Tomodachi no Imouto Vol.5 Chapter 08 Bahasa Indonesia

Chapter 8 — Menonton Kembang Api Bersama [Adik Temanku]

 

Di lokasi yang jauh dari tempat perayaan, tepatnya di belakang kuil utama, berdiri sebuah pohon besar. Membentang lebih tinggi ke udara daripada bangunan kuil itu sendiri, pohon tersebut memiliki batang dan cabang yang tebal. Karena semua orang fokus pada kembang api, jadi tidak ada yang melihat tempat ini bersembunyi dalam bayang-bayang. Namun aku tahu seberapa handalnya lokasi ini. Tidak, kami berdua sudah tahu.

“… Jadi kamu sudah datang.”

“Maaf membuatmu menunggu, aku terlambat menyadarinya.”

Bahkan lebih dalam dalam bayang-bayang pohon… Saat suara kembang api dan orang-orang terdengar dari kejauhan, meski jaraknya hanya beberapa meter, Mashiro berdiri di lokasi ini, seakan-akan terisolasi dari dunia.

“Kamu terlambat. Kembang apinya sudah dimulai.”

“Maaf, aku tadi mencarimu kemana-mana, tapi aku tidak bisa menemukanmu sama sekali.”

“Sebagai pacar Mashiro, kamu seharusnya bisa menemukannya hanya dalam hitungan detik. Usahamu masih kurang. Renungkan itu.”

“Y-Ya ...”

Dia menyambut aku dengan rentetan keluhan. Dipaksa menelan mentah-mentah lidah beracun ini, aku merasakan sakit yang menusuk dadaku. Tapi, Mashiro dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi senyuman.

“Maaf. Di saat-saat seperti ini, Mashiro hanya bisa berbicara dengan cara yang tidak menyenangkan.”

“Mari kita perbaiki cara bicaramu sedikit lagi, oke? Meski aku jelas bukan orang yang bisa diajak bicara.”

Kenyataannya, aku menyadari perasaan Mashiro. Bagi orang yang mengidap  harga diri rendah terhadap diri mereka sendiri, mereka lebih mudah menemukan sifat buruk orang lain, ketimbang sisi baik. Membandingkan diri kami dengan adik dari teman sekelas Iroha, Tomosaka Chatarou, yang secara terbuka bisa memuji [Black Goat] dengan mudah, kami sangat berbeda. Orang-orang seperti Mashiro dan aku, dengan tubuh dan pikiran kita, hanya dapat mencapai satu titik kuat.

Menjelekkan-jelekkan, mengumpat, segala jenis pelecehan verbal — Jika Mashiro bisa melakukan percakapan paling mudah dengan menggunakan lidah beracun itu, dan aku dengan pedang nalarku, maka percakapan tanpa menyakiti orang lain memang sangat memungkinkan.

Atau dengan kata lain, Mashiro dan aku hanya payah dalam berbicara dengan orang lain. Semakin banyak kata yang kita gunakan, semakin banyak kata sampah yang keluar. Seperti veneer tipis, bilah bergaya yang lupa memperbaiki riasannya, atau seperti hubungan kekasih palsu yang canggung.

—Itu sebabnya. Mashiro pasti ingin memberitahuku dengan cara lain selain menggunakan kata-kata.

“Aki, apa kamu ingat pohon ini?” Mashiro mengusap batang pohon di dekatnya dan menatapnya.

“Ya, itu adalah pohon yang mana dulu kakakmu — Mikoto — dan aku panjat, agar kita bisa melihat kembang api dari tempat yang lebih baik.”

“Ya. Dan, Mashiro menyerah untuk memanjatnya… itulah sebabnya kamu juga turun. ”

“Itu salahku karena tidak mencari tempat yang sesuai dengan kemampuan atletikmu, kan?”

“Mashiro tidak pernah berpikir seperti itu ... Itulah mengapa Mashiro tidak pernah datang ke festival musim panas lagi.”

Ya, setelah kupikir-pikir, hari itu adalah festival terakhir yang kami hadiri bertiga.

“Mashiro takut kamu akan menganggapnya sebagai pengganggu, itulah sebabnya dia kabur.”

“Aku tidak pernah merasa seperti itu. Bukannya seperti aku kehilangan apa pun dengan tidak menonton kembang api.”

“Mashiro tahu. Aki memang cowok baik.” Mashiro menarik hal lain yang selama ini dia sembunyikan, saat dia tersenyum ramah. “Karena kamu cukup baik bahkan sampai mempertimbangkan seseorang yang bahkan bukan temanmu.”

“…Kamu ini bicara apa? Kita ‘kan berteman. Yah, saat ini, kita berdua kekasih palsu, tapi dulu, kita memang begitu.”

“Tidak. Bagi Aki, satu-satunya yang kamu anggap teman — satu-satunya teman yang setara, adalah Onii-chan. ” tutur Mashiro seolah mengutuk dirinya sendiri.

Tapi, aku tidak bisa menyangkal kata-kata itu.

“Mashiro hanyalah adik perempuan temanmu. Kamu cuma mengajak Mashiro bersamamu karena dia adalah adik perempuan Onii-chan, bukan karena Mashiro sendiri, ‘kan. ”

“… Aku tidak ingat apa yang aku pikirkan saat itu.”

Namun, aku tidak bisa menyangkalnya. Karena aku tidak cukup percaya diri untuk mengingat apa yang aku pikirkan saat itu. Apa aku akan mengajak Mashiro denganku bahkan jika Mikoto tidak ada? Sejujurnya, aku tidak bisa memberikan jawaban untuk itu.

“Yah, apapun yang kamu pikirkan tidak masalah, Aki. Karena Mashiro merasa begitu, dan itulah yang terpenting. ”

“…Aku rasa begitu.”

Pada akhirnya, hubungan antarmanusia penuh dengan asumsi dan prasangka. Jika kamu merasa seperti itu, maka ini menjadi kebenaran. Karena Mashiro mengira dia hanyalah 'adik teman', itu menjadi kenyataan hanya untuk Mashiro. Mencoba memverifikasi itu atau tidaknya bukan menjadi masalah.

“Itu sebabnya Mashiro melakukan semua ini sendirian. Sehingga dia bisa memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri, dan lulus dari statusnya yang menjadi [Adik Teman]. Ini adalah acara bagi Mashiro untuk membuang masa lalunya, dan itu tidak ada hubungannya denganmu, Aki. ”

“Jadi kamu mengaturnya bersamaan dengan acara kencan palsu ini, ya? Ternyata kamu cukup licik juga. ”

“Ahaha, mungkin. Tapi, kemungkinan besar hanya ini satu-satunya cara dimana Aki hanya akan melihat Mashiro. ”

Apa dia membicarakan tentang [Aliansi Lantai 5] secara keseluruhan? atau ... dia sedang mencoba mengatakan kalau ada seseorang yang akan mencuri pandanganku darinya? Apa pun itu baik-baik saja. Apapun maksudnya, orang yang harus aku lihat sekarang, dalam keadaan apapun, adalah Tsukinomori Mashiro. Meskipun aku masih bajingan brengsek karena tidak bisa membalas dua huruf OK untuk pengakuannya, dengan paksa menunda segalanya. Bahkan jika aku orang keparat, aku ingin mendukung Mashiro sekarang.

“Seperti yang kamu minta, aku akan mengawasimu.”

“Eh?”

“Karena itulah… Hop! Sekarang, ayo ke sini! ”

Berlari ke arah pohon, aku menendang tanah di sebelah Mashiro, dan memanjat di cabang. Dulu saat SD, cabang pohon ini terasa hampir tidak terjangkau. Hanya dengan banyak upaya, kami berhasil naik ke sana, tapi sekarang sebagai anak SMA, aku dapat melakukannya dengan mudah.

“Aki… Jadi kamu tahu apa yang ingin Mashiro lakukan…”

“Ya. Tunjukkan itu padaku. Tunjukkan seberapa kuatnya dirimu.”

“Y-Ya ...!”

Sekarang, tidak perlu memanjat pohon itu. Kami memiliki tinggi yang hampir sama dengan orang dewasa lainnya, jadi kami bisa melihat lebih banyak dari sekedar punggung mereka. Jika ada, jauh lebih efisien untuk kembali ke area kuil sekarang, melihat ke langit malam, dan menyaksikan sisa pertunjukan kembang api. Namun sekarang, aku bekerja di luar konsep efisiensi.

“Mashiro akan memanjat pohon ini, lihat saja ... Dan, hap!”

Dia melepas bakiak kayunya, menggulung lengan yukata-nya, dan melompat.

“Bwah!”

Dia membenturkan kepalanya tepat ke batang pohon. Oi, kamu ini cari mati atau apa? Dia tidak melambat sama sekali, menabrak pohon dengan kecepatan maksimal G.

“Ka-Kamu baik-baik saja?”

“Y-Ya. Hidung Mashiro hanya mengeluarkan sedikit darah. ”

“Kupikir hal itu bukan diklasifikasikan sebagai 'baik-baik saja'.”

“Mashiro tidak mati, jadi ini cuma tergores sedikit.” Menunjukkan gairah seorang pebisnis kelas satu, Mashiro menyeka darah dari hidungnya, dan menantang pohon raksasa itu sekali lagi.

“Gu ... raaaah!”

Tapi, tidak peduli seberapa besar motivasi yang dia miliki, atau seberapa besar dia telah tumbuh, kemampuan atletiknya masih kurang. Karena dia telah mengunci diri beberapa saat yang lalu, jelas sekali bahwa kemampuan atletiknya, pada dasarnya parameternya dalam kekuatan fisik, kekuatan kaki, dan indranya tidak berkembang banyak. Dunia tidak sebaik yang secara ajaib membuatnya menjadi atlet kelas atas.

Bahkan jika dia mencoba meraih dahan kecil, dahan tersebut patah, dan saat mencoba menggunakan kakinya, dia terpeleset lagi. Bukankah buruk jika yukata itu rusak seperti itu? Itu yang dia pinjam, kan? Aku bertanya pada Mashiro tentang itu, dan dia hanya menjawab 'Mashiro akan membayar kerusakannya', yang benar-benar merusak suasana yang penuh gairah ini.

Dan, setelah hasilnya tidak berubah untuk sementara waktu…

“Apa aku perlu menarikmu? Pertunjukan kembang apinya akan segera berakhir.”

“…Tidak. Tidak ada gunanya jika Mashiro tidak melakukannya dengan kekuatannya sendiri. Jika dia tidak menjadi lebih kuat lagi, dia tidak akan bisa berdiri di samping Aki…! ”

—Tanpa diragukan lagi, saat ini aku sedang menonton masa muda seorang gadis yang bernama Tsukinomori Mashiro.

Tapi, apa yang harus aku lakukan? Jika dipikirkan secara rasional dan efisien, membiarkan dia melanjutkan tantangan ini tidak ada artinya. Dengan menggunakan metode terpendek — yaitu meraih tanganku, dia akan bisa menyaksikan sisa kembang api. Atau bahkan lebih baik, karena kita sendiri hampir dewasa, kita tidak perlu bergantung pada pohon lagi. Namun, Mashiro rela mengorbankan beberapa menit pertunjukkan kembang api itu.

“Sedikit nasihat seharusnya tidak ada masalah, ‘kan?”

“Eh? … Tapi, itu… ”

“Aku tidak akan membantumu. Ini hanya kebiasaanku. Baik sebagai diri pribadi maupun produser. Melihatmu bekerja sekeras ini, aku merasa perlu untuk bertindak sebagai produsermu. ”

—Itu sebabnya aku juga akan mengembalikan Masa Muda Ooboshi Akiteru.

“Iya… Terima kasih Aki. Tidak, Produser ~ ”

“Jangan ubah caramu memanggilku di klimaks cerita. Ini bukan nasihat yang mengubah hidup, cuma nasihat cara memanjat pohon. "

“Hmpf, kejam sekali, Aki. Menuangkan air ke dalam passion-ku… Kamu yang terburuk…! ” Menunjukkan ketidakpuasannya, dia menantang pohon itu lagi, tapi tetap saja gagal.

“Jangan mencoba memanjat pohon sekaligus. Perhatikan baik-baik musuh, dan cari tempat di mana kamu bisa meletakkan kakimu.”

“Tempat untuk meletakkan kaki Mashiro ...” Seperti yang kukatakan padanya, Mashiro dengan tenang mengamati pohon.

Dia perlahan mulai tenang, dan membuka lebar bidang pandangnya.

“Ketemu. Jika Mashiro menggunakan ini…! ” Setelah ,enemukan harapan, dia menantangnya lagi. “Hyan ?!”

Tapi, dia tetap menemui kegagalan. Dia mungkin telah menemukan tempat yang bagus, tetapi ternyata itu rapuh, dan rusak begitu dia mencoba menggunakannya.

“Cari tiga tempat dukungan. Jika ada tiga, kamu bisa memanjat dengan menggunakan kedua tangan dan kakimu. Jika kamu terlalu banyak menggerakkan berat badan, dan hanya menempel secara acak pada pohon, kamu akan jatuh. Jika kamu fokus pada tiga titik, dan meninggalkan satu kaki di udara, kamu dapat menjaga keseimbangan.”

“Temukan tiga… tempat…”

Untuk pertama kalinya, Mashiro menantang pohon itu dengan logika, tahu bagaimana menyeimbangkan dirinya.

“Seperti… ini… lalu… Mguh!”

“Ya bagus. Dan dorong tubuhmu lebih dekat ke pohon. Kamu bahkan bisa memeluknya. ”

“Peluk… itu…!”

Mashiro menempel di pohon seperti koala yang gemetaran, perlahan tapi pasti mendorong tubuhnya ke arahku. Ini adalah kebalikan dari cara yang keren, atau pekerjaan yang bermartabat. Itu tidak sedap dipandang, dan menyedihkan. Tapi, apa emosi ini yang seharusnya kurasakan, karena kembang api di atas kepala kita terus menerangi Mashiro?

Setelah itu, beberapa menit berlalu. Rasanya seperti aku sedang melamun, saat aku melihat Mashiro. Ini mungkin peristiwa paling kering dalam hidup seseorang, trial and error yang membosankan. Namun, ada satu aspek penting, dan itu adalah fakta bahwa kamu akan mendapatkan sesuatu jika terus berusaha. Hal yang sama tidak bisa dikatakan di sini. Tidak ada artinya ini.

—Tapi, jika ini akan membuat Mashiro puas, bukannya itu sudah cukup? Dan, itu sama untuk kepuasan diriku sendiri. Dengan bergabung dengan Mashiro dan masa mudanya yang terjadi sekarang, aku merasa seperti aku bisa sedikit memaafkan diriku sendiri, karena bertingka seperti bajingan brengsek dan menunda tanggapanku terhadap rasa cintanya.

“Mmm… Ugh…!”

Betul sekali. Terus begitu, Mashiro.

“Urk… Tinggal… sedikit… lagi…”

Ya, cuma sedikit lagi. Jika kamu mengangkat tubuhmu beberapa sentimeter lagi, dan meraih tangan Kamu, kamu akan berhasil mencapai cabang yang kamu tuju.

“Hya ?!”

…! Tidak, dia akan baik-baik saja. Dia hanya kehilangan keseimbangan, tapi dengan menyadari trik tiga titik, dia tidak akan jatuh.

“Mana… sudi… Mashiro akan… kalah… di… sini!”

Jangan kalah, Mashiro.

“Mashiro akan mengatasi tembok tinggi ini…!”

Kamu bisa melakukannya, Mashiro…!

Karena… dia akan menang… melawan Iroha… chaaaaaann…!

Ya! Menang melawan — Hm? Tunggu, apa yang baru saja kamu katakan, Mashiro? … Oh ya, aku tahu ini akan menjadi saat yang tepat bagi seorang protagonis untuk tidak membalas kata-katanya, dengan kembang api yang berlangsung di latar belakang dan sebagainya, tapi aku sudah mendengarnya dengan keras dan jelas.

Kamu akan menang melawan Iroha? Di bidang apa? Dalam cara apa? …… Tidak, aku sudah tahu jawabannya. Hanya ada satu kemungkinan jawaban. Mashiro menganggap Iroha sebagai saingan dalam cinta, dan aku tidak menyalahkannya. Lagipula, Iroha… Iroha yang menjengkelkan—masih terlihat imut. Dan menjadi imut berarti kamu dipandang sebagai lawan jenis yang menawan. Karena itulah, jika dilihat dari sudut pandang orang luar, hubungan kita bisa saja disalahpahami, dan itulah sebabnya Presiden Tsukinomori mulai curiga. Bahkan aku menghindari pergi ke tempat umum bersama Iroha.

Jadi begitu rupanya. Tindakan Mashiro sekarang tidak hanya untuk mengubah dirinya yang lemah. Dia tidak hanya ingin berdiri di sampingku. Dia ingin mendapatkan posisi yang setara denganku, dan berdiri di samping Iroha. Itu sebabnya dia ingin lepas dari status 'adik teman', dan terus melangkah maju. Sedemikian rupa sehingga dia tidak keberatan mengotori dirinya sendiri dengan tanah dan debu, melewatkan pertunjukan kembang api yang indah di langit.

Seperti Ikaros yang mencoba menggapai matahari menggunakan sayap palsu, meski keinginannya dikabulkan, tapi menerima hukuman dengan jatuh ke atas permukaan tanah.

“Uuuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaaah !!!”

Tapi, sayap Mashiro telah tumbuh melalui usahanya sendiri, dan takkan terbakar, bahkan oleh matahari.

“Mashiro… berhasil… !!!”

Jadi, dia mencapai matahari. Tangan kecilnya meraih dahan. Di saat yang sama, kembang api yang akan menghapus masa lalu, dan menyapa Mashiro dengan tepuk tangan, melambangkan pertumbuhannya—

—Sudah berhenti. Langit yang gelap, dan keheningan menguasai. Kembang api yang seharusnya menyala untuk memberi penghargaan pada gadis yang telah bekerja sekeras ini, tidak pernah mewarnai langit.

“Ahaha! Mashiro berhasil! Apa kamu melihatnya, Aki? ”

“… Ya, aku telah menyaksikan semuanya.”

Tapi, Mashiro bahkan tidak peduli dengan ini, karena dia hanya menunjukkan senyum berseri-seri dengan wajahnya yang bersimbah lumpur dan tanah. Hei sekarang, bukannya tadi kamu begitu terganggu kalau riasanmu rusak? Tapi, memikirkan hal ini pada saat seperti itulah yang membuatku menjadi orang keparat menyebalkan.

“Kamu sudah bekerja keras, Mashiro.”

“Ya, dia berhasil. Sepadan dengan seluruh hidup Mashiro”

“Itu agak berlebihan, kan.”

“Jangan meremehkan kurangnya rasa atletis dan keterampilan Mashiro. Hanya memanjat pohon ini sudah menguras segalanya.”

“Memangnya itu sesuatu yang harus kamu katakan dengan bangga?”

“Tidak terlalu.” Mashiro menggelengkan kepalanya, dan kemudian memasang ekspresi puas di wajahnya. “Mashiro mampu mengatakannya dengan bangga.”

“…Ya kamu benar.”

Mashiro benar-benar tidak punya kemampuan atletik, dan dia membenci dirinya sendiri karena hanya menerima kelemahan ini, yang memengaruhi hidupnya. Dia tidak memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri, kondisi mental yang lemah, dan masing-masing faktor tersebut membentuk harga dirinya yang rendah. Terus melarikan diri dari rasa sakit, kebanggaan yang dia lindungi di dalam cangkangnya terus tumbuh.

Tapi sekarang, dia menghadapi kelemahannya secara langsung, dan bahkan menang melawannya. Dengan ini, dia berhasil menerima kelemahannya sendiri.

“Meski sayang sekali kita tidak bisa menonton kembang api, Mashiro sekarang bisa duduk di sebelahmu, jadi dia merasa puas.”

“H-Hei, apa yang kamu lakukan?”

Mashiro tiba-tiba merangkul lenganku. Yukata-nya penuh dengan kotoran dari tanah dan di pohon, dan kulitnya basah oleh keringat. Tapi, bukan berarti itu terasa tidak nyaman. Sensasi lembutnya, dan aroma harum tercium hidungku, kedua factor itu hampir membuat kepalaku mati rasa seperti racun yang memabukkan.

“Segini saja seharusnya tidak masalah, ‘kan? Anggap sebagai hadiah, dan hak Mashiro sebagai pacar Aki. ”

“Maksudku, kurasa sesuatu seperti ini seharusnya baik-baik saja…?”

“Benar, ‘kan? Kita juga tidak bisa menonton kembang api. Tanpa imbalan yang pantas untuk sebuah misi, game tersebut hanya akan menjadi game sampah. ”

Benar sekali. Karena aku sendiri adalah pembuat game, aku sangat menyadarinya. Tapi, Mashiro, kamu salah tentang satu hal.

“Kalau kembang api, kita masih bisa menontonnya, tahu?”

“Eh?”

“Ini salahku karena kita tidak berhasil tepat waktu. Jika aku tidak menyiapkan hadiah atas kerja kerasmu, itu akan membuatku gagal menjadi pacarmu.”

“O-Oh, itu pola pikir yang bagus. Apa kamu… membeli kembang api kecil? ”

Ini sederhana, dan mungkin cara yang bagus untuk menciptakan kenangan hanya untuk kita berdua. Adegan tersebut sudah sering digunakan dalam banyak cerita sejauh ini, menyimpan pesona dalam ide rata-rata, namun menciptakan adegan romantis terbesar. Jika kisah hidupku adalah salah satu cerita romcom, acara tersebut mungkin akan menjadi klimaks dari acara hari ini.

—Tapi, ini kehidupan nyata. Aku bukan protagonis romcom, tapi individu yang bernama Ooboshi Akiteru. Itu sebabnya aku tidak memiliki keterampilan untuk menciptakan perkembangan di mana semua orang bisa bahagia. Yang bisa aku lakukan adalah memilih metode yang memungkinkan seseorang melihat pemandangan yang sama semampuku.

“Mashiro, jangan sampai lewatkan ini, oke?”

“Um…?” Mashiro berkedip kebingungan.

Aku mengabaikan ini, dan mengeluarkan smartphone-ku. Menekan tombol panggilan, aku mengucapkan kata-kata ini.

“Kami sudah siap. Tolong luncurkan sekarang.”

Itu tandanya. Aku tidak bisa memberikan si gadis kembang api yang dinikmati semua orang, tapi sebaliknya…

Kembang api meledak di langit yang gelap, seolah-olah memberi penghargaan kepada gadis yang sudah bekerja sekeras ini.

“Kamu sudah bekerja keras, Mashiro. Kamu benar-benar luar biasa. ”

“Eh… eh…? Aki, ini… ”

“Sudah kubilang, kan? Sebagai hadiah, aku akan memberimu pertunjukkan kembang api terbesar malam ini.”

“Ma-Mashiro bisa melihat itu… tapi, ini aneh… kenapa mereka menanggapi isyaratmu…?”

“Aku menemukan identitas mata-mata itu. Itulah sebabnya aku bisa melakukan ini. ”

“Mata-mata… orang yang diperintahkan untuk mengawasi kita?”

“Ya. Oji-san adalah pebisnis yang sangat berbakat. Jika beliau curiga seperti yang persis Ia katakan, Ia pasti akan menaruh banyak pengawasan pada kita. Dengan selengkap ini, dia berhasil membangun HoneyPlay. "

Pertanyaannya adalah di mana mata-mata ini bersembunyi. Tapi, mengingat kejadian hari ini, jawabannya sangat mudah.

“Mata-matanya adalah semua staf yang ada di festival musim panas. Mereka yang bekerja di kios, yang memainkan musik, dan bahkan mereka yang bertanggung jawab atas kembang api — Semuanya adalah mata-mata.

Menelusuri ingatanku dengan tenang, jawabannya sangat sederhana. Band festival memainkan aransemen pembukaan GranFan 7 Remake, game populer yang dikembangkan oleh HoneyPlay. Tentu saja, mereka membutuhkan izin untuk menggunakannya, tapi bagaimana jika seluruh festival ini disponsori oleh HoneyPlay? Tentu, bukan cuma itu saja yang menjadi bukti. Saat yang paling terasa mencurigakan bagiku adalah saat menyendoki ikan mas.

“Apa yang kamu bicarakan, Aki. Jika kamu terus melakukannya, drop rate-nya akan menjadi 100%. ”

“Logika itu sama sekali tidak masuk akal! Aku bukan seorang penulis, jadi kata-kata cerdas tidak cocok untukku! ”

“Lepaskan aku! Mashiro pasti tidak akan berhenti! ”

“Kurasa gadis ningrat memang berada pada level yang berbeda… Baiklah, aku akan memberimu kesempatan lagi. Nona muda, ambil sendok kertas baru ini!”

“Pak, terima kasih…! Lihatlah Mashiro, Aki. Ini adalah tekadnya…! ”

Selama percakapan tersebut, Abang-abang penjaga kios itu menyebut Mashiro sebagai 'gadis ningrat'. Namun, aku menyebut Mashiro sebagai seorang penulis. Meskipun dia masih dalam pelatihan, menulis demi debutnya, masyarakat umum akan berpikir bahwa seorang penulis populer akan mendapatkan cukup uang untuk dibelanjakan seperti itu.

Kemudian, daripada salah mengira dia sebagai putri seorang politikus kaya atau presiden perusahaan, yang menggunakan terlalu banyak uang saku, menganggap bahwa dia adalah seorang penulis yang sukses akan menjadi kesimpulan yang jauh lebih logis, bukan? Tapi, bagaimana jika dia sudah tahu tentang Mashiro?

Tentu, asumsi semacam itu tidak bisa menjadi bukti pasti, dan aku tidak akan mempertaruhkan segalanya pada satu fakta ini. Tapi, itu tidak masalah. Peringatan yang dikatakan Presiden Tsukinomori kepada kami terjadi pada waktu yang tepat, seolah-olah beliau berharap kami akan memilih festival musim panas sebagai panggung kami untuk kencan palsu.

Ia memberitahu orang-orang dari manajemennya untuk mengamati Mashiro dan aku — Bertaruh pada kesempatan kecil ini, sebelum aku mulai berlari ke tempat Mashiro, aku menelepon Presiden Tsukinomori.

Anda sedang mengawasi kami, ‘kan? Menggunakan orang-orang dari manajemen di sini

Luar biasa! Kamu bisa langsung menyadarinya!

Astaga naga, Cuma Anda yang bisa memikirkan ide gila seperti ini. Anda melibatkan seluruh staff acara festival resmi dalam urusan pribadi, tahu?

Bukannya kamu juga melibatkan seluruh perusahaanku dalam urusan pribadimu, dan salah satu dari [Aliansi Lantai 5]? Itu adalah hal yang sama

Sungguh menyakitkan saat mendengarnya, tapi saya memang tidak bisa membantah itu

Pencampuran urusan publik dan privat adalah norma baru. Ini adalah masa kepribadian dan individu, jauh dari organisasi bergaya militer dan kita telah melewati tahap itu untuk memasang kembali era komunitas. Mengesampingkan pekerjaan berjenis infrastruktur, sebuah karya kreatif selalu melibatkan publik dan privat

Menerut opini saya, hal itu kedengarannya seperti penipuan terstruktur.

Aku tidak mendengarmu ~ Aku orang yang populer, protagonis romcom, jadi aku dapat menggunakan penyaring suara untuk hal-hal yang tidak ingin aku dengar ~

Anda cemburu pada orang lain, tapi menggunakan alasan ini ketika Anda sedang dirugikan?

Orang dewasa diperbolehkan melakukan itu, oke! Itu hakku, karena aku telah membuang cinta dan romansa selama masa mudaku

Dan bukannya Anda sendiri yang mengatakan untuk mencicipi pilihan ini bahkan jika itu bohong? Lalu, apa Anda bersedia memberiku satu hadiah karena sudah mengungkapkan kebenaran?

Silahkan saja

Saya ingin Anda membantu melibatkan festival dan orang-orangnya dalam keadaan pribadi saya. Hanya satu tembakan saja sudah cukup. Tolong gunakan itu untuk saya, dan demi pacar saya

Itulah yang terjadi, tetapi satu peluncuran kembang api — berubah menjadi rentetan bunga, ratusan bunga bermekaran di langit malam. Rasanya seperti mereka menggunakan pasokan kembang api selama lima tahun ke depan.

“Tidak ada yang menyuruhnya untuk bertindak sejauh itu ... sungguh bodoh, pria itu.”

Aku sendiri tidak keberatan dengan satu tembakan kembang api. Dengan itu, aku mungkin bisa membayarnya kembali dengan dana dari [Aliansi Lantai 5]. Sungguh, Presiden Tsukinimori terkutuk itu, menaikkan risiko seperti itu hanya untuk putrinya. Tapi yah, risiko tinggi—

“Cantiknya…”

—Dapat meraih keuntungan yang sepadan seperti ini. Mashiro sedang menyaksikan bunga-bunga cahaya yang mewarnai langit gelap dengan senyuman, yang membuatku merasa bahwa semua upaya itu sepadan. Aku tidak bilang kalau itu bernilai berlian, tapi jumlah kembang api pasti telah dilunasi.

Sebelumnya, gadis itu berjongkok di akar pohon, bersembunyi di bayang-bayang. Tapi, sekarang, dia dihujani cahaya kembang api yang berkilauan. Walau mungkin hampir tidak signifikan, tapi dia pasti perlahan-lahan melangkah maju. Aku kira perubahan itu mungkin, ya ...

“Maaf, Mashiro. Aku ini pacar terburuk, ‘kan.”

“Kenapa kamu meminta maaf? Kamu memberi Mashiro hadiah yang begitu indah. ”

“Biasanya aku harus duduk di sini bersamamu dalam suasana romantis, hanya fokus pada pacar yang ada di sampingku — Tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan [Aliansi Lantai 5].”

Mashiro menunjukkan padaku bagaimana dia bisa berubah. Tapi, hal pertama yang muncul di dalam kepalaku adalah wajah anggota timku.

Ada Ozu, yang berhasil meningkatkan keterampilan percakapannya.

Murasaki Shikibu-sensei agak membuat kemajuan, membebaskan dirinya dari belenggu keluarganya.

Dan kemudian ada aku, yang perlahan tapi pasti mulai mengubah pandanganku tentang ketidakefisienan untuk kebaikan yang lebih besar.

Tapi, ada satu orang yang tidak berubah sama sekali; Kohinata Iroha. Saat ini, dia selalu menggangguku, tapi jika dia menemukan seseorang yang dapat menunjukkan sikap menyebalkan ini, aku yakin dia mungkin bisa hidup lebih bebas, dan lebih mudah.

Meskipun aku tahu bahwa Mashiro menyukaiku, dan saat ini hanya ada kami berdua, aku tidak bisa tidak memikirkan tentang menjadi produser untuk Iroha… Aku benar-benar bajingan paling brengsek.

“Kamu tidak memikirkan tentang [Aliansi Lantai 5], tapi justru Iroha-chan, bukan?”

“…Berapa banyak yang kamu tahu?”

Cara dia mengatakannya terdengar hampir seperti dia tahu lebih dari yang seharusnya. Tapi, Mashiro hanya mengabaikan keraguanku, dan membalas 'Entahlah' dengan nada acuh tak acuh.

“Sekadar memberitahu, kita tidak sedang menjalin hubungan romantis, oke.”

“Apa kamu punya rasa padanya?” Tanya Mashiro.

“… 99% tidak ada.”

“Jadi kamu tidak mengatakan 100 %, ya.”

“Aku masih belum mengenal diriku sendiri sampai berani sepenuhnya menyangkalnya.”

“Dasar perjaka. Dasar perjaka super.”

“Oi.”

Kata-kata itu tidak cocok dengan wajahmu yang sopan dan lemah lembut.

“Di bidang ini, Mashiro mungkin saja Onee-sanmu… Cuma bercanda~, hehe.” Tuturnya, lalu bersandar di bahuku.

Dalam situasi ini, kami berdua saling menempel erat, saat dia menggumamkan kata-kata gombalan yang manis.

“Mashiro tidak tahu dengan cara apa kamu ingin bertindak sebagai produser  Iroha-chan, tapi, sebagai Senpai-mu dalam urursan masa muda — Onee-sanmu, Mashiro akan membantumu.”

“Membantuku…?”

“Ya. Itu sebabnya, beritahu aku. Apa yang kamu inginkan pada Iroha-chan, dan dengan cara apa kamu ingin dia hidup?”

“Apa itu… strategi pertempuranmu?”

“Ya. Lagipula, Mashiro benar-benar keras kepala. Dia ingin bersamamu sebagai pacarmu, dan menyelesaikan masalahmu bersama-sama. ”

Keragu-raguan, rasa bersalah, dan emosi gundah gulana. Dia memaksakan semua perasaan ini padaku, namun dia hanya mengatakan yang sebenarnya, jadi aku memaafkannya. Itu sebabnya aku mulai berbicara, sambil merahasiakan identitas Iroha. Tentang apa yang ingin aku lakukan untuk Iroha, keinginanku untuk bertindak sebagai produser untuk gadis yang bernama Kohinata Iroha, dan aku ingin lebih banyak orang mengetahui perasaan ini.

Tentu saja, ingin memengaruhi hubungan orang lain adalah sesuatu yang arogan, tapi dengan mendapatkan cap persetujuan dari orang luar, aku dapat mengubah rasa benar sendiri ini menjadi sesuatu yang lebih objektif. Hal itu juga membantu bahwa Mashiro tidak menjadi bagian dari [Aliansi Lantai 5].

“… Sekarang kita setara, Iroha-chan.”

Aku mendengar suara samar datang dari bibir Mashiro, tapi sebelum aku bisa bereaksi, otakku memikirkan semua hal yang aku butuhkan untuk nasihat, dan mulutku mengatakan semuanya.

“Aku ingin Iroha bisa bersikap bebas dan menyebalkan kepada orang lain sama seperti yang dia lakukan denganku. Aku ingin dia mendapat teman supaya dia bisa lebih menikmati waktunya ketimbang dengan diriku.”

Begitu aku mengucapkan kata-kata tersebut… Baik Mashiro maupun aku tidak mendengar gemerisik samar di rerumputan dekat pohon tempat kami berdua duduk.



<<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama