1LDK, Soshite 2JK Vol.1 Chapter 05 Bahasa Indonesia

Chapter 05 —Gadis SMA dan Komputer

 

Sesampainya di rumah, kami langsung membereskan barang yang sudah kami beli.

Hal pertama yang disiapkan adalah renda tirai.

Terlihat tidak jelas jika dilihat dari dalam rumah, tapi kain penting ini akan melindungi kehidupan kita agar tidak terlihat oleh dunia luar.

Kami bertiga dapat menghabiskan waktu tanpa khawatir terlihat pengawasan orang lain.

Hal berikutnya yang disiapkan adalah pengharum ruangan.

Barang tersebut membuatku terkesan. Hanya dengan meletakkan pengharum ruangan di dekat pintu depan membuatnya tampak seperti pintu masuk rumah orang lain. Dengan adanya ini, Kanon tidak akan mengeluh tentang masalah bau lagi.

Kanon meletakkan belanjaan di kulkas begitu kami sampai di rumah.

Meski itu kulkasku, dia bisa menyimpan bahan makanan di dalamnya satu demi satu dengan kemahiran seolah-olah dia sudah tinggal di sini selama bertahun-tahun.

Dia menyesuaikan diri dalam lingkungan ini dengan sangat cepat …….

Itu bagus. Sepertinya aku tidak perlu terlalu khawatir tentang masa depan.

Kebetulan, bir yang dengan bangga menempati bagian tengah lemari es diletakkan ke bagian belakang, menyatukannya dalam prosesnya.

Himari mengambil tablet gambar yang dibeli dari kotak dan duduk di depan komputer di kamar tidur.

“Komamura-san. Apa aku boleh menyalakan komputernya? Aku ingin memeriksa software di dalamnya juga …… .. ”

“Tentu. Komputernya dalam keadaan sleep mode, jadi layarnya akan menyala jika kau menggerakkan mouse-nya.”

Aku menjawabnya sambil mengeluarkan sikat scrub dari tas.

Kalau dipikir-pikir, sudah tiga hari yang lalu sejak terakhir kali aku menyentuhnya.

Akhir-akhir ini, aku terbiasa meninggalkannya tanpa mematikannya.

“Komputernya sudah nyala tapi perlu kata sandi.”

“Ah, benar juga, aku keluapaan.”

Diberitahu begitu oleh Himari, aku bergerak ke depan komputer.

Jari-jariku bergerak dan selesai mengetik kata sandi yang tertanam kuat di dalamnya. Halaman yang aku lihat 3 hari yang lalu muncul di layar dan—

“— Oh sial”

Aku menggerakkan mouse dengan kecepatan cahaya.

“— !?”

Mengabaikan Himari yang terkejut, aku menghilangkan semua tab yang ada di windows.

Aku ceroboh… ..

Seharusnya aku menghapusnya… ..

Aku benar-benar kelupaan apa yang aku lihat tiga hari yang lalu sampai saat aku membuka layar.

Hal pertama yang muncul di layar adalah artikel berita, tetapi letak masalahnya ada pada tab yang terbuka di sisi atas layar.

Singkatnya, karena itu.

Itu adalah sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilihat bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun ……… ..

Dan terlebih lagi, judul yang ada di tab itu benar-benar memberatkan. Dengan pandangan sekilas saja sudah bisa menduga isinya.

Apa Himari melihatnya?

Aku pikir dia tidak sempat melihatnya.

Sebaliknya, aku memohon supaya dia tidak sempat melihatnya.

“Uhmm, Komamura-san….”

“Oh itu benar, silahkan dilanjutkan dan gunakan editor! Pasti ada ikon di desktop. Ada di sini entah di mana ……. ”

Aku mencoba untuk tetap tenang saat mencoba untuk membodohi dia tapi suaraku mungkin akan sedikit melengking ……

Aku lalu melirik Himari. Wajahnya memerah saat dia melihat ke bawah karena malu.

--Ah

Apa…. Dia memang melihatnya ………

Tamat sudah riwayatku.

“Ko-Komamura-san”

“……Apa.”

Demi menyembunyikan kegelisahanku, jawabanku jadi sedikit ketus.

Tidak. Sebaliknya, aku harus mengakuinya dengan berani, inilah saatnya untuk menunjukkan ketenangan sebagai pria dewasa—

Tapi ketika aku memutuskan, Himari bergumam kepadaku sebelum aku bisa melakukannya.

“Errm …… .tangan …….”

“Hm?”

Saat itulah aku baru menyadarinya.

 Tanganku memegangi tangan Himari yang di atas mouse.

“Oh, m-maaf.”

“Y-ya, ti-tidak apa-apa…”

Aku tidak memperhatikan tangannya sampai dia memberi tahuku tentang hal itu.

Tapi, aku menyadarinya sekarang. Himari akan menggunakan komputer mulai sekarang. Aku harus berhati-hati tentang hal yang beginian ………

Aku harus diam-diam mengatur favoritku ke dalam folder nanti …….

Untuk mengubah suasana canggung ini, aku sengaja batuk dan melihat layar komputer lagi.

“Sekarang, di mana ikon editor itu….”

“I-itu dia. Ini ikonnya. Terima kasih.” Himari menunjuk ke sudut layar

“Ahh. Adikku yang memasang ini, jadi aku tidak tahu.”

“Oh, begitu ya. Kalau begitu aku harus berterima kasih padanya.”

Himari kemudian mengeluarkan kabel pentab tersebut, yang kemudian disatukan dalam sebuah kotak kecil.

Dia kemudian menghubungkan kabel tersebut ke komputer. Sambil melihat perangkat sukses terhubung ke PC, dia mengeluarkan komentar singkat.

“Umm, Komamura-san, apa kamu suka wanita yang lebih tua… .atau apa yang ingin aku katakan, wanita yang sudah menikah mungkin?”

 !?”

Dia tidak terlihat terganggu, sebaliknya, dia mengatakannya tanpa ragu-ragu dan ekspresi wajahnya masih tetap tenang.

Sedangkan aku, merasa sangat gelisah

Aku akan membuat alasan yang luar biasa jika aku sedang meminum sesuatu sekarang, tidak diragukan lagi.

Dia ........ berhasil melihat huruf di tab tadi dalam sekejap.

Bgaimana aku harus menanggapi ini?

Pikiranku berada dalam kekacauan yang jauh lebih besar daripada saat ibuku mengetahui majalah yang aku sembunyikan di bawah tempat tidur ketika aku masih muda.

“Bukan seperti itu ... Seleraku dan kenyataan sangat berbeda, atau bagaimana aku harus mengatakan ini ... .. Yup, Ini hanya dunia fantasti yang aku suka. Aku ingin membedakan dunia itu, atau singkatnya, kebutuhanku untuk mensimulasikan pengalaman dunia amoralitas yang mustahil atau lebih tepatnya …… ​​

Apa sih yang aku katakan pada gadis SMA?!!!

Hari ini bukan hari yang buruk untuk mati jika aku sendiri yang mengatakannya.

“Begitukah… .. Begitu ya …… ​​Wanita yang sudah menikah hanyalah khayalanmu saja

Tolong jangan diulangi.

Tapi entah kenapa, Himari memiliki ekspresi yang lebih tenang dari sebelumnya.

Wajahnya terlihat tidak sedikitpun tersipu sama seperti ketika tangan aku bersentuhan dengannya, yang mungkin, hanya terjadi beberapa detik yang lalu.

… .Nona, bukannya perasaanmu sedikit berkurang?

“Itu berarti, kamu juga memilih yang lebih muda… ..”

“Apa-— !? Jangan mengatakan hal semacam itu dengan ringan. Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya, tahu!”

“Hoeh?”

Wajah Himari terlihat kebingungan saat dia mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti.

Kepekaannya mungkin benar-benar tidak teratur.

Oh ya, bukannya dia mengatakan sesuatu seperti membalas budi dengan tubuhnya atau semacamnya juga ……

Ngomong-ngomong, jika kita berbicara tentang apakah aku tidak mau berpacaran dengan wanita yang lebih muda dariku, maka mereka sangat keliru. Aku sebenarnya lebih suk—

Kenapa aku masih mengatakan omong kosong semacam ini !?

Yah begitulah, kenyataan dan dunia fiksi tidak akan bercampur.

Gadis-gadis ini masih di bawah umur. Tentu saja, aku tidak berpikir untuk melakukan hal yang aneh-aneh pada mereka.

Untungnya, sepertinya Kanon tidak bisa mendengar percakapan kami. Aku bisa mendengar suara ringan sayuran dicincang. Aku jadi merasa sedikit lega.

“Bagaimanapun juga, aku akan menggambar ilustrasi dengan kemampuan terbaikku mulai sekarang. Dan, uhmm, Komamura-san. Sekali lagi. Terima kasih banyak!”

Dia tersenyum dengan lembut, sebuah ekspresi yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Dalam waktu singkat ini, aku dapat melihat berbagai macam ekspresi di wajahnya setiap kali aku melihatnya.

 

☆☆☆☆

 

Setelah berkeliling ruangan menyiapkan barang-barang yang kita beli dan mengurusi sampah, tidak butuh waktu lama sampai jam makan malam tiba.

“Aku kelelahan karena berbelanja hari ini jadi aku membuat sukiyaki yang tidak terlalu sulit. Yah, meski namanya sukiyaki, tapi itu lebih ke versi yang lebih hemat. ”

Sambil mengenakan celemek di atas seragam sekolahnya, Kanon meletakkan panci di atas meja ruang tamu. Kami tidak memiliki kompor portabel di sini, jadi sukiyaki yang ditempatkan sudah selesai dimasak di dalam panci.

Persis seperti yang Kanon katakan, namanya "Versi Hemat" karena bahannya  hanya terdiri dari daging sapi, tahu, dan daun bawang.

Meski begitu, aromanya sangat menggugah selera.

“Wow ~! Kanon, kamu luar biasa sekali! Ini kelihatan sangat enak!”


Dengan mata berbinar, Himari mengungkapkan kegembiraannya.

Kanon tersenyum malu-malu tapi dia terlihat senang dengan pujian itu.

“Aku hanya memasukkan bahan-bahan dan merebusnya. Makanlah dengan cepat sebelum menjadi dingin.”

“Oh, benar juga. Apa kalian ingin menambahkan telur mentah? ” Tanyaku

“Ya, kumohon.” Himari menjawab dengan sopan

“Aku juga mau.” Balas Kanon.

Keduanya bisa makan telur mentah tanpa masalah.

Aku harus mengingat selera makanan mereka—

―Dan dengan pemikiran itu, aku mengeluarkan tiga telur dari kulkas yang baru dibeli hari ini.

Apa cuma aku satu-satunya yang berpikir bahwa aku menjalani kehidupan yang memuaskan hanya dengan menyimpan banyak telur di kulkas?

Aku juga mengambil sekaleng bir dingin dari kulkas dan kembali ke meja ruang tamu.

Aku tidak akan berhenti menikmati hal kecil ini hanya karena aku tinggal bersama dengan gadis-gadis SMA.

Setelah memberikan mereka telur, aku memecahkan satu telur di atas hidanganku sendiri.

Dan di saat itu juga, Himari berteriak “Ah” karena cangkang telurnya bertebaran di mangkuknya.

“Himari, kamu tidak pandai memecahkannya ya ……”

“Uwu ……. Aku sedikit kikuk jadi aku tidak pandai dalam hal semacam ini …… ..”

“Kalau begitu izinkan aku menunjukkan trik nya. Jika kamu membuat celah kecil seperti ini, bayangkan ibu jarimu masuk ke dalam celah dan— Ah!”

“Apa ada yang salah? Apa kamu akhirnya gagal juga, Kanon? ”

“Bukan itu.”

Usai mengatakan demikian, Kanon menunjukkan bagian dalam mangkuknya

Ada dua kuning telur di dalamnya!

“Tidak mungkin. Sepertinya aku belum pernah melihatnya.”

“He ~He ~. Aku merasa sedang mujur. Ini mungkin pertanda baik jadi aku harus memotretnya.”

Kanon mengarahkan ponselnya ke kuning telur itu dan mengambil gambar.

Setelah selesai memotret, dia langsung mengaduk kuning telur dengan sumpitnya.

Itu luar biasa …… Jika itu aku, aku akan melihatnya lebih lama.

Kanon mengaduknya tanpa sedikit pun penyesalan.

Inikah dunia instagenik yang sangat digandrungi banyak wanita?

“Jangan menunggu sampai dingin. Jadi ayo makan!”

“Terima kasih untuk makanannya ~”

Himari dan Kanon berdoa dulu sebelum menyantap makanan mereka.

Setelah mengucapkan doa sedikit terlambat dari mereka, sumpit kami mengarah ke bagian daging yang sama.

Jadi begitu ya …….

Mereka berdua juga mengincar hidangan utama seperti aku.

Sepertinya kita bertiga memiliki pemikiran yang sama dalam hal itu.

*****

Sukiyaki yang dibuat Kanosn sangat memuaskan seleraku.

Aku rasa saus sukiyaki tare Kanon mungkin lebih cocok dengan seleraku daripada yang dibeli di toko. Manisnya luar biasa.

Himari pun memberikan komentar hangat selama memakannya.

Sementara Kanon tampak tenang, aku tidak mengabaikan ujung bibirnya yang tersenyum puas.

Setelah kami selesai makan, kami meletakkan piring masing-masing di wastafel,  Himari kemudian segera kembali ke kamarku.

Sepertinya dia sedang mengutak-atik tablet gambar dan software-nya.

Aku berdiri di depan wastafel tepat sebelum Kanon membawa panci dari meja.

“Setidaknya aku akan mencuci piring.” Ujarku

“Tapi…. Aku bilang aku akan memasak.”

“Tapi ini bukan memasak, ‘kan?”

“Bagiku, itu masih bagian dari itu …… Seperti jalan-jalan sekolah yang belum selesai sampai kamu pulang, atau semacamnya. Itu sebabnya, biarkan aku yang melakukannya.” pinta Kanon dengan tegas.

Kanon kemudian mengambil spons itu tanpa melirikku.

Berbeda dengan Himari, setiap kali dia berbicara denganku, ada kemungkinan besar nadanya berubah menjadi datar, nada yang hampir meremehkan.

Tapi sekarang sudah hari ke-2, itulah sebabnya bahkan aku akan mulai sedikit memahaminya.

“……… Kamu tidak perlu terlalu merisaukan banyak hal.”

“Eh?”

“Kau selama ini berpikir bagaimana cara membalas budi padaku, ‘kan? Sudah kubilang kau tidak perlu berpikir seperti itu.”

“…………”

Aku tidak terlalu mengerti gaya hidup yang dimiliki gadis SMA saat ini, tapi setidaknya aku bisa membayangkan apa yang dia rasakan saat ini.

Aku bisa melihat wajahnya penuh dengan kebingungan saat dia menatapku dalam diam.

“Bagaimana bilangnya ya .... Kanon, setidaknya, kita ini saudara yang memiliki ikatan darah. Aku sendiri yang berpikir bahwa kau tidak perlu sungkan-sungkan di sekitarku seperti Himari.”

Bukan salahnya kalau ibunya tiba-tiba menghilang sehingga dia datang ke rumahku.

Aku agak bisa merasakan bahwa Kanon mungkin menahan perasaan bersalah dari peristiwa itu sepenuhnya pada dirinya sendiri.

Memang benar bahwa aku agak kebingungan ketika Ayah menghubungiku untuk memberitahu kalau aku akan mengurus Kanon tetapi itu bukannya karena aku tidak mau.

“Yang ingin aku katakan hanyalah, aku ini sepupumu, jadi kau tidak perlu menahan diri.”

Rasanya agak memalukan untuk mengatakan itu lagi… ..

Namun, itulah kebenarannya.

Kanon hanya berdiri terdiam untuk beberapa saat tanpa melakukan kontak mata denganku, tapi akhirnya menutup matanya dengan pasrah.

"….Baik. Lalu jika itu maumu… ”

Setelah mengucapkan beberapa kata itu, Kanon mengembalikan sponsnya padaku.

Salah satu alasan aku ingin mencuci piring adalah karena aku sempat berimajinasi bahwa meninggalkan mencuci piring ke Kanon dan diriku yang bermalas-malasan di ruang tamu membuatnya terlihat seperti gambaran indah dari pasangan yang sudah menikah…. .tapi aku harus menyembunyikan niat itu untuk diriku sendiri.

 “Oke, serahkan padaku. Oh ya, Tidak masalah siapa yang duluan. Kalian bisa pergi mandi dulu.”

“Oke.”

Itu adalah balasan langsung ke intinya yang biasa tapi nada judesnya tidak ada lagi.

Sekitar jam 8 malam, kursi dan futon yang dibeli pada siang hari sudah tiba.

 

*****

[Sudut Pandang Orang Ketiga]

Setelah selesai mandi, Kanade dan Himari dengan cepat memasang futon di ruang tamu.

Kanon merasa bahwa meletakkan futon di lantai tampak agak aneh, tapi meletakkan futon di samping seseorang membuatnya tampak seperti melakukan jalan-jalan sekolah, jadi dia sedikit gembira.

Setelah selesai menggosok gigi, Kanon duduk dengan lesu di sofa sambil menonton TV.

Kazuki sedang meminum bir di meja makan.

Ia sudah meminumnya saat makan malam, jadi itu adalah bir keduanya.

Sedangkan Himari sedang duduk di depan komputer di kamar Kazuki. Sosoknya bisa dilihat dari ruang tamu saat pintu kamar terbuka.

Himari sedang menggambar gambar dengan ekspresi serius  saat dia memindahkan tablet gambar tersebut.

Ketika Kanon ingin mengintipnya, Himari berkata, "To-Tolong jangan melihatnya….!” saat dia menyembunyikan layar karena malu. Himari pernah mengatakan dia tidak suka diawasi saat sedang dalam proses menggambar sesuatu.

Kanon tidak begitu mengerti mengapa, tapi karena Himari tidak menyukainya, dia memutuskan untuk berhenti dan pergi menonton TV.

Sebelum malam semakin larut, Himari keluar dari kamar Kazuki.

Setelah mematikan lampu, aroma dua futon baru menyambutnya saat dia memasuki selimut.

Kanon mengira itu benar-benar seperti jalan-jalan sekolah dengan bau futon yang berbeda semakin menegaskan fakta itu.

Beberapa saat setelah dia bersembunyi, Himari berbicara kepada Kanon dengan nada berbisik.

“Uhmm, Kanon, kamu ini keponakannya Komamura-san, ‘kan?”

“Ya. Tapi….”

“Seperti apa Komamura-san saat Ia masih kecil?”

“Seperti apa?”

Dulu Ia sedikit lebih kurus — itulah ingatan samar Kanon tentang Kazuki. Karena mereka hanya bertemu beberapa kali, ingatannya tentang Kazuki cukup redup.

“Yah, misalnya, apa dia bersikap baik pada orang lain bahkan saak kecil dulu atau sesuatu seperti itu …… ..”

Kata-kata Himari semakin mengecil menjelang akhir.

Karena terlalu gelap untuk melihat ekspresinya dengan jelas, tapi Kanon bisa membedakannya dari cara Himari mengatakannya.

(Ah. Jadi seperti itu rupanya……)

Kazuki sudah menyelamatkannya dari penjahat kelamin, dan memberinya tempat tinggal setelah dia melarikan diri dari rumah.

Ia bahkan seorang pria dewasa yang mendukung mimpinya—

Di mata Himari, Kazuki adalah pahlawannya.

Kanon pikir itu bukanlah hal yang aneh bila Himari mulai mengembangkan perasaan pada Kazuki.

“Sejujurnya, aku jarang bertemu dengannya, jadi aku tidak ingat banyak tentang masa lalu.”

“Ah, begitu …… Maaf sudah membuatmu kerepotan. Ka-Kalau begitu selamat malam. ”

“Ya, selamat malam.”

Himari menyelinap ke futon miliknya sementara Kanon membalikkan punggungnya ke Himari dan memejamkan matanya.

Pertanyaan Himari membuat Kanon penasaran.

Apa yang Kazuki pikirkan tentang Himari?

Membawa pulang orang asing, terlebih lagi gadis yang kabur dari rumah, dan bahkan mendukung mimpinya tanpa syarat—

Apa Kazuki bertindak seperti itu karena dia menyukai Himari?

Ia sedniri menyangkalnya tapi… apa Ia benar-benar seorang lolicon?

―Tapi Kanon akhirnya membuang pikiran itu.

Pertama-tama, dia sendiri yang meminta Himari untuk tinggal di sini.

Kazuki menerima permintaan konyol itu setelah mempertimbangkan perasaannya sebagai seseorang yang belum pernah tinggal dengan pria sebelumnya.

Tentu saja itu alasannya.

Tiba-tiba, ucapan Kazuki saat mencuci piring bergema di benak Kanon.

Yang ingin aku katakan hanyalah, aku ini sepupumu, jadi kau tidak perlu menahan diri.

Karena dia adalah sepupunya ……….

Untuk beberapa alasan, kata-kata itu tertanam kuat di pikirannya.

Apa Kazuki akan melakukan hal yang sama seperti yang Ia lakukan dengan Himari jika Kanon bukan sepupunya? Skenario "Andai saja" yang mustahil itu hampir membayangi benak Kanon, tapi dia menggelengkan kepalanya untuk mengabaikannya.



<<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>

close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama