Chapter 04 —
Gadis SMA dan Belanja
Kami meninggalkan rumah sebelum
jam 10 pagi dan mengunjungi distrik perbelanjaan terdekat. Kami datang untuk
membeli barang-barang rumah tangga yang Kanon suruh agar bisa cocok dengan
pakaian Himari dan berbagai barang lainnya.
Karena Himari mengenakan
seragam, Kanon juga memutuskan untuk
memakainya supaya menyesuaikan dengan Himari.
Sedangkan untukku, aku tidak
ingin dua gadis SMA bersamaku karena aku akan terlihat menonjol… ..
Tapi hal tersebut ditolak oleh
Kanon dengan alasan “Tidak ada yang akan peduli.”
Memang benar meskipun karena
ada banyak orang. Tidak semua orang memkaung kami dengan curiga. Mereka mungkin
melihat kita sekilas, tapi semuanya dengan cepat kehilangan minat setelahnya.
Karena hari ini adalah hari Sabtu,
tempat-tempat tersebut dipenuhi oleh keluarga dan pasangan kekasih serta
kelompok anak muda yang terlihat seperti teman dekat.
Kau tidak akan menemukan pria
seusiaku yang berjalan sendirian di sini.
“Lihat, sudah kubilang ‘kan?
Orang tidak akan repot-repot mempertanyakan hal sepele tentang kita. Jika ada,
mereka akan lebih tertarik untuk berbicara dengan siapa mereka. ”
“Sepertinya begitu ……”
“Wew… .Terima kasih.”
Himari menghembuskan nafas lega
tepat di sampingku.
Sepertinya bukan cuma aku
satu-satunya yang diyakinkan oleh ucapan Kanon.
Oh ya, dia ‘kan gadis yang kabur
dari rumah……… ..
Apa kita aman-aman saja berada
di tempat terbuka begini?
Himari mengatakan bahwa
keluarganya tidak akan mempermasalahkannya tapi bukan berarti mereka tidak
mencarinya.
Tapi… Kita sudah sampai sejauh
ini. Selain itu, akan merepotkan jika membeli pakaian jika orangnya sendiri
tidak ada di sini.
Bagaimanapun, kita sebaiknya
segera berbelanja dan pulang dengan cepat.
“Bagaimana kalau kita mulai
dengan pakaian Himari dulu?”
“Aku akan sangat menghargai
jika Kau mau. Aku ingin berganti pakaian juga jika aku bisa… ..Seragamku bukan
dari sekitar sini, jadi aku pikir itu membuatku menonjol ……… ”
“Oh?”
Bagiku, aku tidak berpikir
bahwa seragam Himari sangat berbeda dari gadis-gadis SMA yang biasa terlihat di
sekitar sini.
Meskipun aku sendiri yang
mengatakannya tapi… Seragamnya terlihat seperti blazer biasa bagiku.
“Aaa ~~… ..Tentu saja.
Pita-pita itu sangat lucu ~ ”
Kanon sekali lagi memuji
seragam Himari.
Bagiku itu hanya terlihat
seperti pita kotak-kotak, tapi— Kurasa ada kelucuan yang hanya dimengerti oleh
para gadis.
Aku pikir akan lebih baik jika
pria tua sepertiku tutup mulut.
“Mari kita lihat pakaiannya
dulu—”
Kanon memimpin dan mulai
berjalan.
“Apa kau pergi ke sini sebelumnya,
Kanon?”
“Ya. Dengan teman-temanku.”
“Begitu ya. Aku harus memintamu
untuk mengantar kami berkeliling. Aku sendiri cuma baru sekali di sini. Ah,
bawa kami ke tempat yang murah juga jika memungkinkan. ”
Aku membuat permintaan yang
tulus kepada Kanon, yang berjalan di depanku.
Aku bahkan tidak tahu jenis
pakaian apa yang suka dikenakan gadis-gadis SMA, tetapi aku ingin terhindar
dari toko di mana sepotong pakaian harganya lebih dari 10.000 yen.
“Tentu. Apa kamu tidak masalah
dengan baju merk UNIQLO, Himari? ”
“Ya. Jusru akan lebih baik lagi
kalau itu pakaian bekas. Kamu tidak perlu menghabiskan uang sebanyak itu untukku
…… ”
“Tidak apa-apa, maksudku mereka
bahkan tidak menjual pakaian bekas di tempat seperti ini, kan?” Balasku
“Ya, ya. UNIQLO juga memiliki
pakaian dalam dan segala sesuatunya sangat lengkap di sana. Ayo pergi ~ Ayo
pergi ~. ”
Kanon meraih tangan Himari dan
berjalan menuju tempat itu dengan semangat tinggi.
Ini bukan berarti aku punya
fetish aneh atau semacamnya tapi—
Melihat kedua gadis yang
berpegangan tangan ….rasanya agak menenangkan, harus kukatakan ……
Aku tidak ingin mereka tahu
kalau aku memikirkan hal-hal yang menjijikkan jadi aku tertinggal sedikit
sebelum aku mengikuti mereka.
☆☆☆☆
Kenapa gadis SMA butuh waktu
lama untuk berbelanja ………
Puluhan menit sudah berlalu
sejak kami memasuki toko.
Kemampuan mentalku mulai
menutup.
Keduanya terus mondar-mandir di
tempat yang sama berulang kali.
Aku juga mulai melihat-lihat di
toko untuk menghabiskan waktu untuk menghilangkan rasa bosan. Namun saat ini,
tidak ada pakaian tertentu yang ingin aku beli. Bagian atas dan bawah dari
tahun lalu masih bisa aku pakai.
Oh, tapi setidaknya aku bisa membeli
pakaian dalam, kan? Kanon mungkin akan mencelaku jika aku tidak melakukannya.
Aku hendak bergerak dengan
pemikiran itu ketika Himari mendekatiku dengan keranjang di belakangnya.
“Uhm, Komamura-san. Untuk saat
ini, aku sudah mendapatkan pakaian tidur dan dua set pakaian kasual dan juga 2
pasang pakaian dalam dan sepasang kaus kaki tapi …… Apa biayanya bisa diterima?
Aku sudah memilih yang termurah yang bisa aku temukan.”
Dia terlihat cemas saat
menunjukkan pakaian di keranjang.
—Hei
tunggu. Jangan sembarangan memamerkan celana dalammu. Aku akan kesulitan
menjawabnya, tahu !?
Aku tahu ini hal baru dan semua
gadis SMA tidak apa-apa dengan memamerkan pakaian dalam yang mereka rencanakan
untuk dikenakan kepada pria !? Atau apa dia hanya istimewa dalam hal itu?
“Umm, Komamura-san… ..?”
Aku tidak mengatakan apa-apa saat Himari
menatapku dengan malu-malu.
“Kamu pasti sedang memikirkan sesuatu yang
aneh, bukan?”
Di sebelahnya, Kanon menatapku
sambil mencibir.
“Tidak, kok.”
Aku harus tenang. Ini hanya
barang dagangan toko. Itu bukan pakaian dalam Himari. Namun…
Aku mengambil nafas untuk
menjernihkan pikiranku. Aku kemudian memeriksa keranjang belanja lagi. Ini
untuk tujuan pengecekan harga saja. Tidak ada maksud lain.
Aku dengan enggan mengonfirmasi
bahwa warnanya putih ...
...... Kalau dipikir-pikir,
celana dalam yang kulihat saat dia terjatuh kemarin juga berwarna putih. Apakah
Himari menyukai warna putih ——-
Sial, untuk apa aku
mengingatnya !?
Aku harus menghitungnya
sekarang.
“Yup— Ini sudah sesuai
anggaran. Tidak ada masalah sama sekali. Kau boleh memilih lebih banyak lagi jika
kau suka— ”
“Tidak, Sungguh tidak apa-apa.
Ini saja sudah cukup… .. ”
“Begitu ya. Aku duluan dan
membayarnya nanti. "
Aku menerima keranjang
belanjaan dari Himari, sekaligus kabur dari Kanon yang masih menatapku sampai
sekarang.
Dalam perjalanan ke kasir, aku
juga memasukkan boxer ke dalam keranjang.
Ini akan menjadi masalah jika
cuma ada pakaian dalam yang usang karena aku tinggal dengan gadis-gadis SMA.
☆☆☆☆
Usai membeli, Himari segera
pergi ke kamar kecil dan mengganti pakaian yang dibelinya.
Bahkan aku merasa itu lebih
baik daripada berseragam.
Kanon merasa sedikit kecewa
pada mereka karena harus menghentikan "kencan seragam" mereka tetapi
karena dia mengerti alasannya, dia tidak mengatakan apa-apa lebih jauh.
Setelah itu, kami pergi ke toko
kebutuhan sehari-hari dan membeli barang-barang yang Kanon tunjukkan. Kami juga
pergi ke bagian perabotan rumah dan membeli tirai renda. Yang seharusnya
membantu kita dengan sedikit mengintip. Kami juga membeli kursi ruang makan
yang kurang dan menggunakan jasa antar barang untuk mengirimnya ke apartemenku.
Aku melihat daftar belanjaan
lagi.
Sikat scrub, pengharum ruangan,
sampo dan kondisioner, jaring cucian, tempat sampah untuk kamar kecil dan
disertakan dengan kantong sampah—.
Dengan ini, hampir semua hal
yang Kanon tunjukkan seharusnya sudah dibeli.
Aku juga membeli lebih banyak
kantong sampah, dua sikat gigi, dan peralatan makan.
Jika ada hal lain yang kurang,
kami dapat membelinya saat dibutuhkan.
Sisa pekerjaan hari itu akan
selesai setelah membeli makanan—
“Kita harus segera makan ……….”
Mendengar apa yang dia katakan,
aku melihat jam tanganku.
Jarum jam sudah mengarah ke jam
12.
Aku tidak menyadarinya sudah
sesiang ini.
Aku tidak menyadari rasa
laparku sampai saat aku melihat waktu.
Ada denah untuk tata letak
gedung tepat di depanku jadi aku berhenti.
Sepertinya area restoran berasa
di lantai pertama sedangkan food court ada di lantai atas. Keduanya terletak di
paling luar jadi agak jauh untuk ke sini.
“Kalau begitu, kenapa kita tidak
pergi makan siang saja. Apa kalian ingin memakan sesuatu? ”
“Aku baik-baik saja dengan apa
pun.”
“Hmmmm. Ayo pergi ke yang itu!
- Itulah yang akan aku katakan jika aku ingin pergi ke tempat yang aku
inginkan.”
Itu adalah jawaban paling
bermasalah yang bisa aku dapatkan.
“Bagaimana denganmu
Komamura-san? Kamu ingin makan dimana? ” Himari bertanya padaku.
“Err, uhmm ……. Aku sih apa saja
tidak masalah…”
“Kalau begitu kita semua sama,
bukan …… ..”
Kami tertawa kecut satu sama lain
sambil berdiri di depan denah.
Aku merasa ini adalah pertama
kalinya kami bertiga menyetujui sesuatu. Perasaan yang bagus dan lembut.
☆☆☆☆
Akhirnya kami sepakat menuju food court dan menemukan apa yang ingin
kami makan dari sana.
Aku memilih tempura donburi dan
soba set1 sementara Kanon memesan hot dog dan es teh dan Himari memesan hotdog
dan jus jeruk. Bisa dibilang, pilihan makanan kami tidak memiliki rasa harmoni
di antaranya.
Sensasi yang cukup segar, aroma
takoyaki beterbangan di udara saat aku mencoba menyantap soba.
Namun, yang lebih menyengat
dari itu, adalah bau dolsot bibimbap di meja sebelah.
Baunya membuatku agak bingung
dengan apa yang sebenarnya aku makan.
Setelah melihat sekeliling,
memang ada banyak orang di sini.
Melihat banyak orang di sini
membuatku merasa masalah Himari yang tidak ingin terlihat bisa ditangani cukup
baik di sini. Tentu saja, kami juga tidak bermaksud ceroboh tentang itu.
Dengan tekad yang baru
ditemukan itu, aku menggigit udang di dalam tempura donburi, lalu—
“Fuwa !? Phanas sekali! ”
Setelah menggigit Takoyaki-nya, Himari
tiba-tiba mulai menjerit kesakitan.
“Apa kamu baik-baik saja!? Ayo
minum jusnya!”
Sesuai saran Kanon, Himari
meminum jus jeruknya sambil mengunyah Takoyaki.
Dia membiarkan jus itu memenuhi
mulutnya sebentar sebelum akhirnya menelannya.
“Uwa, lidahku terasa terbakar….
Itu membuatku terkejut….”
“Berhati-hatilah, oke. Isi
Takoyaki sangat panas. Jika kamu tidak terbiasa dengan makanan panas, kamu
perlu meniupnya untuk mendinginkannya dulu, oke? ”
“Uwuu… .iya….”
Mengikuti apa yang Kanon
katakan padanya, dia mendinginkan takoyaki dengan meniupnya.
Melihat itu, Kanon tersenyum
lembut dan menyantap makanannya sendiri—
“Afuu !? Ke-Kenapa sosis ini
panas sekali!? ”
Sama seperti Himari, dia
membakar lidahnya.
“Kanon, sepertinya kamu juga
perlu mendinginkannya dengan benar, oke?”
Himari tersenyum nakal.
Kanon tidak bisa berkata
apa-apa dan menyesap es tehnya, wajahnya merah padam.
Aku menahan tawaku sambil
menyeruput mie soba-ku.
Kami beristirahat sejenak setelah
selesai makan.
Lingkungan kami penuh dengan
keluarga dan kelompok anak muda yang sedang mengobrol.
Aneh rasanya mendengar banyak
suara tumpang tindih karena itu benar-benar terdengar seperti sekumpulan suara
mendengung.
“*
Fuaa* …… ..Yang tersisa hanya membeli bahan makanan sebelum kita
bisa pulang.”
—Ujar Kanon, sambil meregangkan
tubuhnya dan menguap.
“Ya. Ah ——– tidak, masih belum.
”
“Hmmm? Apa masih ada yang lain?
”
“Aah… Kita lupa membeli futon.”
“Oh! Benar juga.”
Aku hampir melupakan sesuatu
yang penting.
Tidur itu penting. Orang tidak
bisa mendapatkan istirahat malam yang nyenyak di sofa.
“Begitu ya……..”
“Ada apa Kanon? Wajahmu
terlihat sedikit pucat.”
“Uh… ..Aku hanya sedikit
lelah.”
Wajah Kanon jelas mencerminkan
gagasan itu.
Yah, kami memang sudah berjalan
cukup jauh.
“Lalu, apa kau mau terus
beristirahat di sini? Sementara itu, aku akan pergi membeli kasur.”
“Hmm …… .Yeah. Aku akan
melakukan itu.”
Himari memandangku dan wajah
Kanon bolak-balik. Sepertinya dia tidak yakin apa yang harus dia lakukan.
“Himari, apa kau ingin
menunggunya di sini juga?”
“Ermmm, sebenarnya… .. aku
ingin pergi ke kamar kecil….” Ujar Himari sambil malu-malu.
“Ah kalau begitu, pergilah
dengannya. Aku akan mengawasi barang-barang kita di sini.”
“Apa kau akan baik-baik saja
dengan itu?” tanyaku.
“Jangan khawatir. Ini tidak
seperti aku akan menghilang.”
Kata Kanon sambil melihat ke
suatu tempat di kejauhan.
Kata-kata itu mungkin
mengandung sinisme terhadap ibunya.
Aku merasakan sensasi menusuk
di dadaku.
“Baiklah. Tapi sebelum kita
pergi— tunggu sebentar ”
“Hm?”
Aku pergi dari sana dan membeli
coffee float di kedai kopi, setelah
itu kembali ke Kanon.
“Ini. Minumlah ini sambil
menunggu. ”
“Eh…? Apa kamu yakin aku boleh
memiliki ini? ”
“Yah, aku bahkan tidak
membelikanmu pakaian untukmu.”
“Tidak apa-apa, tapi ...
Bagaimana kamu tahu aku suka stroberi?”
“Kau menggumamkannya saat
sedang memilih minuman.”
“Eh…….kamu mengingat itu.”
Apa Kanon menganggapku orang
yang pikun?
Setidaknya aku bisa
mengingatnya.
“Kalau begitu aku mengandalkanmu
untuk mengurus barang-barang kita. Ayo, Himari ”
“Baik.”
“…..Semoga berhasil.”
Kanon mengatakan itu dengan
ekspresi paling lembut yang pernah aku lihat atau setidaknya itulah yang
kupikirkan.
☆☆☆☆
Setelah beberapa menit
meninggalkan food court, aku melihat Himari yang sedang berjalan di sebelahku.
“Apa kau ingin minum juga,
Himari?”
Aku baru saja menyadari bahwa aku
mungkin terlihat seperti pilih kasuh terhadap Kanon bila dari sudut pandang
Himari.
“Tidak, tapi terima kasih atas
perhatianmu. Membeli begitu banyak barang demi aku, itu lebih dari cukup. Lebih
dari itu…. Aku ingin ke kamar mandi lebih cepat …… ”
Itu adalah tanda betapa
mengerikan situasinya berdasarkan ekspresi serius di wajahnya.
“A-ayo cepat kalau begitu.”
Kami mengkonfirmasi secara
visual di mana letak kamar mandi dengan memeriksa tanda yang tergantung di atas
kepala lalu mempercepat langkah kami
Area penjualan futon terletak
di ujung mal dari food court. Kami harus melintasi seluruh lorong pusat
perbelanjaan.
Sejujurnya, itu agak jauh. Mal
besar belum tentu semuanya bagus.
Memutuskan salah satunya adalah
hal yang mudah. Aku telah membeli dua set futon dan selimut termurah.
Tentu saja, aku tidak bisa
membawanya ke mana-mana, jadi aku mengaturnya untuk dikirim ke rumah.
Sepertinya itu akan tiba saat malam tiba.
“Aku benar-benar minta maaf karena
kamu harus menyiapkan futon untukku ……….”
“Jangan pedulikan itu. Kanon-lah
yang menginginkanmu sejak awal. Kau harusnya berterima kasih padanya.”
Rencana awalku adalah mengusir Himari setelah
satu malam ……… ..
“Itu juga benar tapi .... Orang
yang menghabiskan uangnya adalah Komamura-san ......”
“Bagaimanapun, dia masih di
bawah umur dan aku adalah kerabatnya jadi ……”
Aku tidak menggunakan kata
"wali" karena rasanya agak berbeda dari itu.
Ini adalah situasi yang terjadi
secara kebetulan, aku hanya sepupunya.
“Ayo kembali ke Kanon.”
Kami berbelok ke kanan dan ke
kiri untuk menghindari orang-orang berjalan tanpa gangguan.
“Oh ya… .Perlengkapan macam apa
yang kau butuhkan untuk menggambar?”
“Eh !?”
Himari membuka lebar matanya
dengan cara yang lucu mengikuti pertanyaanku.
“Alat gambarmu. Orang tuamu
membuang semuanya, kan? ”
“Ya tapi…. uhmm, kamu tidak
perlu repot-repot… . ”
“Aku sudah melangkah sejauh
ini, jadi sementara aku melakukannya, aku berpikir untuk membelinya untukmu.”
“Ti-Tidak perlu. Kamu tidak perlu membelikanku
lebih dari— "
“Bukannya kau sendiri yang
mengatakannya? "Aku ingin
menjangkaunya dengan tanganku sendiri. Aku ingin mendaftar sebuah kontes.
Bukankah kamu melarikan diri dari rumah sehingga kamu bisa menggambar sesuka
hati? ”
“Itu …… ..Ya …… memang… ..”
“Jika kau mengkhawatirkan uang,
kau tidak perlu cemas.”
“Ke-Kenapa …… .. kenapa kamu
berbuat sejauh ini untukku? Aku bahkan tidak tahu harus mulai dari mana untuk
membalas budi …… ”
Himari menatap lurus ke arahku,
aku kehilangan kata-kata saat itu.
Kenapa, ya?.
Aku hanya bertemu gadis yang
melarikan diri ini kemarin. Apa alasanku berbuat sejauh ini untuknya.
Aku tidak bisa memberikan
jawaban yang jelas kepada Himari.
Kenapa ya? Tapi mendengar
tentang situasinya menyebabkan desas-desus jauh di dalam dadaku, itu sedikit
menyakitkan—.
Aku sendiri tidak tau tetapi
dorongan dalam diriku menggerakanku untuk membantunya.
“…..Tak ada alasan khusus. Kau
tidak perlu memikirkan hal-hal itu.”
“Tapi……..”
Himari masih cemas tentang itu,
tapi kemudian mengubah ekspresinya seolah-olah memperhatikan sesuatu.
“Ah…!? Mungkinkah ini salah
satu skenario di mana aku 'Membayar
dengan tubuhku'? ”
“Hah !? kau ini bicara apa !?
Mana mungkin aku berpikir begitu!”
Aku menaikkan suaraku secara
refleks, mengumpulkan perhatian orang-orang yang lewat .
...... Sial, ini sedikit
memalukan.
Tapi aku sedikit kaget dengan apa yang Himari
katakan padaku. Apa aku terlihat seperti orang seperti itu?
Maksudku .... Kurasa itu akan
menjadi jalan pemikiran normal tentang tujuan seorang pria bahkan membiarkan
seorang gadis SMA tinggal di rumahnya.
“Eh, bukan? Di doujin yang
biasa aku baca, kebanyakan gadis yang kabur dari rumah memiliki banyak
perkembangan seperti itu. Aku yakin itu …… ”
“Kau seharusnya tidak belajar
tentang masyarakat melalui doujinshi …… ..”
Aku selalu merasa dia kurang dalam hal akal
sehat tapi …… tak kusangka dia sampai segitunya.
--- Tunggu sebentar.
Itu berarti dia membaca
doujinshi dengan situasi seperti itu.
Tidak…. Bukannya dia masih di
bawah umur?
Sebagai seseorang yang melihat
hal semacam itu di Fanza, mendengar kata itu sekarang cukup menggangguku.
Aku tidak tahu banyak tentang
dunia "Doujinshi" sampai aku mulai melihat konten Fanza, tapi cukup
menyadari bahwa ceritanya sendiri memiliki konten yang meragukan.
Bagaimana aku harus bereaksi
dalam kasus ini ……… ..
Dan itu datang dari seorang
gadis.
Apa aku perlu memarahinya
dengan benar? Aku bukan orang tua Himari …… ..
………… ..Yah, akan lebih baik mengesampingkan
masalah untuk saat ini.
Yang penting darinya adalah—
“Aku tidak meminta imbalan apapun
darimu. Jika aku dipaksa untuk memberikan alasan, kurasa aku ingin melihatmu
menggambar dengan benar? Itu sebabnya beri tahu aku apa saja alat yang kau butuhkan.”
Himari merenung sejenak, tapi
dia akhirnya menatapku dengan mata hitam besarnya.
“Penghargaan * hanya memenuhi
syarat untuk entri digital, yang dibuat dengan pen-tab dan editor grafis. Komamura-san, kamu punya komputer di
rumah jadi aku ingin tahu apakah kamu akan mengizinkanku menggunakannya… .. ”
“Begitu ya. Ngomong-ngomong,
apakah "editor grafis" yang kau gunakan itu untuk koreksi foto dan
sejenisnya?”
“Iya. Ah, apa Komamura-san menggunakannya
di tempat kerja?”
“Tidak sama sekali, aku seorang
akuntan jadi aku tidak ada hubungannya dengan itu kecuali .... Aku ingat itu
digunakan untuk membuat montase foto ketika masih ada adikku. Jika ini software
dengan fungsi yang begitu, maka sudah ada yang terpasang di komputer.”
“Eh— !? Apa itu Photoshop atau
Illustrator? ”
“Maaf, aku tidak tahu nama
software -nya……”
Aku sedikit kewalahan ketika
Himari dengan tidak sabar mengajukan pertanyaan.
“Tidak. Seharusnya aku yang
meminta maaf. Meskipun, jika software cukup bagus untuk membuat montase foto
maka itu sudah cukup. Yang aku butuhkan hanyalah tablet gambar, dan semua itu
sudah cukup bagiku!”
“Ak-Aku mengerti. Kita hanya
perlu membeli tablet gambar.”
Dan kemudian, sambil berjalan,
kami berhasil sampai di pintu masuk sebuah toko elektronik yang sangat luas.
Kebetulan sekali.
Seiring dengan waktu itu, aku
dan Himari memasuki toko.
“Mungkin di dekat bagian
komputer. Mari kita lihat, di mana… .. ”
Sambil melihat papan nama yang
tergantung di bagian atas toko, Himari dengan cepat bergerak maju di depanku.
Seolah-olah dia adalah orang
yang sama sekali berbeda ……… ..
Dia seperti ikan yang energik
di air, sepenuhnya dalam elemennya. Aku mulai mengikuti di belakangnya.
Himari memilih apa yang disebut
"Pen Display" dan memberi tahuku “Tapi ini mahal ...”
Aku ingin menjawab dengan “Kau
tidak perlu menahan diri…” tetapi kata-kata itu tersangkut di tenggorokanku
setelah melihat harganya.
Pen Display….
Dari yang premier hingga harga
terendah, tablet layar harganya cukup mahal… ..
Ini setara dengan harga yang
biasanya kau lihat saat membeli TV.
Mengintip ke dalam dunia yang
tidak aku ketahui membuatku terintimidasi.
☆☆☆☆
“Astaga, kalian berdua lama sekali.”
Kembali ke area food court, tangan dan kepala Kanon disandarkan
di atas meja.
Dia masih memegang wadah kosong
dari strawberry float sambil menatapku dengan ekspresi protes.
“Ma-Maaf. Kami sedikit
teralihkan. ”
“Aku juga minta maaf, Kanon
…….”
“…. apa itu yang membuatmu
teralihkan? ”
Kanon melihat ke kotak pentab yang dibawa Himari.
“Ya. Komamura-san membelikan
ini jadi aku bisa menggambar ……… ”
“Heeeh— Aku ingat kamu
mengatakan sesuatu tentang itu. Itu memang perlu.”
Dia menatapku dengan dingin
tapi pandangannya melembut pada Himari.
Aku kira pada dasarnya aku
masih orang asing di matanya.
Tidak masalah meskipun sedikit
demi sedikit. Jika dia bisa bersikap ramah kepadaku, aku sudah senang dengan
hal itu. Yah, aku takkan menuntut yang tidak mungkin.
“Baiklah. Ayo beli beberapa
bahan makanan sebelum kita pulang ”
Melihatnya lagi, aku sudah
selesai berbelanja.
Menambahkan bahan makanan ke
dalam campuran itu, kembali dengan ini akan sangat mengerikan ……
Setelah berbagi beban dengan mereka
berdua, kami menuju area bahan makanan di lantai satu.
Kupikir aku belum pernah berbelanja
sebanyak ini sejak aku pindah ke rumah baru.
Tapi… Ini bukanlah perasaan
yang buruk.
Ini hanya pemikiran kecil tetapi—
Cara kami membagi belanjaan sambil berjalan……… tampak seperti potret sebuah keluarga.
<<=Sebelumnya | Selanjutnya=>>
Hem hem
BalasHapus