Chapter 08 — Waktu Istirahat dan Gadis SMA
Hari ini adalah hari libur.
Kami sedang bersantai di sofa
ruang tamu setelah selesai sarapan dan melakukan pekerjaan rumah seperti
bersih-bersih dan semacamnya.
Selama sedang bersantai, Kanon
tiba-tiba bangkit.
“Aku mau menyeduh teh hitam.
Apa kalian mau? ”
Sepertinya aku ingat pernah
melihat banyak kantong teh di dapur.
Pasti Kanon yang membelinya.
Satu-satunya hal yang aku beli
hanyalah air atau bir, jadi aku memberi mereka kebebasan untuk membeli minuman
apa yang mereka suka.
Kanon juga membuat teh barley
dan mendinginkannya di lemari es tetapi porsi hari ini masih mendingin di atas
meja.
“Kalau begitu, aku mau satu.”
“Ah, izinkan aku membantu. Aku
akan merebus airnya.” –ujar Himari sambil berdiri.
“Ini hanya membuat teh. Aku
bisa melakukannya sendiri. ”
“Aku tidak bisa membiarkan
Kanon bekerja sendirian.”
“Sudah. Sudah. Kalian berdua
tenanglah. Mumpung sedang libur biar aku saja yang melakukannya sendiri, jadi
duduk dan tunggu saja di sini.”
Kanon dan Himari lalu saling
bertukar pandang setelah mendengar ucapanku dan kemudian—
“Kalau begitu silakan
lanjutkan.”
“Tolong lakukan itu!”
Mereka berdua dengan kompak
menyelesaikan perselisihan mereka dan duduk kembali di sofa.
Apa-apaan ini? Rasanya seperti
aku sedang dijebak… ..
Yah, aku sendiri tidak terlalu
keberatan. Toh cuma memasak air doang.
Setelah memanaskan ketel, aku
menyiapkan kantong teh di cangkir.
Ini pertama kalinya aku
menyiapkan teh hitam dan juga pertama kalinya aku membuatkan minuman untuk
orang lain.
Dalam keadaan normal, aku akan
melakukan hal semacam ini untuk mereka sejak hari pertama tapi ……
Aku adalah seorang pria lajang
yang belum pernah mengundang tamu ke tempatku sebelumnya, jadi aku belum
terbiasa dengan tata karma seperti itu.
Air yang dimasak sudah mulai
mendidih.
Aku segera mematikan kompor dan
menuangkan air panas ke dalam cangkir teh.
Saat itu, aroma harum teh
memasuki hidungku.
Aku jarang meminum teh tapi aku
suka dengan aromanya.
Khasiatnya juga sangat berbeda
dengan kopi.
“Oh ya, apa kalian ingin ditambah
gula?”
Aku berteriak ke arah ruang
tamu yang meriah .
Kanon juga membeli gula dan
sirup permen karet.
“Punyaku tolong dikasih gula
dan sedikit susu ~”
Jadi Himari adalah tipe yang
menggunakan susu.
“Aku …… i-ingin empat kubus
gula dan sirup permen karet!”
Kanon menjawab dengan cukup
malu-malu.
“Bukannya menambahkan empat
terlalu banyak?”
“Aku suka yang manis-manis!”
Dilihat dari tampilan seberapa
banyak berhasil, sepertinya dia sangat menyadari betapa banyaknya itu.
Memangnya gulanya bisa larut
jika memasukkan terlalu banyak ?
Pasti hanya menumpuk di bagian
bawah, bukan?
Ada juga masalah Diabetes ……… tapi dia tidak meminumnya setiap hari jadi
aku rasa tidak ada salahnya.
Tapi tetap saja…. Seleranya
cukup kekanak-kanakan ya.
Kurasa bisa menebak seleranya
berdasarkan makanan yang dia masak setiap hari.
Mau tak mau aku tersenyum pada
sisi tak terduga dari dirinya ini.
Kami duduk di sofa sementara
masing-masing dari kami minum teh.
Ada acara informasi yang meliput
toko lokal yang menjual crepes lezat.
Itu hanya kebetulan tapi
estetika dan selera kami selaras dengan apa yang diperlihatkan jadi aku sedikit
senang.
Ngomong-ngomong, aku meminum
teh hitamku.
“Omong-omong …… .Himari, aku
ingin menanyakan sesuatu atau lebih tepatnya, aku ingin memberitahumu sesuatu.”
Aku tiba-tiba teringat sesuatu.
“Apa itu?”
Himari memiringkan kepalanya.
Aku ragu-ragu sejenak.
Aku baru menyadari sekarang
bahwa ini mungkin topik yang lebih cocok untuk dibicarakan saat Kanon tidak
ada.
Tapi itu sudah terlanjur diucapkan.
Usai membulatkan yekad, aku mengucapkan kalimat berikutnya.
“Kalau tidak salah kau pernah
menyebutkan hal ini beberapa hari yang lalu, tapi tampaknya kau tahu banyak tentang doujinshi
atau semacamnya ……”
Sial.
Aku mencoba untuk menghindari langsung
ke pokok permasalahan tapi itu akan menjadi pokok pertanyaan yang terlalu
samar.
Jika dia benar-benar membaca
Doujin R-18 maka aku pikir sebagai orang dewasa, aku harus memperingatkannya
tentang hal itu tetapi bagaimanapun juga… .. Bahkan aku tidak ingin ditanyai
jika perannya dibalik.
Himari berpikir sejenak lalu
tersenyum lebar.
“Iya! Sejujurnya, aku adalah
penggemar berat publikasi doujinshi Ekaki. Aku selalu mengikuti karyanya sejak aku
masih SMP!”
Himari menjawab dengan sangat
bersemangat.
Tidak apa-apa jika dia
menyukainya tapi… masalahnya terletak pada isinya.
“Be-Begitu ya. Tentang apa
kira-kira…?”
“Sebagian besar karyanya adalah
buku lelucon segala usia. Aku sangat suka selera komedinya…. Tapi sesekali dia
menggambar cerita yang serius dan menyayat hati. Perbedaan gaya darinya adalah
salah satu hal yang aku kagumi ……. Ada
apa Komamura-san? Kamu terlihat linglung begitu. ”
“Ah bukan apa-apa …… Kau sangat
menyukainya ya.”
“Iya!”
Senyum mempesona Himari
membuatku menanggung perasaan bersalah yang tak bisa dijelaskan.
Mungkin aku memiliki
kesalahpahaman yang serius terhadap kata “Doujinshi”….?
Maksudku, hal yang aku tahu
tentang Doujinshi, Sesuatu yang aku unduh dan baca ……….
Tapi berdasarkan apa yang dia
katakan, sepertinya Himari tidak belajar sesuatu yang cerdik dari doujin. Aku
telah mempersiapkan diri dari bagian itu, tapi aku merasa lega setelah
mengetahui bahwa bukan itu masalahnya.
Di sisi lain, aku penasaran dengan
konten “Doujinshi pelarian” yang dia baca sebelumnya, tapi aku tidak berani untuk
bertanya lebih jauh.
Sejauh menyangkut kisah Himari,
itu mungkin lebih ke komedi. Yup.
Demi menenangkan diri, aku
menyesap tehku lagi.
……… Mhm
Teh adalah hal yang baik untuk
dinikmati di saat-saat seperti ini.
Rasa pahit teh yang kaya akan
aroma membuat otakku segar.
Setelah menenggak tehku, tatapan
mataku bertemu dengan Kanon yang ada di sampingku.
Wajahnya dengan jelas
mengatakan bahwa "Aku sama sekali tidak tahu apa yang Himari bicarakan.”
Aku pikir, ada bagusnya dia tetap tidak peduli tentang
apa sebenarnya itu.
Ada beberapa hal di dunia ini
yang sebaiknya tidak kau ketahui.
Aku mengalihkan perhatianku
kembali ke tv, tidak ingin melanjutkan topik ini lagi.
<<=Sebelumnya | Selanjutnya=>>