Tomodachi no Imouto Vol.5 Epilog Bahasa Indonesia

Epilog

 

Bagian 1 — Sisi Presiden Tsukinomori

“Memberikan kembang api sebagai hadiah untuk pacarnya yang sudah berusaha keras, dasar anak brengsek yang songong.”

Aku melihat mereka dari kejauhan melalui teropongku. Kedua kekasih itu menyaksikan rentetan warna kembang api, saat mereka duduk di atas pohon, memiliki keberanian untuk menjalani masa muda mereka yang telah dicuri dariku. Aura kutukan gelap terpancar dari tubuhku. Cowok itu adalah keponakanku, dan gadis itu adalah putri kesayanganku, yang mana hanya meningkatkan perasaan tidak senangku.

Pelnucuran kembang api terakhir akan segera berakhir, dan saat para pengunjung lain dalam perjalanan pulang, mereka berdua malah melakukan sesuatu yang tidak senonoh seperti itu? Duduk di bangku terdekat, aku mengertakkan gigi karena frustrasi melihat itu.

“Fufu, kamu tampak senang.”

Di samping tempat aku duduk terdapat seorang wanita. Dia berparas cantik, tapi bukan kekasihku. Kamu bahkan bisa memanggilnya jelmaan Dewi Aphrodite, karena menggambarkan betapa cantiknya dirinya. Dia memiliki rambut oranye keemasan yang dikepang dengan hati-hati, dada yang diberkahi dengan baik khas wanita menawan yang sudah melahirkan. Dia mengenakan pakaian yang mungkin tampak sederhana, namun memiliki nilai tinggi yang memberinya perasaan seorang bangsawan. Tertutup oleh pakaian ini adalah punggung yang mulus, dan pinggang yang ramping, memberikan kesan seperti First Lady.

Dia adalah presiden perusahaan Amachi Otoha. Dia juga dikenal sebagai Kohinata Otoha, ibu dari entitas berpotensi berbahaya bernama Kohinata Iroha-kun, yang aku anggap menjalin hubungan khusus dengan keponakanku.

Nyatanya, festival musim panas ini tidak hanya disponsori oleh Honey Plays Works, tapi juga oleh perusahaan yang dia pimpin, Tenchidou. Dengan sayarat menerima kursi khusus menonton kembang api, kami mulai membicarakan tentang putri kami dan keponakanku, itulah sebabnya kami bekerja sama sekarang.

“Senang? Aku? Ketika putriku meng-NTR aku? ”

“Aku memahami perasaanmu, tapi aku lebih suka tidak mendengar ungkapan yang digunakan dalam kalimat yang sama ketika kamu berbicara tentang putrimu.”

“Aku pribadi berpikir kamu harus belajar lebih banyak mengenai perhatian dan hati manusia, Presiden Amachi.”

“Ara ara~, begitukah. Bukannya aku wanita yang jarang emosional?”

“… Kupikir begitu. Kamu masih menyimpan dendam tentang hal itu.”

“Memang. Itulah sebabnya aku tidak ingin anak-anakku menjadi lebih dekat dengan itu.”

Dia berbicara dengan ekspresi orang suci, tetapi tekanan yang keluar dari tubuhnya bahkan membuatku berkeringat deras. Berpikir tentang kehidupan yang dia jalani selama ini, aku tentu bisa bersimpati padanya, tapi sebagai orang tua, aku merasa kasihan terhadap anak-anaknya.

“Aku tidak berpikir kalau orang tua harus terlalu mengatur kehidupan anak-anak mereka. Apa kamu tahu? Akhir-akhir ini, mereka menyebut orang-orang semacam itu sebagai helicopter parents.”

“Bang.”

“…Maaf?”

Bisa tidak jangan bersuara seperti sedang menembakkan senjata? Untuk sesaat, aku pikir kamu akan menembakku secara nyata, membuat jantungku hampir copot.

“Kamu tidak berhak mengejekku sebagai helicopter parents.”

“Apa yang kamu katakan! Apa kamu melihat betapa bbesarnya rasa sayangku pada Mashiro ?! ”

“Itulah tepatnya yang aku bicarakan ~ Kamu memakasakan kehendakmu ke dalam urusan cinta anak-anakmu, dan bahkan melarangnya. Jika tindakanku bisa disalahkan, bukannya kamu sendiri helicopter parents juga, Presiden Tsukinomori?”

“Ugh… Se-Sekarang setelah kamu mengatakannya… Ti-Tidak, tidak, tidak. Ada perbedaan besar dengan tidak memiliki kasih sayang.”

“Bahkan aku sangataaaaaaat menyukai Ozuma dan Iroha. Kamu hanya melarang cinta, sementara aku melarang kesenangan dan kenikmatan, itulah satu-satunya perbedaan.”

“Grrrr…!”

Itu dia, kalimat halus argumen Presiden Amachi. Disadari atau tidak, dia akan selalu berinisiatif atas percakapan tersebut. Dalam pembukaan emosinya, dia memasukkan logika mentah ke dalam obrolan. Bahkan jika orang lain mungkin memiliki pendapat yang berbeda dengannya pada awalnya, semakin banyak kamu berbicara dengannya, semakin dia memaksamu untuk berpikir kalau dia benar selama ini.

Layaknya pahlawan, yang membimbing mkerumunan orang, membawa perdamaian dan keadilan, tapi sama-sama dia akan membujuk dan menipu massa, meninggalkan bekas luka dan bekas di dunia ini seperti seorang penguasa diktator. Di dunia manajemen ini, dia adalah pesulap kata dan percakapan yang luar biasa. Dan tidak, kami tidak sedang membicarakan tentang beberapa latar fantasi. Pada kenyataannya, Amachi Otoha adalah ahli dalam pencucian otak.

“Fufu, itu karena kamu mencoba melakukan sesuatu yang tidak perlu untuk menceramahiku. Jika kamu tidak mengatakan apa-apa, aku tidak perlu melawan.”

“Ya ya, aku menyerah. Aku tidak punya nyali untuk bermusuhan denganmu… Dan, apa yang sedang kita bicarakan tadi? ”

“Kalau kamu terlihat bahagia.”

“Ah, benar. Jadi, bagaimana tepatnya aku terlihat bahagia. ”

“Pada kenyataannya, kamu ingin Ooboshi-kun dan Mashiro-chan menjadi dekat satu sama lain seperti yang mereka lakukan sekarang, bukan? Aku sudah mengetahuinya~ ”

“Tidak bisakah kamu memalsukan perasaan jujurku?”

“Aku tidak berpikir kamu bisa menyebut ini pemalsuan ~”

Presiden Amachi menyamber teropong dari tanganku saat menatapku dengan tajam, dan melihatnya sendiri. Melihat dua kekasih palsu di atas pohon, dia sedikit tersipu.

“Sepertinya mereka sangat serasi, bukan ~ Rasanya seperti cinta pertama mereka. Aku rasa kamu tidak perlu khawatir tentang sesuatu yang tidak direncanakan terjadi sebelum pernikahan mereka?”

“… Kamu benar-benar membuat hatiku nyelekit… Bukannya mereka sering mengeluh tentang kepribadianmu yang mengerikan itu?”

“Memang ~ Aku menerima banyak pujian seperti itu.”

Sungguh pemikiran positif yang mengerikan.

“Yah, bahkan aku tahu itu. Suatu hari, Mashiro akan menjadi istri seseorang. Itulah sebabnya, setidaknya aku ingin menjadi seseorang yang bisa membuat Mashiro tertawa seperti ini… ”

Hanya demi senyum seorang gadis, Ia memulai kembang api pribadi. Ia menunjukkan kebijaksanaan, menerima risiko, dan memprioritaskan Mashiro di atas segalanya. Menunjukkan dedikasinya sebanyak ini, bahkan seorang juara anti-masa muda sepertiku harus menerimanya. Jika anak itu, mungkin tidak ada masalah menyerahkan Mashiro di tangannya… Tapi, kesampingkan itu.

“—Aku benar-benar tidak menyukai ini. Kamu menunjukkan ini karena suatu alasan, kan? ”

“Ooboshi-kun adalah pemuda yang menyenangkan, Ia tampaknya dekat dengan Ozuma juga, dan menurutku Ia juga cocok menjadi suami Iroha… Tapi, ada satu kesalahan fatal~”

“Kalau Ia sebenarnya pemimpin dari [Aliansi Lantai 5].”

“Memang. Tidak apa-apa jika dia bisa membagi secara merata dengan menjadikan pencipta alat bisnisnya, seperti aku. ”

“Tapi, Ia berbeda, ‘kan.”

Sebelumnya, saat kami bertiga duduk mengelilingi meja menikmati rebusan hot pot, Akiteru-kun sendiri yang mengatakannya.

“Aku suka staf dari [Aliansi Lantai 5]. Menurutku, cerita yang mereka buat itu menarik, dari lubuk hatiku. Jika aku hanya ingin menghasilkan uang, aku bisa memilih bisnis lain,dan bukan membuat game. ”

Meski Ia masih siswa SMA yang tidak berpengalaman, dia memiliki pandangan tentang posisi manajemen, dan juga dari kedudukan kreator. Aku menganggap ini sebagai pernyataan positif yang langka, tetapi ternyata Presiden Amachi tidak sependapat.

“Ia tidak boleh menyebarkan pesona bisnis hiburan ke Iroha—”

“Jadi mereka tidak bisa pacaran, itulah yang ingin kamu katakan? Tapi, bagaimana dengan Ozuma-kun? Bukankah mereka berdua sudah cukup dekat? ”

“Yah, itu tidak masalah. Tidak peduli apa yang mungkin terjadi, anak itu seharusnya tidak dapat dipengaruhi dengan cara apapun.

“Begitu ya…?”

Kedengarannya sangat samar, pikirku. Tapi, aku tidak diberi waktu untuk menanyainya lebih jauh, seperti yang dikatakan Presiden Amachi.

“Tapi, sepertinya Iroha sudah banyak dipengaruhi oleh Ooboshi-kun. Itu adalah pikiran yang cukup merepotkan yang menggangguku.”

“... Jadi mereka berdua sangat dekat.”

“Tapi sepertinya itu bukan hubungan romantis ~”

“Hmm…”

Sebagai hasil dari penyelidikanku, aku menerima laporan bahwa mereka selalu mesra di sana-sini, tapi rinciannya mengatakan kalau Iroha-kun yang selalu  agresif mendekati Akiteru-kun, dan keponakanku hanya di pihak penerima. Aku tidak akan menyebutnya hasil terbaik, tapi aku dapat melihat bahwa dia bekerja keras untuk melindungi kontrak yang kami berdua sepakati.

“Karena aku jarang pulang ke rumah, aku tidak bisa mengamati dia di sana… Tapi hari ini, aku sudah memastikannya. Iroha pasti punya perasaan untuk Ooboshi-kun. ”

“Dan itulah mengapa kamu mencoba mendukung Mashiro? Kamu punya nyali menjadikan putriku kambing hitam? Bahkan aku tidak bisa menghargainya, tahu? ”

“Ya ampun, apa tidak masalah untuk memulai pertarungan dengan Tenchidou, Tuan HoneyPlay-san?”

“Membandingkan penjualan yang baru dirilis [Gather them all! Sea of ​​Fish] dan [Grand Fantasy 7 Remake] kami, aku ingin tahu siapa yang akan berdiri di puncak? Ha ha ha.”

“Aku ingin tahu berapa banyak kamu membayar untuk menghasilkan kualitas seperti itu. Kami fokus pada kualitas, dengan tetap menjaga pengembangan yang efisien. Aku ingin tahu siapa yang akan menang dalam hal profit? Fufufufufu. ”

“Ha ha ha. Ha ha ha.”

“Fufu. Fufufu.”

Kami, dua orang dewasa, berbagi tawa yang sehat. Kamu dapat mengkategorikan ini sebagai pertukaran yang sangat normal menurut standar sosial. Tentu saja, di bawah permukaan ini terdapat duel antara dua perusahaan yang bersaing.

“Yah, aku takkan menghalangi cinta mereka lebih jauh. Setelah menunjukkan kesopanan sebanyak ini, aku ragu apa aku bisa menghentikan Mashiro dari jatuh cinta pada Akiteru-kun, jadi aku akan memberinya hak untuk memiliki putriku ... Namun, siapa yang akan Ia pilih pada akhirnya, itu bukan dalam kendaliku.”

“Sportif sekali ~ Kamu bisa bertindak progresif.”

“Anak-anak tidak naif hanya dengan mengikuti perkatanaan orang tua mereka… Aku tahu tentang itu.”

“Begitukah? Yah, aku tidak terlalu keberatan. Bahkan tanpa dukunganmu, aku akan bergerak sesuai keinginan aku.” Warna ekspresi Presiden Amachi berubah.

Seperti api yang berkobar di dalam hatinya, saat dia kehilangan sikap antagonisnya.

“Kalau begitu, kamu akan mengakui masa muda Ooboshi-kun — Dan kamu akan menggunakan ini sebagai alasan untuk tidak menjauhkan [Aliansi Lantai 5] dari pintu masuk mereka ke HoneyPlay.”

“Tentang bagian dirinya bersama dengan Mashiro. Tapi, seorang pemuda yang sepenuhnya bebas akan sedikit terlalu merepotkan. ”

“Ara~, begitukah.”

“Selama Ia melindungi Mashiro di sekolah, hanya itu yang kubutuhkan. Bahkan jika mereka berdua mulai beneran berpacaran, jika Ia terus menjadi ksatria putriku, aku tidak akan mengeluh. Yang akan menjadi masalah… ialah jika Ia meninggalkan Mashiro sendirian sepenuhnya untuk bermain-main dengan gadis lain. ”

“Fufu, jadi pada akhirnya kami masih helicopter parents.”

“Jangan samakan aku denganmu. Aku punya kesepakatan di sini.”

Dia tidak berhak menyebut ini sebagai keegoisanku. Orang yang mengusulkan kontrak kerja konyol ini adalah Akiteru-kun sendiri, jadi aku harus diizinkan untuk mengandalkan batasannya, ya.

“Yah, sebenarnya ada alasan besar kenapa aku tidak mengizinkan Ia dekat  dengan gadis lain selain Mashiro.”

“Ohh? Jika kamu sampai mengatakan seperti itu, kamu akan membuatku tertarik.” Mata Presiden Amachi berbinar, saat dia sedikit memiringkan kepalanya ke arahku.

Aku mengusap jari-jariku di sepanjang kumis halusku, dan menyipitkan mataku.

“Aku tidak tahan dengan kenyataan kalau keponakanku begitu populer.”

Hanya itu satu-satunya yang tidak aku sukai.

 

Bagian 2 —  Kekejaman Kembang Api Cinta

“Aku ingin Iroha bisa bersikap bebas dan menyebalkan kepada orang lain sama seperti yang dia lakukan denganku. Aku ingin dia mendapat teman supaya dia bisa lebih menikmati waktunya ketimbang dengan diriku.”

Saat aku mendengar suara itu, aku menjadi sadar bahwa aku tidak menyelinap lagi. Aku menginjak rumput, yang menimbulkan suara gemerisik. A-Apa mereka mendengarku…? Aku melihat ke arah pohon, tapi Senpai dan Mashiro-senpai masih fokus pada pertunjukan kembang api.

Aku merasakan sakit yang menyayat dadaku. Aku benar-benar menemukan keduanya secara kebetulan. Selama pertunjukan kembang api, aku sedang bersama teman sekelasku, mengambil foto dan sebagainya. Tapi, di tengah-tengah itu, aku mendapat telepon dari ibuku, lewat LIME.

Rupanya, dia memiliki koneksi ke perusahaan yang mensponsori kembang api, itulah sebabnya dia mendapat kursi khusus, dan mengatakan kalau dia ingin bertemu denganku di tempat festival. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku ingin bertemu nanti karena aku bersama teman-temanku, tetapi dia tidak mendengarkan aku sama sekali, itulah sebabnya aku sekarang di sini, di tempat dia membimbingku, di belakang kuil besar.

—Dan di sana, aku melihatnya: Mashiro-senpai mati-matian berusaha memanjat pohon, bahwa Senpai memberi Mashiro jenis kembang api khusus, dan mereka berdua bersandar satu sama lain. Karena mereka sedang kencan palsu, menunjukkan diri mereka bertingkah seperti itu sangat masuk akal. Kepalaku tahu itu.

Saat aku berjalan-jalan dengan gadis dari kelasku, dan pemandangan Senpai dan Mashiro-senpai yang bermesraan muncul di dalam kepalaku, aku berkata pada diriku sendiri bahwa itu semua demi [Aliansi Lantai 5]. Berulang-ulang kali, aku terus berkata pada diriku sendiri.

Tapi, melihatnya dengan kedua mataku sendiri, rasanya mustahil. Melihat Mashiro-senpai bekerja sekeras ini untuk menunjukkan kepada Senpai bahwa pertumbuhannya sangat menggemaskan, menghangatkan hati, dan bahkan mengetahui bahwa dia adalah sainganku dalam percintaan, aku merasakan dorongan untuk mendukungnya… Benar-benar tidak adil.

Dan, Senpai menatapnya dengan tatapan hangat saat mengawasinya. Mereka berdua seperti pangeran dan putri dalam dongeng. Hanya melihat Senpai seperti itu membuat hatiku berdegup kesakitan, dan kata-kata Senpai setelah itu ...

“Senpai ingin aku… menemukan seseorang dimana aku bisa menikmati waktuku ketimbang bersama dengannya?”

Apa yang Ia maksud dengan itu? Apa Ia benar-benar benci menghabiskan waktu bersamaku, di mana Ia tidak perlu memikirkan apapun, hanya dimanjakan oleh sikapku yang menjengkelkan? Apa Senpai sudah bosan dengan peran itu, dan ingin mendorongnya ke orang lain? … Tidak mungkin, Senpai takkan melakukan hal seperti itu.

Aku yakin Ia hanya mau ikut campur dalam hubunganku di sekolah. Pasti itu. Tapi, meski begitu ... Senpai berpikir untuk mengurangi waktu yang kita berdua habiskan bersama. Itu mungkin kebenaran di balik ini.

“…!”

Saat menyadari hal itu, aku mulai berlari. Aku memunggungi Senpai dan Mashiro-senpai, berlari melewati area festival, melewati teman sekelasku di jalan, tapi mengabaikan suara dan tatapan mereka. Aku juga tidak peduli untuk bertemu ibuku.

Apa yang aku lakukan. Apa yang harus aku lakukan? Ada yang aneh. Aku pasti akan membuat khawatir banyak orang. Mereka akan meragukanku. Aku harus melakukan aktingku lagi, menjaga keseimbangan, dan memainkannya. Tapi, aku tidak bisa melakukan itu sekarang. Sesuatu yang tidak terlihat memenuhi dadaku dan membuatku tidak bisa berpikir jernih.

—Aku tidak ingin Senpai diambil dariku.

—Aku tidak ingin ada orang yang terlalu dekat dengan Senpai.

—Aku tidak ingin Senpai meninggalkanku.

Emosi egoisku mulai menyebar di dalam dadaku seperti kembang api di langit. Walaupun… Walaupun aku paling membenci diriku yang egois…!

Aku tahu perasaan Mashiro-senpai yang sebenarnya, namun aku mengandalkan Senpai dan fokusnya pada [Aliansi Lantai 5], dan tetap puas dengan memiliki hubungan yang tidak pernah berubah ini. Aku hidup dalam mimpi, dimana aku bisa bersama dengan senpai, dan tetap bersama Mashiro-senpai. Tapi, itu hanya akan berhasil jika keseimbangan hubungan kita tetap konstan. Baik Mashiro-senpai dan aku berada pada level yang sama, bukan target cinta Senpai. Setara, kami memiliki jumlah kontak yang sama.

Mashiro-senpai memiliki keuntungan berada di kelas yang sama dengan Senpai, menghabiskan waktu di kelas yang sama, dan aku bisa datang ke kamarnya segera setelah sekolah selesai. Itu akan menjadi keseimbangan. Tapi, bagaimana jika yang satu mendekatinya, dan yang lainnya ditinggalkan lebih jauh.

“Aku tidak menginginkan itu ...” Suara menyedihkan keluar dari bibirku.

Pada saat seperti ini, sendirian terlalu menyayat hati, tapi aku hampir tidak punya orang lain untuk diandalkan. Tanpa sadar, aku menuju ke rumah ketigaku.

[OTOI]

Sebuah rumah Jepang bergaya kuno dan terhormat. Pada titik ini, aku mungkin sudah membaca papan nama ini sebanyak aku melihat wajah orang tuaku. Ini adalah rumah Onee-chan-ku, yang mengulurkan tangannya untukku bersama dengan Senpai saat di SMP. Aku mengintip ke dalam gerbang, ketika Otoi-san, yang mungkin telah menonton kembang api sedetik yang lalu dengan kumpulan permen di tangannya, menyadari kehadiranku.

“Ohh, Kohinata ~ Ada apa ~”

Dengan suara acuh tak acuh, dia melambaikan tangannya ke arahku.

“Otoi-san…” Aku melompat ke arahnya dan mendekapnya.

Aku tidak bisa menunjukkan wajahku padanya. Bukan dengan ekspresi yang menyedihkan seperti ini.

“Selamatkan aku, Otoi-san…”

“Aku tidak begitu paham~ Apa terjadi sesuatu?” nada suara Otoi-san sedikit bingung, saat dia dengan lembut mengusap kepalaku.

Rasanya hangat, dan nyaman. Semua perasaan yang aku simpan di dalam diriku mencuat sekaligus.

“Aku tidak tahu harus berbuat apa! Aku suka semuanya, jadi…! ”

Ini hukuman. Sebuah hukuman  karena aku tidak bisa memberitahu Senpai perasaan jujurku. Tuhan menyukai orang baik dan jujur. Karena Mashiro-senpai mengakui perasaannya kepada Senpai, menghadapinya secara langsung, dia bisa menjauhkan Senpai dariku.

“Aku suka berada di samping Senpai! Aku suka waktu yang kita habiskan bersama! Tapi, aku juga suka semua orang dari [Aliansi Lantai 5], aku suka Mashiro-senpai, dan aku suka [Black Goat] yang semuanya kerjakan dengan keras… Aku hanya ingin semuanya tetap sama seperti sekarang…! ”

Tapi, aku harus memilih. Haruskah aku mengaku kepada Senpai, dan melawan Mashiro-senpai, atau haruskah aku mengabaikan perasaanku, dan membiarkan Mashiro-senpai mengambil Senpai?

“Beritahu aku, Otoi-san”

Aku selalu menahannya selama ini. Takut menyakiti ibu karena keegoisanku, aku bertingkah seperti aku tidak tertarik pada akting. Takut menyakiti Mashiro-senpai, aku menyembunyikan perasaanku sendiri terhadap Senpai. Tapi, Senpai bilang itu kontradiksi. Senpai mengajariku bahwa dengan tetap setia pada sesuatu yang aku suka, aku bisa hidup bahagia.

Apa yang harus aku lakukan jika kebahagiaanku sendiri, dan kebahagiaan orang lain saling berbenturan? Hanya memikirkannya saja membuatku merasa tubuhku akan terkoyak dan hancur. Itu sebabnya aku mencari bantuan dengan Onee-chan yang sangat aku percayai, dan menggumamkan perkataan berikut.

 

 

 

 

 

Bagaimana mungkin aku bisa egois tanpa menyakiti orang lain?





<<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>


close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama