Ore no Onna Tomodachi ga Saikou ni Kawaii Vol.1 Chapter 2 Bahasa Indonesia

Chapter 02 — Karena Kelas Kami Penuh dengan Riajuu, Aku Ingin Hidup Dengan Caraku Sendiri

 

 

“KISHIMOTOOO KEPARAAAAATTT! APA YANG KAMU PIKIRKAN???”

Suara marah Kai menggelegar di seluruh kelas 2-A, di mana hanya ada sekitar setengah dari siswanya yang telah tiba di sekolah.

“Hm? Ada apa denganmu, Nakamura? Pagi-pagi begini sudah semangat sekali,” tanya Kousuke Kishimoto.

Rewel tentang penampilannya, Kishimoto adalah cowok penuh gaya yang membentengi tubuh rata-rata dan wajah yang gampang dilupakannya, supaya membuatnya lebih baik. Kishimoto juga tidak ada duanya dalam mengejar gadis-gadis. Tingkat keberhasilannya mengajak gadis-gadis kencan tidak terlalu tinggi. Mereka sering membicarakan putus segera setelah kopdar, tapi melemparkan spageti ke dinding dan yada yada yada. Ia adalah tipe cowok yang tidak populer dimana-mana dibenci karena hanya ada sedikit waktu ketika Ia tidak punya pacar. Reputasi Kishimoto juga tidak seburuk itu, karena Ia sama sekali tidak pernah berselingkuh dengan mencoba berkencan dengan dua gadis sekaligus.

Kai tidak membencinya. Atau bisa dibilang, Ia mungkin akan menganggapnya sebagai teman. Mereka punya selera yang sangat mirip dalam manga. Kai juga berada di kelas yang sama dengan Kishimoto sepanjang sekolah SMP, yang mana hal itu membuat mereka jadi berteman dekat. Meski mereka tidak merencanakannya, mereka berdua memilih SMA yang sama sebagai pilihan pertama mereka dan mengambil ujian masuk bersama. Ia dan Kishimoto putus hubungan karena mereka berada di kelas yang berbeda selama kelas 1 SMA. Sekarang mereka berada di kelas yang sama di kelas 2, Kai jadi terjebak bersamanya lagi.

Ia meraih paksa kerah teman SMP-nya dan bertanya dengan bisikan yang nyaris tidak terdengar, “Kishimoto ... kamu tahu nama asliku, ‘kan?”

“Dan bagaimana dengan itu, Ash?”

“Bukannya sudah kuperingati untuk tidak memberitahu siapa-siapa, ‘kan?” Kai mengancam, alisnya sampai berkerut.

Dulu saat SMP, sekelompok orang — termasuk Kishimoto — mengetahui nama aslinya. Itu adalah sesuatu yang Kai ingin Ia lupakan. Kejadiannya sama persis seperti dengan Jun: mereka berteman, Kai lalu mengundang mereka ke rumahnya untuk nongkrong. Kemudian, ibu dan kakak perempuannya memanggilnya 'Ashie' ...

“Aku memintamu untuk tidak menyebarkannya, bukan?”

“Oh, uh ... aku masih ingat.”

“Kishimoto. Kamu akan melakukan apa saja demi bisa berpacaran dengan cewek, tapi aku tahu kamu itu cowok yang baik ... Jadi mengapa kamu justru mengingkari janji kita sekarang?”

“Sejujurnya aku tidak mengerti apa yang kamu maksud~”

“Jangan berpura-pura tidak tahu.” Kai menggeram. “Aku punya bukti kalau kamu yang menyebarkannya.”

“Gek!” Kishimoto menjerit seperti ayam dicekik.

Betul sekali. Kai sudah mengantongi bukti. Semua orang di kelas baru saja memperkenalkan diri mereka sendiri selama kelas di hari pertama sekolah, dua minggu sebelumnya. Setelah itu, saat semua orang berbaur, cowok ini rupanya menyukai semua gadis seksi di kelas mereka.

Sepertinya Ia tidak pernah punya kesempatan mendekati Jun (karena dia langsung pergi ke rumah Kai setelah sekolah), tapi dia sudah mendengar semua tentang ... perjalanannya yang mengesankan. Itu karena Jun sudah berteman dengan hampir semua siswi di kelas dan membangun jaringan info mereka sendiri di aplikasi perpesanan LINE. Dan ikan yang tertangkap jaring mereka yang luas adalah ...

 

“Aku dengar kalau nama Nakamura adalah 'Ash'!”

“Kishimoto yang memberitahuku.”

“Perutku sampai sakit karena kebanyakan tertawa.”

Kai mengancam dengan mengepalkan tinjunya. “Kamu lebih suka pilih yang mana: dipukul di pipi kanan, atau pipi kiri? ” ancamnya.

“Sa-Santai dulu, bung,” kata Kishimoto, meringkuk. “Bukannya kamu ini orang tipe pasifis, Nakamura?”

“Apa kamu tidak tahu? tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan otaku saat kamu membuat mereka kesal?”

“Apa boleh buat! Aku punya alasanku sendiri!”

“Oh ya?” sindir Kai berkata dengan nada kesal, dengan implikasi bahwa Ia akan melepaskannya dengan mudah jika memberitahu rinciannya. Benar saja, Kishimoto dengan putus asa memohon.

“Reina memberitahuku kalau dia benar-benar ingin mengenalmu lebih baik!”

“Kamu hanya melakukannya agar terlihat keren di depan seorang gadis ?! DASAR KEPARAT HAUS BOKONG!!! ” Kai menarik kerah Kishimoto dan mengguncangnya seperti boneka jelangkung. Ia takkan melakukan lebih dari itu. Tak usah dikatakan (Kishimoto) mengatakan kalau semua otaku memang pasifis. Dan terlepas dari kenyataan bahwa dia sekarang adalah pria 10.000 pukulan sebulan, senjata mematikan tinju Kai. (Ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk mencari tahu dengan pasti di luar Fitness Boxing.)

“Aku sudah muak denganmu. Persahabatan kita SELESAI setelah hari ini, ” sembur Kai.

“Yaelah, sensi amat sih,” balas Kishimoto. “Kamu sendiri yang sudah berkhianat karena menggaet gadis cantik seperti Jun!”

“J-Jun bukan pacarku atau semacamnya!” bantah Kai dengan tersipu.

“Aku hanya iri karena kamu pulang bersamanya setiap AAAaYNGHRNGHK! Aku tidak ingin pertemanmPPppHGNRHK! ”

“Anggap saja jembatan itu TERBAKAR!”

Setelah mereka selesai saling menghina, Kai melepaskan kerah baju Kishimoto. Ia masih belum puas, tapi nasi sudah menjadi bubur. Kai merasa tidak ada gunanya mengomel pada playboy cap badak ini.

Kai kembali ke kursinya sendiri yang berada paling belakang baris tengah. Dari sana, Ia melirik ke arah jendela yang terletak di depan kelas. Semua gadis populer sedang berkerumun di sana, mengobrol dengan asyik. Seluruh anggota geng (termasuk Jun) belum muncul ke sekolah, tapi "inti" geng dari gadis-gadis Kelas 2-A — dan tokoh kunci yang menjadi pusat geng mereka — sudah ada di sana.

Reina Fujisawa.

Yup, gadis yang Kishimoto sebutkan tadi. Jika Jun adalah gadis tercantik di angkatan mereka, maka Reina adalah wanita tercantik. Dia memiliki pesona kecantikan yang dewasa, sulit dipercaya kalau dia sebenarnya adalah siswi SMA. Reina sangatlah terkenal, belum lagi gaya dan tubuhnya yang tinggi. Tahun lalu, ada sedikit keributan tentang seorang gadis yang menjadi model ketika dia mendaftar di sekolah mereka. Meski belum menjadi model sampul majalah, tapi yang namanya model tetaplah model. Di SMA Asagi, tidak ada yang bisa mendekatinya.

Ada juga desas-desus yang beredar kalau Reina memiliki pacar yang luar biasa. Katanya, pacarnya adalah seorang pengusaha muda (untuk polisi, dan preman yakuza bagi orang lain) atau semacamnya. Terlepas dari benar atau tidaknya kabar angin tersebut, tampaknya bukan hal yang mustahihl bagi seorang gadis menakutkan seperti Reina, yang memakai intensitasnya — atau lebih tepatnya, auranya yang mengintimidasi — seperti armor yang indah.

Kai diam-diam menatap wajahnya yang menakutkan tapi cantik itu. Tapi Ia tertangkap basah, dan pandangan matanya bertemu dengan tatapan Reina. Reina segera memberinya senyuman yang menakjubkan. Benar, menakjubkan.

Senyuman Jun terlihat riang, tanpa satu ons pun sanjungan genit, dan memungkinkan watak cerianya untuk bersinar. Di sisi lain, senyuman Reina adalah senyuman yang 100% dibuat dengan indah. Senyumannya tersebut merampas sisi baik dan buruk tentang perempuan dan mengubahnya menjadi senjata mematikan Reina.

Mengerikan...

Ketimbang merasa senang karena ada gadis cantik tersenyum padanya, Kai justru buru-buru mengalihkan pandangannya. Pada saat yang sama, Ia bertanya-tanya, Mengapa seseorang sehebat dia ingin mencari tahu tentang AKU?

Apa dia menyukaiku? Kai 10.000% yakin kalau bukan begitu masalahnya.

Apa dia ingin menyiksaku? Ada sekitar 1% kemungkinan itu terjadi ...

Reina mungkin menyukai Kai atau membenci nyalinya, tapi mereka sangat jarang bertemu sehingga Kai tidak punya banyak bukti untuk memahami maksud dibalik tindakan Reina. Tapi jika boleh menebak dengan asal...

Aku berteman dengan Jun, dan dia juga berteman dengan Jun, jadi mungkin ...?

Reina dan Jun bukan dari SMP yang sama, tapi sepertinya mereka sudah saling kenal sebelum masuk ke SMA. Meski Reina masuk di kelas yang berbeda saat tahun lalu, Kai melihatnya bertingkah sangat akrab dengan Jun di lorong atau kantin selama istirahat.

Namun, Ia mendengar dari Jun kalau Reina cukup sibuk dengan pekerjaan modeling di luar sekolah, jadi mereka hampir tidak pernah nongkrong bareng. Jika Reina memiliki banyak waktu luang, Jun takkan pernah mulai sering mampir di tempat Kai, dan takkan pernah menerima ajakannya untuk datang dan bermain MHW ...

Sudah hentikan. Reina adalah tipe gadis yang membuatnya sadar betul betapa tak berdayanya dirinya bahkan untuk memikirkan itu.

Apa terlalu mengada-ada untuk berpikir kalau mungkin ... dia berpikiran sama denganku? Kai tidak bisa memberikan jawaban. Ia berusaha mengintip ke arahnya lagi, berhati-hati untuk tidak melakukan kontak mata dengannya kali ini. Tapi ... Reina tidak lagi berdiri tepat di depan Kai.

Ada cowok yang bernama Matsuda mulai menggodanya dan gadis-gadis lain begitu Ia muncul di kelas. Ia ditemani oleh teman-temannya — tidak, kroco-kroconya: Takeda, Umeda dan Fukuda. Mereka sekarang bertingkah terlalu sok dekat dengan Reina dan gengnya. Keempat orang ini merupakan cowok keren kelas 2-A. Jika Jun dan Reina berada di puncak kasta cewek di sekolah, maka Matsuda dan kroconya sedang dalam perjalanan untuk menjadi yang teratas di antara para cowok. Mereka semua memiliki rambut yang disemir, seragam mereka telah kehilangan bentuknya karena terlalu banyak dipakai, dan mereka bahkan jauh lebih playboy daripada Kishimoto. Otak mreka, benar-benar kopong. Persamaan umum di antara keempatnya adalah bahwa mereka semua berada di tim bola basket.

Apa hebatnya bisa memainkan olahraga yang membuat mereka begitu percaya diri? Sindir Kai. Atau setidaknya, Ia juga pernah melakukannya saat SMP. Orang-orang di tim bisbol dan sepak bola di SMA Asagi benar-benar hebat. Kemampuan mereka cukup hebat sampai bisa masuk turnamen tingkat nasional. Mereka sama disiplinnya dengan tentara karena para pelatih untuk kedua tim sangat teliti dalam pelatihan. Meski ada beberapa anggota klub bisbol dan bola berada di kelas Kai, mereka selalu rendah hati, sopan, dan tidak pernah bersikap kasar.

Bahkan dari sudut pandang cowok, Kai sejujurnya menganggap mereka cukup keren. Ia sangat menghormati mereka. Itu merupakan peringatan bagi Kai, yang dulu berprasangka buruk terhadap para atlet. Kai berpikir mereka akan mirip seperti Matsuda dan kroco-kroconya, bertingkah seolah-olah mereka sok hebat meski nilai mereka sangat pas-pasan.

Sebagai perbandingan, tim bola basket SMA Asagi sangat payah. Sekarang setelah matanya terbuka, mereka tampak mirip seperti badut bagi Kai.

“Ayyyy, Reina!”

“Gimana kalau karaokean bareng kami hari ini?”

“Ayo dengarkan aku menyanyikan beberapa lagu Kanjani!”

“Lagi-lagi begitu. Oke tapi sebenarnya, Matsuda membunuh di Kanjani!”

Matsuda dan kroco-kroconya mengoceh seperti orang bodoh yang mungkin bahkan tidak bisa mengikat sepatu mereka sendiri (menurut pendapat Kai yang bias) saat merayu para gadis.

“Sekarang apa lagi?”

“Ngaca dulu sana dan coba lagi.”

“Apa kamu tidak tahu? Kami mengatakan, 'Ya benar' tentang kamu dan omong kosong boy band-mu.”

“Kamu terlalu sadis, Shou.”

Gadis-gadis itu bersikap congkak ke arah mereka. S-Sangat menakutkan ... terutama Reina, yang bersandar di panel bawah jendela yang terbuka. Dia benar-benar bertingkah layaknya nyonya yakuza yang berdiri di sana dengan tangan bersedap dan menatap dengan tajam. Dia benar-benar seorang siswi SMA,  ... ‘kan?

Tapi karena Matsuda dan kroco-kroconya menolak untuk mundur, Reina dan gadis-gadisnya terus bersikap judes kepada mereka. Kasihan sekali.

Bila dalam cerita manga, karakter riajuu yang berada di puncak kasta kelas akan membentuk satu geng yang berisi cowok tampan dan cewek cantik, dan mereka akan akrab satu sama lain. Namun, di kelasnya Kai, ada juga kelompok ketiga yang berisi gadis-gadis kejam yang dikepalai oleh cewek populer ,Suama Sakakibara. Orang-orang di kelas membentuk kelompok pertemanan tanpa memandang jenis kelamin dan kadang-kadang nongkrong bersama, tapi Kai belum pernah melihat salah satu dari mereka nongkrong 24/7 dengan seseorang yang bukan pacar mereka. Kelompok Reina — di mana Jun juga merupakan masuk bagiannya — sangat curiga tentang hal ini.

Reina sendiri juga mempunyai aura riajuu yang sangat pekat, tapi pada saat yang sama memiliki sikap tegas, 'Aku menjaga jarak dengan cowok'. Dia sudah terkenal sejak kelas 1 mereka. Karenanya, rumor 'Reina punya pacar super ganteng yang tidak pergi ke sekolah ini' beredar.

Bel peringatan untuk jam pelajaran pagi yang singkat akhirnya berbunyi, dan pagar betis Matsuda kabur ke tempat mereka berada. Mereka digantikan oleh Jun, yang datang menerobos masuk ke kelas tepat pada waktunya untuk tidak dihitung terlambat. Dia berbelok ke arah Reina dan berkata, “Hiya! Apa kalian menonton video yang aku kirim di grup kemarin ?! ”

“Kucingnya lucu banget!”

“Ya ampun, itu sangat lucu! ♥♥♥

“Wow, video itu benar-benar viral.”

“Tidak ada yang bisa melawan kelucuan anak-anak atau hewan!”

Gadis-gadis itu asyik mengobrol tentang video yang Jun bagikan ... padahal Kai yang menemukan video itu.

Jelas sekali setiap orang seharusnya duduk di meja mereka ketika bel berbunyi, tapi kelompok Jun dan Reina tetap berkumpul di dekat jendela sambil mengoceh sampai guru wali kelas muncul. Bahkan ketika guru datang tepat waktu dan memberi mereka semua ceramah, gadis-gadis itu hanya tersenyum dan berkata, “Uups!” saat mereka duduk. Itu juga bukan hal aneh dari karakter Reina. Meski dia biasanya menampilkan kedok wajah siswa SMA yang tersenyum, orang bisa melihat sekilas wajah aslinya yang cantik ketika — dan hanya ketika — dia bersama Jun. Tunggu, mungkin itu juga palsu. Tapi bagi Kai, setidaknya, senyumnya terlihat seperti senyuman yang tulus.

 

◆◇◆◇◆

 

Kai sudah berencana untuk pergi ke kantin bersama teman-temannya saat istirahat makan siang hari itu. Ia menuju ke kantin, yang berada di lantai pertama gedung terpisah, bersama teman sekelas lainnya yang bernama Seiji Satou.

Satou adalah teman yang Ia kenal setelah masuk ke SMA. Mereka berada di kelas yang sama tahun lalu. Ia adalah teman otaku yang juga membaca manga, tapi jauh lebih bersemangat untuk menonton anime larut malam dan mengumpulkan merchandise. Kishimoto tidak terlalu menyukai hal-hal itu, jadi topik percakapan bergeser secara eksklusif ke manga. Mereka bertiga menjadi sangat bersemangat saat membicarakan tentang Manga UP! Edisi baru !.

Tidak seperti sepulang sekolah atau hari libur mereka, Kai dan Jun tidak banyak bergaul di sekolah. Salah satu alasannya adalah bahwa kesan “Bukankah aneh bahwa mereka nongkrong 24/7 meskipun mereka bukan pacar? Dasar fakboy/lacur” akan menyebar ke seluruh sekolah seperti lapisan tipis asap. Bagi Kai, Jun adalah sahabat terbaiknya di seluruh dunia. Tapi, yah, alasan keduanya karena — seperti Kishimoto dan Satou — bukannya Ia tidak punya teman lain selain Jun. Sama halnya untuk Jun. Jadi jika di sekolah, Kai lebih sering nongkrong dengan teman cowoknya, dan Jun nongkrong dengan teman ceweknya.

Kantin sekolah di SMA Asagi cukup lumayan, seperti yang diharapkan dari SMA swasta. Mereka memiliki sistem yang biasa di mana ada mesin membagikan tiket makan di depan pintu masuk. Para siswa kemudian berbaris di depan dapur terbuka memegangi nampan mereka, dan wanita yang baik akan memberi mereka makanan.

Namun, desain interiornya sangat keren hingga terasa seperti Starbucks (atau seperti yang dikatakan Jun, "Nuh-uh! Ini seperti Doutor!"). Area makan juga tidak terlihat seperti kantin pada umumnya. Meja-meja panjang diatur dengan sangat tepat — tidak ada suasana 'Okie dokie, masuklah ke dalam, makan, lalu pergi!' Dari kantin sekolah yang biasa. Ada meja persegi tempat duduk dua dan empat, di samping meja dan kursi bundar delapan orang. Tempat duduk telah diatur sempurna dengan cara yang berselera tinggi, jauh lebih bagus dari desain restoran keluarga.

“Eh, interiornya mungkin super mewah. Tapi aku masih akan memesan kombo babi asam manis,” ujar Kai.

“Aku memesan kombo Pencinta Daging.”

“Aku akan pesan mangkuk potongan daging babi.”

Kai dan teman-temannya menenpati meja terbuka untuk empat orang, dan melanjutkan percakapan manga mereka sekarang setelah mendapatkan makanan.

Seperti yang diharapkan dari sekolah swasta, makan siang di sini jauh lebih mahal daripada kantin sekolah lain, tapi mereka tidak punya pilihan lain. Meski kata "restoran" mungkin terlalu berlebihan, rasa makanan mereka cukup enak untuk "restoran populer di lingkungan sekitar".

Kombo babi asam manis yang dipesan Kai digoreng hingga renyah sempurna, mempertahankan teksturnya meski dilapisi dengan saus yang melimpah. Lapisan luar yang basah dan lapisan dalam yang tidak tersentuh sempurna berpadu dalam harmoni yang lezat. Rasanya terperangkap dengan indah, yang berarti setiap gigitan memenuhi mulutnya dengan rasa yang tidak beraturan.

Kai dulu berada di tim “Kok nanas dimasukkan ke dalam daging babi asam manis”, tapi usai memakannya di sini langsung mengubah pandangannya. Apa mereka menggunakan variasi asam ekstra di piring? Hidangan ini bisa menjadi satu catatan cantik setelah lidahmu terbiasa dengan manisnya sausnya, tapi nanas berfungsi sebagai pembersih rasa yang mencolok.

“Babi asam manis ini ENAK banget!”

“Potongan daging babiku juga!”

“Aku senang memilih SMA Asagi, hanya untuk kantinnya saja!”

“Yeah!” seru ketiga cowok yang sedang dalam masa tumbuh sembari makan. Tapi mereka tidak akan mendapatkan kesempatan untuk menghabiskan makanan mereka.

“Apa kalian tak keberatan jika kita duduk di sini?” ada suara yang tiba-tiba bertanya.

Suara tersebut merupakan suara Reina Fujisawa.

Meski nada suaranya terdengar sopan dan anggun, tapi entah kenapa justru terdengar menggoda. Suaranya hampir mengeluarkan daya tarik seks. Di belakangnya ada Jun, yang terlihat menyesal dan berusaha membuat dirinya sekecil mungkin, dan gadis kecil lainnya yang sifat genitnya terus-menerus membuat kesal Kai.

Kai menatap mata Reina dan menjawab, “... Apa kamu tidak tahu dengan melihat?” Kita bertiga. Kalian bertiga. Meja ini cuma bisa menampung empat orang. Meski Kai tidak yakin apa yang dia rencanakan, bahkan bocah TK bisa tahu apa mereka ada kursi kosong atau tidak.

“Tidak baik sampai ngotot melawan gadis, Ash,” jawab Reina.

“Cewek tidak suka kalau kamu melakukan itu, Ash ~

“Biarin! Nama itu benar-benar membunuhku di dalam!” Kai menyerah. Kekerasan verbal dari apa yang Reina dan gadis pendek katakan langsung membuatnya mengibarkan bendera putih.

Sedangkan Kishimoto, di sisi lain, sangat senang. “Yoohoo! Reina, Jun, Momo, duduklah sebelah sini! Aku akan menyingkirkan semua ini untukmu sekarang!” Ia langsung menyambut mereka.

“Satou dan aku tidak menghalangi,” rengek Kai. Apa ini kata-kata seorang cowok yang baru saja menuduh orang lain sebagai pengkhianat pagi ini?

“Terima kasih banyak.”

“Oh, tidak masalah, aku cowok yang sangat perhatian!” dia membual. “Ladies first sepanjang hari, setiap hari bersamaku!”

“Baiklah, nikmati makan siangmu dengan Satou. Di tempat lain,” kata Reina.

“Hah?”

“Oh? Apa ada masalah, “Ladies first sepanjang hari, setiap hari,” Kishimoto? ”

“T-Tidak, Bu,” Ia tergagap, gemetaran. Tidak kuat karena tekanan Reina, Kishimoto bangkit dari kursinya dan berlari bersama Satou.

Pacar yakuza memang tidak ada tandingannya. Reina hanya berdiri di sana sambil tersenyum, tidak terlihat mengintimidasi sama sekali. Namun, sorot matanya begitu menakutkan hingga membuatnya merinding disco.

“Jangan tinggalkan aku, oi!” Kai keberatan, tapi Kishimoto dan Satou sudah lama kabur.

Jun meletakkan nampannya dan berteriak kepada mereka saat mereka bergegas keluar dari sana. “Maafkan Reina karena terlalu menuntut, teman-teman!” dia meminta maaf.

Bagaimanapun juga, Kai tiba-tiba dikepung oleh Reina dan teman-temannya saat makan siang.

Jun duduk di sebelah kanannya, sementara Reina mengambil tempat di sebelah kirinya. Gadis pendek lainnya, yang terkenal sebagai bayangan Reina sejak SMP, adalah anggota geng Reina bernama Momoko Mihara dari Kelas 2-A. Penampilan: lucu, seperti binatang kecil. Kepribadian: super menyebalkan sekali. Hanya itu yang bisa dikatakan tentang dirinya.

“Jadi? Apa yang kamu inginkan dariku, Fujisawa?” Kai bertanya, menyantap daging babi asam manis yang setengah dimakan tanpa menyembunyikan kewaspadaannya.

“Ara~,” jawab Reina. “Apa aku harus ada alasan untuk makan bersama teman sekelasku?”

“Kami hanya berpiki akan datang menyapamu karena sudah sering berpapasan denganmu~ BoOoo ~ Kamu terlalu kepedean ~ ” Reina menutupi tangannya dengan mulutnya dan tertawa manis sementara Momoko berbicara  dengan cara yang imut.

“Aku pasti sangat ganteng sampai-sampai kamu mengusir Kishimoto dan Satou hanya karena perkataan, 'berpapasan denganku dari waktu ke waktu,'” kata Kai singkat.

“Aku sangat minta maaf tentang itu. Tetaplah di sini, Kai. Aku akan pergi dan meminta maaf kepada mereka nanti,” pinta Jun, tangannya menggenggam erat untuk meminta maaf. Dia masih belum menyentuh makanannya.

Aku tahu. Tidak masalah. Jika kamu tidak makan sekarang, kamu akan kehabisan waktu, ujar Kai memberitahunya melalui kontak mata.

Jun yang merasa lega mulai menyantap sepiring ayam teriyaki miliknya (yang juga terlihat enak). Reina, di sisi lain, memperhatikan Jun dan Kai dengan senyum cerah di wajahnya. “Ash, aku hanya—”

“Panggil aku Nakamura!” Ia mengoreksi Reina.

“Ash, aku cuma ingin mengobrol santai denganmu.”

“Apa?”

“Kamu dan Jun punya hobi yang sama, ‘kan?” Reina bertanya. “Apa yang menurutmu menarik belakangan ini?”

Kai ragu harus berkata apa meski Ia tidak keberatan dengan pertanyaan itu. Ia tidak pernah berusaha menyembunyikan fakta kalau Ia adalah seorang otaku; Ia tak berpikir sedetik pun kalau itu adalah hobi memalukan yang perlu Ia sembunyikan. Bahkan jika seseorang menggunjingnya karena Ia otaku, Ia sebenarnya akan menertawakan mereka karena tidak berbudaya dan cukup malu untuk menuding orang-orang karenanya.

Tapi Kai bisa memahami maksud dibalik pertanyaan Reina. Itu bukanlah ilmu roket: mengoceh tentang hobi otaku di depan orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang otaku terlihat akan sangat menjijikkan. Kai hanya harus menerima bahwa satu hobinya — yang sama sekali tidak aneh — sama sekali tidak lazim bagi orang lain. Kai bisa mengikuti pembicaraan mengenai makeup meski tidak tertarik, misalnya, tapi itu akan menjadi saat yang mengerikan. Jadi ya begitulah.

Tidak ada "kelas" atau "peringkat" dalam hal hobi: hobi adalah sesuatu yang kamu nikmati sendiri, atau dibagikan jika kamu cukup diberkati untuk memiliki teman dengan minat yang sama. Kamu tidak perlu memaksakan hobimu ke orang lain. Atau setidaknya itulah yang Kai rasakan, itulah sebabnya Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia tidak tahu sampai seberapa mana hal yang bisa Ia bicarakan, atau apakah itu masuk akal atau tidak baginya.

Jun memberinya uluran tangan. “Saat ini kami benar-benar menyukai game ini di mana kamu bertarung 15-vs.-15 menggunakan tank. Mode kerja samanya lumayan sangat intens.”

“Ya, ya,” Kai mengangguk, sedikit tersipu.

Reina secara terang-terangan terkejut saat mendengar ini — tampilan langka lainnya dari emosinya yang mentah dan tanpa filter. Namun, tidak lama kemudian, senyumnya yang benar-benar sempurna kembali. “Ya, itu menyenangkan bermain bersama,” Reina mengangguk seolah-olah dia pikir itu bagus juga, berpura-pura (yah, mungkin berpura-pura) untuk berhubungan. Dia sungguh menakutkan.

Momoko, di sisi lain, tertawa lepas. “HAHA ~ Tank ?? Seperti, apa ??? Kamu pasti bercanda ~ Kamu pikir omong kosong itu menyenangkan? Ewww ~ dia terkekeh. Sangat menjengkelkan, bukan?

“JANGAN. PERNAH. Mengejek WoT, ”bentak Jun.

“Bercandamu sudah keterlaluan, Momoko,” Reina menimpali pada saat yang sama. Dia dan Jun mencubit pipinya, dengan Reina mencubitnya dengan cara yang sangat keji meskipun senyumnya yang luar biasa seperti malaikat.

“YA AMPUN, MAAF. MAAFKAN AKU!" Teriak Momoko, hampir menangis. Akhirnya mereka mengampuninya dan melepaskannya. Tapi itu karena salahnya sendiri. Bodoh.

Tapi ... Oh baiklah. Ada satu hal yang pasti diketahui Kai. Reina mungkin terkejut dan mungkin tidak mengerti tentang tank. Tapi cewek cantik dan menakutkan ini memiliki kecerdasan dan sarana untuk menyembunyikan pikiran batinnya, dan tidak langsung menolak minat orang lain. Sebenarnya, sifat-sifat inilah yang membuat Reina begitu cantik. Bukan hanya wajah mereka sejak lahir yang membuat seseorang cantik. Momoko adalah contoh sempurna untuk ini. Penampilannya yang manis sangat sia-sia, berkat kurangnya kecerdasan dan kepribadiannya yang menyebalkan.

“Jadiiiii, Myaakawaaa ~ AF Momoko yang menjengkelkan mulai berkata sambil mengusapusap pipinya. Ppinya masih merah karena dicubit. “Jangan pedulikan omong kosong tank apalah itu. Mau karaokean denganku hari ini ~? ”

“Sudah kubilang, menurutku itu menyenangkan!” Protes Jun. “Lagian, aku sudah punya rencana untuk bermain dengan Kai hari ini.”

“Jadiiiii ~? Siapa yang lebih penting bagimu, aku atau Ash ~?

“Ummm ...” Jun tampak bermasalah. AF Momoko yang menjengkelkan mungkin lebih buruk dari Matsuda dan kawanannya.

“Hentikan itu, Momoko,” Reina menegurnya dengan nada yang bahkan lebih tegas dari sebelumnya. “Aku berulang kali memberitahumu: seorang wanita hanya menggoda untuk menyenangkan orang lain. Menggoda hanya untuk mengganggu atau mempermalukan orang lain adalah perilaku kayak lacur.

Terlepas dari ungkapan ekstrimnya, itu memang pendapat yang sangat dewasa. Kai tidak bisa menahan diri untuk tidak terkesan. Sayangnya, hal itu tampaknya tidak berpengaruh pada orang bodoh tersebut.

“Hee hee Tidak benar ~! Apa yang dibutuhkan seorang gadis hanyalah wajah yang cantik ~ ujar Momoko, yang sama sekali tidak pernah kapok. Ayo karaoke denganku, MyaakawaAa ~ Ayo, bukannya kita berteman ~?

“Sudah kubilang, aku sudah punya rencana!” Jun berdiri tegak. “Ekspedisi rute untuk T-62A Kai naik level berakhir hari ini. Bisakah kita pergi karaoke besok? ”

“Enggaaaaaak, aku ingin menyanyi sekaraaaaanggg! Aku sedang mood untuk karaokean, tidak, semuanya berkat Matsuda ” Momoko merengek, terus mengamuk seperti anak kecil.

Haaa ... apa boleh buat, Kai berkata pada Jun melalui telepati lagi. Kamu bisa peergi saja ke karaoke. Masih ada ekspedisi lain nanti.

Tunggu...

Tidak apa-apa! Bukannya aku tidak bisa mengalahkannya sendiri!

Kai bukan bocah seperti AF Momoko Menyebalkan. Ia takkan pernah mengajukan pertanyaan bodoh untuk menempatkan Jun pada posisi seperti, “Siapa yang lebih penting bagimu, aku atau Mihara?” Ia juga tidak berniat memonopoli Jun untuk dirinya sendiri. Selain itu, Kai akan merasa sangat bersalah jika ada kecanggungan antara Jun dan teman ceweknya karena dia memprioritaskan rencana mereka bersama. Persahabatan emang penting, dan Kai merupakan orang baik hati — dan bijaksana — sangat mengetahui hal itu.

Benar saja, perasaannya tentang masalah itu sepertinya tersampaikan ke Jun.

“Maaf, Momoko. Aku nongkrong dengan Kai hari ini,” tegas Jun.

Momoko ternganga mendengar jawaban Jun yang tidak terduga. Kai menatapnya dengan tatapan yang sama persis.

“Eheheh!” Semua yang Reina katakan setelah tertawa terbahak-bahak hanyalah, “Menggemaskan.”

Kai bahkan tidak bisa bereaksi, maupun tahu bagaimana perasaannya tentang semua ini. Tapi Ia benar-benar malu. Kai merasa sangat senang, dan pipinya panas. Ia tidak bisa memaksa dirinya untuk melihat langsung ke Reina.

Di sisi lain, hal ini langsung membuat Momoko muram. Dia menggeram seperti anak anjing yang terbangun di sisi yang salah dari tempat tidur.

Wajahnya tiba-tiba bersinar seolah-olah memikirkan sesuatu yang bagus. "Kalau begitu kamu harus ikut dengan kami ke karaoke juga, Ash ~! ” serunya. Lalu Myaakawa bisa ikut juga ~!

“Hah?” Kai berseru.

“Apa?” teriak Jun pada saat yang sama. Kedua mulut mereka ternganga. Ide tak terduga lainnya.

Kai bahkan tidak bisa membayangkan orang bodoh seperti dirinya di sarang yang penuh dengan kupu-kupu sosial. Jun juga tampak siap memprotes Momoko.

Orang ceria seperti Jun bisa dengan mudah berpesta bersama Reina dan para gadis, dan juga merasa seperti di rumah sendiri melakukan 100 Anisong Marathon bersama Kai. Kai jelas bukan tipe cowok yang suka 'pesta'! Ia tidak tahu lagu apa yang sedang populer. Yang bisa Ia nyanyikan hanyalah lagu-lagu dari anime.

Tolak saja, Kai. Tidak perlu memaksakan diri, kata Jun lewat kontak mata.

Kebaikannya itulah alasan mengapa giliran Kai yang ingin membuatnya terkesan. “Kedengarannya bagus, Mihara. Ayo pergi, “ jawabnya, yang merupakan tanggapan paling ramah yang bisa Ia berikan dalam situasi ini. Ia bisa saja menolak ajakannya jika sedikit bersabar.

“Kai ...” Jun menghela nafas seolah-olah mengganggapnya orang paling bodoh. Kemudian, ekspresinya berubah. “Makasih,” imbuhnya, mengungkapkan rasa terima kasihnya sambil berseri-seri ke arah Kai. Ada senyum riang dan hangat yang sangat disukai Kai.

Reaksi Reina sangat kontras dengan reaksi Jun. Dia juga berseri-seri ke arahnya dan, dengan sangat menyesal, berkata, “Maafkan aku, Ash.” Kesan yang dia proyeksikan menyiratkan bahwa dia tidak bermaksud hal ini terjadi ketika bertanya apakah mereka bisa makan bersama. Apa dia benar-benar siswa SMA ...?

Kai mendapati dirinya memaksakan senyum. “Aku tidak keberatan, tapi bagaimana denganmu, Reina? Kamu menolak Matsuda dan yang lainnya saat mereka mengajakmu kencan. Tapi aku juga cowok ... Bukannya aku akan menghalangi?” ujar Kai.

“Aku hanya membenci cowok yang kelihatan jelas apa yang sebenarnya mereka incar,” katanya. “Kamu temannya Jun, artinya kamu adalah temanku juga. Atau apa aku salah? ”

“Aku rasa …….tidak?” Kai bertanya-tanya keras-keras, meski Ia belum menerima apa yang dikatakan gadis itu begitu saja. Separuh dari dirinya tidak percaya karena Reina adalah gadis menakutkan yang tidak bisa dibacanya. Tapi separuh lainnya terpesona oleh gagasan bahwa "ratu" di kasta teratas menganggapnya sebagai teman ...!

“'Oke! Kita akan pergi sepulang sekolah, “ Momoko mengonfirmasi. “Sampai jumpa, Ash!”

“Oke. Keberatan jika aku mengikuti kalian di sana? ”

“Asal tahu saja, cowok sejati pasti bisa mentraktir iya ‘kan~

“Maksudmu, akulah yang akan membayarnya?!” Kai bertanya tidak percaya.

“Dia hanya bercanda, Kai,” Jun memperingatkan. "Jangan menganggap serius semua yang dikatakan Momoko."

“O-Oh, oke.”

Segala sesuatunya berubah menjadi aneh ...

 

 

<<=Sebelumnya   |   Selanjutnya=>>

close

6 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama