakura bersama-sama ... Yah, walau aku yang mengungkitnya, sih ~”
“Kau yang mengungkitnya…?”
“Ya. Maksudku, cuacanya mumpung
bagus, jadi rasanya sia-sia kalau tidak melihatnya ~ Aku berpikir untuk pergi
sendirian, berjalan-jalan sedikit, tapi yang lain malah bilang kalau mereka
akan bergabung, jadi itulah yang terjadi. ”
“...? Jadi kau tidak perlu
melihat bunga sakura?”
“Hm ... yah memang sih kalau
kau sendirian, tapi jika kau bersama orang lain, rasanya lebih seperti pesta. Kau
makan, dan minum, dan berbicara tentang segala macam hal, mungkin? Saat itulah
rasanya benar-benar berubah menjadi perasaan 'melihat bunga sakura'. ”
“……Begitu rupanya.” Senpai
mengangguk dalam-dalam.
Bagaimana aku mengatakannya,
hanya itu saja yang meyakinkan. Ya ampun, sekarang aku ingin menonton bunga
sakura bersama Senpai juga ... Kita pasti harus pergi lain kali! Yah ... kurasa
ini bukan musim bunga sakura ... Melihatnya di internet mungkin — aku pikir,
saat aku mengambil smartphone-ku, aku tiba-tiba kepikiran.
“Oiya, Senpai, jadi bagaimana
dengan klubmu?”
“Klubku ...? Memangnya aku
pernah bergabung dengan klub?”
“Kamu malah bertanya padaku ?!”
Ia benar-benar lupa! Gawat ... Aku
harus menahan ... tawaku ...
“Pfft ... haha ... Y-Yah, saat
SMP dulu, kamu melakukan semua hal pada saat yang bersamaan, jadi kamu
memutuskan untuk ikut klub saat SMA saja, tapi kamu akhirnya mencoba berbagai
klub ~"
“Begitu ya…”
Senpai menatap tangannya,
seolah-olah mencoba mengingat sesuatu. Ekspresi itu sangat keren! Juga, bahu kita
bersentuhan sekarang, apa Ia baik-baik saja dengan itu ...?
Tetap saja, mengobrol seperti
ini, bahkan sekarang, rasanya benar-benar tidak nyata ... Maksudku, kesan
pertama Senpai benar-benar yang terburuk ... tapi itu sebabnya aku bisa
mengingatnya dengan mudah ... Ahh, rasanya nostalgia sekali ~ Dulu, ada banyak ahal
yang terjadi ... ada banyak hal ...
…Senpai………Sen…pai……
TTTTT
#Sudut Pandang Kairi Watase #
“…?!”
Merasa Koori semakin dekat ke
arahku, aku hampir melompat kaget. Aku hanya bisa menahan diri karena
memikirkan kemungkinan bahaya bagi Koori jika tiba-tiba aku bangkit dari
kursiku. Melirik Koori untuk memeriksa situasinya — dia rupanya tertidur. Tidak
ada jejak sihir tidur di sekitar tubuhnya. Jika benar-ebar ada, aku bisa menangkalnya.
Tidak ada keanehan lain yang ditemukan ...
Koori bilang kalau dia dalam
kondisi kurang tidur. Jadi pada dasarnya, ini ...
“Dia ketiduran.”
Tiba di kesimpulan ini, aku jadi
sedikit santai ... Syukurlah. Aku terkejut, dan aku akan menggunakan sihi —
Sebelum aku bisa menyelesaikan pikiranku, aku sadar.
Kepala Koori. Bersandar tanpa
menahan diri. Di pundakku.
“—!”
Ini buruk. Ini sangat buruk.
Sangat, sangat buruk. Untuk sesaat, keinginan untuk membangunkan Koori muncul
di benakku, tapi aku segera memutuskan untuk tidak memilih itu. Alasan paling
menonjol untuk ini, wajah tidur Koori. Begitu tak berdaya, polos, dan aroma
wangi bisa tercium dari lehernya. Situasi ini, kebahagiaan terindah yang bisa kau
pikirkan—
“Apa yang aku pikirkan…”
Saat aku memegang kepalaku
dengan satu tangan, kepala Koori akan jatuh dari pundakku, memaksaku untuk
dengan cepat memeganginya. Ditambah, aku bisa merasakan rambutnya yang halus
dan lembut—
Tunggu sebentar. Baruan, aku
hanya melindunginya dari segala macam bahaya ... Karena aku ingin situasi ini
berlanjut sedikit lebih lama, tanpa membangunkannya — Tidak, bukan itu!
“……”
Aku harus mengambil napas
dalam-dalam. Tidak dapat mengarahkan pandanganku ke mana pun, aku menjadi panik
untuk mengalihkan fokusku dari sensasi lemubt Koori. Jika aku bisa menggunakan
sihir, aku bisa mencapai ini dalam sepersekian detik.
Jelas ada yang salah dengan diriku
yang sekarang. Aku mungkin harus mengatur ulang diriku sekali lagi. Jika tidak,
aku akan terus ingin mencium aroma wangi yang keluar dari tubuh Koori yang
lembut.
“……!!!”
…Tidak baik. Indera perasaku
menjadi terstimulasi ke tingkat di mana mereka menjadi sangat sensitif,
memungkinkanku untuk lebih merasakan Koori!
—Merasakan Koori? Merasakan ...
Koori ...
“~~~ !!! Ar-“
Tidak, aku tidak boleh
menggunakan sihir. Aku sudah berjanji pada Koori. Aku tidak bisa mengingkari
janji itu hanya karena aku merasa aneh sekarang ...
Dengan emosi kuat yang
tersimpan di hatiku, aku mulai menutup mata. Memikirkan hal ini sebentar, aku mendapati
diriku menjadi tenang kembali. Rupanya, janjiku pada Koori memiliki efek yang
lebih kuat daripada sihir. Koori memang hebat. Jika terus seperti ini - aku
mulai berpikir, tapi menjadi merasakan kembali sensasi yang ada di pundak aku,
hampir memaksaku untuk menggunakan 'Arusal'.
Sungguh, aku memang tidak
pernah kapok ... Aku tidak pernah kehilangan kendali atas diriku ke tingkat
seperti itu di dunia lain yang aku kunjungi ... Koori benar-benar istimewa. Lebih
dari siapa pun atau apapun. Itu sebabnya—
“Kereta ini akan tiba segera di
Shinjuku. Pintu keluar ada di— “
“……… Shinjuku?”
Jika ingatanku tidak salah,
kami seharusnya turun di Shinjuku untuk mengunjungi tempat 'Macarosso' yang pernah
Koori bicarakan dengan penuh semangat. Agar mewujudkan hal itu, aku harus
membangunkannya sekarang.
Bangun ... Koori ...
Meskipun aku tidak tahu
keadaannya, Koori menderita kurang tidur. Tanpa perlu memeriksanya, dia
tertidur lelap. Wajah tidurnya sangat imut. Aku yakin aku bisa melihat wajah
ini selama sisa hidupku. Bahkan jika aku kehilangan semua kemewahan yang aku
dapatkan dan pernah kumiliki di dunia ini, bisa melihat wajah tertidurnya saja
sudah lebih dari cukup untukku.
……
Dia terlihat sangat nyaman,
kembali tidur sebentar. Setelah mengunjungi beberapa dunia lain, aku sudah
melihat wajah orang yang tertidur berkali-kali sampai aku tidak bisa
menghitungnya, tidak pernah ada yang tampak begitu nyaman, dan begitu menawan.
Kemungkinan besar, Koori adalah—
“Pintunya akan ditutup. Tolong
mundur selangkah demi keselamatan anda sendiri.”
“…!”
Tanpa aku sadari, keretanya
sudah tiba di Shinjuku, dan sudah akan berangkat lagi, ketika pintu ditutup.
Kereta ini perlahan-lahan menjauh dari stasiun Shinjuku, aku baru menyadari
kegagalanku. Aku tahu bahwa kami harus turun di stasiun ini, apa pun yang
terjadi.
Namun, aku tidak bisa
membangunkannya. Tidak peduli berapa banyak alasan yang ingin kukatakan, fakta
tersebut sama sekali tidak berubah. Tapi, kenapa ... bagaimana aku tidak ...
“Zzz ... zzz ...”
Aku mendengar napas Koori yang
samar-samar, saat dia masih terlena di alam mimpinya. Kehangatannya yang mengenai
pundakku adalah bukti pasti bahwa dia masih hidup, membuatku merasa lega lebih
dari segalanya. Koori masih hidup, dan di sini bersamaku ...
“……………Tidak.”
Aku harus berhenti ...
Tapi, dia ada di sini
bersamaku, dan itu tidak bisa disangkal bahwa itu merupakan hal yang luar
biasa, dan aku benci untuk mengulangi diriku sendiri, tapi wajahnya yang
tertidur sangatlah imut.
“……”
Aku tidak bisa berpikir dengan
benar ... Pikiranku akan selalu menjurus ke arah yang aneh ... Dan, detak
jantung yang meningkat ini sangat menggangguku, bersamaan dengan darahku
mendidih di seluruh tubuhku, sangat jelas bahwa aku bernafsu untuk—
“Jangan pikirkan itu.”
Jalan pemikiranku akan menjadi
kelemahan. Memikirkan hal begitu akan membawa kehancuranku sendiri—
“Mmm ...”
Bagian dalam kereta sedikit
bergetar, menggerakkan kepala Koori sedikit ke samping yang memungkinkanku
untuk melihat belahan dadanya dan bagian bawah tubuhnya—
“~~~!!!”
Aku tidak pernah ingin
menggunakan sihir lebih banyak sepanjang hidupku ...!
Pengendalian diri!
Dengan satu perintah sederhana
yang aku berikan pada diriku sendiri, aku mampu mengalihkan pandanganku dari
pakaian dalam Koori yang nyaris menutupi— Berhenti, berhenti, berhenti,
berhenti!
ghghghgh
*Sudut Pandang Nano Koori*
“…Mm…Yaaaaaawwnn…Huh? Senpai?”
Senpai tepat berada di
sampingku. Dan, kita di dalam ... kereta? Ah, benar juga. Kami sedang dalam
perjalanan ke Shinjuku.
“Tunggu sebentar, apa aku
tertidur ?!”
Tidak, aku pasti tertidur! Karena
tadi aku baru bangun!
“Tertidur saat kencan, yang
benar saja ...!”
Sekarang aku benar-benar
mengacaukannya!
“…Aku minta maaf.”
“Hm? Kenapa…?”
Kenapa ... malah Senpai yang
meminta maaf? Ya ampun, ini terlalu lucu.
“Pffft ... Bisakah kamu tidak
...? Akulah yang seharusnya meminta maaf, jadi mengapa kamu membuatku tertawa!”
Atau ... apa Ia sengaja mengatakannya
karena dia tidak ingin aku meminta maaf? Nah, aku mungkin berpikir terlalu
dalam tentang ini.
“Yah, aku senang kita belum
tiba di Shinjuku — Hm?”
Entah bagaimana ... bagian luar
kereta tidak terlihat akrab sama sekali? Sebaliknya ... ini terlihat seperti
pedesaan ...?
“—Pemberhentian
berikutnya, Zushi. Perhentian terakhir, Zushi.”
“Hah?!”
TTTTT
#Sudut Pandang MC#
Aku tidak bisa menatap langsung
wajah Koori. Kami tidak bertukar satu kata pun setelah turun dari kereta,
karena aku hanya berdiri di dalam stasiun, tidak dapat berbicara dengan Koori.
Rasanya seolah-olah waktu telah terhenti. Akhirnya, Koori perlahan membuka
mulutnya, setelah memeriksa area sekelilingnya.
“…Kita ada dimana?”
Aku tidak percaya dia
benar-benar menanyakan lokasi tempat kami berada. Sebaliknya — Mengapa kita
berada di Zushi. Kami seharusnya turun di Shinjuku. Itu sebabnya dia pasti
kebingungan. Akulah yang harus memberikan jawaban untuk itu, dan aku sudah
menyiapkannya.
Tanpa memberikan alasan yang
bertele-tele, aku harus menjawabnya dengan kebenaran.
“Aku tidak ingin
membangunkanmu, Koori.”
Bukan karena aku tidak bisa
membangunkannya, aku malah tidak membangunkannya. Aku ingin melihat wajahnya
yang tidur selama mungkin ... Pada dasarnya itulah intinya. Apapun alasannya,
pada dasarnya, itulah yang terjadi. Aku memprioritaskan keinginanku sendiri,
membuat Koori tertidur bahkan ketika kami tiba di tujuan. Tidak peduli
bagaimana dia menyalahkanku, aku akan menerimanya. Aku harus menerimanya. Itu
sebabnya—
“Pffft! Aha ... ahahahahahaha!
Zu-Zushi! Kita benar-benar ada di Zushi! Tunggu, Zushi itu emangnya dimana? Ahahaha!”
Tiba-tiba Koori tertawa
terbahak-bahak,sampai membuatku
terkejut. Ketika aku kebingungan, penasaran bagaimana harus bereaksi terhadap
pernyataannya, Koori dengan cepat mengeluarkan smartphone-nya, mencari sesuatu.
“Zu-Zushi ... ini benar-benar Zushi
... Um ... ahh, kita berada di prefektur Kanagawa! Kanagawa, huh ... Te-Tetap
saja ... kita ingin pergi ke Shinjuku, dan datang ke Kanagawa ... Ahaha, ini
hebat ... Woah! Lautnya sangat dekat dengan kita! Senpai, ayo, ayo! ” Senyumnya
yang dia tunjukkan padaku hampir menyilaukan mataku.
Melihat senyumnya, aku pikir
dia takkan pernah menunjukkannya lagi, aku sekali lagi melemparkan mantra 'Arusal' pada diriku, ingin membuktikan
kalau ini halusinasi atau bukan.
“Hm? Senpai, apa kamu tidak
enak badan? Ah, apa kamu sangat menantikan 'Macarosso'?! ”
“Yah ... aku memang
menantikannya, tapi ...”
“Aku juga berpikir begitu! Ahh,
aku benar-benar minta maaf ...”
“Bukan begitu ...”
Koori berkedip beberapa kali
padaku.
“... Bukannya kau juga
menantikannya, Koori?”
“Maksudmu 'Macarosso'? Tentu
saja, hehe! ”
“Lalu…”
"Ya ampun, bagaimana malah
berakhir seperti ini ... Kita jadi tiba di Zushi karena aku tertidur ...
Maksudku ... Zushi ... Haha ... hahahaha! Aku tidak tahan, perutku ...! ”
Koori mulai tertawa terbahak-bahak
lagi, dan aku memutuskan untuk bertanya.
“Kau tidak ... marah
...padaku?”
“Aku?Marah?”
“Karena ... jika saja aku
membangunkanmu di Shinjuku ...”
Namun, aku tidak melakukannya.
“Ahhh, sekarang kamu
mengungkitnya.” Koori bertepuk tangan, melanjutkan. “Maksudku, aku yang
tertidur di kencan kita, ‘kan? Aku tahu kedengarannya aneh karena aku yang
bilang, tetapi kamu benar-benar tidak boleh melakukan itu ~ ”
“Tertdur ketika kamu lelah
adalah sesuatu yang normal, bukan ... Itu adalah fenomena fisiologis yang tak
terhindarkan.”
“Pffft! Fenomena fisiologis
katanya! Hahahaha!” Koori tertawa lagi. "Bagaimana bilangnya ya ... kamu
benar-benar baik ... Senpai ~”
Ekspresinya yang malu-malu
terlihat jelas di depan mataku.
“…Begitu ya.” Aku menghela
nafas dalam-dalam, merasa lega.
ghghghgh
*Sudut Pandang Nano Koori*
“Bagaimana bilangnya ya ... kamu
benar-benar baik ... Senpai ~”
Aku masih berpikir bahwa
tertidur pada saat berkencan adalah mutlak tidak boleh dilakukan. Namun, Senpai
khawatir kalau aku akan marah padanya karena tidak membangunkanku ... Ia seriusan
terlalu baik untuk kebaikannya sendiri. Ahh, tenanglah sedikit, jantungku yang
berdetak kencang! Aku mencoba tertawa untuk menutupi rasa maluku, bersamaan
dengan perasaan bersalahku. Aku merasa ... takut melihat reaksi Senpai, tapi—
“………Begitu ya.”
“——!”
... Wajah ... Senpai barusan
... Seperti, Ia tampak merasa lega, tapi juga bertekad ... Aku merasa tidak cukup.
Aku ingin melihatnya selama sisa hidupku ...
“Koori?”
“—Fueh ?! A-Ah, um ... ”
Ap-Apa yang tadi kita bicarakan
...? Ah, benar juga!
“Da-Daripada itu, ayo cepat ke
laut! Ayo ke laut, Senpai! ”
“Laut…”
“Meski kita tidak bisa
mengunjungi 'Macarosso', kita sebaiknya menggunakan kesempatan ini untuk
mengunjungi laut, ‘kan? Maksudku, akulah yang berseru 'Lautnya dekat banget!',
Jadi mungkin terdengar karena datang dari ucapanku. ”
“Sekarang kamu mengatakannya,
aroma laut memang dekat ...”
“Iya. ‘kan? Kita bisa
mengunjungi 'Macarosso' lain kali! ”
“... Begitu ya ... kita bisa pergi
lain kali ... itu benar ...”
“Yup yup!”
Dan seterusnya, kami berbicara,
ketika pemandangan laut memasuki jarak pandang kami.
“Woah, itu benar-benar laut!
Dan tidak ada orang pula ?! Serius?!”
Pada dasarnya pantai ini sepi
sekali! Aku belum pernah melihat yang seperti ini!
“Rasanya seperti, ini pantai
pribadi buat kita sendiri! Keren!”
“Laut, ya ...”
Untuk beberapa alasan, Senpai
memiliki pandangan yang jauh di matanya. Ia mungkin mengingat sesuatu dari
dunia lain yang pernah Ia kunjungi ~
“Apa kamu mengenang sesuatu?”
“……… Tidak, aku hanya penasaran
... apa kita akan berenang sekarang.”
“Pffft!”
“…?”
“Te-Tentu saja tidak ...
sekarang mendekati bulai Mei ... dan kita tidak membawa baju renang ... Apa
kamu benar-benar berencana untuk berenang atau semacamnya ...? Aha, ahahaha!”
Dengan wajah serius itu ... Ya
Tuhan, ini terlalu lucu ...! Meski aku masih kurang tidur, aku tidak pernah seenergik
ini...! Mungkin karena aku sedang berkencan dengan Senpai, ya. Berpikir seperti
itu, aku selalu menyeringai, astaga.
“Begitu ya, jadi kita tidak
bisa berenang sekarang ...”
“Maksudku, kita bisa datang
lain kali nanti. Pasti Senpai pernah berenang di dunia lain yang kamu kunjungi,
kan? ”
“………”
Ah, Ia terdiam.
“Hmmm? Kenapa kamu tidak
mengatakan apa-apa ~? Sekarang aku jadi lebih tertarik ~ ”
“Ini
tidak semenarik yang kau bayangkan ...”
“Jadi memang ada sesuatu yang terjadi!
Katakan padaku, katakan padaku! ”
“... Aku lebih suka tidak
menceritakannya ...”
“Ah, aku mengerti! Ini pasti melibatkan
gadis lain lagi, ya~ ... ”
“Ka-Kau ... tidak salah, tapi
...”
“Tebakanku benar?! Senpai, bukannya
kamu terlalu populer? ... Yah, bukan berarti aku tidak paham sih ...”
“Kau memahaminya?”
“Maksudku, ya — Ah!”
Gawat, ini adalah saat di mana
aku harus tutup mulut! Aku jadi lengah ...!
“Ya-Yah ... Senpai ...
kadang-kadang ... terlihat keren ...?”
Lihat! Mengatakannya dengan
keras saja sudah terasa sangat memalukan!
“...? Maaf, aku tidak mendengar
bagian terakhirnya.”
“~~~!!!”
Ia pasti melakukan ini dengan
sengaja, ‘kan! ... Meski kupikir suaraku benar-benar menjadi kecil pas bagian
terakhir ... Aku ragu Senpai bisa selihai ini.
“Po-Pokoknya, aku mau mendengar
tentang kisahmu itu!”
“... Aku tidak keberatan ...
tapi ...”
“Kedengaranya mencurigakan ~”
“Tidak, tidak ada yang terjadi
sampai membuatku merasa bersalah. Aku bersumpah pada hidupku d.”
“Sampai serius begitu?!”
Ia bilang, hidupnya!
“Tapi ... aku tidak bisa
mengatakan apakah ini 'sama seperti
biasa' seperti yang kamu katakan.”
“Jadi pada dasarnya ... banyak
yang terjadi, ya?”
Tentu terdengar seperti itu.
“Intinya begitu.”
“Kamu tidak menyangkal itu ?!”
Itu berarti bahwa kita pasti
harus membicarakannya sekarang! Bagaimana aku mengatakannya ... jujur, serius,
polos ... ada banyak kata yang ingin diutarakan, tapi semuanya mewakili dirinya
dengan sempurna. Seperti begitulah Senpai.
“—Ahahahahaha, ini terlalu
bagus!”
Senpai menjadi Senpai seperti
ini membuatku sangat senang! Beberapa saat yang lalu, sebelum Senpai bangun
dari koma, aku takkan pernah membayangkan sesuatu seperti ini mungkin terjadi.
Hanya ini saja ... sudah lebih dari cukup. Dan lagi-
“Aku sendiri tidak benar-benar
memahaminya, tapi — Melihatmu tertawa seperti itu juga membuatku bahagia.”
…Itu yang aku maksud. Itulah
tepatnya yang aku maksud, Senpai! Karena Senpai selalu membuat jantungku
berdetak kencang seperti itu!
“Bagaimana mungkin... aku tidak
bisa jatuh cinta padanya seperti ini.”
Aku terlalu malu untuk
mengatakannya.
“Hm?”
“Bukan apa-apa!”
Tidak baik, Senpai sedang
menatapku! Wajahku pasti merah padam sekarang, dan Ia bisa mengetahuinya ...
Ah, aku tahu!
“Kurasa aku akan main-main air
sebentar.”
“……Hah?”
Aku asal mengatakannya, tapi kalau
aku pikir-pikir lagi itu bukan ide yang buruk. Kita sedang berada pinggir laut,
dan matahari sedang memancarkan sinarnya, jadi mencemplungkan kakiku ke dalam
air laut seharusnya tidak sakit, ‘kan ~
Sebelum Senpai bisa menjawab,
aku dengan cepat melepas sepatu dan kaus kakiku, lalu melompat ke dalam air.
“Koori!”
“Eek, dingin sekali! Ahaha, itu
hampir membuatku takut! Sinar matahari tidak membantu sama sekali, haha! Tapi,
ombak yang menghantam kakiku terasa sangat enak! Senpai, kenapa kamu tidak ...
eh, ekspresi macam apa itu ?! ”
Senpai memasang ekspresi luar
biasa di wajahnya. Ia mengulurkan tangan kanannya, tampak seperti ingin
merapalkan mantra sihir.
“Aku mengerti ... ini bukan
laut yang aku kenal ...”
“Apa yang terjadi di dunia lain
yang pernah kamu kunjungi, sih?”
“Yah ... jika kau berenang di
laut tanpa persiapan apa pun, kau bisa menghancurkan keseimbangan sebagian
besar dunia yang pernah aku kunjungi.”
“Ini menjadi jauh lebih serius daripada
yang aku bayangkan ?! ... Tunggu, tunggu ... keseimbangan ... dunia ... cuma
karena berenang di laut ... Aha ... ahahahaha! "
Hari ini benar-benar buruk ...
Aku terus-terusan ketawa sehingga perutku mulai sakit ... Dan, Senpai yang berdiri
di pantai berpasir seperti itu ... terlihat seperti lukisan. Begitu musim panas
tiba, dengan banyak orang di pantai, toko-toko tempat kami membeli makanan, dan
Senpai dalam pakaian renang ………………. Kedengarannya luar biasa! Rasanya pasti
menyenangkan, jadi kita harus datang lagi ke sini.
“Senpai, Senpai, ayo datang lagi
ke sini setelah musim panas! Lalu kita bisa berenang juga!” Aku berteriak
kegirangan.
Untuk sesaat, Senpai
menyipitkan matanya seperti ada sesuatu yang menyilaukan matanya, lalu
mengangguk.
“-Ya tentu saja.” Senpai
menggaruk pipinya. “Sampai saat itu, aku harus belajar berenang.”
“Kamu tidak bisa berenang ?!
Wah ... aha, ahahahahaha!”
Ia baru memberitahuku tentang
itu sekarang ?! Dengan aliran pembicaraan seperti ini ?! Ahaha!
Namun, dengan semua kesenangan
yang aku alami hari ini, kesalahanku karena tertidur selama naik kereta berubah
menjadi sangat menyenangkan.
—Meski aku harus benar-benar
merenungkan hal itu.
_______________________________________________________
Cerita
Tambahan
“Hmm ~~~ Hm hm hmmm ~~~ Ahh,
taman bermain teka-teki juga terdengar menyenangkan!”
Aku tidak bisa bertanya kepada
orang-orang di sekitarku karena tidak ada yang pernah pergi ke sana.
“Aku ingin tahu bagaimana
jadinya jika aku pergi ke sana dengan Senpai ~? Ia pasti menggunakan sihir, aku
tahu itu ... Aha, aku benar-benar bisa membayangkannya! Ahahaha ... Ah! Sudah
tiga jam! ”
Aku hanya berguling-guling di
atas kasur, lalu melihat teleponku ... Bagaimana ini bisa terjadi ?! Mandi,
perawatan kecantikan, manikur, menyikat gigi, dan memilih pakaian, aku sudah
mempersiapkan diri dengan sempurna untuk besok. Setelah menyelesaikan peragaan
busanaku untuk terakhir kalinya, aku merasa ingin memeriksa lagi rencana kencan,
dan sekarang tiga jam telah berlalu ...
“Woah, gila ... Waktu terasa
cepat berlalu jika kamu bersenang-senang ...”
Meskipun acara utamanya terjadi
besok. Bukannya itu berarti bahwa hari ini akan berakhir dalam sekejap mata?
“Sayang sekali!”
Berguling-guling sekali lagi,
boneka beruangku, Kumakichi, terbang menimpaku.
“Huh, kamu pasti punya dasi
yang mencolok ~ bukannya kamu agak keren hari ini ~” Aku menyolek-nyolek pipi
beruang itu.
Yah, aku sendiri yang mengenakan
dasi padanya. Aku ingin berlatih kalau-kalau aku harus melakukannya pada Senpai
...
“Hm ... Dasi, ya ~”
Bukannya itu mungkin?
Mengunjungi toko khusus pria dengan Senpai, lalu memilih dasi untuknya ... Dan
kemudian memakaikan dasi pada Senpai ...
“Ehe… ehehehe—”
Ah. Aku pasti cengengesan
barusan.
“Yah, mumpung aku sendirian
sekarang, jadi tidak apa-apa ~” Mengucapkan monolog yang malunya minta ampun,
aku memeriksa smarphone-ku.
Ugh ... ada terlalu banyak toko,
jadi aku tidak bisa benar-benar memilih ... Oh, tunggu, mereka bahkan punya
fasilitas hiburan VR di sana? VR ... kalau tidak salah yang kacamata raksasa
itu ... Ehhh, aku ingin mencobanya.
Aku ingin tahu ... Senpai akan
terlihat seperti apa? Berdiri dengan kacamata raksasa ini ... Ya Tuhan, itu
akan sangat menyenangkan untuk ditonton! Ahh, sial, aku harus memperbaiki
rencanaku lagi ... Pertama, Macarosso ...
Ah, sekarang sudah empat jam
sejak aku mulai. Mungkin aku harus terus begitu ...? Tapi, itu buang-buang
waktu ... Maksudku, semakin lama rencananya, semakin lama kita akan tetap
bersama, dan jika berjalan sampai larut malam, kita mungkin harus menginap di
sebuah hotel, dan kemudian, dan kemudian—
“Ahhhh! …Oh, maaf, Kumakichi.”
Mendepakkan kakiku ke atas dan
ke bawah karena malu dan gembira, aku memukul Kumakichi. Untuk meminta maaf,
aku dengan lembut mengusap kepalanya. Maaf, Maaf ~
“Juga, bukannya aku terlalu
banyak membayangkannya? Ah, lagi-lagi ... ahaha!”
Berjalan-jalan di Shinjuku bersama sebagai pasangan, mengunjungi semua tempat, dan mungkin berakhir di hotel ...! Ahh, aku tidak sabar menunggu besok!.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya