1LDK, SOshite 2JK Vol.1 Chapter 06 Bahasa Indonesia

Chapter 06 – Gadis SMA dan Insiden

 

Keesokan harinya saat aku baru saja pulang dari kerja—

“Selamat datang kembali, Komamura-san.”

–Himari berdiri di pintu masuk, menyambutku dengan senyuman yang lembut

 “Ah, uhh. Aku pulang.”

Aku pikir dia akan berada di kamarku untuk menggambar tapi….

Apa dia mendengar pintu terbuka dan bergegas menuju pintu masuk hanya untuk ini?

Rasanya sedikit merinding disapa seperti ini.

Tidak, ini bukan berarti aku menolak tindakannya. Sebenarnya, itu cukup menyenangkan.

“Biarkan aku yang membawakan barang-barangmu.”

Tanpa menunggu jawaban, Himari langsung mengambil tas dari tanganku.

“Wew… .. Ini cukup berat.”

“Yeah, lumayan… Aku punya banyak dokumen dan berbagai hal lain di dalamnya.”

“Aku tidak percaya kamu membawa tas seberat ini ke kantor setiap hari ......... kamu sangat kuat Komamura-san.”

“Ini sangat normal ………”

Ada banyak orang yang datang bekerja dengan tas yang mirip dengan milikku.

Aku benar-benar bingung karena aku tidak berharap dipuji hanya karena membawa tasku ke kantor.

“Kamu pasti lelah, ‘kan? Silahkan duduk dulu.”

Himari lalu langsung mengajakku langsung ke kursi dapur.

…… ..Apa-apaan ini?

Entah bagaimana, aku merasa akan lebih baik untuk menurutinya jadi aku melakukan apa yang diperintahkan dan duduk.

Himari meletakkan tas di kamarku dan segera kembali. Dia kemudian mengeluarkan botol air plastik dari kulkas dan menuangkannya ke dalam gelas.

“Ini, silahkan diminum.”

Dia mengulurkan gelas dengan senyum di wajahnya.

Rasanya aku tidak diizinkan untuk menolak.

“Terima kasih banyak……..”

Aku tidak sengaja mengambil nada yang terdengar formal.

Untuk saat ini, aku meminum sekitar setengahnya sekaligus.

Sensasi air dingin yang turun ke kerongkonganku memiliki perasaan yang berbeda tapi sama, menyegarkan dibandingkan saat aku minum bir.

“Apa itu enak?”

“Ahh… Ya.”

Yah, rasanya memang "Lezat" dalam huruf tebal yang membuat labelnya menjadi besar….

Itu tidak mungkin buruk.

Ada sesuatu yang akhirnya kusadari.

“Omong-omong, di mana Kanon?”

Dia seharusnya sedang membuat makan malam pada jam segini, tapi aku tidak melihat sosoknya.

“Kanon pergi berbelanja. Dia bilang sesuatu yang diperlukan untuk memasak sake, dan pergi dengan terburu-buru.”

“Begitu ya.”

Jika aku tidak berpapasan, dia mungkin sudah pergi beberapa waktu yang lalu jadi dia akan segera kembali.

“Komamura-san”

“Hm?”

Kali ini apa? - Aku ingin tahu saat Himari duduk di depanku. Dengan pandangan mendongak lalu berkata—

“Ah, uhmm makan malamnya…. harus menunggu sampai Kanon kembali, emmmm jadi selanjutnya adalah…. Mau mandi dulu? Atau mungkin …… A-apa kamu mau aku? ”

* Bhuuuuuhaaa *

Aku menyemprotkan air yang sedang kuminum secara refleks.

“Kau ini bicara apa!?”

“Eh? Bukannya itu yang kamu tanyakan kepada seorang pria saat Ia pulang kerja?”

“Dari mana kau memperlajari hal semacam itu !? Biasanya tidak ada yang mengatakan itu!”

Percakapan semacam itu biasanya dilakukan oleh para pengantin baru… .atau setidaknya begitulan menurutku… ..

Terlebih lagi, kami bahkan bukan pengantin baru. Aku bahkan belum menyebutkan fakta bahwa itu diucapkan oleh seorang gadis SMA jadi aku tidak bisa begitu saja dengan jujur ​​menjawabnya.

“Begitu ya……”

Himari merasa berkecil hati, tapi dia sepertinya langsung bangkit kembali saat dia mengangkat kepalanya.

“Ka-Kalau begitu. Bak mandinya sudah dipanaskan. Silahkan mandi dulu!”

“Aku harus mengelap ini sebelum itu… ..”

Air yang aku semprotkan tersebar di seluruh meja.

“Biar aku saja yang melakukannya! Jadi silakan mandi dulu!”

Himari menyelaku dengan nada tegasnya saat aku akan mengambil kain lap.

“Ah, oke kalau begitu ……”

Aku kewalahan oleh Himari jadi aku mengikuti saja untuk saat ini.

 

*****

 

“Aaaaaaa ~~~~ ……….”

Aku secara tidak sengaja mengeluarkan suara puas saat berendam di bak mandi.

Air pemandian sangat tepat untuk seseorang yang lelah naik kereta dan bekerja.

Tapi tetap saja…. Ada apa dengan Himari hari ini?

Dia bertingkah terlalu mencurigakan sejak aku kembali.

―Dan saat aku memikirkan itu… ..

“Komamura-san. Uhmm ………. ”

Aku mendengar suara Himari datang dari dalam sini, tepat di balik pintu kaca buram. Aku juga bisa melihat sosok kaburnya berdiri.

“Aku masuk.”

…………………… Hah?

Sebelum aku bisa mengurai arti kata-katanya, pintunya sudah terbuka.

“A-a-a-a-a-apa !? Tunggu dulu, kenapa kau malah masuk ke sini!”

Aku buru-buru membenamkan tubuhku lebih jauh ke dalam bak mandi.

Himari ada di sini memegang handuk dengan satu tangan.

Usai melihat itu, aku bisa menebak apa yang dia rencanakan.

—Dan aku harus menghentikannya dengan segala cara.

“A-Aku akan mencuci punggungmu …….!”

“Kau tidak perlu melakukannya! Aku bisa mencucinya sendiri!”

“Tapi jika aku tidak melakukan ini, setidaknya —”

*Ceklek*

Ucapan Himari tertimpa oleh suara pintu depan yang terbuka.

Dengan kata lain- Kanon ada di sini.

…………………………………

Aku sudah pasrah pada takdirku.

Dan tentu saja yang terjadi selanjutnya adalah ……….

“Hah!? Apa yang sedang kalian berdua lakukan!?”

Kanon memperhatikan ada sesuatu yang terjadi di kamar mandi, jadi dia masuk ke sini dengan membawa tas belanjaan.

 

*****

 

“Haaaah………”

Dengan pelipisnya yang berkedut karena marah, Kanon duduk di atas kursi dengan tangan dan kaki disilangkan.

Di depannya ada aku dan Himari, yang dipaksa duduk dalam posisi seiza, hanya menunggu dalam diam untuk mendengar “ceramah”-nya.

Hak kami untuk berbicara telah dicabut.

“Jangan bertingkah seperti itu lagi mulai sekarang, Himari.”

“Iya bu………”

Dengan Kanon mengatakannya langsung ke intinya, Himari menundukkan kepalanya dalam kesedihan.

“Aku ingin berterima kasih pada Komamura-san …… atau lebih tepatnya, aku ingin melayaninya dengan cara apapun… ..”

“Aku bisa mengerti perasaanmu. Tapi kamu tahu…. melakukan hal semacam itu akan mengundang kesalahpahaman yang aneh, tahu.” Tegur Kanon.

“Ya… ..Maafkan aku….”

Himari semakin menunduk dengan sedih.

Kanon mengeluarkan desahan kecil sambil melihat ke arah Himari dan kemudian melotot tajam ke arahku.

“Kamu, di sisi lain, bahkan tidak mencoba menghentikannya.”

 “Tidak, maksudku, aku bahkan tidak punya waktu untuk itu dan—” aku berusaha membela diri.

“Bertingkah lebih tegas lagi. Kamu ini sudah dewasa kan? Bertingkahlah seperti orang dewasa. Paham?”

“……….Iya.”

Seperti yang diharapkan, aku tidak bisa membela diri.

Dia benar.

Dari awal, aku terbawa tempo Himari …… ..

Aku harus berhati-hati lagi nanti.

“Himari. Aku tidak ingin kau mencemaskan hal semacam itu mulai sekarang, oke? Aku tahu aku sudah mengatakannya sebelumnya tapi, dengan melihatmu menggambar dengan benar saja sudah cukup baik bagiku. ”

 “Iya…. Aku mengerti.”

Himari mengangguk dengan sepenuh hati.

Dengan itu, Mungkin akan baik-baik saja— Dan setelah memikirkan itu, Himari menoleh ke Kanon dengan mata berbinar.

“Uhmm, kalau begitu boleh aku membasuh punggungmu, Kanon?”

“Ueeh !?”

Kanon, yang berpikir untuk menolak Himari, hampir terpleset dari kursi.

Bukannya itu terlalu berlebihan?

Ini adalah pertama kalinya aku melihat seseorang terpeleset dari kursinya karena terkejut selain yang ada di manga.

“……… Tidak boleh?”

Himari menatap Kanon dengan mata berkaca-kaca.

Jika orang lain melihat ini tanpa mengerti kisah dibaliknya, mereka akan mengira mereka hanyalah dua gadis yang berteman baik, tetapi aku langsung bisa menebak pikirannya.

Dia ingin berterima kasih pada Kanon atas makanan yang dia buat.

“Eh ah uhmm… .. A-Aku …….”

“… ..Kamu tidak mau?”

“Ahh ya ampun, ok ok! Tapi kali ini saja! Sekali ini saja ok !?”

“Ok!”

Himari tersenyum dan mengangguk pada jawaban Kanon.

… ..Aku benar-benar diizinkan untuk menonton percakapan ini?

Aku merasa seperti diasingkan dari topik percakapan dan hanya menonton dan merasa sedih.

Maka, mereka berdua segera menuju ke bak mandi dengan pandangan sedekat mungkin.

“Uwaah ~ …… Kulitmu cantik sekali, Kanon.”

“He-Hei !? Ja-Jangan tiba-tiba menyentuhku ok !?”

“Ah maaf. Aku tidak bermaksud untuk itu… .. Tapi ini sangat lembut ~ ”

“Kamu sendiri punya kaki yang panjang dan ramping, kulitmu juga lembut, Himari.”

“Uweh !? Rasanya geli, Kanon!”

“Hehehe. Ini balasan untuk sebelumnya.”

“Mmmm ……”

Obrolan keduanya bisa terdengar dari kamar mandi.

Aku berharap mereka sedikit meredam suara mereka, tapi jika aku meneriakkan fakta itu, Kanon akan memukulku dengan kalimat “Jangan mendengarkannya, dasar cabul!?”.

Aku tidak punya pilihan selain menanggungnya tapi …………. Jangan bayangkan itu, diriku.

Kehampaan. Begitu aku mencapai keadaan kehampaan, percakapan ini tidak lebih dari kebisingan semata.

“Aku akan memasuh punggungmu sekarang Kanon.”

“Ah, ya. Terima kasih.”

Sepertinya Himari mulai membasuh punggung Kanon seperti yang sudah dia katakan.

“Kanon uhm …… karena kita sudah di sini, boleh aku meminta sesuatu yang egois?”

“Hm? Apa itu?”

“Tolong biarkan aku menyentuhnya.”

“Eh?… ..Hiyaa !?”

“Hehehe . Kamu memiliki payudara yang bagus, pelanggan tersayang ~ Tolong bagi sedikit denganku.”

“Kenapa kamu tiba-tiba berubah menjadi kayak pria tua mesum !? Hei tu-tunggu sebentar ...... Ja-Jangan memegangnya terlalu keras— ”

“Mmm. Ini tidak adil. Oppaimu sangat lembut, licin, dan kenyal.”

“Hi-Himari, bukannya sudah kubilang kalau milikmu juga lembut? Torya! ”

“Eeek! To-Tolong jangan tiba-tiba menyentuh pantatku!”

……………… ..Mencapai keadaan hampa ……… ..semuanya hanyalah mimpi yang jauh …… ..

 

*****

Hari ini cuacanya mendung.

Jika aku ingat dengan benar, hari dimana Kanon dan Himari datang ke apartemenku juga memiliki cuaca yang sama.

Hanya beberapa hari sejak mereka tiba, tapi aku merasa seolah-olah sudah beberapa minggu berlalu.

Kehidupanku berubah drastis sejak mereka datang ke sini.

Begitulah adanya.

Dulu, aku hanya berangkat kerja dan pulang ke apartemen, tidak ada siapa-siapa di sini. Lalu tiba-tiba, mereka berdua bergabung denganku.

Saat aku dengan iseng menatap awan kelabu, Isobe menghampiri mejaku dengan lembaran dokumen di tangannya.

“Komamura. Semua angka di sini bergeser satu baris.”

“Eh—”

Aku buru-buru memeriksa dokumen yang diserahkan oleh Isobe.

Aku …… melakukan ini?

Itu adalah baris ketiga dari atas. Aku lupa memasukkan nomor yang menyebabkannya tidak sejajar.

“Mengingat itu kau, jarang sekali kau membuat kesalahan. Kau tampaknya bengong terus. Apa kau lagi tidak enak badan? ”

“Tidak, bukan seperti itu. Maaf. Aku akan segera memperbaikinya.”

“Hmm… ..? Kalau begitu tolong lakukan. Bagaimanapun, itu adalah gaji penting setiap orang, jadi harus dilakukan dengan benar.”

Ketika Ia melihatku dengan tajam menatap layar komputerku, Isobe kembali ke mejanya.

Ini tidak bagus. Aku memikirkan gadis-gadis itu bahkan selama bekerja juga.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk mengubah pola pikirku secara paksa.

Aku dengan panik mengganti waktu yang hilang  dan berhasil menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Ketika aku kembali ke rumah, aku melihat Kanon sudah berdiri di dapur untuk membuat makan malam.

“…….Selamat datang kembali.”

—Kanon mengucapkan salam tanpa repot-repot melihatku.

Aku masih senang tentang itu.

“Selamat datang di rumah ~”

Aku juga mendengar suara Himari dari dalam kamarku.

“Aku pulang.”

Aku masih merasa sedikit malu mengatakan "Aku pulang"

Tapi rasanya menyenangkan disambut begitu setelah aku pulang kerja.

Setelah aku melepaskan dasi, aku berdiri di sisi kanan belakang Kanon untuk melihat pekerjaannya.

Wajan berisi potongan perut babi yang dibakar dengan api kecil dan mulai mengeluarkan beberapa cairan jus yang indah.

Dia memotong jamur Eringi dan memasukkannya ke dalam penggorengan saat dagingnya mulai sedikit matang.

Selanjutnya, dia mengambil brokoli dari microwave dan memasukkannya ke dalam wajan juga.

Begitu ya. Jadi kau bisa menggunakan brokoli  tanpa harus merebusnya hanya dengan menggunakan piring, air, dan cling wrap.

“Darti tadi kamu ngapain, sih? Jangan lihat-lihat terus, itu mengganggu.”

“Aku hanya berpikir kau cukup terbiasa dengan ini. Ngomong-ngomong, hidangan apa yang akan kau buat?”

“Sebenarnya hidangan ini tidak memiliki nama. Ini seperti tumis sayuran sederhana dengan rasa yang kaya dengan mayones pengganti minyak goreng.”

Sungguh hidangan ala bento ……

Nah, begitu dia menyebutkannya, mayones pasti bisa digunakan sebagai minyak.

Saat aku merasa kaget dan terkagum, Kanon mencampurkan mayones dengan pasta bawang putih dan memasukkannya ke dalam wajan.

Dia kemudian meningkatkan panas apinya dan mulai menggoreng.

Beberapa saat kemudian, dia menaburkan lada hitam.

Kalau dipikir-pikir, aku rasa kita tidak punya pasta bawang putih atau lada hitam di sini.

Kurasa dia membeli beberapa bahan saat berbelanja beberapa hari yang lalu. Aku tidak menyadarinya.

“Bukannya aku sudah memberitahumu untuk berhenti menatap ??”

“Maaf maaf. Aku baru saja berpikir bahwa kau pasti akan menjadi istri yang baik.”

“Apa—— !? Ke-Kenapa kamu tidak berhenti mengatakan hal aneh dan mandi duluan !? ”

Aku hanya menyatakan apa yang ada dipikiranku tetapi wajah Kanon berubah menjadi lebih merah dari yang aku harapkan.

Aku pikir suasana ini telah berubah menjadi masam jadi sebelum Kanon mengeluh lagi, jadi aku kabur dari area dapur.

*****

Makan malam sudah selesai begitu aku keluar dari kamar mandi.

Selain tumisan yang dibuat tadi, ada sup miso juga.

“Tidak apa-apa jika sambil makan. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu tentang seperti apa pagi hari kerja di masa depan.”

“Ah, aku juga ingin membicarakan itu.”

Pada dasarnya, aku berada di kantor pada hari kerja saat Kanon di sekolah.

Itu berarti, hanya ada Himari yang satu-satunya di sini.

Aku tidak memikirkannya terlalu dalam sejak aku bekerja hari ini dan kemarin.

“Sudah diputuskan bahwa aku akan mencuci tapi apa aku harus menyapu tempat itu juga?” Tanya Himari.

“Itu akan sangat membantu tapi aku punya permintaan untukmu tentang itu. Aku ingin kau menahan diri untuk tidak menggunakan penyedot debu. Kupikir hal tersebut memungkinkan tetangga mengetahui kehadiranmu jika kau melakukannya.”

“Ah, begitu… .. aku mengerti.”

Keberadaan Himari harus dijaga kerahasiaannya.

Jika keberadaannya terbongkar, semuanya akan berakhir dalam banyak artian.

“Lalu, apa yang akan kamu lakukan untuk makan siang? Kanon membuat onigiri untuk kemarin dan bahkan hari ini juga, tapi…. ”

Kanon membuat onigiri untuk makan siang Himari sekalian juga membuat bentonya sendiri.

Himari tidak bisa memasak seperti Kanon.

Memang benar bahwa Himari dapat membuat mie gelas hanya dengan menuangkan air panas ke atasnya tapi karena dia harus menyalakan ventilasi untuk itu, maka skenario tersebut sama seperti penggunaan penyedot debu yang aku sebutkan sebelumnya. Sejujurnya aku tidak ingin itu terjadi.

“Kanon. Menurutku setidaknya aku bisa membuat onigiri, jadi aku akan melakukannya sendiri mulai besok dan seterusnya.”

“Hmm baiklah. Kalau begitu aku akan menambahkan sedikit porsi makan siangmu dengan memberi beberapa lauk dari bentoku. Gimana? ”

“Iya. Terima kasih. Oh ya, aku juga berpikir untuk mencari kerja sambilan.”

““ Eh—””

Suaraku berbarengan dengan Kanon saat kami menyuarakan keterkejutan kami atas pernyataan Himari.

“Bukannya itu ide yang buruk saat kamu melarikan diri?” tanyaku

“Benar Himari. Itu berbahaya……….” Ujar Kanon dengan cemas

“Terima kasih atas perhatiannya. Tapi aku sudah memikirkannya sepanjang hari. Aku tidak bisa diurus oleh kalian berdua selamanya. Aku sangat membenci itu, jadi setidaknya biarkan aku menanggung biaya makanku sendiri.”

“Tapi…”

Melihat betapa seriusnya ekspresi Himari, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Pandangan matanya penuh dengan ketegasan.

Himari memang punya nyali untuk lari dari rumah untuk mengejar mimpinya.

Melihat tatapan matanya, aku jadi mengerti bahwa akan sulit untuk mengubah pikirannya dengan tekad itu.

Sepertinya Kanon juga merasakan hal yang sama dan hanya bisa menatapnya dengan gelisah.

“Meski kau memiliki kemauan yang kuat tapi…. Apa kau yakin akan melakukannya? Jika ketahuan, kau akan kehilangan hak untuk berbicara tentang mengejar impianmu lagi. ”

“Aku sudah pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi kurasa tidak ada masalah. Orang tuaku adalah tipe orang yang menjaga reputasi mereka…. Mereka tidak ingin memperbesar masalah hal ini, jadi aku rasa mereka tidak akan mencariku melalui otoritas publik. Aku sudah mencari di internet apakah ada permintaan pencarian untukku demi berjaga-jaga, tapi sejauh ini tidak ada informasi yang tersedia yang terkait denganku.”

“Begitu ya…..”

Sebenarnya aku juga diam-diam memeriksanya sendiri dengan melihat situs web polisi, tetapi seperti yang dikatakan Himari, tidak ada informasi mengenai pencarian dirinya.

Kalau dipikir-pikir lagi, aku bahkan tidak tahu nama belakang Himari.

Ada juga kemungkinan bahwa nama "Himari" hanyalah sebuah alias.

Aku takkan menggali lebih dalam hal ini.

Aku sudah memikirkan tentang apa yang akan terjadi jika Himari kebetulan ketahuan tinggal di apartemenku.

Aku tidak tahu nama aslinya.

Aku tidak diberitahu.

Aku ditipu.

Aku bisa menggunakan salah satu alasan itu.

…… ..Aku mungkin orang pengecut yang perhitungan.

Di satu sisi aku membantunya, dan di sisi lain, aku juga memikirkan kapan aku harus meninggalkannya …… ​​..

“Jadi, apa kamu mengizinkaaku mengambil kerja sambilan? Aku takkan bekerja di toko swalayan atau semacamnya. Aku akan mencari tempat di mana kemungkinan besar orang tuaku tidak bisa menemukanku …… ​​” Tanya Himari.

“Jika kau bersikeras, maka aku harus memenuhinya… .. Aku akan membelikanmu resume ketika aku pulang besok. Tapi…. Apa kau yakin ingin melakukan ini? Jika orang tuamu mengetahui hal ini, aku mungkin tidak bisa membantumu. ”

Himari memejamkan mata sebentar saat dia memikirkan sesuatu tapi segera membuka matanya dan mengangguk.

“Iya”

“... Kalau begitu aku mengizinkanmu buat kerja sambilan.”

Setelah aku mengkonfirmasi niat Himari, Kanon berdiri dengan lembut memegang piringnya.

“Terima kasih untuk makanannya.”

Dengan Kanon mengucapkan rahmatnya sebagai isyarat, aku dan Himari melanjutkan makan malam yang kami hentikan selama percakapan.

Tumis sayur tanpa nama yang dibuat Kanon hampir tidak memiliki rasa mayones. Daging babi dengan sedikit rasa lada hitam sangat sesuai ditemani nasi.

Ini pertama kalinya aku mencicipi sesuatu seperti itu, tapi ini enak.

Aku sangat bersyukur bisa memakan maknan tanpa harus makan sendirian.

Ketika aku mengenang berbagai hal tentang bagaimana aku menjalani hidupku  memakan bento toko swalayan dan lauk supermarket, sekali lagi hatiku merasa tersentuh.

Dan terlebih lagi,  gadis SMA lah yang memasaknya untukku.

Ditambah lagi, meski dia tidak bisa memasak, ada gadis SMA lain yang mencuci dan membersihkan pakaian untukku.

Jika para pria jomblo di dunia mengetahui hal ini, mereka mungkin akan membunuhku karena rasa cemburu.

Aku sekali lagi membuat sumpah dalam hati untuk tidak pernah membiarkan siapa pun mengetahui rahasia ini.

*****

Setelah mencuci piring, aku duduk di sofa ruang tamu untuk beristirahat.

Pada saat itu, ponsel yang aku tinggalkan di sofa mengeluarkan suara yang menandakan baterai ponsel hampir habis.

Ketika aku mencolokkan kabel pengisi daya ke ponselku, sebuah pikiran terlintas di benakku.

“Oh iya, aku masih belum punya nomor kontakmu Kanon. Apa kau bisa memberikannya padaku? Ini untuk keadaan darurat.”

Kanon yang sedang duduk di lantai dekat sofa sambil menonton TV, menoleh padaku dan berkata—

“Ah, tentu.”

Kanon menunjukkan layar ponselnya dengan nomor teleponnya.

Setelah aku mendaftarkannya di daftar kontakku, aku melakukan miss call dan kemudian dia juga mendaftarkan nomorku.

Setelah itu, dia mengarahkan pandangannya ke TV seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Sepertinya dia menyukai drama.

Secara pribadi, aku pikir aku belum menonton drama sejak SMA.

Aku tidak tahu nama kebanyakan aktor akhir-akhir ini, tapi fakta bahwa banyak drama yang diperankan oleh pria tampan sama sekali tidak berubah,

Melihat pertunjukan serial "Boring Men" yang diperankan oleh aktor tampan justru membuatku merasa tidak nyaman, tapi aku rasatidak terlalu menentangnya ketika aku masih remaja.

Aku pikir itu hanya masalah kecemburuan penampilan.

Kalau dipikir-pikir, Kanon tidak mengungkit apapun tentang SNS…. Tapi kurasa itu tidak penting.

Aku mendaftar akun untuk berjaga-jaga, tapi aku jarang menggunakannya. Satu-satunya hal yang aku terima adalah pemberitahuan dari akun perusahaan resmi.

Aku jarang melakukan kontak dengan teman dan teman sekelasku semasa sekolah.

Aku biasanya menerima pemberitahuan untuk reunian tetapi karena terus bertabrakan dengan jadwal kerja, aku harus menandai diriku sebagai "Tidak Berpartisipasi" setiap saat. Oleh karena itu, aku tidak mendapat notifikasi reunian lagi.

Aku tahu kalau itu karena ulahku sendiri, tapi aku masih merasa sedikit sedih karenanya.

“Oh ya, apa kau tidak punya ponsel Himari?”

Aku memanggil Himari, yang berada di kamarku di depan komputer.

“Aku meninggalkannya di rumah. Aku tidak ingin dilacak melalui GPS… .. ”

“Begitu ya…….”

Sepertinya tidak ada cara untuk menghubungi Himari.

….Tunggu. Masih ada jalan.

“Kalau begitu, aku akan memberikan nomor kontak rumah untuk tempat ini. Kanon, daftarkan nomor ini juga.”

“Tentu. Kasih tahu nanti.”

Aku berjalan menuju hybrid mesin faks sekaligus telepon rumah yang terletak di ujung ruang tamu.

Benda ini hampir tidak digunakan sekarang, jadi tertutup lapisan tipis debu.

Atasanku hampir tidak dapat menggunakan komputer saat aku pertama kali bergabung dengan perusahaan sehingga ada kalanya di mana aku dihubungi melalui FAX daripada email. Ini adalah bukti dari saat-saat itu

Astaga, masa-masa yang sulit… ..

Aku sempat memikirkan untuk membatalkan langgananku, tetapi kurasa masih memakainya lebih lama lagi.

“Jika kau membutuhkan sesuatu, Kau bisa menghubungiku melalui itu. Aku pikir kau sudah tahu ini tetapi kau tidak perlu mengangkat telepon saat berdering. Aku telah menyetelnya ke pesan suara.”

Aku menyerahkan selembar kertas dengan nomor telepon dan telepon rumahku tertulis pada Himari.

Dia melihat angka-angka itu sambil mengangguk.

 “Oh, kalau begitu aku harus memberitahukan nomorku ke Himari.”

Kanon mengambil buku catatan yang terlihat lucu dari tasnya dan menuliskan nomornya di atasnya, lalu menyerahkannya kepada Himari.

“Terima kasih.”

Himari meletakkan kertas catatan yang dia terima dari kami tepat di sebelah komputer.

*****

Hari ini, Kanon mandi duluan sebelum Himari.

Aku langsung mandi selepas bekerja tapi apa lebih baik membuat jadwal?

Jika aku bekerja sampai lembur maka aku juga akan terlambat pulang. Aku harus fleksibel dalam hal itu.

Aku tidak tahu apakah itu terjadi setelah mandi tetapi Kanon sedang duduk di sofa tempat dia tertidur

Aku hanya mengira dia sedang menonton TV dengan seksama tapi tidak heran dia diam.

Aku harus menghabiskan bir ini dan segera menyikat gigi.

“Hayahh”

Aku mengeluarkan suara sambil berdiri.

Kurasa aku sudah seperti pria tua sekarang ya, tapi apa mau bagaimana lagi kalau masalah umur.

Sekarang, yang aku butuhkan tinggal menghabiskan hari besok dengan tenang ...

Sambil memikirkan semua itu, secara tidak sadar aku membuka pintu kamar mandi.

Catat kata secara tidak sadar.

Aku hanya pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.

Itu hanyalah rutinitas yang sudah tertanam dalam tubuhku sepanjang hidupku di sini.

Gagasan bahwa Himari yang baru saja mandi sama sekali tak terpikirkan dari benakku saat ini.

“Heh !? Ah!? Wa !? Eh !? ”

“—!? Maaf”

Aku menutup pintu dalam sekejap.

Aku tidak menyangka jantungku berdebar secepat ini.

… .Dia mengenakan baju yang sama seperti hari kelahirannya.

Tubuh muda dan sehat namun putih pucat.

Kaki ramping dan lembut.

Bukit kembar yang tidak besar tapi memiliki bentuk yang bagus. Ujung berwarna merah muda yang indah–

Berhenti! Jangan diingat. Jangan diingat lagi dan lupakan.

Apa yang dapat aku pikirkan untuk membuatku lupa pemandangan tadi?

Apa tidak ada sesuatu?

Benar juga!? Pria tua di sampingku di kereta pagi ini. Wajah dari "Rambut sangat tipis sehingga terlihat seperti barcode" pria tua yang botak.

… ..Ya, itu sepertinya cukup bagus.

Aku terpaksa menempel erat dengan pria tua itu karena isi keretanya yang padat.

Ia berkeringat deras, jadi aku sebenarnya bukan penggemar pria itu, tetapi menurutku pengalaman seperti itu tidak akan berguna di sini.

Aku yakin orang tua itu tidak akan pernah bermimpi bahwa penampilannya akan memiliki tujuan seperti ini.

“Hyyaaaaaaaaaaaaaa !?”

Jeda beberapa detik, aku mendengar teriakan Himari bergema dari kamar mandi.

Sepertinya butuh sedikit waktu baginya untuk menyadari apa yang terjadi.

Yup, dia benar-benar membeku di tempat setelah— Sial, bukannya sudah kubilang harus berhenti mengingatnya, diriku !?

Pria tua botak, aku mohon bantuanmu sekali lagi …… ..

“Ada apa, Himari !?”

Mendengar teriakan Himari, Kanon langsung berlari.

Matanya langsung melihatku berjongkok di kamar mandi.

 

*****

“Tidak habis pikir. Kenapa kamu menerobos masuk begitu saja !?”

Aku duduk posisi seiza sembari menundukkan kepalaku karena malu saat Kanon mengomeli dengan kata-kata kasar dalam pose yang menakutkan.

Sedangkan Himari, langsung menuju kamarku begitu dia keluar dari kamar mandi dan menutup pintunya.

Haa… aku memang bersalah. Aku perlu minta maaf.

“Maaf Himari. Aku sangat menyesal.”

Aku bersujud dan meminta maaf kepada Himari dalam jarak pendengaran dari dalam ruangan.

“Jika ada satu kebenaran di dunia ini, aku tidak melakukannya dengan sengaja”

“Benarkah….? Bukannya itu karena kamu mengira kamu akan diizinkan karena aku dan Himari masuk ke kamar mandi bersama?” sindir Kanon.

“Bagaimana kau sampai pada kesimpulan seperti itu!? Ini mungkin terdengar seperti alasan tapi…. Dulu saat aku tinggal dengan adik laki-lakiku, aku tidak pernah berpikir untuk peduli memasuki kamar mandi dalam kapasitas apa pun. Aku melakukan hal yang sama seperti biasanya …… ​​Kau mungkin tidak mempercayaiku, tapi aku tidak bermaksud begitu. Aku akan berhati-hati mulai sekarang. Aku sangat menyesal!”

“Yah, kamu memang melewati tahap mengintip dan dengan berani berjalan masuk jadi kurasa kamu bisa membuat alasan untuk tidak melakukannya dengan sengaja ……. Bagaimanapun juga, jangan sampai terulang lagi! Jangan lupa bahwa kita di sini jadi berhati-hatilah lain kali!”

“Aku akan mengingatnya. Aku tidak akan membuat kesalahan yang sama lagi.”

“—Itulah yang kamu katakan tapi… Apa yang akan Himari katakan tentang itu? Aku pikir dia akan memaafkanmu jika kamu setidaknya dipukul di kepala dengan wajan.”

Jangan membuat usulan yang menakutkan, Kanon.

Tidak. Jika itu membuat Himari merasa lebih baik maka lebih baik aku menebus kesalahanku seperti pria jantan …….

“Uhmm, tidak perlu. Aku hanya sedikit terkejut… .. Aku baik-baik saja sekarang, ya… .. Aku juga minta maaf… .. ”

Himari membuka celah kecil pintu dan dengan malu-malu mengintip ke luar.

“Himari, kamu tidak perlu meminta maaf.” Ujar Kanon.

“Tepat sekali. Aku benar-benar yang salah di sini.”

“Emmm…. Aku bisa melihat bahwa Komamura-san sangat menyesal karenanya… ..aku tidak keberatan lagi. Uhm, aku mau tidur sekarang…. ”

Itu ide yang bagus.

Suasana ini agak mencekik.

Maka, demi melepaskan diri dari atmosfer yang berat ini, kami memutuskan untuk mulai bersiap untuk tidur.

*******

[Sudut Pandang Orang Ketiga]

Aku tidak bisa tidur.

Untuk beberapa alasan, penglihatan Kanon terasa jelas.

Sudah cukup lama sejak lampu dimatikan jadi matanya sudah menyesuaikan diri dengan kegelapan.

Dia mengalihkan tatapannya ke arah Himari yang ada di sebelahnya.

Dengan postur tidurnya yang terus berubah, sepertinya dia juga tidak bisa tidur.

“… ..Apa itu masih mengganggumu?”

Kanon tidak bisa menahan diri untuk bertanya padanya.

Dari sudut pandang Himari, kejadian sebelumnya pasti cukup mengejutkan.

“Kanon …… Sejujurnya, aku merasa sedikit sedih ……… ..”

Suara Himari terdengar tertekan.

Sudah kuduga, ternyata tidak mudah untuk segera melupakan kejadian tadi …….

“Ia pasti melihatku sebagai anak kecil ………”

“……… Eh?”

Kanon tidak langsung memahami kata-kata Himari.

“Kesan Komamura-san padaku tidak berubah sama sekali mengingat dia melihat tubuhku yang telanjang ....... itu membuktikan kalau Ia tidak melihatku sebagai seorang wanita. ”

Jadi begitu ya.

Memang benar bahwa Kazuki hanya terus meminta maaf selama ini. Permintaan maafnya juga sangat tulus.

Tidak ada jejak pemikiran seperti - “Meskipun itu hanya kejadian tak diduga, aku beruntung sudah melihat tubuh telanjang seorang gadis SMA.”

Mungkin memang benar dalam kata-katanya bahwa Kazuki bukan seorang lolicon.

Ada kalanya ketika teman sekelasku yang memiliki pacar pernah bilang bahwa "Pria adalah serigala yang bisa berubah dengan sekejap.” Tapi menurutku itu tidak berlaku untuk Kazuki.

Apa karena Ia sudah dewasa?

Masih terlalu dini untuk menilai. Aku masih harus waspada terhadap keberadaan yang disebut laki-laki.

Meski begitu, Kazuki adalah ——— Saat Kanon mulai berpikir begitu, rasa kantuk mulai menyelimuti dirinya.



<<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>

 

close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama