Soudana, Tashika ni Kawaii Na Vol.2 Chapter 04 Bahasa Indonesia

 

Memori 4 - [Jurnal Kemesraan antara Nano-chan dan Watase Kairi, Bagian 2]

 

Selamat siang. Ini adalah karakter pendukung sableng yang tidak terlalu favorit dan takkan disukai siapa pun. Dalam [Jurnal Kemesraan antara Nano-chan dan Watase Kairi], aku biasanya hanya berbicara tentang Nano-chan, untuk alasan yang jelas tentu saja, tetapi hari ini, aku merasa perlu berbicara lebih banyak tentang Watase Kairi.

... Atau begitulah pikirku, tetapi ternyata kecintaanku pada Watase Kairi begitu rendah sehingga aku langsung kehilangan motivasi untuk melakukannya. Berani-beraninya Ia nempel-nempel terus pada Dewiku Nano-chan? Monyet-monyet itu tanpa alasan sering mengeluh 'Meski mereka kelihatannya pacaran, tapi rasanya tidak terasa seperti itu, kan?', Tetapi mereka benar-benar tidak mengerti.

Nano-chan yang berbicara dengan Watase Kairi terlihat sangat bahagia, tau! Dia adalah bukti nyata kebahagiaan! Emangnya matamu buta, ya ?!

... Maaf, luapan kemarahan tadi membuatku merasa lebih baik.

Ngomong-ngomong, meski aku masih merasa sedikit menahan diri terhadap situasi ini, Nano-chan sepertinya merasa senang bersamanya, jadi aku akan menulis entri jurnal untuk Watase Kairi juga, semoga itu bisa memberiku kredit di mata Nano-chan. Secara alami, hal yang sama berlaku untuk Watase Kairi.

Suatu hari, Watase Kairi mulai menggunakan Link, dan ditambahkan ke grup link kelas. Kelas kami sebenarnya agak sulit untuk dipahami, artinya kasta… memang ada, tapi berpisah, memungkinkan masuknya yang agak lancar. Tentu, itu semua dijamin berkat kebaikan dewi kami, Nano-chan, dan dia yang menambahkan Watase ke grup sejak awal.

Sejujurnya, Watase Kairi tidak pernah memberikan kesan pengguna Link, jadi aku awalnya agak kaget. Aku bahkan belum pernah melihatnya menggunakan smartphone-nya di sekolah. Nah, kalau dipikir-pikir lagi, dewi baik kita, Nano-chan, mungkin mengajarinya cara menggunakannya ... Ahhh, sungguh malaikat ... NMT ...! (TN : Nano-chan Majii Tenshi!!! Mungkin ngikut-ngikut EMT dari serial Re:zero XD)

Namun, seperti yang diharapkan, Watase Kairi gagal total.

Mengirim spam stiker, menciptakan kekejian dalam upaya membuat emoticon, atau memberikan balasan serius kepada teman sekelas yang sedang bercanda. Tepat ketika aku pikir mereka akan sedikit kesal pada hal itu, dewi Nano muncul untuk menyelamatkannya, dan membuat mereka benar-benar melupakan keanehan Watase Kairi. Itu menunjukkan betapa sempurnanya respons Nano-chan.

Sungguh, bagaimana bisa Nano-chan jadi luar biasa begini? Apa dia reinkarnasi seorang dewi yang hidup di zaman kuno? Atau mungkin dia itu seorang dewi yang turun dari khayangan dan memberkati kita dengan kehadirannya ...? Aku harus melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Meski topiknya sedikit melenceng, saat itu aku menyadari bahwa Nano-chan benar-benar menjaga Watase Kairi dengan teliti, dan aku tidak pernah bisa memaafkan Watase Kairi.

Namun, hari ini, sebuah insiden besar telah terjadi yang mengubah pandanganku padanya.

Permainan bola di festival olahraga. Memang, salah langkah dalam evolusi manusia ... dan peristiwa ini sedang diadakan di sekolah kami. Ah, 'salah langkah dalam evolusi manusia' ... ungkapan barusan terdengar sangat keren, aku akan menggunakannya nanti.

Pokoknya, acara terkutuk ini menyuruh semua murid dari berbagai angkatan  untuk berpartisipasi, mencampur anak cowok dan cewek, benar-benar membuatmu berpikir apakah orang dewasa tidak mempertimbangkan perasaan para siswa yang tidak atletis, belum lagi menawarkan konten payah paling jelek setiap tahun , tapi setidaknya aku bisa menikmati kelihaian dewi Nano-chan yang atletis dan mengaguminya kali ini, jadi aku dengan senang hati menerima hadiah ini. Jika hadiah seperti itu tidak ada dalam semua ini, aku akan mengancam pihak sekolah dengan bom pada hari acara festival.

Setiap tahun acara yang diselenggarakan selalu berbeda, dan tahun ini panitia memutuskan untuk bermain basket. Nano-chan yang berlari, Nano-chan berkilau dengan keringat yang mengalir di pipinya, Nano-chan mengoper bola, Nano-chan mencetak poin, Nano-chan bersorak sorai dengan anggota timnya setelah mencetak poin, dan senyumnya dengan itu ... AKU BERASA DI KHAYANGAN!

... Permisi, aku tadi kehilangan kendali di sana.

Pada akhirnya, kelas kami berhasil membawa pulang kemenangan yang luar biasa, tapi sejujurnya, tidak ada yang peduli tentang itu, karena Nano-chan terpilih sebagai MVP! Tentu, itu adalah hal wajar. Dunia akhirnya mulai menyadari pesona yang dimiliki Nano-chan, tapi bukannya kalian semua sedikit terlambat? Atau begitulah biasanya aku berpikir.

Namun, saat itu, aku menyadari sesuatu yang bahkan lebih berbahaya daripada ini.

Prestasi besar Nano-chan tanpa diragukan lagi berkat Watase Kairi. Aku cukup yakin tidak ada seorang pun selain aku yang menyadarinya. Meski begitu, aku juga tidak mentadari hal itu pada awalnya. Kemungkinan besar hanya setelah aku mulai menulis jurnal ini.

Pada awalnya, aku pikir itu cuma imajinasi aku. Kapan pun Nano-chan akan memainkan peran aktif, Watase Kairi selalu ada di dekatnya, atau, meski aku selalu menonton Nano-chan, Watase Kairi akan sering menghalangi pandanganku tentang dirinya ketika ia memasuki bidang penglihatanku.

Tetapi, saat aku memutuskan untuk tidak langsung mengarahkan fokusku ke Watase Kairi, aku melihat Ia selalu mengoper bola kepada Nano-chan dengan waktu yang tepat, atau membimbing rekan-rekan setimnya sehingga mereka bisa memberikan umpan mulus ke Nano-chan, bahkan memungkinkan Nano-chan dengan mudah menangkap bola dari tim lawan, menunjukkan segala macam tindakan aneh yang tidak masuk akal sama sekali ... Kalau dipikir-pikir lagi, semua tindakan anehnya itu memandu Nano-chan mencetak gol terus menerus.

Saat aku menyadari hal itu, aku merasa merinding. Selain itu, tidak ada yang menyadari apa yang terjadi di depan mereka. Bahkan Nano-chan, yang menerima operan semacam ini.

Eh, sial, itu hanya membuatku terdengar seperti beberapa karakter utama, menjijikkan. Maaf, tapi aku tidak bisa menahan diri. Bisakah kamu mempercayainya?

Memangnya kamu ini Kuro*o atau semacamnya? Kuro*o Tetsuya dari Kuro*o no Basket? Ngomong-ngomong, aku lebih suka karakter Midori*a Shintarou.

Mungkin Watase Kairi sebenarnya lebih berbahaya daripada yang aku perkirakan sebelumnya ...? Jika memang benar, maka sebagai orang yang pengikut sekte Nano-chan, aku tidak bisa tinggal diam. Usai membulatkan tekadku untuk bergabung dengan perayaan kelas di tempat karaoke terdekat, dan mengamati situasi di sana, aku menemukan hasil yang mengejutkan.

Watase Kairi lagi-lagi melakukan sesuatu yang sama seperti yang Ia lakukan di lapangan basket ...! Bergerak agar Nano-chan bisa berjalan lebih mudah, menjauh dari teman-teman sekelas yang akan menabrak Nano-chan, bahkan memilih mikrofon yang membuatnya lebih mudah untuk dipegang Nano-chan ...! Ia pasti melakukan ini setiap hari, Ia terlalu terbiasa dengan ini! Tapi, bagaimana aku tidak menyadarinya ...?

Aku terperangah. Orang ini ... Watase Kairi ... benar-benar berbahaya! Dan pada saat yang sama ketika aku merasa marah dan depresi, aku diingatkan dengan rasa pedih ... betapa besar rasa cintanya pada Nano-chan. Itulah yang ingin aku lihat dari seseorang yang memiliki perasaan terhadap Nano-chan, dan perasaannya juga tampak tulus. Aku selalu menganggap Nano-chan sebagai penjaganya, dan bukan karena hubungan yang saling ketergantungan.

Tiba di kesimpulan ini, aku berpikir bahwa mereka mungkin pasangan yang ideal ... meski pemikiran tersebut hanya berlangsung sesaat. Ju-Juga, teman-teman sekelasku benar-benar putus asa untuk membuat Watase Kairi bernyanyi, tapi Nano-chan yang dengan panik mencoba menghentikan ini sangatlah imut. Jika aku harus menebak, Watase Kairi pasti jago bernyanyi. Dan dewi kami, Nano-chan, berusaha menyembunyikan hal itu demi kebaikan hatinya.

Pada akhirnya, yang bisa aku katakan ialah Nano-chan benar-benar pusat dunia. Dan aku ingin terus mengawasinya.

 

Tambahan

“Ahhh, tadi itu sangaaaaaaaaaaat menyenangkan!”

Kami sedang dalam perjalanan pulang pada hari festival olahraga, tepat setelah pesta karaoke. Meski bohong rasanya jika aku bilang kalau aku tidak lelah, kesenangan yang aku alami semuanya sepadan.

“Aku bisa mengamati kehebatanmu sepanjang hari, Koori.”

“Ehh? Ehehehe, menurutmu begitu? ”

“Tentu saja, kau selalu hebat setiap hari, tapi hari ini kau sangat menyilaukan.”

“Ohh ya ampun, hentikan ~”

Aku akan tersip ~ Dan juga.

“Senpai, terima kasih banyak untuk hari ini.”

“……? Apa maksudmu?”

“Aku sedang berbicara tentang pertandingan basket tadi. Kamu banyak bermain untukku, kan?”

Aku tidak menyadarinya sampai setengah jalan, dan aku yakin yang lain tidak menyadarinya juga, tetapi Senpai sebenarnya sering mebuat operan demi membuatku mencetak poin.

“Aku pikir kalau kamulah yang seharusnya menjadi MVP, Senpai.”

Aku merasa agak khawatir memamerkan betapa hebatnya Senpai, dia menjadi pacarku dan sebagainya, tapi mungkin aku benar-benar harus berterus terang ...

“Aku tidak ingat melakukan apa pun yang pantas mendapatkan pujian.”

“Lagi-lagi begitu ~”

Senpai berkata begitu, ekspresinya tidak pernah berubah, tapi — Ia benar-benar terlihat seperti tidak tahu apa yang aku bicarakan.

“... Eh, serius?”

“Aku benar-benar tidak ingat.”

Ia ... sebenarnya serius.

“E-Ehhh…? Ta-Tapi…”

Ia dengan jelas membuat segalanya jadi mudah bagiku ... Tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, Ia—

“Hm ...?”

Tunggu ... Bagaimana jika — itu sebaliknya? Alasan Senpai tidak merasa sedang melakukan sesuatu yang istimewa sebenarnya karena Ia selalu melakukan hal semacam ini untukku ...? Ma-Mana mungkin, iya ‘kan? ... Mungkin aku harus lebih memperhatikannya lagi di masa depan.

Ngomong-ngomong, saat aku memikirkan itu, Senpai mendadak berhenti.

“Senpai?”

Saat aku memiringkan kepalaku dalam kebingungan, Senpai sedikit menolehkan wajahnya, dan kemudian melihat wajahku secara langsung.

“Hari ini aku sekali lagi menyadari ... betapa bangganya aku menjadi pasanganmu, Koori. Jadi terima kasih."

Karena sinar matahari yang terbenam, aku tidak bisa melihat wajah Senpai dengan jelas. Tapi, aku cukup yakin dengan ekspresi apa yang Ia miliki.

“Aku juga sama, Senpai!”

Aku tersenyum dari lubuk hatiku, ketika aku mengejarnya.


Sebelumnya | Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama