Epilog
Bagian 1 — Sisi Presiden Tsukinomori
“Memberikan kembang api sebagai hadiah untuk pacarnya
yang sudah berusaha keras, dasar anak brengsek yang songong.”
Aku melihat mereka dari kejauhan melalui teropongku. Kedua
kekasih itu menyaksikan rentetan warna kembang api, saat mereka duduk di atas
pohon, memiliki keberanian untuk menjalani masa muda mereka yang telah dicuri
dariku. Aura kutukan gelap terpancar dari tubuhku. Cowok itu adalah
keponakanku, dan gadis itu adalah putri kesayanganku, yang mana hanya
meningkatkan perasaan tidak senangku.
Pelnucuran kembang api terakhir akan segera berakhir, dan
saat para pengunjung lain dalam perjalanan pulang, mereka berdua malah melakukan
sesuatu yang tidak senonoh seperti itu? Duduk di bangku terdekat, aku
mengertakkan gigi karena frustrasi melihat itu.
“Fufu, kamu tampak senang.”
Di samping tempat aku duduk terdapat seorang wanita. Dia
berparas cantik, tapi bukan kekasihku. Kamu bahkan bisa memanggilnya
jelmaan Dewi Aphrodite, karena menggambarkan betapa cantiknya dirinya. Dia
memiliki rambut oranye keemasan yang dikepang dengan hati-hati, dada yang
diberkahi dengan baik khas wanita menawan yang sudah melahirkan. Dia
mengenakan pakaian yang mungkin tampak sederhana, namun memiliki nilai tinggi
yang memberinya perasaan seorang bangsawan. Tertutup oleh pakaian ini
adalah punggung yang mulus, dan pinggang yang ramping, memberikan kesan seperti
First Lady.
Dia adalah presiden perusahaan Amachi Otoha. Dia
juga dikenal sebagai Kohinata Otoha, ibu dari entitas berpotensi berbahaya
bernama Kohinata Iroha-kun, yang aku anggap menjalin hubungan khusus dengan
keponakanku.
Nyatanya, festival musim panas ini tidak hanya disponsori
oleh Honey Plays Works, tapi juga
oleh perusahaan yang dia pimpin, Tenchidou. Dengan sayarat menerima kursi
khusus menonton kembang api, kami mulai membicarakan tentang putri kami dan
keponakanku, itulah sebabnya kami bekerja sama sekarang.
“Senang? Aku? Ketika putriku meng-NTR aku? ”
“Aku memahami perasaanmu, tapi aku lebih suka tidak
mendengar ungkapan yang digunakan dalam kalimat yang sama ketika kamu berbicara
tentang putrimu.”
“Aku pribadi berpikir kamu harus belajar lebih banyak mengenai
perhatian dan hati manusia, Presiden Amachi.”
“Ara ara~, begitukah. Bukannya aku wanita yang
jarang emosional?”
“… Kupikir begitu. Kamu masih menyimpan dendam
tentang hal itu.”
“Memang. Itulah sebabnya aku tidak ingin anak-anakku
menjadi lebih dekat dengan itu.”
Dia berbicara dengan ekspresi orang suci, tetapi tekanan
yang keluar dari tubuhnya bahkan membuatku berkeringat deras. Berpikir
tentang kehidupan yang dia jalani selama ini, aku tentu bisa bersimpati
padanya, tapi sebagai orang tua, aku merasa kasihan terhadap anak-anaknya.
“Aku tidak berpikir kalau orang tua harus terlalu mengatur
kehidupan anak-anak mereka. Apa kamu tahu? Akhir-akhir ini, mereka
menyebut orang-orang semacam itu sebagai helicopter
parents.”
“Bang.”
“…Maaf?”
Bisa tidak jangan bersuara seperti sedang menembakkan
senjata? Untuk sesaat, aku pikir kamu akan menembakku secara nyata,
membuat jantungku hampir copot.
“Kamu tidak berhak mengejekku sebagai helicopter parents.”
“Apa yang kamu katakan! Apa kamu melihat betapa
bbesarnya rasa sayangku pada Mashiro ?! ”
“Itulah tepatnya yang aku bicarakan ~ Kamu memakasakan
kehendakmu ke dalam urusan cinta anak-anakmu, dan bahkan melarangnya. Jika
tindakanku bisa disalahkan, bukannya kamu sendiri helicopter parents juga, Presiden Tsukinomori?”
“Ugh… Se-Sekarang setelah kamu mengatakannya… Ti-Tidak,
tidak, tidak. Ada perbedaan besar dengan tidak memiliki kasih sayang.”
“Bahkan aku sangataaaaaaat menyukai Ozuma dan
Iroha. Kamu hanya melarang cinta, sementara aku melarang kesenangan dan
kenikmatan, itulah satu-satunya perbedaan.”
“Grrrr…!”
Itu dia, kalimat halus argumen Presiden
Amachi. Disadari atau tidak, dia akan selalu berinisiatif atas percakapan
tersebut. Dalam pembukaan emosinya, dia memasukkan logika mentah ke dalam
obrolan. Bahkan jika orang lain mungkin memiliki pendapat yang berbeda
dengannya pada awalnya, semakin banyak kamu berbicara dengannya, semakin dia
memaksamu untuk berpikir kalau dia benar selama ini.
Layaknya pahlawan, yang membimbing mkerumunan orang, membawa
perdamaian dan keadilan, tapi sama-sama dia akan membujuk dan menipu massa, meninggalkan
bekas luka dan bekas di dunia ini seperti seorang penguasa diktator. Di
dunia manajemen ini, dia adalah pesulap kata dan percakapan yang luar
biasa. Dan tidak, kami tidak sedang membicarakan tentang beberapa latar
fantasi. Pada kenyataannya, Amachi Otoha adalah ahli dalam pencucian otak.
“Fufu, itu karena kamu mencoba melakukan sesuatu yang
tidak perlu untuk menceramahiku. Jika kamu tidak mengatakan apa-apa, aku
tidak perlu melawan.”
“Ya ya, aku menyerah. Aku tidak punya nyali untuk
bermusuhan denganmu… Dan, apa yang sedang kita bicarakan tadi? ”
“Kalau kamu terlihat bahagia.”
“Ah, benar. Jadi, bagaimana tepatnya aku terlihat
bahagia. ”
“Pada kenyataannya, kamu ingin Ooboshi-kun dan
Mashiro-chan menjadi dekat satu sama lain seperti yang mereka lakukan sekarang,
bukan? Aku sudah mengetahuinya~ ”
“Tidak bisakah kamu memalsukan perasaan jujurku?”
“Aku tidak berpikir kamu bisa menyebut ini pemalsuan ~”
Presiden Amachi menyamber teropong dari tanganku saat
menatapku dengan tajam, dan melihatnya sendiri. Melihat dua kekasih palsu
di atas pohon, dia sedikit tersipu.
“Sepertinya mereka sangat serasi, bukan ~ Rasanya seperti
cinta pertama mereka. Aku rasa kamu tidak perlu khawatir tentang sesuatu
yang tidak direncanakan terjadi sebelum pernikahan mereka?”
“… Kamu benar-benar membuat hatiku nyelekit… Bukannya
mereka sering mengeluh tentang kepribadianmu yang mengerikan itu?”
“Memang ~ Aku menerima banyak pujian seperti itu.”
Sungguh pemikiran positif yang mengerikan.
“Yah, bahkan aku tahu itu. Suatu hari, Mashiro akan
menjadi istri seseorang. Itulah sebabnya, setidaknya aku ingin menjadi
seseorang yang bisa membuat Mashiro tertawa seperti ini… ”
Hanya demi senyum seorang gadis, Ia memulai kembang api
pribadi. Ia menunjukkan kebijaksanaan, menerima risiko, dan
memprioritaskan Mashiro di atas segalanya. Menunjukkan dedikasinya
sebanyak ini, bahkan seorang juara anti-masa muda sepertiku harus
menerimanya. Jika anak itu, mungkin tidak ada masalah menyerahkan Mashiro
di tangannya… Tapi, kesampingkan itu.
“—Aku benar-benar tidak menyukai ini. Kamu
menunjukkan ini karena suatu alasan, kan? ”
“Ooboshi-kun adalah pemuda yang menyenangkan, Ia
tampaknya dekat dengan Ozuma juga, dan menurutku Ia juga cocok menjadi suami
Iroha… Tapi, ada satu kesalahan fatal~”
“Kalau Ia sebenarnya pemimpin dari [Aliansi Lantai 5].”
“Memang. Tidak apa-apa jika dia bisa membagi secara
merata dengan menjadikan pencipta alat bisnisnya, seperti aku. ”
“Tapi, Ia berbeda, ‘kan.”
Sebelumnya, saat kami bertiga duduk mengelilingi meja
menikmati rebusan hot pot,
Akiteru-kun sendiri yang mengatakannya.
“Aku
suka staf dari [Aliansi Lantai 5]. Menurutku, cerita yang mereka buat itu
menarik, dari lubuk hatiku. Jika aku hanya ingin menghasilkan uang, aku
bisa memilih bisnis lain,dan bukan membuat game. ”
Meski Ia masih siswa SMA yang tidak berpengalaman, dia
memiliki pandangan tentang posisi manajemen, dan juga dari kedudukan kreator. Aku
menganggap ini sebagai pernyataan positif yang langka, tetapi ternyata Presiden
Amachi tidak sependapat.
“Ia tidak boleh menyebarkan pesona bisnis hiburan ke
Iroha—”
“Jadi mereka tidak bisa pacaran, itulah yang ingin kamu
katakan? Tapi, bagaimana dengan Ozuma-kun? Bukankah mereka berdua sudah
cukup dekat? ”
“Yah, itu tidak masalah. Tidak peduli apa yang
mungkin terjadi, anak itu seharusnya
tidak dapat dipengaruhi dengan cara apapun.”
“Begitu ya…?”
Kedengarannya sangat samar, pikirku. Tapi, aku tidak
diberi waktu untuk menanyainya lebih jauh, seperti yang dikatakan Presiden
Amachi.
“Tapi, sepertinya Iroha sudah banyak dipengaruhi oleh
Ooboshi-kun. Itu adalah pikiran yang cukup merepotkan yang menggangguku.”
“... Jadi mereka berdua sangat dekat.”
“Tapi sepertinya itu bukan hubungan romantis ~”
“Hmm…”
Sebagai hasil dari penyelidikanku, aku menerima laporan
bahwa mereka selalu mesra di sana-sini, tapi rinciannya mengatakan kalau
Iroha-kun yang selalu agresif mendekati
Akiteru-kun, dan keponakanku hanya di pihak penerima. Aku tidak akan
menyebutnya hasil terbaik, tapi aku dapat melihat bahwa dia bekerja keras untuk
melindungi kontrak yang kami berdua sepakati.
“Karena aku jarang pulang ke rumah, aku tidak bisa
mengamati dia di sana… Tapi hari ini, aku sudah memastikannya. Iroha pasti
punya perasaan untuk Ooboshi-kun. ”
“Dan itulah mengapa kamu mencoba mendukung
Mashiro? Kamu punya nyali menjadikan putriku kambing hitam? Bahkan aku
tidak bisa menghargainya, tahu? ”
“Ya ampun, apa tidak masalah untuk memulai pertarungan
dengan Tenchidou, Tuan HoneyPlay-san?”
“Membandingkan penjualan yang baru dirilis [Gather them
all! Sea of Fish] dan [Grand Fantasy 7 Remake] kami, aku ingin tahu
siapa yang akan berdiri di puncak? Ha ha ha.”
“Aku ingin tahu berapa banyak kamu membayar untuk
menghasilkan kualitas seperti itu. Kami fokus pada kualitas, dengan tetap
menjaga pengembangan yang efisien. Aku ingin tahu siapa yang akan menang
dalam hal profit? Fufufufufu. ”
“Ha ha ha. Ha ha ha.”
“Fufu. Fufufu.”
Kami, dua orang dewasa, berbagi tawa yang sehat. Kamu
dapat mengkategorikan ini sebagai pertukaran yang sangat normal menurut standar
sosial. Tentu saja, di bawah permukaan ini terdapat duel antara dua
perusahaan yang bersaing.
“Yah, aku takkan menghalangi cinta mereka lebih
jauh. Setelah menunjukkan kesopanan sebanyak ini, aku ragu apa aku bisa
menghentikan Mashiro dari jatuh cinta pada Akiteru-kun, jadi aku akan memberinya
hak untuk memiliki putriku ... Namun, siapa yang akan Ia pilih pada akhirnya,
itu bukan dalam kendaliku.”
“Sportif sekali ~ Kamu bisa bertindak progresif.”
“Anak-anak tidak naif hanya dengan mengikuti perkatanaan
orang tua mereka… Aku tahu tentang itu.”
“Begitukah? Yah, aku tidak terlalu keberatan. Bahkan
tanpa dukunganmu, aku akan bergerak sesuai keinginan aku.” Warna ekspresi
Presiden Amachi berubah.
Seperti api yang berkobar di dalam hatinya, saat dia
kehilangan sikap antagonisnya.
“Kalau begitu, kamu akan mengakui masa muda Ooboshi-kun —
Dan kamu akan menggunakan ini sebagai alasan untuk tidak menjauhkan [Aliansi
Lantai 5] dari pintu masuk mereka ke HoneyPlay.”
“Tentang bagian dirinya bersama dengan
Mashiro. Tapi, seorang pemuda yang sepenuhnya bebas akan sedikit terlalu
merepotkan. ”
“Ara~, begitukah.”
“Selama Ia melindungi Mashiro di sekolah, hanya itu yang
kubutuhkan. Bahkan jika mereka berdua mulai beneran berpacaran, jika Ia
terus menjadi ksatria putriku, aku tidak akan mengeluh. Yang akan menjadi
masalah… ialah jika Ia meninggalkan Mashiro sendirian sepenuhnya untuk bermain-main
dengan gadis lain. ”
“Fufu, jadi pada akhirnya kami masih helicopter parents.”
“Jangan samakan aku denganmu. Aku punya kesepakatan
di sini.”
Dia tidak berhak menyebut ini sebagai keegoisanku. Orang
yang mengusulkan kontrak kerja konyol ini adalah Akiteru-kun sendiri, jadi aku
harus diizinkan untuk mengandalkan batasannya, ya.
“Yah, sebenarnya ada alasan besar kenapa aku tidak
mengizinkan Ia dekat dengan gadis lain selain
Mashiro.”
“Ohh? Jika kamu sampai mengatakan seperti itu, kamu
akan membuatku tertarik.” Mata Presiden Amachi berbinar, saat dia sedikit
memiringkan kepalanya ke arahku.
Aku mengusap jari-jariku di sepanjang kumis halusku, dan
menyipitkan mataku.
“Aku tidak tahan dengan kenyataan kalau keponakanku
begitu populer.”
Hanya itu satu-satunya yang tidak aku sukai.
Bagian 2 —
Kekejaman Kembang Api Cinta
“Aku ingin Iroha bisa bersikap bebas dan menyebalkan
kepada orang lain sama seperti yang dia lakukan denganku. Aku ingin dia mendapat
teman supaya dia bisa lebih menikmati waktunya ketimbang dengan diriku.”
Saat aku mendengar suara itu, aku menjadi sadar bahwa aku
tidak menyelinap lagi. Aku menginjak rumput, yang menimbulkan suara
gemerisik. A-Apa mereka mendengarku…? Aku melihat ke arah pohon, tapi
Senpai dan Mashiro-senpai masih fokus pada pertunjukan kembang api.
Aku merasakan sakit yang menyayat dadaku. Aku
benar-benar menemukan keduanya secara kebetulan. Selama pertunjukan kembang
api, aku sedang bersama teman sekelasku, mengambil foto dan
sebagainya. Tapi, di tengah-tengah itu, aku mendapat telepon dari ibuku,
lewat LIME.
Rupanya, dia memiliki koneksi ke perusahaan yang
mensponsori kembang api, itulah sebabnya dia mendapat kursi khusus, dan
mengatakan kalau dia ingin bertemu denganku di tempat festival. Aku
mengatakan kepadanya bahwa aku ingin bertemu nanti karena aku bersama
teman-temanku, tetapi dia tidak mendengarkan aku sama sekali, itulah sebabnya aku
sekarang di sini, di tempat dia membimbingku, di belakang kuil besar.
—Dan di sana, aku melihatnya: Mashiro-senpai mati-matian
berusaha memanjat pohon, bahwa Senpai memberi Mashiro jenis kembang api khusus,
dan mereka berdua bersandar satu sama lain. Karena mereka sedang kencan
palsu, menunjukkan diri mereka bertingkah seperti itu sangat masuk
akal. Kepalaku tahu itu.
Saat aku berjalan-jalan dengan gadis dari kelasku, dan
pemandangan Senpai dan Mashiro-senpai yang bermesraan muncul di dalam kepalaku,
aku berkata pada diriku sendiri bahwa itu semua demi [Aliansi Lantai
5]. Berulang-ulang kali, aku terus berkata pada diriku sendiri.
Tapi, melihatnya dengan kedua mataku sendiri, rasanya
mustahil. Melihat Mashiro-senpai bekerja sekeras ini untuk menunjukkan
kepada Senpai bahwa pertumbuhannya sangat menggemaskan, menghangatkan hati, dan
bahkan mengetahui bahwa dia adalah sainganku dalam percintaan, aku merasakan
dorongan untuk mendukungnya… Benar-benar tidak adil.
Dan, Senpai menatapnya dengan tatapan hangat saat
mengawasinya. Mereka berdua seperti pangeran dan putri dalam
dongeng. Hanya melihat Senpai seperti itu membuat hatiku berdegup kesakitan,
dan kata-kata Senpai setelah itu ...
“Senpai ingin aku… menemukan seseorang dimana aku bisa
menikmati waktuku ketimbang bersama dengannya?”
Apa yang Ia maksud dengan itu? Apa Ia benar-benar benci
menghabiskan waktu bersamaku, di mana Ia tidak perlu memikirkan apapun, hanya
dimanjakan oleh sikapku yang menjengkelkan? Apa Senpai sudah bosan dengan
peran itu, dan ingin mendorongnya ke orang lain? … Tidak mungkin, Senpai
takkan melakukan hal seperti itu.
Aku yakin Ia hanya mau ikut campur dalam hubunganku di
sekolah. Pasti itu. Tapi, meski begitu ... Senpai berpikir untuk
mengurangi waktu yang kita berdua habiskan bersama. Itu mungkin kebenaran
di balik ini.
“…!”
Saat menyadari hal itu, aku mulai berlari. Aku
memunggungi Senpai dan Mashiro-senpai, berlari melewati area festival, melewati
teman sekelasku di jalan, tapi mengabaikan suara dan tatapan mereka. Aku
juga tidak peduli untuk bertemu ibuku.
Apa yang aku lakukan. Apa yang harus aku
lakukan? Ada yang aneh. Aku pasti akan membuat khawatir banyak orang. Mereka
akan meragukanku. Aku harus melakukan aktingku lagi, menjaga keseimbangan,
dan memainkannya. Tapi, aku tidak bisa melakukan itu
sekarang. Sesuatu yang tidak terlihat memenuhi dadaku dan membuatku tidak
bisa berpikir jernih.
—Aku
tidak ingin Senpai diambil dariku.
—Aku
tidak ingin ada orang yang terlalu dekat dengan Senpai.
—Aku
tidak ingin Senpai meninggalkanku.
Emosi egoisku mulai menyebar di dalam dadaku seperti
kembang api di langit. Walaupun… Walaupun aku paling membenci diriku yang
egois…!
Aku tahu perasaan Mashiro-senpai yang sebenarnya, namun
aku mengandalkan Senpai dan fokusnya pada [Aliansi Lantai 5], dan tetap puas
dengan memiliki hubungan yang tidak pernah berubah ini. Aku hidup dalam
mimpi, dimana aku bisa bersama dengan senpai, dan tetap bersama
Mashiro-senpai. Tapi, itu hanya akan berhasil jika keseimbangan hubungan
kita tetap konstan. Baik Mashiro-senpai dan aku berada pada level yang
sama, bukan target cinta Senpai. Setara, kami memiliki jumlah kontak yang
sama.
Mashiro-senpai memiliki keuntungan berada di kelas yang
sama dengan Senpai, menghabiskan waktu di kelas yang sama, dan aku bisa datang
ke kamarnya segera setelah sekolah selesai. Itu akan menjadi
keseimbangan. Tapi, bagaimana jika yang satu mendekatinya, dan yang
lainnya ditinggalkan lebih jauh.
“Aku tidak menginginkan itu ...” Suara menyedihkan keluar
dari bibirku.
Pada saat seperti ini, sendirian terlalu menyayat hati,
tapi aku hampir tidak punya orang lain untuk diandalkan. Tanpa sadar, aku
menuju ke rumah ketigaku.
[OTOI]
Sebuah rumah Jepang bergaya kuno dan terhormat. Pada
titik ini, aku mungkin sudah membaca papan nama ini sebanyak aku melihat wajah
orang tuaku. Ini adalah rumah Onee-chan-ku, yang mengulurkan tangannya
untukku bersama dengan Senpai saat di SMP. Aku mengintip ke dalam gerbang,
ketika Otoi-san, yang mungkin telah menonton kembang api sedetik yang lalu
dengan kumpulan permen di tangannya, menyadari kehadiranku.
“Ohh, Kohinata ~ Ada apa ~”
Dengan suara acuh tak acuh, dia melambaikan tangannya ke
arahku.
“Otoi-san…” Aku melompat ke arahnya dan mendekapnya.
Aku tidak bisa menunjukkan wajahku padanya. Bukan
dengan ekspresi yang menyedihkan seperti ini.
“Selamatkan aku, Otoi-san…”
“Aku tidak begitu paham~ Apa terjadi sesuatu?” nada suara
Otoi-san sedikit bingung, saat dia dengan lembut mengusap kepalaku.
Rasanya hangat, dan nyaman. Semua perasaan yang aku
simpan di dalam diriku mencuat sekaligus.
“Aku tidak tahu harus berbuat apa! Aku suka
semuanya, jadi…! ”
Ini hukuman. Sebuah hukuman karena aku tidak bisa memberitahu Senpai
perasaan jujurku. Tuhan
menyukai orang baik dan jujur. Karena
Mashiro-senpai mengakui perasaannya kepada Senpai, menghadapinya secara
langsung, dia bisa menjauhkan Senpai dariku.
“Aku suka berada di samping Senpai! Aku suka waktu
yang kita habiskan bersama! Tapi, aku juga suka semua orang dari [Aliansi
Lantai 5], aku suka Mashiro-senpai, dan aku suka [Black Goat] yang semuanya
kerjakan dengan keras… Aku hanya ingin semuanya tetap sama seperti sekarang…! ”
Tapi, aku harus memilih. Haruskah aku mengaku kepada
Senpai, dan melawan Mashiro-senpai, atau haruskah aku mengabaikan perasaanku,
dan membiarkan Mashiro-senpai mengambil Senpai?
“Beritahu aku, Otoi-san”
Aku selalu menahannya selama ini. Takut menyakiti
ibu karena keegoisanku, aku bertingkah seperti aku tidak tertarik pada
akting. Takut menyakiti Mashiro-senpai, aku menyembunyikan perasaanku sendiri
terhadap Senpai. Tapi, Senpai bilang itu kontradiksi. Senpai
mengajariku bahwa dengan tetap setia pada sesuatu yang aku suka, aku bisa hidup
bahagia.
Apa yang harus aku lakukan jika kebahagiaanku sendiri,
dan kebahagiaan orang lain saling berbenturan? Hanya memikirkannya saja
membuatku merasa tubuhku akan terkoyak dan hancur. Itu sebabnya aku
mencari bantuan dengan Onee-chan yang sangat aku percayai, dan menggumamkan
perkataan berikut.
“Bagaimana mungkin
aku bisa egois tanpa menyakiti orang lain?”
<<=Sebelumnya | Selanjutnya=>>
Semangat terus buat TLnya
BalasHapusIkut meramaikan dunia perkomenan >~<
BalasHapus