Memori 5 - Basket dan Midousuji-senpai serta Diriku
*Sudut
Pandang Nano Koori*
“—Kairiiii!”
Seorang
Senpai berlari menghampiri kami. Dengan rambut cokelat dan mencolok, Ia cowok
bertubuh tinggi dan tampan. Meski warna dasinya menunjukkan kalau Ia kelas-3, Ia
tanpa ragu menerobos masuk ke kelas 1, dan langsung menuju Senpai—
“Kairi
... Kairi! Kai — Woah?!”
Tepat
saat Ia ingin meraih bahu Senpai, Ia langsuung terlempar ke udara dengan
tikungan yang indah.
“Wah,
Senpai?!”
“Ada
apa, Kouhai ?!”
“Eh,
tunggu, tidak ...”
Salah Senpai.
“Begitu
ya, maaf soal ini!”
Ia
meminta maaf sambil benar-benar berbaring di lantai ...
“Ugh
... Midousuji-senpai ...”
Temanku
bergumam, dan aku menyadarinya sendiri.
“Ini
memang aku, Midousuji Kakeru! Jika kau mengetahui namaku, kau pasti ...”
“Tidak,
aku bukan…”
“Ahh,
maret tahun lalu, kau yang menembak padaku, kan ?! Terima kasih banyak untuk
itu!”
“Gaaah!
Masalah itu! Jangan membeberkannya!”
“Ia
baru saja mengucapkan terima kasih atas pengakuannya ...”
“Jadi
Ia cowok yang dirumorkan ... Midousuji-senpai ...”
Ketika
semua orang mulai sibuk berbisik dengan jijik.
“...
Kemungkinan musuh ...”
Aku
samar-samar mendengar gumaman Senpai, dan menyadari bahwa segalanya bisa jadi
runyam dengan sangat cepat.
“Tidak,
Senpai, orang ini mungkin—”
“Kairiiiii!”
Setelah
melompat dari lantai, Midousuji-senpai sekali lagi mencoba meraih pundak
Senpai, terlempar ke udara lagi, segera bangkit sekali lagi, hanya untuk
dilemparkan ... Eh, kenapa Ia terus melanjutkan meski tahu Ia diperlakukan ...
?! Tunggu, bukan itu yang harus aku perhatikan!
“Senpai,
Senpai, aku pikir kamu bisa berhenti sekarang!”
Usai
mendengar pintaku, Senpai cuma mengejang sekali, tetapi tidak melemparnya lagi.
Melalui ini, Midousuji-senpai akhirnya bisa meletakkan tangannya di bahu
Senpai, menatapnya dengan air mata berlinang — dan memancarkan senyum lembut.
“Terima
kasih Tuhan ... kau baik-baik saja, Kairi !!”
...
Ohhh, aku juga berpikir begitu. Jika aku harus menebak, Midousuji-senpai
mungkin adalah kenalan lama Senpai. Mungkin teman sekelas ... atau bahkan teman
dekat? Biasanya, Senpai sudah masuk ke kelas 3 sekarang juga. Ia pasti datang
ke sini setelah mendengar bahwa Senpai sudah sembuh, bertujuan untuk reuni yang
emosional, tapi ...
“…Kau
siapa?”
Dengan
satu kata dari Senpai, seluruh harapan itu hancur !!
TTTTT
“Begitu
ya... jadi seperti yang sudah aku dengar, kau kehilangan ingatanmu ...”
Midousuji-senpai bergumam dengan sedih dan membuat para gadis di sekitarnya
bereaksi.
“Eh,
ada cowok ganteng yang berduka ada di belakangku?”
“Sepakat.”
“Bukannya
Midousuji-senpai itu kapten klub basket ...”
“Serius?
Orang macam dirinya adalah kapten ...?”
“Kamu
tidak tahu ...?”
“Rupanya,
warna rambutnya itu alami.”
“Jadi
Ia norak tapi sebenarnya tidak juga, dan terlebih lagi cowok ganteng ...”
“Aku
dengar katanya Ia jago bermain basket juga. Ia diundang ke kamp pelatihan
pemuda Jepang, atau begitulah yang aku dengar. ”
“Apa-apaan
cowok ini, manusia super? Apa tidak bisa kalau Ia langsung menikahiku saja? ”
“Hei,
hei, hei, lebih baik jangan! Midousuji-senpai itu cowok aneh! Jika kamu
menembak padanya, kamu akan menderita kematian yang sama seperti aku, oke ?! ”
“Ohh,
berbicara dari pengalaman, ya.”
“Diam
ah ... Nano, lebih baik jika kita mengusirnya sekarang ~”
“Hmm~~~”
Bahkan
jika dia berkata begitu, dia adalah tamu Senpai sekarang ... Dan aku ingin tahu
hubungan apa yang mereka miliki.
“Um,
Midousuji-senpai, boleh aku bertanya satu atau dua hal padamu?”
“...
Hmm, dan kau siapa?”
“Ah,
aku Koori. Koori Nano.”
“Koori,
ya ... Nama keluarga yang hebat!”
“Hm?
… Ah iya.”
Bukannya
aku senang karena nama keluargaku dipuji ... Hah? Mengapa aku merasa seperti
tatapan Senpai terhadap Midousuji-senpai menjadi sedikit lebih tajam?
“Koori,
apa mungkin kamu ... pacar Kairi?”
“Ya,
itu benar.”
Eh,
bagaimana Ia bisa tahu? Dan kenapa Ia mendadak mengungkit itu?
“Ohhh,
begitu rupanya! Kairi benar-benar cowok yang baik! Sepertinya kau punya selera
yang bagus !! ”
Ia
dengan lembut menepuk pundakku — atau setidaknya hampir begitu, tapi Senpai
dengan cepat menghentikan tangannya.
“...
Jangan seenaknya menyentuhnya.”
“Senpai,
tenanglah dulu ...! Aku baik-baik saja, oke ...! ”
Senpai
bertindak lebih cemas dari sebelumnya ?! Apa karena Ia takut aku akan dibawa
pergi oleh Midousuji-senpai ...? Bercanda doing kok ~ ... Ah, ini bukan
waktunya untuk cengengesan, aku harus bertanya padanya.
“Um,
jadi apa yang ingin kutanya—”
“Pertama
kali aku bertemu Kairi adalah dua tahun lalu ... saat upacara penerimaan murid
baru.”
Ia
mulai berbicara sendiri ?! Orang ini benar-benar otaknya sedeng?!
“Saat
itu, aku tidak berhasil masuk ke sekolah SMA yang klub basketnya kuat karena
cedera, dan akhirnya benar-benar sedih. Aku memutuskan bahwa aku takkan pernah
bermain basket lagi. Dan kemudian, kita berakhir dalam pertandingan satu lawan
satu di pelajaran olahraga.”
“Eh,
apa ini?”
Itu
perkembangan yang mengejutkan.
“Terus,
terus?”
Saat
aku mendesaknya untuk melanjutkan, Midousuji-senpai memandang ke arah yang jauh.
“Itu
cuma pelajaran olahraga basket yang tidak berguna. Kepalaku dipenuhi dengan penyesalan,
Kairi membuatku tersadar dengan kepalan tangannya. ”
“...
Hm? Kepalan tangan?”
Bukan
basketnya?
“Setelah
kehilangan motivasi, Kairi mengayunkan tinjunya ke wajahku, menyatukan panas
dan gairahnya dengan kulitku yang mentah.”
“Ohhhh!”
Orang-orang di sekitar kami mulai menyeruakan kekaguman.
Meski
aku penasaran mengapa malah mengungkit tinju ... Senpai benar-benar terdengar
keren!
“Bagian
yang terbaik, tercengang dalam pertemuan satu-satu ini, kata-kata yang
diberikan Kairi membuatku membangkitkan gairahku lagi. 'Kenapa sekolah memutuskan masa depanmu? Jika klub basket di sini lemah,
maka kau tinggal membuatnya lebih kuat ', katanya!”
Kekaguman
lain muncul di antara barisan penonton, dan bahkan aku menatap Senpai dengan
gembira, lalu—
“...
Aku tidak ingat sama sekali hal itu.”
Jadi
Ia tidak ingat!! Ahahaha, sayang sekali !! Dan lagi, itu tidak bisa dihindari.
Dua tahun lalu — sebenarnya dua puluh tahun yang lalu baginya.
“Atau
lebih tepatnya ... aku cukup yakin itu tidak pernah terjadi ...”
“Itu
tidak pernah terjadi?”
“...
Tidak, itu bukan apa-apa.”
…?
Aku ingin bertanya kepada Senpai tentang hal itu, tapi pertama-tama mendingan
mendengarkan sisa kisah Midousuji-senpai.
“Saat
itu, Kairi bergabung dengan klub basket bersamaku, Ia setuju untuk setidaknya
tetap di awal. Ini buktinya!” ujar Midousuji-senpai, dan menunjukkan pada kami
kertas pendaftaran klub lama yang sudah kehilangan warna.
Ah,
Ia benar. Ada nama Senpai yang tertulis di sana ... Tapi, itu saja masih belum
cukup untuk menjadi bukti bahwa Senpai yang mengisinya.
“Ah,
jadi Watase-kun bergabung di klub basket.”
“Oh
iya kalau tidak salah, Ia sangat jago selama festival olahraga tempo hari ~”
“...
Aku cukup yakin Senpai sangat jago dalam segala hal ...”
Maksudku,
Ia hidup di dunia yang sangat berbahaya selama dua puluh tahun.
“Kairi,
berkat kau, klub basket kami berhasil tiba di tingkat nasional ... Karena kau
membawaku kembali ke jalan yang benar! Aku benar-benar berterima kasih padamu!”
Midousuji-senpai menunduk.
Ah,
sangat bersemangat ~
“Dan
juga, aku tahu kalau ini tidak pantas buat mengatakan itu ... Tapi, kumohon,
Kairi! Pinjamkan aku kekuatanmu sekali lagi dalam pertandingan basket! ”
Ah,
sepertinya itu tujuan aslinya. Aku ingin tahu apa jawaban Senpai — Ah,
sepertinya Ia tidak bisa diganggu.
“Tidak
usah khawatir, Kairi!”
Apanya?
“Gerakanmu
selama pertandingan di festival olahraga ... Aku tidak percaya kau belum
bermain selama dua tahun ... Berapa kali kau akan membuatku terkagum, Kairi !!”
“Aku
cukup yakin itu cuma keegoisanmu saja yang merasakan sesuatu …”
Salah
satu temanku menjawab dengan jijik, tapi Midousuji-senpai tidak mendengarkannya
sama sekali.
“Saat
ini, klub basket dalam bahaya besar! Turnamen terakhir sudah dimulai, tapi
beberapa anggota klub kami kehabisan energi, dan tidak bisa bermain lagi ...!
Tolong Kairi, selamatkan klub basket !! ”
“Aku
menolak.”
“Langsung
dibalas?!”
Wah
... berhenti ... pfft ... aha ... Ia malah tsukkomi
sendiri ...
“Kumohon!”
“Tidak
mau.”
“Apa
tidak ada kesempatan ?!”
“Tidak
akan.”
“Oke,
apa yang harus aku lakukan agar kau mau membantuku ?!”
“Ia
sama sekali tidak mau menyerah, lol.”
“Itu
sebabnya aku bilang ...”
Orang-orang
di sekitar kami mulai saling berbisik lagi, tetapi Midousuji-senpai entah tidak
mendengar, atau tidak terganggu karenanya. Memang benar Ia sedikit aneh ...
tapi Ia tidak terlihat seperti orang jahat.
Begitu
ya, jadi ini adalah teman Senpai ... yah, meski Senpai sendiri tidak menganggapnya
seperti itu, tapi mereka setidaknya adalah kenalan ... Haha, aku tidak pernah
bosan dengan ini ~ Kemudian lagi, kurasa ini bukan waktu untuk menikmati ini.
Untuk sementara waktu, Senpai menatapku dengan pandangan 'Selamatkan aku' ... Tidak, lebih tepatnya, tatapan 'Boleh aku membuang jauh-jauh cowok ini' ...
“Umm,
Senpai.”
Mendengar
suaraku, Senpai tampaknya menganggap ini sebagai sinyal, dan menyiapkan dirinya
untuk lemparan lain, jadi aku cepat-cepat menghentikannya.
“Bukan
itu yang kumaksud, Senpai. Aku hanya ingin tahu ... apa kamu tidak bisa
membantunya ...?”
Senpai
benar-benar membeku, menatap kosong ke arahku.
“Koori
... menurutmu sendiri bagaimana?”
“Aku?”
Maksudnya
apa yang akan aku lakukan jika dalam posisinya?
“Biar
aku pikir sebentar... Midousuji-senpai, satu pertandingan saja sudah cukup,
‘kan?”
“Ya!
Cuma sampai anggota klub kami yang lain bisa kembali ikut bertanding! ”
“Kalau
begitu, kurasa aku akan membantu? Yah, jika— ”
“Baiklah,
aku akan melakukannya.”
“—dilihat
dari Senpai yang jago bermain — bukannya itu terlalu cepat untuk dijawab ?!”
Aku
bahkan belum menyelesaikan perkataanku, tahu!
“Apa
beneran baik-baik saja ...? Aku cuma mengatakan pendapatku sendiri, jadi jika Senpai
tidak mau melakukannya, maka ... “
“Kau
adalah panutanku, Koori. Jika kau memutuskannya, maka aku tidak punya alasan
untuk menolak.”
“——”
Panutan
... itu tidak buruk ... dalam artian tersendiri ... Saat aku bertingkah
malu-malu, Midousuji-senpai meraih kedua tanganku, dan Senpai.
“Terima
kasih, Kairi! Dan Koori juga! Aku berhutang budi padamu! ”
“…Cepat
lepaskan.”
“Ohh
maaf! Apa itu sakit!”
“Bukan
milikku, tapi ...”
Woah,
Senpai menatap Midousuji-senpai dengan tatapan yang tajam ... Apa ini ... yang
aku pikirkan? Apa kecemburuan ini membuatnya lebih baik ...? Ehe ... ehehehe
... buhehehe ... Eh, sebenarnya ada apa denganku, sih?!
“Jadi
Watase-kun akan kembali ke klub basket, ya ~”
“Ia
memenangkan perlombaan basket di festival saat mewakili kelas. Kita harus
mendukungnya untuk itu.”
“Lakukan
yang terbaik, oke ~”
Teman
sekelas kami memberikan kata-kata yang mendukung untuk Senpai, membuatku merasa
sangat bangga ... tapi Senpai mengabaikan mereka.
“Maa,
maa, Senpai, semua orang bersorak untukmu ~”
“Ya
... Daripada itu, Midousuji, ‘kan?”
Bahkan
tanpa ragu-ragu sedetik pun, Senpai membuatku tertawa lagi.
“Ohh,
ada apa? Tidak tunggu, jangan kayak orang tidak kenal, Kairi! Panggil saja aku
Kakeru seperti dulu!”
“Lagi-lagi
kau… aku tidak punya ingatan tentang itu ...”
“Tidak
masalah, kita hanya perlu membuat kenangan baru!”
Midousuji-senpai
sangat memaksa dan keras kepala! Ini adalah pertama kalinya aku melihat Senpai
didopojokkan seperti ini ...
“………
Baiklah, Kakeru.”
“Eh?!”
Ia
langsung setuju?!
“Ohhh,
Kairi! Itu membawaku kembali ke masa lalu yang indah! ”
“Tapi
itu tidak membawaku kembali.”
Aku
mungkin harus belajar dari Midousuji-senpai untuk masa depan ... itulah yang
kupikirkan, tapi kurasa itu tidak akan berhasil ... Rasanya seperti penilaian
Senpai terhadap Midousuji-senpai semakin menurun saat pembicaraan ini berlanjut
...
“—Lepaskan
tangan Koori.”
“Hm?
Ahh, aku benar-benar lupa! Maaf tentang itu!”
Sekarang
Ia mengungkit itu, aku tersadar kalau Midousuji-senpai masih memegang tanganku
selama ini. Rasanya terlalu narutal sampai-sampai aku bahkan tidak terganggu
olehnya, atau aku hanya tidak merasakan sesuatu yang istimewa ... Apa Senpai
menyerah dan memanggil Midousuji-senpai dengan namanya supaya sehingga Ia
melepaskan tanganku lebih cepat ...?
Bagaimanapun,
Midousuji-senpai segera menajuhkan tangannya, dan tersenyum.
“Baiklah,
kalau begitu aku memintamu untuk berpartisipasi dalam kegiatan latihan yang
dimulai hari ini!”
TTTTT
Untungnya
aku diizinkan untuk menonton latihan klub basket, dan duduk di sudut aula
olahraga. Senpai memberitahuku untuk pulang duluan, tapi aku tidak bisa membiarkan
kesempatan sia-sia begitu saja, iya ‘kan ~
“Koori.”
“Ah,
Senpai. Aku membelikanmu minuman olahraga, jadi ini silahkan. Dan juga, handuk
untuk menyeka keringatmu ... itu handukku sendiri sih, jadi jika kamu—”
“……!”
“A-Ah,
tidak apa-apa, lupakan saja tentang handuknya!”
“Tidak
mau!”
“Wooah?!”
Senpai
meraih handuk dengan kecepatan super gila.
“...
Ah ... yah ... maafkan aku ...”
Karena
Senpai sedikit panik, aku bisa sedikit tenang.
“Ahaha,
yang mana sekarang ~?”
“...
Aku akan mencucinya dengan benar sebelum mengembalikannya.”
“Tidak
perlu repot-repot ~” Aku menyeringai, memberikan Senpai minuman dan handuk.
“...
Terima kasih ... terus, jika kau bosan, kau bisa pulang duluan, Koori.”
“Woke.
Yah, bisa melihat Senpai melakukan kegiatan klub rasnya terasa segar, jadi mana
mungkin aku bisa bosan.”
“…Begitu
ya.”
“Ayo
mampir ke Starpa dalam perjalanan pulang ~”
“...
Kairi, kemari sebentar!”
“Yah,
aku harus pergi.”
“Yup,
lakukan yang terbaik ~”
Dengan
melambaikan tangan, aku menyaksikan Senpai kembali ke barisan anggota klub
basket ... Bagaimana bilangnya ya, percakapan tadi itu lebih dari cukup untuk
membuatku bahagia. Aku merasa seperti akan mulai cengengesan lagi kalau aku
tidak waspada dengan ekspresiku.
Aku
selalu ingin menonton Senpai seperti ini. Aku jarang melihatnya berpartisipasi
dalam kegiatan klub, dan penasaran seperti apa jadinya ~ ~ Suara mereka berlari
di lantai aula olahraga sangat keras. Saat acara di festival olahraga, aku
tidak menyadarinya karena teriakan dukungan semua orang, tapi bola basket yang
memantul saat men-dribble, suara klub
bulutangkis yang memukul kok di atas jaring, suara klub tenis meja, rasanya di
sekitarku di kelilingi olahraga.
Aku
ingin tahu ... apa Senpai di suatu tempat di sana ...? Hm? Apa yang terjadi
disana? Midousuji-senpai dan ... beberapa anak kelas 1 menunjuk-nunjuk ke Senpai
... tampak marah ... ? Apa Senpai melakukan sesuatu—
“Gawat…!”
Dengan
panik, aku mulai berlari, menerobos di antara para anggota ... Tapi segalanya
sudah tenang?
“Ada
apa, Koori?” Midousuji-senpai memanggilku.
“Ah,
yah ... Aku cuma penasaran ada keributan apa tadi ...?”
“Ohh,
itu! Pemain andalan kelas 1 kami akan bertanding satu lawan satu dengan Kairi!
”
“Hah?”
Sa
... Satu lawan satu ?!
“Ke-Kenapa
mereka berakhir seperti itu ... ?!”
“Okuura,
pemain andalan kelas 1 tidak menerima kenyataan bahwa Kairi akan berpartisipasi
dalam pertandingan setelah tidak bermain selama dua tahun.”
“...
Hmm? Midousuji-senpai, apa kamu tidak memberi tahu anggota lain tentang ini sebelum
kau bertanya pada Senpai?”
“Tentu
saja tidak!”
...
Apa itu benar-benar sesuatu yang harus kamu nyatakan dengan bangga ...?
“Sama
seperti biasanya! Ha ha ha!”
“Ahahaha…”
Aku
merasa tidak enakan buat anggota lain.
“Meski
begitu, Kairi selalu pandai bermain basket, jadi aku yakin Ia akan sangat
membantu. Aku harus membuat mereka menerimanya, bahkan dengan paksaan. ”
“Jadi
itu sebabnya kamu oke-oke saja untuk yang satu ini?”
Maksudku,
hal begituan sering terjadi dalam manga atau drama TV tapi ... pada
kenyataannya? Masa?
“Ya,
aku sendiri yang mengusulkan itu!”
“...
Huh? Bukan Okuura-kun?”
“Tidak,
tapi Ia sendiri langsung setuju!”
“Gampangan
banget!”
Jadi
tidak ada alasan untuk bertanding di sini, ya ?!
“Tapi,
aku tahu Ia tidak sepenuhnya menerima ini! Aku tidak bisa membuat cadangan ini
muncul di pertandingan yang sebenarnya, jadi aku akan meminta Kairi menunjukkan
kemampuannya dalam pertandingan satu lawan satu ini! Itu metode tercepat,
bukan? ”
“…Masuk
akal, sih.”
Ia
mungkin tidak berpikir bahwa Senpai akan kalah ...
“Bagaimana
jika Kairi kalah ... kau pasti berpikir begitu, iya ‘kan?”
“Eh.”
Sebenarnya
sih, Iya. Saat aku menunjukkan kekagetanku, Midousuji-senpai memancarkan senyum
yang tak terkalahkan, dan melanjutkan dengan tenang.
“Yah,
lihat saja.”
Meski
aku punya banyak hal yang ingin aku katakan, aku memutuskan untuk tetap diam,
saat pertandingan satu lawan satu antara Okuura-kun dan Senpai dimulai ... yah
tidak cukup. Senpai memang bermain di pertandingan basket di festival olahraga,
tapi sepertinya Ia tidak tahu aturan untuk satu lawan satu yang benar, jadi
mereka harus menjelaskan itu pada Senpai.
Setelah
itu, beberapa pertanyaan dari Senpai berakhir, Okuura-kun rupanya tidak tahan
lagi, sekali lagi mengeluh pada Midousuji-senpai, yang hanya mengabaikannya
dengan senyum lebar. Singkatnya, tidak ada yang terjadi.
Saat
Midousuji-senpai dan Okuura-kun sedang dalam debat kusir, Senpai berjalan ke
arahku.
“...
Segala sesuatunya menjadi rumit. Aku tidak keberatan jika aku tidak harus berpartisipasi
dalam pertandingan lagi.”
“Rasanya
mana mungkin Midousuji-senpai akan menerimanya ~?”
Ah,
ekspresi muka Senpai menjadi rumit lagi.
“...
Bagaimanapun juga, aku hanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah bersamamu.”
“Oh.”
Jika
kamu memberitahuku sesuatu seperti itu — aku merasa ingin mencoba beberapa hal!
“Tidak,
tidak, tidak ... sebelum itu, bagaimana kalau kamu mengalahkan anak kelas 1
itu, dan tunjukkan padaku betapa kerennya kamu ~?”
Ah,
itu lebih memalukan daripada yang kupikirkan!
“Cu-Cuma
bercanda doang ~”
“Baiklah.”
“—”
Ohhh
... ekspresi macam apa itu tadi? Perpaduan yang aneh antara terkejut, bahagia,
dan lega pada saat yang sama. Maksudku, itu saja sudah cukup keren ...! Saat aku
melamun kagum pada ekspresi langka ini, Senpai dipanggil oleh Okuura-kun, dan
akhirnya pertandingan satu lawan satu dimulai. Akhirnya dimulai, tapi ...
“—Apa
?! Ia ... Ia terbang ?!”
“Ahhhhhhhhhh,
berhenti, hentikan, hentikan itu Senpai! Bukan itu yang aku maksud!”
Tentu
saja, semuanya berubah menjadi keributan besar, tehe ~
TTTTT
Dan
kemudian, saat segalanya menjadi tenang, pertandingan satu lawan satu bisa
berakhir, dengan kemenangan Senpai yang luar biasa. Pada awalnya, Ia menggunakan
sihir sesaat ... atau tunggu, itu bukan sihir ... iya ‘kan? Sesuatu yang disebut
'Kurae', yang bisa membuat tubuhnya lebih kuat. Ngomong-ngomong, semua orang
terkejut, Senpai masih sama seperti biasa, tapi akhirnya semuanya berakhir
dengan aman ...
“Maaf
... aku cuma ... ingin membuatmu terkesan, tapi aku berbuat terlalu jauh ...”
Tidak,
itu hanya ... Jangan malu-malu seperti itu ...
tahu? Ahhh, aku tidak bisa menerima ini ... Senpai terlalu imut ...
Ditambah
lagi, jika kamu merasa penasaran, pernyataan Okuura-kun terhadap kemenangan
Senpai ialah:
“Bahkan
setelah dua tahun tidak bermain ... Itu meyakinkan. Ayo berteman, Kairi-kun. ”
Meski
Ia tampak agak frustrasi, Ia mencoba jabat tangan (?) tepuk tangan tinggi (?)
Dari Senpai, dan itu benar-benar terasa seperti ... apa yang harus aku sebut,
persahabatan antar anak cowok?
Setelah
ini, Senpai diterima ke dalam tim, dan diizinkan untuk berlatih. Karena aku
bukan penggemar beras basket, aku tidak terlalu familiar dengan segalanya, tapi
Senpai memiliki beberapa trik licik yang Ia perlihatkan, membuatku
bertanya-tanya apakah Ia bahkan sempat tidak pernah bermain. Meski begitu,
dasar-dasarnya itu berantakan, jadi Ia harus meminta saran pada
Midousuji-senpai dan yang lainnya, dan setelah mencobanya selama dua atau tiga
hari, Ia memainkannya dengan baik, dan diterima dengan cepat oleh rekan satu
timnya.
Hal-hal
memberi kesan bahwa semuanya berhasil pada akhirnya, namun, pada hari penting,
di paruh waktu pertandingan, terjadi sesuatu. Apa itu ... Bayangan yang mengikuti
cahaya ... atau sejenisnya?
TTTTT
“Eh,
bukannya semua berjalan lancar! Kau super memimpin!”
“Ha
ha ha! Benar, iya ‘kan! Yah, 10 poin dalam pertandingan basket tidak berarti
terlalu banyak. ”
Di
ruang tunggu saat jeda. Kami mencetak poin lebih banyak sepanjang waktu, dan
meski kami hanya lima orang, mereka memiliki kendali besar atas tim lawan.
Bukannya itu luar biasa ?! Aku berpikir begitu dan menjadi bersemangat sendiri.
Maksudku,
turnamen itu benar-benar gila. Pada awalnya, aku hanya berasumsi mereka akan
bermain di aula yang sedikit lebih besar dari biasanya, tapi semuanya berubah
ketika pertandingan dimulai. Aku bisa mendengar suara-suara bersorak dari
sekolah-sekolah lain di sekitar kami, dan semua anggota dari klub kami
tiba-tiba sangat serius, seolah-olah mereka adalah orang yang sama sekali
berbeda. Yang paling mengejutkanku adalah Midousuji-senpai. Ia ... bukan
sekedar orang aneh saja.
Ia
benar-benar salah satu pemain basket handal. Selama pelatihan dan semacamnya, aku
tidak tahu, tapi selama pertandingan, dIa seperti orang yang berbeda. Bahkan
orang-orang dari sekolah lain, atau hanya penonton biasa seperti diriku, semuanya
seperti 'Ya, Ia benar-benar di level yang
berbeda' atau 'Aku ingin segera
bertemu dengannya di B-league'. Rasanya benar-benar Midousuji-senpai tak
terkalahkan.
Tapi,
tapi, Senpai juga sama menakjubkannya! Sementara Midousuji-senpai sibuk
mencetak poin, Senpai akan mencetak poin berikutnya, selalu bergerak lebih
cepat daripada lawan, atau membiarkan rekannya bergerak lebih mudah di
lapangan, yang mana membuatku penasaran 'Apa
semua ini direncanakan seperti itu ?!' sesuatu seperti itu. Aku jadi merinding
hanya dengan melihatnya saja.
“Midousuji
memang berbakat, tapi pemain No.7. Ia siapa?”
Aku
mendengar obrolan di dekatku dan membuatku hampir berteriak 'Benar ?! Ia Watase Kairi! Ingat baik-baik
namanya!” tetapi aku hampir tidak bisa mengendalikan diri. Aku cuma
berkata, 'Benar ?!' pada akhirnya,
yang paling bersemangat adalah aku.
Maksudku,
Senpai yang pakai seragam basket saja sudah cukup untuk membuatku menatapnya
tanpa henti. Ia selalu menunjukkan perutnya setiap kali akan menyeka
keringatnya dengan bagian atas seragamnya ... Ya Tuhan bantu aku. Maksudku,
jika seragamnya tidak cukup buruk, saat Ia men-dribble bola, gerakan akrobatnya berlalu, keterampilan menembaknya
yang indah, di tambah semua pemandangan ini, aku bisa mengambil sebanyak
mungkin foto yang aku inginkan, aku benar-benar akan membayar uang untuk ini .
Aku sudah mengambil ratusan foto atau lebih, serta video yang sampai membuat bateraismartphone-ku hampir habis. Ahh, seharusnya aku membawa charger ... Mungkin aku bisa meminjamnya dari seseorang? Masih ada setengah dari pertandingan yang tersisa ...
Tapi,
sejauh kegembiraan aku bertahan. Kuartal ketiga akan dimulai, dan seorang anggota
klub pergi untuk mencari Okuura, yang sebelumnya pergi untuk membeli minuman.
Setelah sedikit waktu berlalu, pintu ke ruang tunggu dibuka dengan keras, dan
anggota klub menerobos masuk.
“—Kapten,
ini buruk! Okuura terlibat kecelakaan !! ”
Semua
orang berseru, 'Hah?' serentak, dan
aku juga sama.
“Ia
beli minuman ke mesin penjual otomatis di tempat parkir terdekat, dan di sana
...”
Anggota
klub itu jelas kehilangan energi untuk menyelesaikan penjelasannya, jadi
Midouji-senpai malah bertanya.
“Dan,
bagaimana kabar Okuura?”
“Ah
... I-Ia sadar, tapi sedang dalam ambulan sekarang ...”
Dengan
kata lain, Ia seharusnya dalam perjalanan ke rumah sakit — semua orang mungkin
berpikir begitu, lalu Okuura-kun tiba-tiba memasuki ruangan juga.
“…Kapten!
Maaf aku terlambat! ”
“Okuura?!”
“Hah?!
Lu-Lukamu ... Tidak, bagaimana dengan ambulans-nya ?! ”
“Aku
menyelinap kabur.”
Semua
orang memekikkan suara mereka dengan kaget 'Hah
?!', dengan pengecualian adalah Midousuji-senpai.
“Bagaimana
dengan rumah sakit?”
“Mana
mungkin aku bisa pergi ke sana sekarang ...! Aku akan ikut bertanding di babak
kedua juga!”
“……”
“Tapi…”
Ia
sedikit berdarah karena luka, dan mungkin kepalanya terbentur juga.
“Coba
dongakkan kepalamu.”
...
Ketahuan.
“Tidak
mau !. Aku akan bermain di babak kedua!” Okuura-kun menggelengkan kepalanya.
“...
Jangan keras kepala.”
“Kenapa?!
Aku mohon, kapten!”
“Tetap
saja tidak.”
“Aku
harus bermain! Kalau tidak, yang bertanding cuma kalian berempat! ”
Itu
... tidak salah ... Sampai sekarang, mereka hanya lima orang untuk bermain di
lapangan, jadi jika Okuura-kun harus duduk di bangku cadangan, mereka akan
berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Midousuji-senpai juga harus
menyadari hal ini. Ia pasti sadar, tapi ...
“Okuura
... Ini mungkin pertandingan terakhir, hari ini bukan hari terakhir kau bermain
basket. Kau masih memiliki jalan yang panjang di depanmu. Tidak ada alasan
sampai sejauh ini—”
“Tidak,
tidak ada jalan untukku !!” Okuura-kun menjerit. “Aku selalu ... Sejak SMP ...
aku selalu mengagumi kapten — Midousuji-senpai! Aku masuk klub basket supaya aku
bisa bermain denganmu!”
Semua
orang menjadi diam, bahkan Midousuji-senpai pun tidak menjawabnya.
“Itu
sebabnya ... pertandingan hari ini ... turnamen ini mungkin menjadi kesempatan
terakhirku ... !!”
Aku
kira ... itu masuk akal ... mereka kelas 1 dan dan Midousuji-senpai sudah kelas
3 — atau begitulah menurutku.
“Okuura
!!”
Suara
bentakan keras terdengar, saat Okuura-kun terpental mundur ke dinding. Mi-Midousuji-senpai
menampar wajahnya ?!
“Kenapa?!?!?!”
Aku
berpikir sendiri, dan berbicara dengan keras juga.
“Dasar
bodoh!!”
“Eeekk!”
Uwah,
itu membuatku takut ... Su-Suaranya begitu keras ...
“Tida
ada yang bilang kalau hari ini akan menjadi yang terakhir, ‘kan ?!”
“Eh?”
“Eh?”
Eh?
Bukannya tadi Midousuji-senpai barusan mengatakan itu ...?
“Midousuji
... senpai ...”
“Sejak
kapan aku bilang kalau hari ini akan menjadi yang terakhir ?!”
E-Ehhhhh
?! Bu-Bukannya kau tadi mengatakannya begitu saja ...? Aku ingin sekali
mengatakannya, tapi aku tidak bisa ... Ia terlalu menakutkan. Dan, bukan hanya
aku yang merasa seperti itu, karena tidak ada yang mengatakan apa pun.
“Pada
dasarnya.”
Dan
saat itulah, Senpai, yang telah diam sepanjang waktu ini, memotong pembicaraan.
“Bahkan
tanpa Okuura, kita tidak akan kalah. Karena itu, hari ini tidak akan menjadi
kesempatan terakhirmu ... itu yang ingin kau katakan, benar? ”
Mereka
semua terdiam ... Maksudku, bukannya Senpai terlalu keren ...?
“Ya!
Tepat seperti itu!” Midousuji-senpai bertepuk tangan dan menunjuk ke arah Senpai,
membuat semua orang membeku.
“Dengar
Okuura — Basket adalah olahraga yang dimainkan dengan banyak pemain, kan ?!”
“I-Itu
...”
“Tentu
saja, aku tidak akan mengatakan kalau itu sama sekali tidak berhubungan, tapi
angka hanyalah angka! Ada hal-hal yang lebih penting selain itu !! ”
Okuura-kun
benar-benar terdiam saat Midousuji-senpai mengangkat tinjunya ... Ia tidak
takut, kan?
“Aku
sama sekali tidak punya rencana untuk kalah hari ini! Baik itu cuma empat
pemain, maupun tiga pemain, kita masih akan menang!”
O-Ohhh
... keren sekali ...!
“…Kapten…”
“Kalau
kau sudah mengerti, cepat pergi ke rumah sakit.”
“…………
Ya ……” Okuura-kun menggigit bibirnya, dan perlahan-lahan berjalan dengan cara
yang menyenangkan, lalu berhenti untuk yang terakhir kalinya di sebelah Senpai.
“Kairi-kun
... um ...”
“Pastikan
kau sehat untuk pertandingan berikutnya.”
“~~~!
Terima kasih…!”
Tidak
dapat menanggung semua ini lagi, Okuura-kun menundukkan wajahnya ke bawah, saat
melangkah keluar dari ruangan. Ya ... masuk akal bahwa Ia akan berusaha ...
Bahkan aku merasa ingin meneteskan air mata, dan aku tidak ada hubungannya sama
sekali ... Ah, aku akan mulai menangis, tidak baik ...
“Koori.”
“Yeshh?!”
Astaga,
itu suara aneh macam apa tadi ... Tapi, setidaknya biarkan aku mengendalikan
air mataku ... itu hampir keluar ... Midousuji-senpai dan yang lainnya sedang
berbicara serius, ketika Senpai menghampiri untuk berbicara kepadaku.
“Yah
... semuanya justru berubah jadi merepotkan di sana ...”
“...
Meskipun luka seperti itu tidak akan terlalu merepotkan.”
“Eh
... maksudmu ...”
Begitu
ya... itu masuk akal ... Dengan sihir, Senpai seharusnya bisa langsung
menyembuhkannya. Dengan begitu, Okuura-kun bisa ikut bermain, dan menjadi
bantuan besar bagi semua orang. Tapi…
“Kamu
... kamu tidak boleh, Senpai.”
“Ya
aku tahu.”
Ia
tidak boleh menggunakan sihir. Seharusnya tidak. Aku tahu itu, dan Senpai pun
tahu itu, tetapi melihat motivasi Okuura-kun, keseriusan Midousuji-senpai,
serta ekspresi tegang para anggota klub ... Apa aku boleh memberitahu Senpai
untuk tidak menggunakan sihir di sini? Apa aku berhak melakukannya?
“Tidak
apa-apa.” Senpai meletakkan tangannya di atas kepalaku.
Setelah
mendongakkan kepalaku, Senpai tersenyum padaku dengan ekspresi ramah.
“Kita
cuma perlu menang.”
“——”
...
Ah gawat, jangan sampai menangis dengan keras ... Uuuuuu ... Pacarku terlalu
keren ~~~ !! Aku tidak bisa ... aku penuh sampai penuh, aku tidak bisa
mengatakan apa-apa ...
“—Baiklah,
ayo pergi, Kairi!”
“Ya,
aku akan kembali, Koori.”
“...
Hati-hati di luar sana.”
Yah,
aku tidak membayangkan Senpai benar-benar melukai dirinya sendiri ... Meskipun,
Ia tidak bisa menggunakan sihir, jadi selalu ada kesempatan.
ghghghgh
#Sudut Pandang Kairi Watase#
Aku
takkan menggunakan sihir.
Tentu
saja, Koori tidak punya kemampuan untuk mengkonfirmasi apakah aku benar-benar
menggunakan sihir atau tidak. Namun, aku tidak menganggap ini sebagai hambatan,
itu saja sudah jelas.
Empat
lawan lima. Tidak, mereka punya satu pemain cadangan di sana. Aku harus
berurusan dengan perbedaan kekuatan berkali-kali selama aku hidup di isekai,
dan aku tidak pernah benar-benar mengandalkan menggunakan angka dalam kasus
semacam ini, tapi itu hanya dalam kondisi bahwa aku dapat menggunakan sihir.
Kali ini, aku tidak punya cara mengatasi perbedaan kekuatan ini. Namun, aku
harus melakukan ini apa pun yang terjadi. Karena aku tidak bisa membuat Koori
bersedih. Sehingga aku akan menjadi seseorang yang layak untuknya ...
TTTTT
*Sudut
Pandang Nano Koori*
...
Aku masih berpikir itu terlalu konyol.
“Hah?
Mereka akan bermain dengan empat orang? Itu sih sama saja menyatakan kalah.”
Para
penonton yang hadir memberikan kesimpulan yang logis, dan itu sebenarnya mengarah
pada hasil itu. Meski mereka masih berhasil mempertahankan posisi mereka di
kuarter ke-3, entah itu menyerang, atau bertahan, perbedaan jumlah poinnya
terlalu banyak untuk ditangani, menyangkal peluang mencetak poin semakin tipus.
Akibatnya, skor segera dibalik.
Setelah
kuartal keempat muncul, dua orang lainnya selain Senpai dan Midousuji-senpai
sudah mencapai batas stamina mereka ... Mereka tidak dapat bergerak secepat
seperti di awal pertandingan, bahkan jatuh karena kelelahan. Hal ini membuat
mereka akhirnya tertinggal sepuluh poin.
“—Permisi! Tolong time-out! ”
ghghghgh
#Sudut Pandang Kairi Watase#
“...
Maaf ... aku terus ... membuat kesalahan bodoh ...”
“Sial
... sial ...! Empat pemain memang mustahil ...!”
Dua
pemain tidak dapat bermain lagi. Kelelahan mereka tidak bisa dikurangi dengan
istirahat sebentar. Lalu, apa yang harus aku lakukan selanjutnya,—
“Baiklah,
sekarang aku mulai bersemangat!” Kakeru berbicara dengan suara keras.
Ia
malah berusaha mengumpulkan perhatian orang lain, demi memberi motivasi,
bukannya berkabung dalam keputusasaan.
“Kapten…?”
“Apa
kau…”
“Apa
kau bercanda?! Bagaimana bisa kau tidak bersemangat dalam situasi seperti ini
?! ”
“Maksudku
... secara fisik, aku, tapi ...”
“Kita
punya waktu tersisa satu menit lagi, dengan selisih sepuluh poin ... dan kami
kehilangan satu pemain ... tahu? Ini hanya…”
“Itu
sebabnya.” Kakeru menunjukkan senyum sombong. “Tidak ada yang berharap kalau
kita masih bisa memenangkan ini. Baik para penonton, maupun para pemain itu
sendiri. Dalam situasi seperti ini ... kita akan menang ... Bukannya itu hal
terbaik yang pernah ada ?!”
Kedua
pemain itu membuka mata lebar-lebar, tertawa terbahak-bahak.
“Pfft
... Ahaha, kapten benar-benar gila! Bagaimana maungkin kau masih bisa
memikirkan hal ini dalam situasi yang begitu mengerikan!”
“Kau
... ya, seperti itu yang aku harapkan.”
“Ha
ha ha, benar ‘kan?”
“Kami
sedang tidak memujimu, oke?”
“Menyerah
saja ... ini tidak bakal kesampaian ke kapten ...”
“Yah,
kita masih mengikutinya setelah semua ini.”
“Benar
……… Kurasa tidak ada jalan lain selain mengerahkan segalanya, huh!”
“Kitalah
yang akan menjadi terakhir tertawa!”
Untungnya,
mereka berdua menganggapnya sebagai humor, menampar pipi mereka sendiri. Tentu
saja, itu masih tidak mengubah fakta bahwa tubuh mereka sudah mencapai batas,
dan mereka pasti menyadari itu sendiri. Tapi, mereka yang sudah mencapai batas
sering kali mampu mengumpulkan kekuatan yang melampaui ini. Itu adalah sesuatu
yang telah aku lihat berkali-kali di Isekai. Dan kata-kata Kakeru adalah pemicu
untuk itu.
“…Kerja
bagus.”
“Hm?
Ahh, kedua orang ini akan selalu bersamaku melalui setiap pelatihan yang
mungkin ... Tapi, Kairi, bukannya situasi ini sangat nostalgia ?! ”
“…Apa
yang kau bicarakan?”
“Huh,
kau juga lupa tentang itu? Dulu saat kita memasuki klub basket, kita berselisih
dengan para Senpai, dan bertanding dengan kita, ‘kan? Saat itu, kita juga tertinggal
sepuluh poin dengan waktu satu menit tersisa! ”
Aku
... masih belum bisa memastikan apa kejadian itu benar-benar terjadi.
Kedengarannya sangat mencurigakan, tetapi….
“Saat
itu, kau membantu kita membalikkan keadaan, dengan cara yang paling mudah,
‘kan?” Kakeru menyeringai. “Ayo kita lakukan lagi, Kairi.”
“………Ya.”
“Ohhh!”
“Kita
harus memenangkan ini.”
Demi
Koori.
“Sepertinya
kau mulai bersemangat!”
“Bukannya
aku tidak bersemangat sampai sekarang ...”
Sebaliknya
— aku tidak kehilangan motivasi.
“Kakeru,
biarkan aku membenarkan satu hal.”
“Hm?
Apa itu?”
“Kau
bilang kalau di sini tidak ada orang yang akan percaya bahwa kita masih bisa
memenangkan ini ... tetapi kau salah dalam hal itu.”
Aku
mendongak. Yang paling menonjol di barisan penonton, dia berteriak dengan
sekuat tenaga.
“Senpaaaaai!
Semuanya! Berjuanglaaaaaaaaaaaaaaahhhhh!! ”
“…
.Haha, maaf, sepertinya aku salah! Paling tidak, ada satu orang yang percaya
pada kita!”
Pandanganku
bertemu dengan tatapan Koori. Apa pun situasinya, suara Koori selalu jernih
bagiku.
“Senpai!
Kamu masih punya waktu! Tidak apa-apa! Aku percaya padamu!”
...
Koori bersorak untuk kita. Dengan tangannya yang seperti sedang berdoa, dia
menatapku. Aku tidak perlu sihir apapun untuk ini. Keberadaan Koori lebih dari
cukup untukku—
TTTTT
*Sudut
Pandang Nano Koori*
“Tidak
apa-apa ... kamu bisa melakukan ini ...”
Menyadari
bahwa aku mungkin mengatakan itu pada diriku sendiri sebagai alasan, aku
menggigit bibir. Senpai dan yang lainnya berupaya sangat keras. Mereka
benar-benar berjuang, tetapi ... dengan satu menit tersisa dan selisih sepuluh
poin, mereka juga harus memainkan pertandingan ini hanya dengan empat pemain.
“Ya,
ini mustahil.”
Aku
ingin berteriak usai mendengar suara yang kudengar di dekat sini. Dan membantah
'Itu tidak benar !!' . Tapi, tidak
perlu untuk itu. Karena permainan Senpai dan yang lainnya lebih dari cukup
untuk itu.
Pertandingan
dilanjutkan dengan lemparan ke dalam dari tim lawan. Midousuji-senpai berhasil
memotong di sana, dan mencuri bola. Dengan tiga orang yang menghalangi dirinya,
Ia — tidak memutuskannya sendiri, dan sebaliknya memberikan kode. Dan tentu
saja, yang berdiri di sana adalah—
“Senpai…!!!”
Dengan
tembakan indah, bola melayang tepat ke ring,
dan aku melompat girang bersamaan dengan suara poin yang dicetak.
ghghghgh
#Sudut Pandang Kairi Watase#
Dengan
satu lagi mencuri bola dan bermain cepat, tiga angka lainnya dicetak. Aku
menyelesaikan semua itu.
“Apa
... Padahal pemain No. 7 tidak pernah mencoba mencetak skor sejauh ini !!”
Tentu
saja, itu seperti yang direncanakan, tapi bahkan lebih dari itu.
“Ia
bukan Midousuji ... ?!”
Mendengar
geraman tim lawan, Kakeru berbalik seolah-olah Ia adalah anggota tim mereka.
“Hahaha,
kupikir kau akan mengatakan itu!”
“…?!”
“Pada
kuarter keempat, aku mencetak sebagian besar poin, dan hal yang sama berlaku
untuk mencuri bola. Tentu saja, aku akan melanjutkan itu sampai akhir demi
meraih kemenangan — itulah yang kalian pikirkan, bukan ?! ”
“Kami
memanfaat itu, dan membuatku benar-benar bebas di lapangan.”
“Hei,
Kairi ?! Jangan seenaknya menyelaku! ”
“Kembalilah
bertahan.”
—Mencuri
bola untuk ketiga kalinya terbukti tidak mungkin, dan mereka mendapat dua poin
lagi. Ini giliran pelanggaran kami selanjutnya. Dari point-guard (PG), sebuah
operan terbang ke arah Kakeru.
“Baiklah,
ayo kita perlakukan skor ini dengan hati-hati!”
Bertentangan
dengan kata-katanya yang tenang, Kakeru bergegas ke area dalam mereka — yang
tidak bereaksi.
“Kami
tidak akan tertipu lagi! No. 7 pasti akan ... Ah?”
Dan
begitula, Kakeru baru saja mencetak poin untuk dirinya sendiri, dan tersenyum
pada tim lawan.
“Bagaimana
jika itu pengalihan juga?”
“—O-Orang
ini ... !!”
“Ha
ha ha!”
“...
Kepribadianmu cukup menjengkelkan.”
“Oh,
menurutmu begitu? Tidak bisa mengeluh, karena dipuji oleh Kairi!”
“………”
“Kairi-kun,
kau sedikit terlambat untuk menyadarinya ...”
“Benar,
benar. Menurutmu sudah berapa banyak orang yang berhenti datang ke klub setelah
menjalani pelatihannya yang kejam, dipaksa untuk menyaksikan seringai
menjijikannya.”
“Tapi,
pada akhirnya, kau berhasil bertahan dari pelatihan yang biasanya mustahil ini,
dan berdiri bersamaku sekarang! Itu menunjukkan kalau aku benar!”
“Jangan
menyebut pelatihanmu sendiri sebagai 'biasanya
mustahil' ...”
“Tidak
bisa dipercaya Ia bisa mengatakan itu tentang dirinya sendiri ...”
Bahkan
di hadapan keduanya yang sudah muak dengan sikapnya, Kakeru masih terus
tertawa.
“Sekarang,
waktunya untuk pertahanan! Mencuri bolanya dengan cepat dan mencetak beberapa
poin lagi!”
“...
Ada sesuatu yang perlu kukatakan kepadamu sebelum itu.”
“Ada
apa, Kairi?”
“Tentang
pola penyerangan lawan, jika No.4 memiliki pertahanan di bahu kanannya, Ia akan
masuk untuk menggiring bola dari kiri, dan jika Ia mendapatkannya di bahu
kirinya, dia akan mengoper, atau bahkan mencoba untuk menembak. Pemain No.5
mereka akan selalu mencoba untuk mencetak poin sendiri jika Ia melakukan
men-dribble ke kiri, tetapi efisiensinya sangat rendah dalam hal itu, jadi
tidak perlu mengejarnya. Pemain No.6— ”
“Tunggu
dulu, apa ... ?!”
“Beritahu
kami tentang itu lebih cepat ?!”
“Aku
pikir itu akan memiliki efek sebaliknya jika aku memberitahumu saat kamu
lelah.”
“Urk
... itu tidak salah sih ~”
“Ya,
ngga bisa membantah itu ...”
“Jika
itu hanya akan membingungkanmu, lupakan saja.”
“Ha
ha ha, Kairi, kau benar-benar menarik! Yah, aku tidak bisa mengatakannya untuk
alasan yang tepat! ”
“Kau
juga sudah tahu itu ?!”
“Cepat
beritahu kami! Untuk itulah waktu time-out
ada, ‘kan ?! ”
“Oh,
ada serangan cepat yang datang! Ayo coba ini segera! ”
“Diam!
Aku tahu tanpa pperlu kau beri tahu! ”
“Ahh,
berteriaklah dengan keras! Kita pasti akan memenangkan pertandingan ini!”
Kau
benar-benar tidak bisa mengejek perasaan orang lain. Meski mereka harus
menggunakan energi cadangan paling banyak, mereka masih bisa mengeluh dari atas
paru-paru mereka. Selain itu, mereka bahkan berhasil memblokir tembakan cepat
dari tim lawan, mengubahnya menjadi peluang lain dari kita.
“Kapten,
kau lebih baik mencetak poin yang ini untuk kita !!”
“Serahkan
padaku! —Atau itulah yang ingin kukatakan, tapi bukan aku yang menjadi pencetak
poin. ”
Kakeru
sangat menyadari posisiku, memberiku kode melalui pandangan matanya. Pemain tim
lawan mencoba mengejar, tapi sudah terlambat. Tembakan bebasku melayang dengan
sempurna.
“Serahkan
saja padaku — seharusnya itu adalah kalimatku.”
“Ha
ha ha, itu balas dendam kecil untuk sebelumnya!”
Kakeru
dan aku bertukar candaan kecil, dan bertukar tos.
“Tinggal
sisa dua puluh detik lagi! Kita punya keunggulan tiga poin—”
“—Itu
akan merepotkan.”
“Apa
?!”
Aku
berhasil mencuri bola dari tangan lawan.
“Mereka
datang!!”
“Sial
... Midousuji atau No.7 ... siapa itu ?!”
“Bagaimana
kalau kita berdua ...?”
“—!”
Gumam
Kakeru adalah gertakan yang jelas. Tapi, itu cukup untuk membuat tim lawan
bingung sejenak, membiarkan tim kami mencetak poin.
“Yoshaaa!!!
Tinggal satu poin lagi! ”
TTTTT
*Sudut
Pandang Nano Koori*
“Apa-apaan…
ini…”
Meskipun
ada perbedaan sepuluh poin. Walaupun yang bermain cuma empat orang ...
“Seriusan
nih…?”
“Apa
mereka bisa ... memenangkan ini ?!”
“Kalian
sudah berjuang sejauh ini! Ayo pertahankan !! ”
Meski
semua orang mengatakan kalau mereka pasti akan kalah. Para penonton menyadari
kemungkinan mereka masih menang. Sampai-sampai, aku hampir menangis. Tapi aku
tidak boleh menangis. dulu. Karena Senpai dan yang lainnya masih berjuang. Aku
harus menghibur mereka .. !!
“…Kalian
bisa melakukannya! Menangkan pertandingan ini!! ”
ghghghgh
#Sudut Pandang Kairi Watase#
Di
tengah konsentrasi aku, aku bisa mendengar suara Koori.
“Fokus!
Fokus! Sudah sampai batas ?! Siapa peduli tentang itu, ayo melampaui batas
kita!”
“Berisik
kau, kapten yang menyebalkan!”
“Aku
sudah melewati batasku sejak lama!”
Itu
benar. Mereka sudah berhasil melewati batas mereka dengan metode yang dapat
dicapai oleh semua orang. Kau tidak perlu sihir untuk melampaui batasmu.
“...
Kakeru.”
Kakeru
berbalik ke arahku, dan saat pandangan mata kami bertemu, aku mulai berlari.
“Berhati-hatilah
terhadap kemungkinan bola dicuri!”
PG
tim lawan mengeluarkan peringatan. Sambil memfokuskan bahwa bola tidak akan
dicuri darinya, Ia tersadar. Karena aku mulai bergerak, aku membuka operan yang
sempurna untuknya. Aku takkan bisa mencapainya. Kakeru tidak akan bisa
mencapainya. Tidak seorang pun dari tim kami yang akan — PG kedua menilai itu,
bola yang terbang—
“—Aku
tahu itu !!”
Jika
dia terlambat selama 0,1 detik saja, Ia tidak bakal tepat waktu. Memotong di
antara operan, salah satu dari dua anggota lainnya berhasil mengamankan bola
tepat di pinggir. Secara alami, aku tidak hanya menyadari kebiasaan lawan. Aku
mengawasi pergerakan pada semua orang di seluruh pertandingan ini .
“Kapten!!”
“-Oke!”
Bola
dioper ke Kakeru, saat deru kegembiraan memenuhi aula. Tentu saja, sebagai
bintang terhebat hari ini, semua orang mengharapkan Midousuji Kakeru
mendaratkan bola ke ring untuk memenangkan pertandingan.
“Hentikan
Ia! Cepat hentikan Ia dengan segala cara!! ”
Tim
lawan mati-matian berusaha membangun pertahanan mereka. Melirik waktunya, ini
mungkin detik-detik terakhir. Jika memikirkan skor, mereka tidak mau mengambil
risiko pelanggaran. Karenanya, mereka harus fokus menghentikan Kakeru, karena
ada kemungkinan besar Ia bisa menerobos melalui—
“Itulah
yang kalian pikirkan, bukan?”
Aku
mendengar suara Kakeru di belakangku. Pertahanan lawan bahkan tidak bisa
mengerti bahwa mereka begitu putus asa. Dengan Kakeru tiba-tiba menurunkan
kecepatannya, pertahanan mencoba untuk mencuri — ketika Kakeru melemparkan bola
ke udara menuju keranjang. Itu bahkan bukan tembakan. Bukan usaha, tapi hampir
seperti—
“Operan
yang mantap.”
Menghapus
semua limiter yang mungkin ada di dalam tubuhku, menggunakan setiap ons
kekuatan yang tersisa, aku mulai berlari ke arah bola, dan melompat. Aku
menangkap bola di udara, lalu melemparkannya ke dalam ring.
TTTTT
*Sudut
Pandang Nano Koori*
“A-A
Aleey-oop ?!”
“Se-Serius
?! Di detik-detik terakhir seperti ini ?! ”
“WTF,
Keren banget !!”
“Mereka
membalikkan keadaan!”
Para
penonton bersorak dengan keras, sehingga aku bahkan tidak bisa mendengar peluit
terakhir. Tapi itu tidak masalah, karena begitu Senpai mencetak poin, aku sudah
berlari ke arahnya.
ghghghgh
#Sudut Pandang Kairi Watase#
Setelah
akhir pertandingan, Kakeru dan yang lainnya datang bergegas ke arahku.
“Kairiiiiii!
Dasar brengsek ! Tak disangka kau akan menyelesaikannya seperti itu!
Ahahahaha!”
“Tapi
serius, Kairi-kun, apa kau bahkan masih manusia ?!”
“Beritahu
kami jika kau bisa melakukan itu sejak awal !!”
“...
Tidak, itu pertama kalinya aku melakukan itu.”
“…Eh?”
“Aku
pernah menonton ini di video referensi sebelumnya, meski terlihat paling
mencolok, tapi aku merasa ingin mencobanya, untung saja itu berhasil.”
“Ap
... tunggu sebentar ?! Kau luar biasa bisa melakukannya, tentu, tapi bisakah
kamu tidak mencoba sesuatu di panggung seperti ini ?! ”
Tentu
saja, Ia benar dalam hal itu. Tapi-
“Itulah
sebabnya aku melakukannya.” Aku melihat ke arah Kakeru. “Dua tahun lalu, aku
memenangkan pertandingan dengan cara yang mencolok juga, kan?”
“...!
Kairi— ”
“Senpai!”
Suara
itu bisa membuat aku berbalik pada arah tertentu.
"Ko—"
Bahkan
sebelum aku selesai menyebut namanya, Koori sudah memelukku.
TTTTT
*Sudut
Pandang Nano Koori*
Aku
bahkan tidak tahu mengapa aku melakukan itu. Saat aku tiba di area pinggir
lapangan dan melihat Senpai, aku langsung melompat kepadanya, memeluknya
erat-erat ...
“Senpai…Senpaaaaai~…”
“Koori
... apa kau ... menangis?"
“...
Tentu saja ... aku menangis seperti ini ... Setelah menonton sesuatu seperti
ini, tahu ... Uu ... hiks ...”
Ahh,
mukaku pasti terlihat sangat jelek sekarang ... Aku tidak ingin Senpai
melihatku seperti ini ... tapi ...
“Ohhh,
dasar pamer.”
“Sial,
aku sangat cemburu ...”
“Ha
ha ha, Koori memang hebat!”
Aku
merasa mereka berbicara tentang aku, tetapi aku tidak bisa mengangkat kepalaku
... Semua orang sangat menakjubkan ... Ahh, aku tidak bisa berhenti menangis
...
“Koori
...... aku masih berkeringat ...”
“…Aku
…tidak keberatan…”
Senpai
yang bercucuran keringat juga tidak terlalu buruk ... Ia pasti akan jijik jika
aku mengatakan itu, ‘kan?
“Tidak
... itu ... membuatku sedikit kesulitan ...”
Kata-kata
itu membuatku sedikit tenang. Maksudku, aku masih memeluk erat Senpai seperti
orang gila, dan aku bahkan bisa mendengar detak jantungnya—
“Ma-Maafkan
aku !!”
“Ah
... tidak ... tidak apa-apa ...”
Apa
yang sedang aku lakukan, sih ?! Apa yang sedang aku lakukan ?! Dan semua orang
melihat kami seperti orang gila ...!
“Haaa
... Aku ingin pacarku memelukku seperti itu juga ...”
“Kalau
begitu, bagaimana kalau kau mendapatkan pacar, sebagai permulaan?”
“Biarin.
Bahkan jika aku punya pacar, aku masih takkan bisa melakukan alley-oop macam itu.”
“Sepakat.”
Gaaaaaaaah
aku ingin mati ...!
“Baiklah,
waktunya melapor ke Okuura! Kairi, Koori, kalian pasti lagi sibuk sekarang,
jadi kalian bisa bergabung dengan kami nanti! ”
“Mi-Midousuji-senpai
...”
“Baiklah.”
Senpai—
?! Aku menatapnya dengan tak percaya, tapi sebelum aku bisa mengatakan apa-apa,
Midousuji-senpai dan yang lainnya sudah pergi menjauh. Belum lagi Senpai
mendadak jatuh ke tanah, membuatku terkejut.
“Senpai
?! E-Eh ?! Apa kamu baik-baik saja?!"
“...
Seharusnya ... tapi tidak terlalu ...”
"Eh
... ti-tidak mungkin ...”
Aku
benar-benar tidak pernah melihat Senpai seperti ini sebelumnya ...?
“Kerusakan
itu sendiri sama seperti yang sudah aku perkirakan. Aku baru bisa bangun lagi
jika kau memberiku waktu, jadi jangan pedulikan aku. ”
“Mana
mungkin aku bisa meninggalkanmu di sini !!”
Dengan
tergesa-gesa, aku mengambil handuk, minuman olahraga, dan sesuatu seperti es untuk
membantunya beristirahat.
“Apa
ada hal lain yang bisa aku lakukan ?!” Aku bertanya pada Senpai—
“Sebenarnya—”
Ia berbicara, dan melanjutkan setelah keheningan sesaat. “Aku ingin
mendengarnya ... darimu.”
"Eh?
Apa yang sebenarnya kamu maksud?”
Tidak
dapat mendengarnya dengan baik, aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, yang
membuat Senpai memalingkan pandangannya.
“—Bagaimana
... aku tadi?”
—Untuk
sesaat, tanda tanya muncul di atas kepalaku. 'Bagaimana Senpai? Hah?' dalam artian seperti itu. Tapi, mengingat
semuanya dari perrtandingan satu lawan satu melawan Okuura-kun, kinerja selama
pertandingan ini, dan pencetakan skor yang terakhir Ia lakukan, aku menyadari
persis apa yang ingin Ia dengar.
“—”
Dia
bekerja keras untuk hal sepele seperti itu. Menyadari hal ini, aku hanya bisa
berubah menjadi seorang gadis muda yang dimabuk cinta. Serius, betapa imutnya Senpai...
sungguh menggemaskannya Ia ...! Oleh karena itu, dengan senyum super, aku
berkata.
“Kamu
adalah orang paling keren yang pernah kulihat!”
TTTTT
Dua
hari telah berlalu sejak saat itu. Senpai dan aku akan pulang, sekitar waktu
jam pelajaran telah berakhir untuk hari itu.
“Kairi-kun!”
“Ah,
Okuura-kun — Woah, mereka sudah melepas perbanmu!”
Tampaknya
itu bukan luka yang dalam, tapi aku senang Ia baik-baik saja sekarang ~
“Aku
sudah mendengar hasilnya. Sepertinya kau bisa bermain di pertandingan
berikutnya. ”
“Ya
... Ini semua berkat kau ... tunggu, bukan itu!”
“Hm?
Aku cukup yakin katanya kau bisa? ”
“Tidak!
Apa benar kau mau berhenti bermain basket ?! ”
“Ya,
aku berjanji untuk bergabung cuma bermain satu pertandingan. Meski Kakeru
rupanya tidak memberitahumu tentang itu ... ”
“Ada
yang manggil aku?!”
“Midousuji-senpai?!”
Bikin
kaget saja! Ia datang menyerbu ke dalam kelas dengan waktu yang sem— Hm?
“Itu
pasti disengaja, iya ‘kan ...?”
“Hebat
ekali, Koori! Kau benar tentang itu! ”
“……Ehhh…?”
Ia
langsung mengakui itu ...? Midousuji-senpai tanpa bola basket benar-benar cuma orang
aneh ...
“Kakeru,
meminta Okuura bertanya padaku tidak mengubah hasilnya.”
“Kairi
memang beda! Jadi kau sudah tahu, ya!”
“………”
Ah,
Senpai tadi mendesah samar! SSR!
“Kairi-kun
... Bukan hanya kapten, atau bahkan aku... semua orang dari klub ingin bermain lagi
denganmu ... Bukannya kau menikmati basket dengan kami ?!”
Ohhh
... sangat bersemangat ...! Namun serius, Okuura-kun benar-benar mirip seperti
Midousuji-senpai. Aku ingin tahu bagaimana jawaban Senpai ... Menoleh ke
arahnya, Ia menjadi diam. Selama waktu itu, Okuura-kun tidak mengatakan
apa-apa. Midousuij-senpai juga tidak. Semua orang terdiam.
Eh?
Apa ini? Apa yang sedang terjadi?
“...
Itu menyenangkan.”
Di
saat Senpai mengucapkan kata-kata itu, bahkan teman-teman sekelas yang
kebetulan mendengar ini mengeluarkan seruan 'Ohhh!'
, ketika Okuura-kun mendekati Senpai.
“Jadi—!”
“Tapi,
aku harus menolak.”
“Kenapa?!”
Fiuh
... Ia pasti tidak menyerah ... Lihatlah seberapa dekatnya mereka ... jika aku
adalah tipe gadis seperti itu, aku akan menjadi gila sekarang ... Yah,
setidaknya itu bukan dengan gadis lain ...
“Bermain
basket memang menyenangkan ... tapi ada sesuatu yang lebih penting bagiku.”
...
Um, apa itu berarti ... Okuura-kun menatapku, memaksaku untuk tersenyum canggung. Maksudku, hanya ada satu
hal yang Ia maksud dengan itu, ‘kan ...
“Kalau
begitu, apa boleh buat!” Midousuji-senpai meletakkan tangannya di bahu
Okuura-kun. “Okuura! Tidak ada yang suka pria yang terlalu maksa! ”
“Midousuji-senpai
... tapi ...”
“Okuura.
Kau bilang ingin bermain basket denganku, bukan? Meski cuma sebentar, Kau harus
istirahat. Jadi, apa yang harus kau prioritaskan sekarang? "
“………”
Okuura-kun
tampak agak kebingungan untuk sesaat, lalu akhirnya berjalan pergi setelah
memberikan pandangan terakhir ke arah Senpai ... Ia mungkin pergi berlatih
sekarang. Setelah melihat ini, Senpai menghela nafas.
“...
Jadi itu tujuanmu yang sebenarnya, huh.”
“Eh?”
Apa?
“Ha
ha ha! Baiklah, Okuura sebenarnya pria yang berbakat, jadi aku akan memintanya
mengemban klub kita di masa depan. Ia tidak bisa mengejarku selamanya. ”
“Eh?!”
Hah
... Kenapa Ia mendadak terdengar sangat pintar sekarang ... Apa ini sosok
Midousuji-senpai yang sebenarnya ?!
“Pokoknya,
izinkan aku mengucapkan terima kasih lagi, Kairi!”
“…Tidak
perlu.”
“Aku
senang kita bisa bermain basket lagi karena masa lalu.”
“………”
“Kau
lupa dialogmu. 'Itu sama bagiku', ‘kan?”
“Kau
sepertinya ingin mendengar itu, jadi aku tidak mau.”
“Peka
sedikit sama suasana lah!” Midousuji-senpai tertawa terbahak-bahak.
“Jika
itu orang lain, maka aku harus melakukan sesuatu yang berbeda ... Tapi kalau
itu kau, aku merasa itu sudah cukup.”
“Baiklah,
kalau begitu!”
Midousuji-senpai
tiba-tiba menatapku dengan ekspresi tampan yang gila.
“Kau
dengar itu, Koori ?!”
“...
Eh ... Ah, ya ...” Terkejut, aku hanya bisa memberikan jawaban yang samar.
“Aku
serahkan Kairi padamu.” Ia dengan lembut menepuk pundakku, dan berjalan pergi
sambil mengangkat sebelah tangannya ke atas.
...
Eh ... Ehhh? Apa-apaan dengan cara pergi yang mencolok itu... keren sekali. Tapi, bahkan lebih dari itu—
“……”
Sosok
Senpai yang menatap Midousuji-senpai ... sangat mulia.
Kami
meninggalkan sekolah, lalu melanjutkan perjalanan pulang, dan sekitar waktu
kami akan berpisah untuk hari itu, aku merasakan dorongan untuk mengucapkan
kata-kata yang aku simpan sendiri selama ini.
“Um
... Senpai, apa itu benar-benar pilihan yang tepat?”
Mungkin
Senpai menungguku untuk bertanya. Karena, Ia tidak membalas 'Apa maksudmu' seperti biasanya ...
“Um
... Aku ingin tahu apa Senpai menahan diri demi aku, karena jika begitu, lebih
aku tidak mau begitu ... Aku ingin kamu melakukan apa pun yang kamu ingin
lakukan, karena itu—”
“Bukan
itu masalahnya.”
Itu
mengejutkan aku. Senpai jarang-jarang menyela perkataanku seperti ini. Tapi, Ia
sendiri tampak terkejut.
“A-Ah
... yah, maaf ... Hanya saja, selama seluruh cobaan ini, aku menyadari satu
hal.”
“...
Sesuatu yang kamu sadari?”
Aku
ingin tahu apa? —pikirku dalam hati, saat Senpai tiba-tiba tersipu malu ...
Tunggu, tunggu dulu. Ekspresi macam apa ini? Aku perlu mengambil fotonya. Tapi,
apa yang terjadi setelah itu bahkan lebih buruk untuk hatiku.
“Aku
ingin ... menghabiskan waktu sebanyak mungkin denganmu ... dan aku lebih
menyukainya ... ketika hanya kita berdua saja...”
“……”
Yah.
Kamu tahu. Ya ampun. Serius ... serius ...!
“…Aku
juga….merasakan hal yang sama…”
Meskipun
aku pasti menggumamkan itu dengan suara yang gagap.
“—Terima
kasih Tuhan.”
Senpai
mendengarkanku dengan benar. Ditambah lagi, senyum itu jelas-jelas melanggar
aturan ... Sungguh, apa yang aku pikirkan, dengan asumsi bahwa aku mengekangnya
... Ngomong-ngomong, mendengar bahwa Senpai merasakan hal yang sama seperti
aku—
“~~~!”
Aku
merasa sangat senang sampai-sampai aku hampir dibuat jadi gila.