Epilog
3 Mei. Liburan Golden Week tahun ini kini sudah memasuki
paruh kedua. Dan sayangnya, Kai mendapat giliran kerja di pekerjaan
sambilannya. Ia bekerja keras, tapi sesekali rehat untuk mengirim pesan kepada
Jun melalui LINE saat dia sedang liburan bersama keluarganya. Kai duduk di
ruang istirahat dan segera mengetuk smartphone-nya.
Jun, yang saat ini berada di Bandara
Izumo, mengirim stiker penguin yang bertuliskan “Aku sedang dalam perjalanan pulang!” saat terhuyung-huyung. Kai
menanggapi dengan stiker Yotsuba yang mengatakan “Selamat datang kembali.” Jun melanjutkan dengan pesan teks.
“Aku membelikanmu suvenir.”
“Makasih!”
“Kapan kamu ada waktu luang?”
“Tanggal 10.”
“Telat banget!”
Untuk menenangkan Jun dari
amarahnya karena tidak bisa memberinya hadiah, Kai mengirim stiker Eiji
Shinozuka dan Kazuyoshi Morino yang menyatukan tangan dan berkata, “Kami minta maaf dengan tulus!” Dia juga
mengirim pesan dengan itu: “Besok, aku libur kerja.”
“Jadi, boleh aku datang besok
pagi?”
“Iya. Ayo main Warship. ”
“Apa game-nya bagus?”
“Ya, jauh berbeda dari Tank.”
“Oke, top player, beri aku beberapa tips lain kali!”
Kai menjawab permintaan Jun
dengan gelak tawa dan menjelaskan kalau Ia juga baru saja mulai bermain. Begitu
Ia menekan tombol kirim ...
“Lega sekali bisa melihatmu
kembali ke dirimu yang ceria, Nakamura,” ucap Kotobuki dari seberang meja. Dia
juga baru saja istirahat. Kai menghentikan percakapannya dengan Jun dengan
memberitahunya kalau ada rekan kerja ingin berbicara dengannya dan menjawab,
“Kamu bisa mengetahuinya?”
“Kamu cenderung membiarkan
emosimu taerpampang jelas di wajahmu.”
“Baiklah, terima kasih banyak,
Kotobuki. Bimbinganmu terbukti cukup membantuku.”
“Wah terima kasih.”
Kotobuki mendengus bangga. Kai
hanya bisa menyeringai kalau Ia tidak bisa
membenci rekan kerjanya itu tidak peduli betapa menjengkelkannya dia.
Kai melanjutkan, “Ah ya, ngomong-ngomong, aku kira aku harus menunjukkan rasa
terima kasihku.” Dia berjanji untuk membalas kebaikannya untuk saat dia
mendengarkan curhatan Kai tentang Reina dan saat dia menyemangatinya untuk
membicarakan masalah yang Ia alami dengan Royalteach.
“Bagaimana kalau mencicipi
makanan enak untuk dimakan?”
“Saran yang bisa kuterima.
Namun...”
Kai mengira dia akan mengambil
kesempatan itu, tapi Kotobuki menggelengkan kepalanya di atas lehernya yang
mungil.
“... Kebetulan ada film yang
ingin aku tonton.”
“Baiklah, aku akan menemanimu.”
“Tentu saja, aku bisa mengharapkan
kalau itu traktiranmu, kan?”
“Tentu saja. Biarkan aku yang
mentraktirmu.”
“Setelah nonton film, aku ingin
pergi berbelanja pakaian. Tentu, aku tak akan memintamu untuk membayarnya
juga.”
“… Baiklah, aku akan menemanimu
untuk itu juga,” jawab Kai setelah ragu-ragu. Terus terang, perjalanan belanja
untuk cewek biasanya sangat membosankan bagi anak cowok. Cukup membosankan
sehingga Kai akan mencoba menghindari situasi bahkan jika Jun yang berbelanja
dengannya. Tetap saja, ini untuk menunjukkan rasa terima kasihnya atas bantuan
Kotobuki, jadi Ia pikir tetap menemaninya tanpa membuat keributan.
“Tentu saja, aku berharap kamu akan
memilih pembelian bajuku, benar?”
“Apa itu cukup untuk menjamin
diprediksikan dengan 'tentu saja' ?!”
“Aku bercanda. Tetap saja, aku
ingin ada cowok yang memberikan opini kedua.”
“Baiklah. Namun, aku peringati
dulu untuk jangan terlalu menaruh keyakinan dengan selera fashionku.”
“Tidak masalah, aku tetap
merasa senang,” balas Kotobuki sambil terkikik dengan licik. Tapi dia belum
selesai. “Dan terakhir, aku ingin makan setelah kita selesai berbelanja.” Dia
membuka situs web tempat yang adamelalui smartphone-nya dan menunjukkannya
kepada Kai. Dan tempat yang Kotobuki tunjukkan ialaha, eh, restoran Italia yang
cukup mewah. Mungkin punya label “makan biasa”, tetapi masih tampak agak mewah
bagi kalangan anak SMA.
“... Sepertinya harga makanan di
sana lumayan mahal.”
“Kita bagi pembayarannya.”
“Kalau begitu, baiklah, aku
akan menemanimu. Untuk menunjukkan rasa terima kasihku.”
“Aku semakin bersemangat,” Kotobuki, terkikik lagi. Tapi kali ini, dia
terlihat sangat bahagia. Saat menatap senyum manis rekan kerjanya, Kai
menyimpulkan apa yang baru saja dia setujui.
Kami
berdua akan menonton film, lalu membantu Kotobuki memilih pakaian, lalu kami makan
malam di restoran yang berkelas ...
Kali lalu menyadari suatu
kemungkinan.
“... Bukannya ini terdengar
seperti kencan?”
“Memangnya itu akan menimbulkan
masalah?”
“Um.”
Kai terkejut dengan jawaban
yang tidak terduga ini.
“Memangnya itu akan menjadi
masalah jika itu adalah kencan?” ulang Kotobuki. Sikap dan ekspresinya sangat
nakal, menantang Kai untuk mengatakan tidak. Tapi tentu saja, itu hanya akting.
Dia memiliki kestabilan emosi yang rendah, sebagaimana dibuktikan dengan betapa
lucu matanya mengembara kemana-mana. Bahunya menggigil saat menunggu jawaban
sampai-sampai membuat Kai merasa kasihan padanya. Dia mungkin mencoba untuk menyembunyikannya,
tapi tidak bisa melakukannya dengan baik. Kai tidak bisa menghindari kebenaran
nya meski Ia mencoba; Kotobuki sedang tidak bercanda atau jail. Dia sangat
serius.
“Ma-Ma-Ma-Mana mungkin,” tanya
Kai, suara gagapnya hampir terdengar seperti jeritan. “Ka-Kamu…apa kamu
benar-benar menyukaiku ?!”
“Um, yah, um ... ya, aku
menyukaimu.”
Raut wajah Kai terjebak dalam
senyuman yang tidak wajar seperti patung saat berteriak di dalam hatinya.
Padahal
kita cuma rekan kerja ?!
<<=Sebelumnya | Daftar Isi |
Selanjutnya=>>
Njiiiirrrrr
BalasHapus