Tomodachi no Imouto Vol.5 Chapter 06 Bahasa Indonesia

Chapter 6

 

Langit diwarnai sesuai dengan gambaran khas matahari terbenam. Beberapa detik di dalam suasana hangat ini, setidaknya setiap sepuluh detik angin dingin bertiup menerpaku. Dalam urusan pergi ke luar, sekarang adalah cuaca yang sempurna. Banyak muda-mudi berjalan di depan stasiun kereta dengan memakai yukata mereka. Dengan pembukaan festival musim panas yang semakin dekat, distrik ini, yang biasanya tidak memiliki daya tarik, memiliki suasana yang meriah.

—Semua keparat ini menjalani hidup mereka dengan tidak efisien.

Jika itu aku yang dulu, pemikiran tersebut mungkin akan menjadi pemikiran nomor satu saat menonton pemandangan ini. Aku akan menilai mereka dengan tatapan dingin saat mereka hidup pada saat ini, hidup untuk sesuatu yang sementara alih-alih melihat keseluruhan hidup mereka. Tapi, sekarang, aku benar-benar tidak punya hak untuk menggonggongi mereka. Lagipula…

“Maaf sudah membuatmu menunggu.”

“Tidak ... Mashiro sendiri baru saja datang.”

Karena kami berdua, yang bertukar salam klise seperti itu di lantai pertama gedung multi-tenant dekat stasiun kereta, tidak berbeda dari semua keparat itu. Jika seseorang yang tidak tahu keadaan, kami mungkin terlihat seperti pasangan biasa, ya. Kamu, yang dipekerjakan oleh Presiden Tsukinomori untuk mengawasi kami, aku harap kamu dapat melihat ini dengan baik. Karena ini waktu yang paling tepat.

“Kalau begitu, ayo kita keluar… Tempatnya… Um…”

“Atas.”

Kami berjalan melewati pintu masuk kecil gedung. Tangga darurat dipenuhi dengan barang-barang dan yang lainnya, membuatku bertanya-tanya apa ini aman secara hukum dalam manajemen kebakaran, saat kami menuju ke dalam lift, lalu naik ke lantai delapan.

'Yukata Rental Store IMOKO' itulah yang tertulis di papan luar, di dalamnya penuh dengan orang-orang dari usia yang sebaya dengan kami hingga mahasiswa. Festival musim panas bahkan belum dimulai, dan aku sudah merasa seperti berada di tengah-tengahnya, itu menggambarkan seberapa banyak orang yang ada di dalam tempat ini.

“Woah, ramai sekali… Kamu pikir kita bisa mendapatkan giliran?”

“Jangan khawatir. Mashiro sudah membooking tempat. Sebenarnya, kita akan mendapat giliran. ”

“Sepertinya sebagian besar pelanggan datang tiba-tiba di hari festival, ya.”

“Yup, tapi tidak perlu khawatir, Aki. Mashiro tidak akan melakukan kesalahan riajuu seperti mereka. ” Mashiro berbicara dengan sedikit kepercayaan dalam suaranya dan mengangkat ibu jarinya.

Setelah itu, dia mengulurkan tangannya ke arahku dengan gerakan yang terlalu alami.

“Ayo pergi.”

“Eh? Y-Ya… ”

Karena terkejut, aku meraih tangan itu… Le-Lembutnya. Sudah berapa tahun sejak aku berpegangan tangan dengan Mashiro seperti ini? Sama seperti dulu, saat kita masih anak SD, tangan Mashiro masih terasa kecil. Yah wajar saja, mengingat aku sudah tumbuh sebesar dirinya. Dia menarikku saat dia berjalan.

“Pe-Permisi… Kami sudah… memboking… Ah, maaf.”

Mashiro mencoba menerobos di antara kerumunan orang. Meski dia hanya bisa mengeluarkan suara yang lembut dan tenang, Mashiro masih bekerja keras untuk melewati keramaian ini. Sejujurnya, aku lebih dari terkejut. Aku benar-benar berpikir bahwa Mashiro buruk dalam berurusan dengan orang banyak seperti ini, jadi sejak kapan dia tumbuh sebanyak ini?

“Jangan terlalu memaksakan diri, oke. Jika perlu, aku bisa— ”

“Mashiro baik-baik saja. Hari ini, dia yang akan memandumu. ”

“O-Oke, jika kamu mau begitu.”

Dia tidak menunjukkan niat untuk mundur dan menghalangiku ketika aku ingin berjalan di depannya. Mana mungkin dia baik-baik saja dengan kerumanan orang sebanyak ini. Tangannya yang gemetaran adalah bukti yang cukup untuk itu… Tentu saja, aku takkan mengungkitnya.

Setelah beberapa detik berusaha keras, kami akhirnya sampai di meja resepsi. Staf wanita memeriksa ID pelajar kami, mengambil beberapa yukata di tangannya dengan senyum cerah, dan membimbing kami ke ruang di belakang resepsi.

“Eh? Bagaimana dengan ukuran dan desainnya…? ”

“Mashiro sudah memberi mereka informasi saat dia membooking. Kamu tidak perlu khawatir, Aki. ”

“Fiuh, sudah disiapkan dengan baik, ya.”

“Mashiro memilih desain yang mungkin kamu sukai, dan ukurannya pasti sangat pas.”

“Aku senang mendengarnya ... Tapi, aku tidak pernah ingat memberitahumu ukuran tubuhku, jadi bagaimana caramu ...?”

“Telinga Mashiro memiliki kemampuan untuk mengingat semua yang mereka dengar, dan cinta Mashiro adalah satu-satunya ukuran yang dia butuhkan.”

“Aku tahu aku seharusnya bahagia, tapi ketakutan apa yang kurasakan ini… Tapi, yah, jika segalanya berjalan lancar karena itu, maka semuanya menjadi lebih baik. Karena menghemat waktu kita, jadi jauh lebih efisien. ”

“Benar, ‘kan? Mashiro tahu kalau kamu akan mengatakan itu.” Mashiro tersenyum ceria.

Melihat senyuman itu, aku jadi mengagumi perubahannya sejak hari pertama dia dipindahkan ke sekolah kami, ketika yang bisa dia lakukan hanyalah membeku dengan ekspresi judes. Dipandu oleh staf wanita, aku menuju ke ruang ganti pria, sedangkan Mashiro ke ruang ganti wanita. Melepas pakaianku, aku memakai yukata di atas celana dalamku. Meskipun aku berhasil memakainya sendiri, aku setidaknya meminta staf memeriksa apa semuanya terlihat bagus sehingga aku tidak mempermalukan diri sendiri.

Melihat diriku yang terpantul di cermin, aku tersenyum masam. Siapapun bisa tampil mewah dengan pakaian yang tepat, ya.

“Ini adalah desain yang seharusnya aku suka, huh… Hahaha…”

Aku melihat desain yukata yang aku kenakan, saat tawa ejekan keluar dari bibirku. Itu adalah desain polos bergaris. Desain yang sangat sederhana, tidak terlalu menonjol, gambaran dari kata normal, sungguh. Ini hampir seperti representasi dari seseorang tertentu.

“Tapi, seperti yang Mashiro katakan, aku sangat menyukai ini…”

Desain yang lebih mencolok dari ini tidak cocok buatku, tapi desain yang lebih sederhana juga akan mengganggu. Sederhana, namun memiliki kualitas yang baik. Mungkin karena musim ini, rasanya kamu bisa memakai pakaian Jepang lebih banyak dari biasanya. Membayangkan kalau pakaian ini sebagai pilihan Mashiro untukku, rasanya jauh terasa lebih segar.

“Tidak terlalu buruk, Perasaan cinta Mashiro.” Merasa kagum pada gadis itu, aku keluar dari ruang ganti.

Dan juga, sebagai catatan tambahan, toko penyewaan ini menawarkan layanan di mana mereka menyimpan barang-barang bawaanmu, jadi barang yang aku bawa hanyalah dompet dengan barang-barang penting di dalamnya.

“Bagaimana dengan Mashiro… Belum selesai, ya. Yah, karena dia juga seorang gadis, tentu saja akan memakan waktu lebih lama.”

Karena aku tidak dapat menemukan Mashiro di luar ruang ganti, aku pikir aku akan duduk di kursi terdekat untuk menunggunya sambil melamun. Sekarang aku pikir-pikir lagi, sudah berapa bulan aku bisa melamun seperti ini. Beberapa minggu terakhir ini khususnya, aku terus-menerus mengerjakan [The Night The Black Goat Screamed], kepalaku penuh dengan hal-hal yang perlu dikhawatirkan.

Sekarang perekaman untuk karakter baru berakhir dengan aman, tidak ada lagi yang perlu diperbaiki atau perhatian lebih. Meski aku masih harus memikirkan apa yang harus dilakukan dengan Iroha dan membuatnya mendapatkan beberapa teman, serta acara kencan palsu dengan Mashiro, ini bukan 100% pekerjaan, melainkan sesuatu yang lain, bagian dari masa muda, kamu bisa menyebutnya begitu.

Saat memandangi kerumunan orang di sekitarku, aku semakin menyadari hal-hal yang biasanya tidak pernah aku perhatikan. Bagaimana yukata mahasiswa itu terlihat sangat keren, atau ketika gadis yang ramah mengenakan yukata, mereka mulai mengeluarkan getaran ala Yamato Nadeshiko, atau gadis cantik yang berjalan ke arahku ... bagaimana dia sedikit tersipu, bertingkah gugup dan gelisah saat berhenti tepat di depanku…

“Te-Terima kasih sudah menunggu. Ba-Bagaimana… Aki…? Apa ini… terlihat bagus…? ”

Gadis cantik itu ternyata Mashiro.

“……”

“A-Aki? K-Kenapa kamu diam saja dari tadi? ”

“… Eh, ah, maaf. Aku hanya… terkejut… ”

Aku dengan hati-hati mengamati penampilan Mashiro dari ujung kepala sampai ujung kaki, saat celetukan bodoh keluar dari bibirku. Untuk mengatakannya dalam satu kata, dia terlihat seperti seorang Yuki-onna. Desain yukata-nya memiliki latar belakang putih, dengan pola bunga mawar malam. Meski polanya memancarkan warna-warni, tropis, perasaan buah-buahan, karena suasana alami Mashiro yang prima dan tepat, hal tersebut menekankan pesonanya ke tingkat orang dewasa. Rambutnya diikat dengan hati-hati, dengan hiasan rambut menjuntai di satu sisi. Tengkuknya mengintip dari kerahnya. Jari-jarinya yang ramping membawa tas aksesori yang tampak seperti kerang. Membentang ke tanah adalah kaki telanjangnya, mengenakan bakiak kayu. Setiap aspek dari ini memancarkan daya tarik yang tenang namun erotis.

Tidak seperti jenis pesona eksplosif lain yang mengirimkan hasrat langsung ke nalurimu, penampilannya yang satu ini menggambarkan keindahan yang perlahan tapi pasti menyerang sistem darahmu danmenyebar ke seluruh tubuh. Ini mungkin persis seperti penggambaran Yuki-onna asli jika kamu berhasil menemukannya.

“Ja-Jangan menatap Mashito melulu tanpa mengatakan apapun. Ma-Mashiro jadi malu, tahu.”

“M-Maaf. Karena kamu begitu cantik, aku jadi benar-benar terpesona. “

“~~~ ?! Ja-Jangan memuji Mashiro seperti itu. Ap-Apa kamu berencana membunuhku dengan rasa malu… ?! ”

“Ahhh ?! Maaf maaf!” Aku segera menundukkan kepalaku ke arah Mashiro, yang tersipu marah.

Bego, tolol, mati saja sana, semua kata-kata ini dilemparkan padaku, bersama dengan tas asesorisnya. Bisa dibilang, nada suaranya tidak mengandung niat buruk atau permusuhan, dan aksesorinya juga tidak terlalu menyakitkan.

“Lihat pasangan itu, mereka benar-benar terlihat dekat.”

“Anak SMA?”

“Kelihatannya cinta pertama mereka, lucunya ~”

“…………”

“……”

Jika ada, tatapan di sekitar kita terasa menyakitkan.

“Ay-Ayo pergi.”

“Ya.”

Karena kami jadi objek perhatian banyak orang, Mashiro menundukkan wajahnya yang memerah, dan menarik tanganku dengan kekuatan yang aku tidak percaya bisa datang dari lengan rampingnya. Segera setelah itu, kami meninggalkan 'Yukata Rental Store IMOKO'. Seolah-olah dia ingin mengatakan bahwa berdiam diri di tempat ini lebih lama lagi tidak mungkin baginya, Mashiro bahkan tidak repot-repot menunggu lift, dan malah mulai menuruni tangga, dari lantai delapan ke lantai pertama.

Mungkin karena tidak terbiasa menggunakan bakiak kayu, Mashiro sering kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Setiap kali dia menuruni anak tangga, rasa malu dan ketegangan perlahan mulai menghilang dari ekspresinya, dan ketika dia akhirnya menyadari betapa lucu situasinya, suara tawa keluar dari bibirnya.

Begitu kami berhasil turun ke lantai pertama, kami harus berjalan zig-zag di antara barang-barang yang ada. Setelah berhasil keluar dari labirin ini, Mashiro menoleh ke arahku sambil tersenyum.

“Ini sangat menyenangkan.”

“Bukannya kamu bertingkah terlalu riang?”

“Apa ini membuat kita penjahat? Melewati suatu tempat yang seharusnya tidak boleh kita lewati?

“Yah, seharusnya sih baik-baik saja. Yang ini dihitung sebagai pintu keluar darurat, jadi secara teknis kamu boleh lewat sini. ”

“Benarkah. Kalau begitu kita adalah pasangan resmi.”

“Pasangan?… Tapi—”

“Tidak.”

Saat aku hendak menyangkal kata-katanya, Mashiro menunjuk ujung hidungku dengan jari telunjuknya.

“Hari ini kita adalah sepasang kekasih, ‘kan?”

“Itu benar sekali..… Sayangku.”

“Hentikan itu.” Mashiro bahkan tidak menyia-nyiakan sedetik pun untuk menegurku.

Memang keputusan yang bijaksana.

 

******

Meskipun area ini sudah ada di tempat ini selama bertahun-tahun sekarang, pemandangan di festival musim panas tetap terasa nostalgia seperti biasanya. Sebelum pindah ke apartemen lantai lima — di sebelah Keluarga Kohinata — aku tinggal bersama orang tuaku sepanjang waktu, tapi setelah kami berpisah, aku tidak pernah pergi ke festival musim panas lagi bersama Tsukinomori bersaudara. Adapun alasanku pindah, dan situasi orang tuaku ... Yah, itu tidak penting sekarang, jadi aku akan menyimpannya untuk diriku sendiri sedikit lebih lama.

Kami berjalan melewati gapura kuil Shinto, melewati patung singa-anjing penjaga kuil dan ekspresi aneh mereka yang menjengkelkan, dan tiba di tempat perayaan festival di atas tangga yang diterangi oleh lentera kertas.

Di ruang terbuka yang luas ini, banyak orang dan kios-kios yang berjejeran, serta musik festival terdengar telinga kami dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus. Hampir seolah-olah untuk menarik sebagian besar pada muda-mudi, aransemen pembukaan dari karya terbaru dari Honey Plays Works remake Grand Fantasy 7 dimainkan. Menyadari kalau tempat ini adalah distrik yang agak kecil, mereka benar-benar berusaha keras untuk festival ini. Suara-suara bisa terdengar di sekitar kami, bagi Mashiro dan aku, yang termasuk dalam kategori orang 'bayangan' dan 'latar belakang', ini adalah pemandangan yang luar biasa.

“Aku sudah tersesat. Dengan cara apa kita harus berjalan di sekitar sini? ”

“Tu-Tunggu sebentar. Mashiro memiliki panduannya di halaman 238.”

“Mencari setiap hal pasti merepotkan, bukan? Lagian, dua halaman terakhir yang benar-benar kita butuhkan, iya ‘kan? ”

Mashiro mengeluarkan smartphone-nya, dengan panik memeriksa rencana kencan digitalnya. Tapi, karena dia tiba-tiba berhenti berjalan di tengah jalan setapak seperti itu, hal yang jelas terjadi.

“Hya!”

“Awas…! Oh, tangkapan yang bagus. "

“Te-Terima kasih. Kamu punya refleks yang bagus, Aki. ”

Menyelamatkan ponsel Mashiro dari pendaratan yang keras, dia memujiku dengan ekspresi lega.

“Aku pikir hal seperti ini mungkin terjadi, jadi aku sudah menyiapkan tubuhku untuk segera bertindak.”

“Hmpf… Kamu terdengar seperti salah satu protagonis manga shounen yang keren. Mashiro tidak suka itu. ”

“Kenapa memangnya? Kenapa kamu tidak jujur saja ​​memujiku?”

“Tidak mau. Jangan terlalu songong hanya karena kamu sedikit keren.”

Setelah mengucapkan perkataan tadi, pandangan mata Mashiro tiba-tiba terbuka lebar, saat dia mengamati sekelilingnya seperti sedang mencari musuh.

“Kamu sedang mencari mata-mata Presiden Tsukinomori? Aku tidak merasakan tatapan seperti itu sekarang… ”

Yang ada di sekitar kita adalah para pengunjung dalam penampilan yukata, staf festival yang berlarian, dan pemilik kios. Sejujurnya, bahkan jika seseorang membuntuti kita sekarang, aku ragu aku akan bisa menangkapnya. Tapi, Mashiro tidak repot-repot mendengarkanku, dan menggelengkan kepalanya.

“Bukan itu.”

“Lantas apa yang kamu cari?”

“Ada orang yang anehnya tampak mirip denganmu karena suatu alasan, ‘kan? Misalnya seperti yang kamu lewati beberapa kali di sekolah.”

“Yah, bagaimanapun juga ini festival yang cukup populer.”

“Ini gawat… jika mereka melihat Mashiro dan Aki bersama, mereka akan mulai menyebarkan rumor… Rasanya malu banget…!”

“Apa kau lupa kenapa kita datang ke festival ini?” Aku memberikan jawaban jujur ​​kepada Mashiro, yang mencoba menyembunyikan ekspresi tersipunya dengan kedua tangannya.

Kami memutuskan melakukan kencan palsu ini untuk memamerkan kalau kami berdua adalah sepasang kekasih yang dimabuk cinta, tapi dia benar-benar kehilangan maksud dan tujuan aslinya… Namun, bila memikirkan perasaan Mashiro, aku dapat memahami mengapa hal itu bisa terjadi.

“I-Itu benar, kita harus lebih mesra.”

“Menurutku kita tidak perlu sampai segitunya ...”

“Kita. Harus. Bertingkah. Lebih. Mesra! ”

“… O-Oke.” Suaranya yang tajam menancap jauh ke dalam dadaku, membuatku tidak punya pilihan lain selain mengangguk.

Setelah itu, demi bisa mendapatkan perhatian dari teman sekolah kami, Mashiro dan aku pergi ke kios. Tempat pertama yang ditunjukkan Mashiro ialah kios menyendok ikan mas. Anak-anak kecil di sekitar kami ikut menantang juga, lalu gagal dalam prosesnya, dan mereka mengeluh kepada si pemilik kios dengan lubang di jala mereka. Aku sangat memahami itu, karena kamu merasa uangmu raib kena penipuan.

“Permainan ini bikin nostalgia. Kamu ingin mencobanya? ”

“Ya. Keimutan makanan laut lebih dalam dari Palung Mariana. ”

“Jangan mengaitkannya dengan makanan…… Putuskan dengan pasti apa kamu suka penampilannya atau rasanya, oke.”

“Keberadaan mereka yang hanya sekilas saat berada di bagian bawah rantai makanan memiliki keimutan tersendiri ...”

“Aku tidak paham sama sekali. Tapi, jika kamu mau, aku bisa mendapatkannya untukmu. ”

Dulu ketika aku masih SD, aku cukup jago dalam permainan semacam ini. Bukan berarti aku bisa langsung mendapatkannya, tapi aku bisa menganalisis alasan kegagalanku, dan kemudian dengan upaya berulang akhirnya berhasil menangkap satu. Dengan itu, aku bisa mendapatkan rasio rata-rata 50/50, memberikan keseimbangan yang menguntungkan saat menyendok ekan mas. Mengingat saat dimana aku harus menangkap ikan mas untuk Mashiro karena dia tidak mampu, aku jadi merasa nostalgia.

“Tidak perlu. Mashiro bisa mengambilnya sendiri. ” Menampilkan ekspresi seorang penjudi kelas satu, Mashiro menggenggam koin 100 yen di tangannya.

Wah, sejak kapan wanita cantikku menjadi begitu percaya diri? Memikirkan hal ini, aku mendorongnya dari belakang ke depan, dan memutuskan untuk diam-diam bersorak untuknya. Sekitar sepuluh menit kemudian — satu koin 100 yen itu berubah menjadi sepuluh koin 100  yen.

“Hei, Nak… Bukankah kamu harus menghentikan pacarmu…?”

Bahkan abang-abang dari kios mulai dilanda rasa bersalah. Dan, aku sangat setuju.

“Ya… Hei, Mashiro. Mengapa kita tidak berhenti saja sampai di sini?”

“Tidak mau. Pak, sekali lagi. ”

“Kamu sudah membayar seribu yen untuk ini! Emangnya satu ekor ikan mas benar-benar bernilai sebanyak itu…? ” teriakku.

“Mashiro punya banyak uang. Dia belum frustasi. Jikapun ada, dia akan menghina seribu yen yang sudah dia bayarkan jika dia berhenti sekarang…! ”

“Kamu berubah menjadi orang yang tidak bisa berhenti memutar gacha sampai mereka mendapatkan 1% karakter SSR…”

“Apa yang kamu bicarakan, Aki. Jika kamu terus melakukannya, drop rate-nya akan menjadi 100%. ”

“Logika itu sama sekali tidak masuk akal! Aku bukan seorang penulis, jadi kata-kata cerdas tidak cocok untukku! ”

“Lepaskan aku! Mashiro pasti tidak akan berhenti! ”

“Kurasa gadis ningrat memang berada pada level yang berbeda… Baiklah, aku akan memberimu kesempatan lagi. Nona muda, ambil sendok kertas baru ini!”

“Pak, terima kasih…! Lihatlah Mashiro, Aki. Ini adalah tekadnya…! ” Mashiro memberi abang pemilik kios koin 100 yen lagi, dan menerima sendok baru.

Dan kemudian — satu koin itu berubah menjadi banyak. Di tengah percobaannya, mereka memulai bisnis baru di mana dia akan membeli sepuluh percobaan dengan uang kertas seribu yen. Sekitar waktu dia bisa membeli ikan mas dari toko aslinya—

“… Da-Dapat juga…!”

Dia mengangkat mangkuk berisi ikan mas ke udara, menjerit penuh kemenangan. Di sebelahnya, segunung sendok kertas yang rusak bertumpuk sebagai bukti dari pengorbanannya, menceritakan kisah mereka sendiri. Pada saat yang sama, bukan hanya aku yang satu-satunya menyaksikan pertempuran ini sampai mati.

"Ohhhhhhh !!!"

Prok prok prok !!!

Pemandangan surealis ini telah mengumpulkan cukup banyak penonton, saat mereka memberikan tepuk tangan meriah atas kesuksesan Mashiro. Menjadi sangat payah pada sesuatu merupakan bentuk seni juga, kurasa. Tidak peduli seberapa ceroboh atau tidak terampilnya dia, Mashiro memiliki pesona untuk menarik orang-orang yang akan terus mengawasinya, dan ini membuat indraku sebagai produser tergelitik juga.

“Aki, apa kamu melihatnya ?! Mashiro akhirnya bisa mendapatkannya! ”

“Ya, aku memperhatikanmu, sepanjang waktu ini.”

Saat kamu gagal berturut-turut juga. Tapi, melihat betapa bahagianya Mashiro, aku tidak mau merusak suasana hatinya.

“Fufufu, bagaimana itu? Mashiro bisa melakukannya bahkan tanpa bantuanmu, Aki. Teknik Mashiro adalah… sesuatu… lain…? ” Ekspresi percaya diri Mashiro tiba-tiba menghilang, begitu pula suaranya.

Dia melihat ke sekeliling, dan melihat semua orang memperhatikannya dengan tatapan hangat.

“… Tunggu, sejak kapan… ?! Semua orang ini… Umm… tolong jangan… lihat Mashiro…! ”

Terhadap siapa pun kecuali aku, dia memiliki sikap introvert yang sangat berlebihan. Di saat yang sama, dia selalu judes padaku. Bisa dibilang, orang-orang di sekitar kita hanya merayakan reaksi panik Mashiro yang lucu ini bahkan lebih, saat tepuk tangan lain terdengar.

Seolah-olah mereka cemburu dengan ini, orang-orang yang bertanggung jawab atas musik festival mulai bermain lebih keras, yang hanya mengumpulkan lebih banyak orang. Berada di tengah-tengah situasi surealis ini, Mashiro mencapai batasnya. Dia meraih tanganku dengan panik.

“A-Ayo pergi!”

Saat orang-orang di sekitar kami memperlakukan Mashiro dan aku seperti pahlawan dengan suara kekaguman, kami berlari di antara mereka, ke lokasi yang lebih jauh, saat kami berbaur dengan kerumunan. Pada saat-saat seperti ini, kurangnya hawa kehadiranku sangat membantu… Kalau dipikir-pikir lagi, waktu dimana aku bisa menggunakan keterampilan ini sangat terbatas, ya.

 

*****

Meskipun ada berbagai kejadian, bisa dibilang kalau aku dan Mashiro melakukan beberapa akting hebat dalam menunjukkan kepada orang-orang di sekitar kami seberapa mesranya kami….... Atau lebih tepatnya, setiap kali kami melakukan sesuatu yang menarik, kami akan menonjol sebagai salah satu 'pasangan aneh', begitulah orang-orang menyebut kami. Semua ini terutama karena tingkah laku Mashiro.

Permainan menyendok ikan mas hanya sebuah permulaan. Setelah itu, Mashiro menantang permainan tembakan, melempar ring, bowling mini menggunakan botol plastik, dan banyak permainan lainnya yang sering kamu lihat pada acara festival. Karena Mashiro bukanlah orang paling terampil yang aku kenal, sama buruknya dalam segala hal yang berhubungan dengan olahraga dan keterampilan atletik, dia selalu mengalami kesulitan.

Setiap permainan, menggunakan kekuatan mon — Maaf, menggunakan kemauannya, dia berhasil meraih kemenangan, dan mendapatkan piala untuk dirinya sendiri. Saat ini, tas tangan raksasa tergantung di lengannya, dengan berbagai benda di dalamnya, mulai dari boneka mainan hewan hingga barang lainnya. Dia mendapatkan semua ini sendiri. Tidak sekali pun dia membiarkanku membelikannya sesuatu. Meski aku bisa mendapatkannya dengan lebih efisien, menghemat banyak uang dalam prosesnya. Mashiro harusnya masih memiliki ingatannya dari SD, di mana aku akan selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dengan menantangnya secara efisien.

Dia bahkan tidak mengizinkanku membawa barang-barang yang dimenangkannya, selalu menyimpan kantong plastik itu di dekatnya. Apa ini tantangan yang dipaksakan sendiri? Aku sendiri tidak keberatan dengan dia mencoba untuk bertindak sebagai pendamping, tapi apakah dia berencana untuk melakukannya sampai selesai? Jika demikian… maka sejujurnya aku akan merasa sangat bersalah. Mashiro menyukaiku, ingin menarik perhatianku. Dia mencoba menikmati waktunya bersamaku.

Namun, aku hanya memanfaatkan kencan ini sebagai sarana untuk keuntungan [Aliansi Lantai 5]. Jika aku benar-benar ingin melakukan apa yang Otoi-san katakan padaku, yaitu bertingkah seperti bajingan brengsek, maka setidaknya aku harus menikmati kencan ini, dan membuat Mashiro menikmati dirinya sendiri pada saat yang sama. Itu mungkin tindakan sementara, tapi aku harus melakukan segalanya supaya gadis di depanku ini bisa terus tersenyum.

—Tapi, saat aku memutuskan untuk bertingkah seperti pacar asli demi Mashiro, kejadian itu terjadi.

“O… O-O-Ooboshi-kun?!”

Aku bertemu seseorang yang tidak aku sangka akan ditemukan di sini. Kami baru saja membeli takoyaki di kios terdekat. Dengan waktu yang hampir lucu di mana Mashiro mengambil satu takoyaki dan berniat menyuapiku layaknya seorang pacar, dari semua orang, orang yang paling merepotkan harus melihat kami.

“Oh… Kebetulan sekali, Ketua Klub Midori.”

“Ah, ya, selamat malam ……… Tunggu, tidak, tidak, jangan tetap menyapaku seperti biasa ?!”

Seperti yang kalian tahu, yakin dengan jawaban energiknya, dia adalah ketua klub teater sekolah kami, Kageishi Midori. Dia mengenakan yukata yang terlihat polos, tapi masih memamerkan aura feminin, obi yang dikenakannya dengan ketat memberinya suasana yang sopan dan pantas. Sama seperti yang diharapkan dari keturunan klan guru, serta sebagai adik perempuan Sumire, dia sangat pandai, selalu mendapatkan nilai sempurna di setiap ujian sejak dia mendaftar, seorang monster murid teladan.

Dia mungkin datang ke sini bersama teman-teman dari klub teater, karena aku bisa melihat beberapa anggota lain di belakangnya dan melambaikan tangan kepada kami.

“Eh? Hah? Ke-Kenapa kamu bersama dengan Tsukinomori-san ?! ”

“Ah. Baiklah ~ Bagaimana harus menjelaskan ini… ”

Ketika aku kesulitan menemukan kata yang tepat, seorang anggota klub (aku pikir namanya Yamada-san) datang untuk membantuku.

“Kaichou, kamu tidak tahu? Ooboshi-kun dan Tsukinomori-san itu berpacaran tahu. Mereka cukup terkenal di kelasnya. ”

“Benarkah?!” Dia membalas dengan suara seperti kodok yang habis ditinju oleh Dwayne Jo*nson.

… Jika dipikir-pikir lagi, ini bukan namanya membantu, melainkan lebih seperti menuangkan minyak ke dalam api?

“Tunggu, itu aneh. Lagipula…”

Izinkan aku berbicara tentang sesuatu yang sangat penting. Bahkan monster murid teladan, ketua Midori memiliki dua titik lemah yang fatal. Yang pertama adalah dia benar-benar payah dalam berakting. Dan, yang kedua adalah cukup paradoks — dia mungkin pintar, tapi dia juga bego.

“Ooboshi-kun, bukannya kamu seharusnya menjadi Produser Hollywood yang sangat berbakat, sekaligus bertunangan dengan Onee-chan ?!”

Aku benar-benar lupa tentang ituuuuuuuuuuuuuu !!! Belakangan ini aku menyadari bahwa tidak semua orang tentang hubungan palsuku dengan Mashiro, dan sekarang kcerobohan kembali menggigitku… Selain itu, ada settingan yang harus aku buat supaya aku bisa membantu klub teater tanpa Midori keetahui bahwa Sumire sebenarnya adalah Murasaki Shikibu-sensei

“Aku tidak bisa mempercayaimu! Kamu bahkan tidak puas dengan Onee-chan, jadi kamu bahkan mendua dengan Tsukinomori-san! Ka-Kamu ... produser yang jahat! ”

“Bodoh — Berhenti berteriak seperti itu!”

“Mugh!?”

Aku bergegas menutupi mulut Midori. Tentu saja, aku tidak peduli jika dia terus menjelek-jelekkanku sampai akhir, tapi jika mata-mata yang dipekerjakan oleh Presiden Tsukinomori mendengar ini, riwayatku bakal tamat. Aku harus menghindari segala risiko.

Telapak tanganku sudah lebih dari cukup untuk menutupi mulut kecil Midori. Suhu tubuhnya pasti cukup panas sekarang, saat aku mendengar suara mendesis dari kepalanya, tanganku terbakar… Ini pemandangan yang luar biasa, bukan. Aku benar-benar bisa ditangkap karena ini. Seperti yang diharapkan, aku tidak perlu menunggu lama untuk reaksi dari anggota klub teater.

“Ohh~ Ooboshi-kun sangat berani sekali~”

“Kyaaa ~ Ketua Midori akan diserang ~ Ini sama seperti yang aku pikirkan? Genre di mana gadis yang sombong dan congkak akhirnya belajar bagaimana dunia nyata bekerja, bukan? ”

“Rekam sekarang dan unggah!”

“Hei, jangan keluarkan smartphone-mu! Dan juga, tolong jangan mengunggahnya di media sosial, aku akan menuntutmu. Aku bukan objek tontonan publik. ”

“Mugh! Mguh! (Benar, jangan diam saja dan cepat bantu aku, atau aku akan diperkosa!) ”

“Tidak ada yang akan melakukan itu! Jika ada, aku akan memuji siapa saja yang punya nyali untuk melakukan itu di depan banyak orang! "

“Mguh! Mgugugh! (Bagaimanapun juga, festival hanya terjadi di ruang publik. Sebagai perbandingan, hari Natal adalah hari dengan paling banyak seks terjadi di balik pintu terkunci!)

“Sejujurnya aku terkesan karena kamu menyampaikan informasi sebanyak itu hanya dengan tatapan matamu.”

Dan kenapa dia bisa tahu informasi semacam itu? Apa dia sebenarnya gadis mesum? Aku benar-benar berharap aku salah tentang itu, tapi apa aku bisa terus menyangkalnya setelah melihat fakta-fakta ini…?

“Mguh! Mguhgugh! Muuugh…! (Jika kamu benar-benar tidak bisa menahan diri lagi ... maka, setidaknya bersikap lembutlah ... Aku akan mencoba menahannya, sekali ...)”

“Jangan hanya menerimanya begitu saja! Jika kamu tidak membuat keributan, aku tidak akan melakukan apapun!”

“Mguh… Mengangguk(Oke…. Hanya, hanya sedikit saja, mungkin…)

“Kenapa rasanya kamu justru menginginkan ini…? Ayo, tenang saja, oke? ” Aku perlahan melepaskan tanganku.

Dia menatapku dengan pipinya memerah, mata basah, dan napas berat bercampur.

“O-Ooboshi-kun… aku tidak bisa lagi. Aku tidak bisa menahannya kali ini, jadi izinkan aku mengatakannya dengan jelas…! ” Di tengah suasana erotis ini, dia memelototiku.

Dia menggigit bibir karena frustrasi, membuatku dag-dig-dug pelecehan verbal macam apa yang akan menimpaku sekarang—

Aku minta ID LIME-mu!”

“Tunggu sebentar, bagaimana bisa jadi begitu?

Mengapa dia meminta sesuatu seperti itu, sambil memelototiku seolah-olah aku ini musuh bebuyutannya? Saat aku memikirkan situasi konyol ini, Midori sudah mendorong layar smartphone-nya ke wajahku. Layar smartphone-nya menampilkan kode QR, seakan-akan memberitahuku kalau aku tidak salah dengar. Lagian, kenapa baru sekarang? Dulu ketika aku menawarkan untuk menukar ID LIME untuk memberikan nasihatnya untuk klub teater, dia langsung menolaknya dengan 'Mustahil aku bisa bertukar ID dengan cowok! Kamu melakukannya setelah kamu menikah! '. Perubahan hati macam apa ini? Semuanya bakal menjadi lebih efisien jika kita sudah saling menukarnya saat itu.

… Tapi, kesampingkan itu. Tak peduli bagaimana kamu melihatnya, ini terasa seperti upaya perayuan, jadi pacarku (palsu) tidak bisa membiarkan ini begitu saja. Jadi, secara alami, Mashiro menjauhkanku dari Midori.

“A-Apa yang kamu bicarakan, Ketua Midori. Me-Merayu pacar orang lain… ”

“Ja-Ja-Ja-Jangan salah sangka, oke ?! Aku hanya ingin tahu ID LIME-nya— ”

“Itu tidak ada bedanya…! Mashiro pikir hanya ada di manga saja kalau murid teladan itu sebenarnya seorang lonte, tapi tak disangka kalau mereka beneran ada dalam kenyataan ... Mashiro benar-benar tidak bisa menurunkan kewaspadaannya dengan para riajuu! ”

“Lonte?! Enak saja, aku bukan gadis yang akan pergi ke parade kostum mesum di Shibuya, dan aku juga tidak pernah mengunjungi taman Hiburan Zero Sense of Virtue! ”

Hentikan mulut embermu itu! Semakin kamu menyangkalnya, semakin buruk hasilnya  ... dan, dari mana dia mendapatkan semua informasi itu?

“Pokoknya, jangan salah paham dulu! Bukannya aku ingin mengajak Ooboshi-kun berkencan, atau meneleponnya pada malam-malam saat aku kesepian! Bukan itu alasanku mencoba meminta ID LIME-nya! ”

“…Benarkah?”

“Iya. Jika ada, aku yakin kamu juga diuntungkan dalam hal ini, Tsukinomori-san! ”

“… Hmm?” Mashiro menatap Midori dengan ragu.

Menanggapi itu, Midori mengangguk dalam, dan menunjuk wajahku sebagai balasan.

“Ooboshi-kun bertingkah seperti sedang bermain-main dengan Onee-chan, mengatakan bahwa Ia bertunangan dengannya beberapa waktu lalu. Mungkin ada gadis lain yang diperlakukan hal yang sama ... Tapi, itu tidak bisa dibiarkan. Demi mengubah Ooboshi-kun menjadi cowok bertanggung jawab, aku ingin menciptakan lingkungan di mana kita bisa saling bertukar informasi mengenai hal-hal semacam ini, jadi kita bisa segera memperbaikinya! ”

“Hmm ... Jadi jika dia bertingkah dekat dengan gadis lain selain Mashiro, maka ...”

“Tentu saja, aku akan mengirimkan keluhan kepada Ooboshi-kun, dan aku akan membocorkan informasi ini padamu, Tsukinomori-san!”

“Kontrak disetujui, Aki, cepat beritahu dia.”

“Jangan jual aku seperti itu…”

Aku sangat tidak suka pendapatku diabaikan begitu saja di sini. Yah, aku sendiri tidak akan menolak. Saling bertukar ID tidak ada salahnya.

“Jangan menyalahgunakannya, oke?”

“A-Apa kamu yakin ?! Benarkah?!”

Kenapa kamu terlihat sangat bahagia sekarang… Dan jangan terlalu dekat-dekat, badanmu hampir condong ke depan, tahu.

“Y-Ya… Jangan berlebihan, oke.”

“O-Oke. Aku akan menyimpan kontak yang tidak penting dan tidak mendesak menjadi satu jam sehari. J-Jadi jangan khawatir.”

“Bukankah itu secara substansial tidak terbatas…?”

Yah, kurasa dia hanya canggung dengan cara bicaranya. Dengan ini, Midori dan aku, serta Mashiro beberapa saat kemudian, bertukar ID LINE. Hal ini terjadi selama kencan palsu kita sangat dipertanyakan jika kamu bertanya kepadaku, tapi seharusnya tidak ada masalah bahkan jika mata-mata Presiden Tsukinomori melihat kita… bukan?

“A-Aku akan pergi dulu dengan teman-temanku. O-Ooboshi-kun, jangan hanya menggunakan festival ini untuk… menyerang pacarmu, oke ?! ”

“Yeah yeah, tidak. Sampai jumpa di sekolah ~ ”

“Selamat jumpa.”

Aku memberikan tanggapan yang acuh tak acuh, sedangkan Mashiro mengucapkan selamat tinggal dengan aktivitas vokal yang minimal. Wajah Midori masih merah padam, saat dia ditarik ke kerumunan oleh teman-temannya dan menghilang dengan cepat.

“Aki, bersalah.” Mashiro angkat bicara.

“Kenapa?!” (TN : Nande?!)

“Kamu bertingkah malu-malu dengan Ketua Midori. Meski pacarmu, Mashiro tepat di sebelahmu, kamu justru bertukar ID LINE dengannya. ”

“Bukannya kamu sendiri yang memberikan persetujuan untuk itu sejak awal?”

“Mashiro harus menerimanya. Kamu jadi sadar akan perbuatan salahmu, Aki. ”

“Sangat tidak masuk akal… Hati seorang gadis terlalu rumit…”

“Dan itu baik-baik saja.” Mashiro menjulurkan lidahnya. “Semakin rumit suatu masalah, Aki akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikannya. Ini adalah rencana untuk membuatmu tergila-gila pada Mashiro… Cuma bercanda. ” Mashiro menunjukkan senyum menggoda.

“…!”

Ucapan dan gerakan ini membuatku merasakan sesuatu yang menegang jauh di dalam dadaku — Sejujurnya, dia benar-benar imut. Itulah kesan yang terlintas kepalaku. Midori hanya mengisyaratkan itu, tapi semakin lama festival berlangsung, semakin tinggi kesempatan bagiku untuk terseret dalam suasana ini. Sungguh, memangnya aku ini siapa, riajuu? Sungguh tidak efisiennya…

Padahal, aku merasa aku bahkan tidak bisa mengejar semua perubahan yang terjadi di dalam diriku ini. Untuk sekerang, aku hanya harus percaya pada nasihat Senpai Kanaria-ku yang agung, dan melihat ke mana semua perasaan ini membawaku, dan menikmatinya sebanyak yang aku bisa.

 

*****

Kamu sedang berkencan dengan pacarmu, meskipun pacar palsu, dan mendapatkan nomor gadis lain. Meledak saja sana! … Aku bisa mendengar teriakan semua orang sekarang

Jika dilihat dari fakta, aku mungkin cukup beruntung, tapi entah kenapa aku tidak merasa senang sama sekali

 

 

<<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama