The Result when I Time Leaped Chapter 153 Bahasa Indonesia

 

Natal Bagian 3

 

 

Saat kami mulai memakan kue Natal, Hiiragi-chan tiba-tiba jadi lebih bersemangat.

“Aku benar-benar kesulitan….”

Dia merosot di atas meja dan sepertinya sedang mengeluh kepada Kanata.

“Ya. Sepertinya cukup sulit. ”

“Kamu memahaminya? Apa kamu benar-benar memahaminya? ”

Kanata tampak seperti pendengar yang baik.

Bahkan dengan porsi makanan yang banyak, semua itu hampir habis sekarang, dan satu-satunya yang tersisa adalah bersih-bersih.

Rei-chan dan Sana sekarang juga terlihat lebih dekat, karena mereka berdua sibuk berbicara satu sama lain.

“Kalau begitu, kurasa aku akan bersih-bersih karena aku tidak melakukan apa-apa.”

Satu-satunya tugas yang kulakukan hanyalah membawa kue. Aku hanya bisa mengakui bahwa Hiiragi-chan melakukan lebih banyak pekerjaan. Aku benar-benar bisa merasakan semangat luar biasa yang dia berikan pada pesta perayaan Natal.

Aku mengumpulkan gelas dan piring kotor, dan setelah membawanya ke wastafel, aku lantas mencucinya.

Aku selalu berpikir bahwa hidup bersama orang lain akan merepotkan, tapi entah mengapa, aku merasa ini tidak terlalu buruk.

“Rei-chan, bukannya ini sudah terlalu malam untukmu?”

Sekarang baru lewat jam 8 malam.

“It-Itu benar… Aku harus segera pergi… atau ibuku…”

Hiiragi-chan, yang setengah tertidur, bereaksi terhadap kata pergi, sambil melambaikan tangannya dengan malas.

“Sensei, kalau Anda tidur di sana Anda akan masuk angin, tahu?”

“Tidak… masalaaaaaah. Ini cukup hangat… ”

Karena aku sedikit khawatir, aku meminta Sana dan Kanata membantuku membawa Hiiragi-chan ke kamar tidurnya.

Aku membaringkannya di tempat tidur, dan menarik selimut ke atasnya. Dia segera tertidur lelap.

“... Dia minum cukup banyak.”

“Yah, memang benar dia sangat sibuk, jadi dia mungkin benar-benar memaksakan diri untuk hari ini.”

“Sensei sangat kekanak-kanakan.”

Sana tertawa. Sejak tuga beres-beres selesai, kami semua berganti pakaian, dan pulang bersama Rei-chan.

Kami mengunci pintu dari luar dan menjatuhkan kunci di kotak suratnya. Mungkin akan baik-baik saja seperti itu.

Dan begitulah, pesta Natal klub tata boga berakhir tanpa masalah.

Keesokan harinya….

Aku meninggalkan rumahku secara diam-diam, dan tiba di tempat Hiiragi-chan sesuai rencana.

“Sensei?”

Bahkan setelah menekan bel dan mengetuk pintu, dia tidak mau menjawab. Aku meneleponnya, dan menyadari bahwa dia baru saja bangun tidur.

“A-Aku baru saja bangun… Ke-kepalaku sakit…”

“Kamu benar-benar mabuk.”

Itu karena dia minum begitu banyak tadi malam. Ketika aku melihat botolnya, hanya tersisa setengahnya. Batasan Hiiragi-chan adalah sekitar dua kaleng bir dan satu kaleng Shouchuu.

Dia pasti tidak menakar kadar minumnya kemarin.

“Maaf… Tunggu sebentar, aku akan keluar untuk membukanya.”

Segera setelah dia mengatakan itu, pintu pun terbuka.

Dia masih mengenakan apa yang dia kenakan kemarin. Sepertinya dia terus tertidur setelah semua yang terjadi kemarin.

“Selamat pagi, Seiji-kun.”

Ketika aku masuk, aku langsung ditarik ke dalam pelukannya di pintu masuk.

Hmmm… sampai bisa mengalami kejadian ini di pagi hari…

“Selamat pagi, Haruka-san.”

“Bagaimana kalau ciuman selamat pagi—”

Ada bau alkohol yang kuat, jadi aku tidak sengaja berusaha menghindarinya.

“Puhah. Kau bau alkohol.”

“Mana mungkin…”

Tentu saja, bau alkohol. Kau benar-benar mabuk kemarin.

“Hari ini, aku banyak memikirkan rencana kita untuk berkencan—”

“Bukannya itu lebih sulit dengan kepalamu yang pening karena mabuk?”

“Uuu… Bagaimana kamu bisa tahu?”

Itu karena ekspresi wajahmu tidak terlalu baik. Kami berdua lalu pergi ke ruang tamu.

“Bagaimana keadaanmu? Apa kau merasa tidak enakan? Jika kau merasa kurang sehat, kenapa kita tidak menunggu dan melihat bagaimana keadaanmu pas sekitar makan siang? ”

“Aku sudah terbiasa ...”

“Ayo minum air putih dulu. Yang banyak minumnya. ”

“Aku sudah terbiasa ...”

Hiiragi-chan mulai meneguk sebotol air mineral, yang dia persiapkan sendiri. Dia kemudian duduk di sofa dan menggunakan pahaku sebagai bantal pangkuan.

“Ini sama sekali tidak seperti Natal…”

“Kau pikir itu salah siapa ?”

“M-maaf… Aku terlalu bersemangat kemarin.”

Dia mulai berlinang air mata, jadi aku mulai mengelus kepalanya untuk menghiburnya.

“Tidak apa-apa, aku tahu kau benar-benar menikmati dirimu sendiri.”

“Ini pertama kalinya aku mengadakan pesta Natal dengan orang lain, jadi aku terlalu bersemangat.”

“Tidak buruk juga merayakan Natal seperti ini.”

Mungkin tidak ada banyak perbedaan dari biasanya.

“Tidak. Kami pasti akan pergi pada malam hari. Bahkan jika aku harus memaksakan diri.”

“Eh? Bagaimana dengan kondisimu? ”

“Ini pasti akan sembuh sendiri.”

“Kurasa aku harus mempercaya pada kepercayaanmu yang tidak berdasar.”

“Ya. Serahkan padaku… Tapi, seharusnya tidak seperti ini… Aku berencana bertingkah seperti Haruka-san yang sangat dewasa. ”

Hiiragi-chan, yang berada di pangkuanku, adalah Hiiragi-chan yang ceroboh dan kikuk.

Kami menghabiskan sepanjang hari dengan bersantai, melihat kembali foto-foto yang kami ambil kemarin dan menonton acara spesial Natal di TV.

“Sembuh sudah. Aku baik-baik saja sekarang. ”

Dia mengatakan itu setelah bangun. Karena rona kulitnya jauh lebih baik daripada pagi ini, bahkan jika dia tidak sepenuhnya sehat, dia tampak lebih baikan.

“Itu hebat.”

“Ini berkat kekuatan pangkuan Seiji-kun.”

“Emangnya beneran ampuh buat nyembuhin mabuk?”

"Nggak. Bukan mabuknya, tapi hanya untuk aku pribadi. ”

Balasnya sambil tersenyum. Kalimat itu membuatku malu hanya dengan mendengarkannya.

Setelah mengatakan bahwa dia akan pergi mandi, Hiiragi-chan meninggalkan ruang tamu.

Saat kami melakukan ini dan itu, akhirnya waktu sudah pukul 5 sore.

“Aku harus bersiap-siap untuk keluar.”

Hiiragi-chan menyembunyikan wajahnya dengan handuk, dan melewati ruang tamu untuk memasuki kamar tidurnya.

Dia masih bersikeras tentang itu.

Setelah menunggu 30 menit lagi.

“Terima kasih sudah menunggu!”

Hiiragi-chan keluar dari kamarnya dan sudah siap untuk keluar.

“…Kita akan pergi kemana?”

“Fufufu. Kamu akan tahu setelah kita pergi.”

Sambil memainkan kunci mobilnya dengan senang hati, kami berdua meninggalkan rumahnya dan naik ke mobilnya.

Tujuan kami sepertinya sedikit mengejutkan, jadi aku memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.

“Aku sudah memesan tempat di restoran.”

“Jadi, kau tetap akan memberitahuku?”

“Maksudku, aku akhirnya tetap ingin memberitahumu.”

“Berarti kita makan malam di restoran di malam natal…”

Ini kencan yang cukup klise, tapi mungkin sangat klise sehingga mau bagaimana lagi.

“Meski cukup klise tapi tidak buruk juga.”

“Iya, ‘kan? Aku sangat menantikannya.”

Jadi itulah mengapa dia berdandan sedikit hari ini. Bukannya nanti aku akan menonjol jika pergi ke restoran seperti ini? Aku memakai jaket yang terlihat seperti setelan jas, jadi aku rasa pakaianku tidak terlalu aneh.

Dengan berkendara yang aman dan stabil, butuh waktu sekitar 30 menit. Kami sampai di tempat tujuan. Tempat yang kami tuju adalah restoran di lantai atas sebuah hotel bertingkat tinggi. Mobil Hiiragi-chan diparkir di tempat parkir basement.

Hiiragi-chan menyebutkan reservasi-nya kepada pelayan, yang menatapku dengan rasa ingin tahu sejenak, tapi akhirnya memandu kami ke tempat duduk di dekat jendela.

“Wow… Pemandangan malamnya sangat indah.”

Restoran ini cukup tinggi untuk memungkinkan para pengunjung memandangi seluruh kota, menciptakan pemandangan yang tampak seperti banyak bintang berwarna yang bersinar di malam hari.

Seperti yang sudah kuduga, hidangan yang disajikan merupakan hidangan Prancis setelah melihat hidangan keluar satu demi satu. Bukannya ini akan cukup mahal? Karena aku hanyalah warga biasa, aku akhirnya sedikit mengkhawatirkannya.

Hiiragi-chan sedang menikmati anggur dan makanannya. Aku senang dia tidak minum seperti kemarin malam. Sedangkan buatku, aku hanya meminum teh Oolong, dan terkadang jus jeruk.

Aku pikir masakan Prancis tidak akan cocok dengan selera orang normal seperti diriku, tapi rasanya masih cukup enak. Bisa jadi kebetulan saja sesuai dengan seleraku, karena dalam diriku sudah masuk kategori paruh baya.

Sembari mengobroli hal sepele, acara makan malam berlalu dalam sekejap mata, dan tibalah waktunya untuk pesanan terakhir.

“Apa yang kita lakukan setelah ini?”

Aku tidak terlalu khawatir, tapi jika dia minum alkohol, kita tidak bisa pulang.

“Rahasia~

Apa itu berarti di masih punya rencana lain? Kurasa tidak ada gunanya  mengkhawatirkan tujuan setelah ini.

Hiiragi-chan bersiap-siap, lalu berdiri dari kursinya untuk menyelesaikan pembayaran… Aku melihat sekilas jumlahnya, dan yang bisa aku katakan adalah jumlahnya cukup besar.

“Haruka-san, apa itu tidak apa-apa? Karena aku tidak ikut membayar sama sekali. ”

“Tidak apa-apa. Jangan terlalu dipikirkan. Karena aku sendiri yang ingin melakukan ini.”

Begitu kami masuk ke lift, Hiiragi-chan menekan tombol ke lantai pertama. Aah, entah bagaimana aku bisa menebak apa yang direncanakan setelah ini.

Baru saja aku memikirkannya, dan tebakanku tepat sasaran.

“Reservasi atas nama Hiiragi.”

Setelah berbicara dengan resepsionis, dia kemudian diberikan kunci. Kamar 3505.

“Kamar anda berada di lantai 35.”

Tempatnya berada di lantai yang lebih tinggi dari restoran sebelumnya.

Dengan beberapa petunjuk, kami sekali lagi masuk ke lift.

Hiiragi-chan tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggandeng tanganku.

Begitu lift berhenti dan kami keluar, kami segera menemukan kamar kami.

Seperangkat seprai putih diletakkan di atas tempat tidur berukuran double, dan di balik tirai terbuka, pemandangan gemerlap malam yang melampaui yang dari restoran bisa terlihat.

“Sejak kapan kau merencanakan ini?”

“Sekitar sebulan sebelumnya!”

Itu masih terlalu awal.

Setelah melepas gandengannya, dia terjatuh ke atas ranjang.

“… Seiji-kun”

Dia mengulurkan tangannya untuk mengundangku.

… Kami sudah melakukannya pada hari ulang tahunnya, tapi tidak pernah melakukannya untuk kedua kalinya. Kami melewatkan peluang, atau mungkin tidak ada kesempatan. Aku takut ditolak, jadi aku tidak punya keberanian untuk melangkah lebih jauh.

Perlahan-lahan, aku jatuh ke atas ranjang seakan-akan ingin melindunginya.

Saat aku mencoba melepas jaketku, Hiiragi-chan meraih jaketku.

Dengan sedikit perlawanan, aku perlahan melepas pakaianku.

Dengan wajah kaku, Hiiragi-chan menarik napas.

“Apa ada yang salah?”

“Tidak… Hanya saja, aku merasa sedikit malu…”

______________________________________________________

 

*disensor *

 

______________________________________________________

 <<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>

close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama