Chapter 03 - Apa Salah Menginginkan Simpati dari Party?
Jadi mereka semua berjalan dari
SMA Asagi ke distrik perbelanjaan di depan stasiun kereta, tempat di mana
karaoke berada. Gerombolannya terdiri dari Jun, Reina, Momoko, dan teman-teman
mereka yang lain — semuanya cewek, dengan total Sembilan orang. Ada juga yang
berasal dari luar Kelas 2-A, tapi seluruh kelompok terdiri dari para riajuu yang saling mengenal melalui
Reina. Mereka semua berada di kelas yang sama dengan sang Ratu di masa SMP atau saat kelas 1 SMA.
Lalu di sanalah Kai,
satu-satunya cowok dalam gerombolan tersebut. Gadis-gadis itu mengelilinginya
di semua sisi dalam perjalanan ke sana.
“Ya ampun, Aaaaaash!”
“Aku sudah mendengar begitu
banyak rumor tentang pacar otaku Myaakawa tapi tidak pernah mengira Ia bakalan
ikut nongkrong dengan kita!” Kai tahu mereka sebenarnya mencoba membuatnya
merasa diterima, tapi Ia juga merasa seperti hewan langka yang menjadi tontonan.
“Namaku K-a-i N-a-k-a-m-u-r-a!
Bukan Ash!” Protesnya. Namun, mereka semua hanya tertawa. Tidak ada yang
menganggapnya serius.
“Dan Kai bukan pacarku!” Jun menambahkan.
“Kami hanya berteman!” Mencoba
sekuat tenaga untuk menjelaskan ini, Jun dan Kai seolah-olah sedang berbicara
dengan tembok bata.
“Jadiiiiii, Ash. Saat kalian
berduaan, bagaimana Myaakawa memanjakanmu?” kata seorang gadis berkulit putih,
menggenggam lengan Kai secara alami sampai membuatnya terkejut. Kai merasa
kegirangan karena bisa merasakan dadanya di lengannya, tapi juga merasa
ketakutan. Ia merasa seperti mangsa yang sedang diremas sampai mati oleh ular.
Kai sedikit kewalahan dan menyadari kalau dia takkan melepaskannya sampai Ia
mau berbicara.
“Bagian mana dari Jun yang
membuatmu jatuh cinta? Wajahnya? Payudaranya?” teman sekelasnya, Shirayuki
Saitou bertanya dengan terus terang. Shirayuki mempunya rambut merah karena
ibunya orang Amerika.
“Siapa yang bertanggung jawab
saat juniormu tegang?”
“Apa kamu seorang misionaris?”
seorang gadis bertanya.
“Atau cowgirl*?” kembarannya ikut
berbicara, segera menindaklanjuti dengan pertanyaan mengerikan lainnya. Otak otaku
Kai membuatnya percaya kalau kakak perempuan terlihat lebih cantik dengan
kuncir kuda, dan adik perempuannya tampak lebih imut dengan kucir kecil. Rambut
si adik cukup pendek (dosis kenyataan). Mereka pasti benci disama-samakan. (TN : Oke kalo ada
yang ngga ngerti maksud misionari sama cowgirls, selamat elu masih polos dan
belum teracuni dunia sesat :v *Posisi dalam melakukan seks, mungkin pernah
dengar posisi 69?)
Tapi terlepas dari itu, situasi
begitulah yang sedang dialami Kai. Jelas saja, karena mereka bagian dari geng
Reina, mereka semua sangat cantik dan imut-imut. Cowok macam Kishimoto pasti
akan merasa seperti berada di khayangan jika berada di posisi Kai, dikelilingi
oleh gadis-gadis manis serta berbicara asyik dengannya. Namun, bagi perjaka
tulen macam Kai, Ia menganggap kalau situasi ini sangatlah menakutkan.
Bukannya
mereka perlu bersikap defensif di sekitar cowok ?! Apa
itu cuma halusinasinya saja saat Ia mengira kalau mereka sama seperti geng
Sakakibara yang terdiri dari gadis-gadis kejam? Kai lalu menengok ke arah Reina
dan meminta bantuannya.
“Aku minta maaf kalau mereka
bersikap tidak sopan,” dia meminta maaf. “Mereka hanya merasa penasaran
denganmu, Ash.”
“Tidak perlu berhati-hati di
sekitar otaku macam K-A-M-U ☆ Jangan
salah paham, Aa!” Momoko
mencibir. Cara Reina menjelaskannya lebih mudah untuk ditelaah, tapi apa yang Momoko
katakan mungkin lebih mendekati kebenaran. Itulah yang Kai percayai.
Gadis-gadis itu tidak mau
menjauh darinya bahkan setelah memasuki ruang karaoke. Kai mendapati dirinya
terhimpit di antara gadis berkulit putih dan gadis lain di kursi sofa.
“Bu-Bukannya kalian terlalu dekat?” Ia bertanya dengan gugup.
“Ohh? Apa kamu khawatir karena ada
Myaakawa ?”
“Haha, apakah dia akan
melampiaskan kecemburuannya padamu nanti atau sesuatu?”
“Awww ♥”
Kenapa Ia mendadak begitu
populer di kalangan cewek ?!
Kai tahu betul kalau lebih baik
tidak salah paham. Ia langsung tahu kalau mereka hanya menggodanya untuk
melihat sesuatu yang jarang mereka lihat: Jun
yang cemburu.
Jun juga langsung memahami
maksud dibalik perilaku mereka. Dia duduk di sisi lain meja tepat di seberang
Kai, duduk di antara Reina dan Momoko. Dia mengutak-atik sedotan minuman yang
dia pesan, tidak tersipu maupun memperhatikan situasi sama sekali. “Aku turut
senang, Kai. Cewek-cewek cantik ini tertarik padamu. Sekarang kesempatanmu:
mungkin kamu mendapat kesempatan mengintip rok Nocchi,” kata Jun, mengucapkan
omong kosong dengan wajah lurus.
Gadis-gadis di sekitar Kai
menganggap balasan Jun sangat lucu. “Myaakawa orang yang sulit dikerjai!” salaha
satu dari mereka tertawa terbahak-bahak.
“Mungkin dia masih bersikap
santai karena mereka sudah seperti suami dan istri — siapa lagi yang
mendapatkan kesan seperti itu?”
“Jangan biarkan dia menipumu;
dia hanya menggertak!” balas Nocchi, gadis yang ada di sebelah kanan Kai. Dia
satu-satunya yang menganggapnya serius. Nocchi adalah cewek bertubuh tinggi, kulit
yang kecokelatan, dan tipe sporty yang mempunya potongan rambut rapi. Kai tidak
terlalu mengenalnya, tapi dia adalah anggota tim preman di tim voli putri.
Meski secara teratur melewatkan sesi latihan (seperti halnya hari ini), dia
memiliki kemampuan untuk menjadi spiker andalan tim. Kulit kecokelatannya
berasal dari semua kesenangan lain yang dia lakukan, dan bukan karena bola voli
(karena bola voli adalah olahraga dalam
ruangan). (TN : Beda sama di indo, kalo sekolah di
jepang punya gedung olahraganya sendiri yang luas, dan isinya bisa lapangan
bola voli atau basket)
“Dia mungkin takkan peduli jika suaminya berselingkuh! Ayo
cari tahu! Aku akan mengijinkan Ash meremas payudaraku!” seru Nocchi. Dia menggunakan
kedua tangan untuk mengangkat seragamnya, lalu dengan murah hati memperlihatkan
dadanya. Ukuran dadanya diberkahi baik seperti Jun.
Apa
begini rasanya menjadi riajuuu ?!Praise the lord! Kai
merasa ngeri. Apa tidak apa-apa melihat payudara gadis selama dia mengenakan
bra? Apa dia santai-santai saja karena sama seperti mengenakan bikini?
Kai langsung menutupi matanya
sebelum bisa berpikir dua kali tentang itu dan berusaha untuk mengintip Oppai
besar Nocchi dari sela-sela jarinya. Namun, kemesuman Nocchi digagalkan oleh
Jun yang sangat marah. “Apa yang kamu lakukan, dasar bodoh ?!” dia berteriak,
melangkah masuk dengan remote kontrol karaoke.
Yang bisa dilihat Kai di antara
celah jari-jarinya hanyalah perut putih yang tidak terlindungi di bawah pakaian
Nocchi dan pusarnya, yang mana memiliki bentuk erotis. Benar-benar pemandangan
segar di mata.
Gadis-gadis lain sangat senang
dengan reaksi keras Jun. “Kita akhirnya bisa melihat reaksi istri yang cemburuan
!!!” salah satu dari si cewek kembar berteriak riang.
“Astaga, itu sempurna sekali!”
cewek kembar lainnya terkekeh, meski tak satu pun dari mereka benar-benar
mengira dia cemburu. Mereka menganggap Jun yang cemberut terlihat lucu dan terus menggodanya.
“Kalian berdua, itu sudah cukup.
Mengapa kita tidak menyanyi?” usul Reina. Tidak ada yang tahu berapa lama
mereka akan mempermainkan Kai dan Jun jika Reina tidak melatih kemampuannya
untuk membaca situasi.
Maka dimulailah sesi karaoke
untuk cewek-cewek cantik, oleh cewek-cewek cantik.
Shirayuki menyanyikan lagu tema
dari film Barat yang populer dengan intonasi bahasa Inggris yang sempurna. Si
kembar melakukan duet bersama, mengambil napas pada waktu yang sangat berbeda
sepanjang lagu. Nocchi menyanyikan lagu Nogizaka (?) Dengan begitu banyak
semangat sampai-sampai melukai telinga Kai. Nyanyian Reina hampir terdengar
seperti seorang profesional ketika dia menyanyikan lagu balladnya.
Sementara itu, Kai
mempertahankan suasana ceria dengan menggoyangkan marakas dengan gadis berkulit
putih. Sejujurnya, Ia sudah menyerah kurang dari tiga puluh menit.
I-Ini
MEMBOSANKAN SEKALI... Ia tidak bisa memikirkan lagu apapun yang bukan
dari anime, apalagi menyanyikannya. Bukannya Ia tidak tahu lagu mana yang
populer. Kai samar-samar mengetahui judul dan nama penyanyinya. Tempat kerja
sambilannya terkadang memainkan lagu-lagu pop, jadi Ia tahu bagaimana nada lagu
yang tepat. Ia setidaknya bisa mengintip ke sekelilingnya dan mencari tahu
kapan Ia perlu bertepuk tangan. Namun, tidak terlalu menyenangkan "menjamu
tamu" di karaoke.
Baiklah.
Aku tahu untuk apa aku ke sini. Ia hanya ikut-ikutan agar
tidak membuat suasana menjadi canggung antara Jun dan grup temannya. Tapi
kemudian Kai menatap Jun lama dan bertanya-tanya, Benar begitu? APA aku baik-baik saja dengan ini?
Meskipun Jun sedang berduet
dengan Momoko ... sangat kontras dengan temannya — yang sepertinya sedang
bersenang-senang — Jun bernyanyi dengan cara yang sangat jinak dan tenang.
Momoko dengan percaya diri bersikeras melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, mengabaikan melodi lagu
aslinya di sana-sini. Beberapa orang mungkin mengatakan dia sedang
mengaransemen ulang lagu, yang lain mungkin mengatakan dia benar-benar buta
nada.
Lalu ada Jun, yang mencocokkan
diri dengan cara menyanyi Momoko yang memanjakan diri sendiri. Ketika lagu
tersebut menyertakan vokal latar, Jun melanjutkan dan membiarkan Momoko menjadi
bintangnya. Dia tidak melakukannya karena dia berduet dengan seseorang yang
egois seperti Momoko. Setelah menonton sebentar, Kai memperhatikan bahwa Jun
melakukan ini dengan siapa pun yang berduet dengannya. Sebaliknya, dia juga
tidak menambahkan satu lagu pun atas kemauannya sendiri.
Ini
bukan yang biasa Jun lakukan di karaoke, Kai menyadarinya. Untuk
melangkah lebih jauh — dia sepertinya tidak bersenang-senang. Wajar saja kalau aku tidak akan bersenang-senang
... tapi bukannya aneh kalau Jun merasa bosan juga? Apa gunanya nongkrong
dengan teman-temanmu jika kamu tidak menikmatinya?
Tentu saja, menjadi teman tidak
selalu berarti kamu memiliki minat yang sama. Ambil contoh Kai yang menyukai
manga, novel ringan dan anime. Sedangkan Kishimoto menyukai manga tetapi tidak
terlalu menyukai novel ringan atau anime, dan Ia juga suka mengejar-ngejar
gadis. Manga adalah penyatu mereka, jadi itulah sebabnya mereka suka
membicarakan manga.
Kai merasa bahwa novel Ryuo no Oshigoto! dan 29 to JK adalah mahakarya, dan Ia tidak
bermaksud jelek saat mengatakan, “Sayang sekali kamu tidak membaca ini!” Tapi
tetap saja, Ia tidak pernah memaksakan kesukaannya pada Kishimoto (meskipun itu membuatnya senang ketika
mendapat adaptasi manga). Kishimoto juga memahami kepribadian Kai dan tidak
pernah memintanya menjadi makcomblang-nya. Ini membuat berada di sekitarnya terasa
menyenangkan, itulah sebabnya mereka berteman.
Apa
Jun tidak seperti itu? Atau, memang cewek cantik tidak seperti itu?
Kai tahu Jun cukup sering pergi
berkaraoke dengan Reina. Ia pikir mereka berteman dekat dan cukup
bersenang-senang di pesta karaoke mereka. Apa dia sebenarnya memaksakan diri
untuk bergaul dengan mereka, meski dia sedang tidak bersenang-senang?
Jika
demikian, itu tidak cocok untukkku. Jika itu masalahnya, bukannya
lebih baik mereka bermain tank di rumahnya? Kai berpikir begitu.
Momoko dan Jun menyelesaikan
lagu mereka saat Kai duduk di sana, merasa tidak puas. Momoko tersenyum sesaat,
terlihat sangat bangga pada dirinya sendiri. Lalu, tiba-tiba, ekspresinya
berubah menjadi seringai jahat seakan baru kepikiran lelucon yang bagus. “Hei,
Ash, bagaimana kalau kamu menambahkan lagu? Kamu belum menyanyikan satu lagu
pun selama ini ☆”
katanya pada Kai. Dia sangat egois, dia tidak peduli lagu gadis berikutnya akan
segera dimulai.
“Nah, aku baik-baik saja. Mendengarkan
semua orang bernyanyi lumayan menyenangkan juga, kok,” jawab Kai, memahami
motifnya. Ia menurunkan volume suaranya cukup rendah sehingga hanya Momoko yang
bisa mendengarnya.
“D'aww, jangan bilang ~ kamu
cuma tidak ingin ditertawakan saat semua orang tahu kamu buta nada, ‘kan ~?”
“Yup, betul sekali. Aku bukan
tandinganmu, Momo,” katanya. Kai tidak jago menyanyi; itu memang benar.
“Awww ayolah, nyanyikan sesuatu
~! Kamu bisa melakukan duet denganku! Bagaimana menurutmu ~? ” dia terus
mengomel. “Itu, seperti, hal tingkat platinum yang TAKKAN PERNAH aku setujui
dengan Matsuda, bahkan jika Ia sampai memohon-mohon padaku ~!”
“Tidak, aku bilang tidak perlu,”
Kai menolak. “Aku tidak tahu lagu apa yang lagi populer. Aku takkan bisa
bernyanyi denganmu.”
“Jangan khawatir, jangan
khawatir ~ ☆ Aku tahu,, BANYAAKK
lagu ~ Aku akan membuatnya berhasil! Ayo ~ Pilih lagu yang kamu mau, Ash ~! ”
Silahka
saja. Kamu pikir kamu bisa menyanyikan "Koi wa Chaos no Shimobenari" dari Nyaruko: Merangkak dengan Cinta jika aku menambahkannya ke antrean lagu?! Ya
benar. Kamu akan memukul-mukul sambil berteriak "Gah! Eee! ” mencoba berpura-pura! Kai mengejek
dirinya sendiri, meski tidak menyuarakannya.
Hobi bukanlah sesuatu yang kamu
paksakan kepada orang lain. Kai mungkin merasa tidak nyaman karena Momoko memaksanya
untuk menghadiri pesta karaoke cewek-cewek cantik. Tapi tetap saja, melakukan
sesuatu yang tidak menyenangkan seperti memainkan lagu anime di sekitar
orang-orang yang tidak memahaminya akan sangat meruntuhkan suasana. Ia tidak
tega melakukan itu. Kai membaca yang maksud tersirat dan dengan rendah hati
menolak lagi.
“Ugghhh, sungguh mematikan ~
Kamu benar-benar suram, Ash ~ Pecundang tanpa nyawa ~ ☆” Momoko mencibir, ucapannya membuat Kai marah.
Disebut “suram” —eh, terserahlah.
Ia tidak terlalu ceria dibandingkan dengan sinar matahari literal seperti
mereka, dan Ia juga tidak terlalu maskulin.
Kai tidak setuju untuk disebut "pecundang tanpa kehidupan".
Memang tak dapat disangkal kalau Kai dapat menunjuk ke grup teman seperti Jun
sebagai contoh riajuu yang jadwalnya selalu penuh menikmati kehidupan, tapi itu
tidak membuatnya menjadi "pecundang tanpa kehidupan". Kai mengisi
hari-harinya dengan hobi otakunya, dan bekerja sangat keras pada pekerjaan
sambilannya untuk menabung. Ia juga sering pergi ke acara seperti Comiket. Jika
itu bukan kehidupan yang bahagia dan memuaskan, lantas apa?
Karena jengkel, Kai membalas
balik dengan menyindir. “Mihara, apa kamu saking kepengennya ingin bernyanyi
denganku? Kamu mendekati cowok duluan? Memangnya kamu lagi horny? Lonte?”
“APA ?! APA YANG BARU SAJA KAMU
KATAKAN?! ” Momoko segera memekik, matanya terbuka lebar karena marah. Kai
merasa agak lucu melihat tindakan imutnya hancur sesaat.
Momoko langsung memasang
kembali kedok sok imutnyanya, selain memperhalus kekasaran dalam nada suaranya.
“O-Oh wow, Ash, kata-katamu kejam sekali tau ~ ☆
Kupikir kita ini berteman! Aku hanya mencoba membantu pacar Myaakawa
mengakrabkan diri dengan semua orang ~” isaknya. “Dan Momoko kecil yang malang
dipanggil “Lonte” atas usaha kerasnya ~ ☆”
“Yeah, yeah, tapi kamu
mengincar cowok temanmu. Yang membuatmu jadi lonte.”
“Aku BUKAN BUKAN LONTE!”
“Jadi ... cuma tidak bisa
dikencani?”
“Aku tidak di sini untuk
dihakimi, dasar pengacau pesta yang buruk ~ ☆
Seperti yang kubilang, cuma wajah cantik yang dibutuhkan seorang gadis ~! Dan
aku selalu membuat mereka klepek-klepek
~”
“Oke, lonte.”
“AKU BUKAN LONTE!!!”
Kai cuma menggodanya, tapi
Momoko sangat kesal. Namun, reaksi langsungnya sedikit lucu. Gadis berkulit
putih dan si kembar terkikik seperti baru saja menemukan mainan baru.
Begitu
rupanya. Wajahnya bukan satu-satunya alasan AF Momoko menjadi bagian dari geng
mereka. Kai harus menyerahkannya kepada mereka.
Si cebol benar-benar marah.
Momoko berdiri dan meraih ujung roknya, sambil berteriak, “Lihat apa aku telah
membuka ceri kepada ORANG BANGSAT macam kamu! AKU AKAN membuktikan kalau aku
bukan lonte !!! ”
“CUKUP — itu tidak enak dilihat!”
Reina langsung bergemuruh. Jun langsung menepak kepala Momoko.
“Owww ...” Momoko meringkuk
seperti bola sambil memegangi kepalanya, kesedihannya terdengar.
Gadis-gadis di dalam karaoke
semuanya tertawa terbahak-bahak, ada yang memegangi perut mereka dan
menendang-nendang kaki mereka. Pemandangan menyegarkan untuk mata cowok, karena
rok mereka semua sangat pendek. Kai menunduk ke bawah dan memasukkan sedotannya
ke dalam mulutnya karena Ia harus berpura-pura tidak melihat apa-apa.
Artinya, Ia sudah menyaksikan
banyak hal. Jika Kishimoto dan Matsuda tahu, mereka akan membunuhnya karena
cemburu ...
◆◇◆◇◆
Pesta karaoke cewek-cewek
cantik yang pada dasarnya membosankan terus berlangsung meskipun ada insiden
yang kurang menyenangkan itu. Pesta berlangsung hingga jam diskon pelajar
berakhir pada jam 9 malam. Kemudian mereka bubar, dan menuju ke masing-masing
tujuan mereka. Ada yang pulang dengan berjalan kaki, ada yang pergi ke kerja
sambilan dengan sepeda, dan ada pula yang naik kereta.
Kai dan Jun berangkat ke
sekolah menggunakan kereta. Stasiun terdekat ke SMA Asagi adalah Sakata,
terminal dimana jalur Timur-Barat dan Utara-Selatan di prefektur mereka
bersilangan. Kai turun di Watarai, empat stasiun di utara. Ia mengira orang
lain akan pulang dengan cara yang sama, tapi ternyata cuma Jun yang naik kereta.
Mereka berdua berdesakan di
atas kereta penuh, dihimpit orang-orang yang baru pulang dari kantor pada jam
sibuk malam hari. Jun berdiri tepat di dekat pintu, dengan Kai menggunakan dirinya
sebagai perisai manusia demi melindunginya agar tidak berdempetan dengan
penumpang lain. Meski mereka bukanlah sepasang kekasih, mereka saling memahami
tentang hal seperti ini di masa-masa yang telah berlalu sejak mereka bertemu
dan mulai bergaul serta bermain setiap hari.
Kai menyandarkan diri ke pintu
dengan meletakkan tangannya di kedua sisi Jun dan dengan kuat menginjakkan
kakinya di tanah.
“Haaa, hari ini aku kalah,”
ujar Kai bercanda. Ia tidak menyemburkan sepatah kata pun dari semua
penderitaan yang Ia alami. “Mereka semua sangat penuh energi. Aku kesulitan
mengimbangi kemeriahan mereka.”
“Haha ... Kamu kerja bagus tadi.”
Jun mengucapkan terima kasih atas usahanya dengan senyum setengah hati.
Pesta karaoke itu pada dasarnya
merupakan harem yang terdiri dari gadis-gadis tercantik di kelasnya. Jika Kishimoto
mengetahui hal ini, Ia akan kehilangan akal sehatnya: “APA yang membuatmu tidak
puas, dasar keparat tidak tahu berterima kasih ?!” Sejujurnya, kecemasan Kai
sangat tinggi.
“Kamu benar-benar membantuku.
Terima kasih, Kai.”
“Membantumu? Apa yang sedang
kamu bicarakan?”.
“Sejujurnya, mereka sudah
memintaku untuk memperkenalkanmu,” jelas Jun. “Mereka memintaku untuk membawamu
setidaknya satu kali. Kurasa mereka semua sangat penasaran karena mereka
mengira kamu adalah pacarku.”
“Ah ...” Mengingat kembali cara
mereka berpura-pura menyambutnya, Ia benar-benar mengerti.
“Aku tahu kamu takkan
menyukainya, jadi aku selalu mencari-cari alasan untuk menolaknya. Kemudian
mereka semua mengira aku mempermasalahkannya, yang membuat mereka semakin
penasaran. Sejujurnya, cukup sulit untuk terus menolaknya akhir-akhir ini, ”dia
mendesah. Jun berusaha keras untuk tidak mengganggu Kai, dan Ia bahkan tidak
menyadarinya. Kai benar-benar tidak dapat banyak membantu ketika menawarkan
untuk bergaul dengan mereka.
“Mereka semua harusnya senang
setelah hari ini. Terima kasih banyak, Kai, ”Jun tersenyum lemah, tidak
berusaha menyembunyikan betapa lelahnya dia. Dia mungkin terbiasa mengikuti
mereka, tapi dia masih seorang gadis. Stamina dasarnya berbeda dari Kai.
Ada jeda singkat dalam
percakapan mereka. Sebagian besar, mereka hanya saling berhadapan dalam jarak
dekat, diam-diam diombang-ambingkan oleh kereta. Yang bisa mereka dengar
hanyalah suara suram dari gerbong kereta yang bergerak dan pengumuman kereta.
Jun menggeliat di kursinya di
antara lengan Kai yang terulur, lalu mengeluarkan smartphone-nya. Kai melihat
dari atas pada jarak dekat sementara Jun melihat layarnya. Terlepas dari
ekspresi tertekan di wajahnya, Jun benar-benar punya tampang rupawan. Saat Ia
menatap bulu mata Jun yang panjang dan lentik, Kai mendapati dirinya merasa
penasaran pada hal yang tidak masuk akal seperti, “Dia tidak seperti kakakku ... Apa yang dia makan sampai bisa panjang
begitu?”
Kai tidak perlu menghabiskan
waktu di ponselnya. Ia tidak pernah lelah melihat wajah Jun; Ia bisa menatap
wajahnya selamanya. Sejujurnya, muka Jun merupakan tipenya.
Namun, Kai tidak bisa
terus-terusan melihatnya. Tinggal empat stasiun lagi, atau dua belas menit
tersisa. Keheningan yang sempurna ini, momen diam dalam waktu — di mana semua
keriuhan dan hiruk pikuk memberi Kai ilusi bahwa Ia berduaan dengan Jun — akan
berakhir. Kemudian, Kai akan turun dari kereta dan mengucapkan selamat tinggal
pada Jun, yang turun di stasiun berikutnya.
Tiba-tiba, Kai menyadari bahwa
Jun bersenandung sendiri saat menggunakan ponselnya. Ia menajamkan
pendengarannya supaya bisa mendengar senandungnya dan frustrasi karena suara
dari gerbong kereta menghalangi.
Lagu yang Jun senandungkan
adalah "Onaji Sora no Shita
de," lagu tema dari film anime Is
It Wrong to Try to Pick Up Girls in a Dungeon? Arrow of Orion, dinyanyikan
dengan tempo lambat.
Sepertinya
dia masih belum puas karaokean.
Kai bisa mengetahui hal itu.
Sepertinya
aku tidak menyanyikan satu lagu pun.
Kai menghela nafas. Tubuhnya,
bagaimanapun, sudah bergerak.
Kereta tiba di Watarai —
stasiun dekat rumah Kai — dan pintunya terbuka. Kai lalu meraih lengan Jun, dan
mereka turun dari kereta bersama.
“Hah?” celetuk Jun, merasa bingung
dengan kejadian yang tiba-tiba.
Masuk
akal.
“Bagaimana dengan karaokean
ronde kedua?” Kai bertanya dengan kasar, terlihat agak malu-malu.
Jun langsung merespon. “Tentu!”
Dia langsung tersenyum berseri-seri, seolah-olah semua kelelahannya telah
menghilang.
Kai dan Jun meninggalkan Stasiun
Watarai, lalu memasuki karaoke kecil yang sangat cocok untuk pusat perbelanjaan
kecil di daerah tersebut. Biayanya agak
mahal untuk siswa SMA seperti mereka, meski mereka takkan mengungkitnya.
Setelah memesan waktu dan
minuman pertama mereka di meja resepsionis, Kai dan Jun memasuki ruangan kecil
yang sempit. Saat mereka masuk, Jun langsung memeluk Kai dari belakang. “Terima
kasih BANYAK untuk semua yang kamu lakukan untukku hari ini!” serunya.
“Jun ?!” Kai tersipu dengan
kejutan Jun karena dia menunggu sampai tidak ada orang yang melihatnya.
“Jujur saja: kamu sangat stres
karena itu, kan ?! Mari bernyanyi! Ayo BANYAK-BANYAK bernyanyi! Hanya itu yang
BISA kita lakukan !!! ” Jun memiliki energi yang sangat aneh — dia diliputi
emosi.
“Y-Yah, itu sedikit
berlebihan.” Suara Kai juga memekik. Ia bisa merasakan, BISA MERASAKAN,
payudara montok Jun mendorong punggungnya. “Teman-temanmu semuanya orang-orang
hebat, Jun. Aku tidak bisa mengikuti sepanjang waktu, tapi aku tidak mengatakan
itu membuatku stres. Tidak sama sekali”
“Jujur saja. Kamu sebenarnya
tidak bisa akrab dengan tipe cewek seperti mereka, ‘kan? Tapi kamu tidak pernah
menjelek-jelekkan teman-temanku,” kata Jun. “Tapi Momoko dan beberapa gadis
lain diam-diam mengatakan hal-hal buruk tentangmu di LINE! "
“Oh, jadi itu sebabnya tidak
ada dari mereka yang pulang bersama kita? Aku bisa saja pergi tanpa
menyadarinya,” Kai menggerutu.
Uwaahh,
cewek memang menakutkan, pikirnya dalam hati. Terlepas dari itu,
Ia takkan pernah menjelek-jelekkan Momoko dan yang lainnya. Ia mungkin tidak cukup
pandai bicara untuk mengatakan bahwa teman Jun adalah temannya juga. Ia setidaknya
bisa menunjukkan sedikit sopan santun kepada mereka. Kai tidak mempelajari ini
dari orang tua atau gurunya. Si Otaku ini berterima kasih pada manga, anime,
dan novel ringan.
“Namun, pembicaraan sebenarnya:
mereka semua tidak seperti Mihara,
kan?”
“Enggak! Reina dan Nocchi dan
beberapa gadis lain biasanya menggodanya dan menghentikannya. ”
“Lihat, sudah kubilang. Kamu
mengenal banyak orang baik. Tidak heran mereka itu teman-temanmu, Jun. ”
“Itu termasuk kamu juga, Kai!
Aku mencintaimu!”
Saat Jun mengatakan "cinta", dia mengatakannya dalam
artian perasaan suka sesama teman, bukan dalam artian romantis. Kai tahu itulah
yang Jun maksud. Ia takkan pernah salah paham seperti protagonis dalam novel
ringan. Tapi tetap saja ... meski Jun cuma bermaksud kalau dia menyukainya dan tidak mencintainya, Kai tidak bisa
berkata-kata saat mendengarnya mengatakan ini. Itu membuatnya bahagia, murni
dan sederhana.
Kurasa
... itu ... Karena dia temanku ... Kai tidak bisa menenangkan
pikirannya.
Kamu takkan sembarangan
mengucapkan kata "cinta"
seperti itu di depan wajah seseorang, tidak peduli seberapa dekatnya hubungan
cewek dan cowok. Kamu tidak bisa saling berpelukan, atau saling menyentuh.
Baiklah.
Ada beberapa hal yang hanya bisa dia katakan karena dia adalah temanku, yang kebetulan
saja seorang cewek. Kai memutuskan untuk memberitahunya bagaimana perasaannya
tanpa menahan juga.
Ia memang memberikan bantuan
besar kepada Jun hari ini. Ia mengalam banyak kesulitan untuknya. Dan meski Kai
tidak berniat mengingatkan Jun bahwa Ia telah membantunya, Ia senang Jun
memperhatikan usahanya dan berterima kasih atas apa yang sudah Ia lakukan.
Rasanya menyenangkan: emosi yang sangat tulus dan membahagiakan. Kai juga
sangat senang mempunyai teman seperti Jun yang memperhatikan hal semacam itu.
Orang yang tidak sensitif seperti Momoko sama sekali tidak menyadarinya.
Itulah sebabnya Kai ingin
memberitahunya dengan tepat bagaimana perasaannya.
Tak lama setelah pemikiran itu
terlintas di benaknya ... Kai jadi tergagap! “A-Aku menchintaimu, uh, juga,
Jun!” Wow, sunguh payah sekali ...
“Ya, aku tahu kamu merasa
begitu!” Jun bahkan tidak peduli. Itu membuatnya jauh lebih bahagia,
menyebabkan dia memeluk Kai lebih erat. Hal ini kemudian menyebabkan payudara
Jun semakin menekannya, membuat bagian bawah Kai di posisi yang sulit. Kemudian
mereka-
“Saya minta maaf, tapi tempat kami
bukanlah tempat yang seperti itu,”
kata karyawan wanita yang datang membawakan minuman untuk mereka. Kai dan Jun
langsung menjauhkan diri, pipi mereka merah cerah. Tak satu pun dari mereka
bisa menatap langsung matanya.
Untuk menghilangkan suasana canggung,
mereka berdua memutuskan untuk bersenang-senang di karaoke.
“... Laaade ~ ... eaVes my cheeeeSt ~ ♪ ...
arLet jelly, ... rcLe allll ... rooound me ... ~ ♪” Jun menyanyikan sepenuh hati
lagu tema pembuka dari anime Seiken
Tsukai no World Break. Meski dia bukan ahli dalam artikulasi atau nada, dia
bernyanyi dengan penuh semangat dan melakukan transisi antar nada seperti
penyanyi enka. Kai tahu gaya bernyanyinya dengan baik.
Ia tahu Jun sedang
bersenang-senang. Bagus, suasana hatinya membaik!
Kai berpikir, menemukan suasana hatinya yang baik menular.
Karena tak mau kalah, Kai
menyanyikan lagu lain.
“...
oLd ooout myyy haan ... eeLs like I ... ooouCheD yooou ~ ♪ BuT theeen ~ ... reak yooou agaaain ~ ♪" Nada tinggi yang tidak
bisa Ia nyanyikan selama putaran pertama karaoke mereka, lagu yang hampir
sepertinya menghapus semua frustrasinya. Ia tidak merasa sungkan karena punya
kemamppuan menyanyi lebih buruk dari Jun. Ia juga sampai menggunakan falsetto
karena lagunya dibuat oleh vokalis wanita, tapi Ia tidak menganggapnya memalukan.
Kenapa harus menahan diri di dekat sahabatmu?
Karena mereka berdua sama-sama
otaku, lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu anime, lagu anime, medley anime,
satu demi satu. 40 hit teratas? Tidak luput dari pengawasan mereka! Karaoke
tidak pernah terasa sebagus ini!
“...
Rraria! ... pArkle aaaand shiiiiine ♪ ”
“...
Rraria! sTrooong, tapi juga sangat rapuh ♪ ”
“...
Ess ... e’re ... eeeeded oooout ♪”
“...
Nn ... eaaaal ... fffe ♪”
Mereka berduet dengan sangat
bersemangat karena memiliki selera yang sama dalam musik anime. Mereka saling berpegangan
tangan, lalu mengangkat tangan mereka ke udara mirip semacam idol saat mereka
bernyanyi bersebelahan di sofa.
“Aku mulai haus!” Jun menyela.
“Aku juga!”
“Ayo kita isi ulang minuman kita!”
“Aku jus anggur, tolong!”
Jun mengangkat telepon internal
di sebelah kursinya dan memesan minuman tambahan. Mereka istirahat sejenak
sambil menunggu.
Di saat bersamaan, smarphone
Jun berdering. “Ini dari Nocchi,” katanya.
“Tidak apa-apa, jawab saja.”
“Tidak, dia akan mengirimiku
pesan di LINE nanti.”
“Tidak perlu sungkan,”
jawabnya.
Jun mendapat pesan di obrolan
grup LINE-nya saat dia dan Kai bolak-balik. “Nocchi bilang dia meminta maaf
karena melibatkanmu dalam semua omong kosong kami. Dia bilang kami takkan
melakukannya lagi, dan lain kali kita bisa pergi nongkrong bertiga saja,” kata
Jun, membaca sekilas pesan.
“O-Oh, oke ...” Tentu saja
gadis sosialita seperti Nocchi akan mengatakan hal seperti itu. Didorong untuk
mencari lebih banyak teman bukanlah hal yang aneh, meski hal itu tidak wajar
bagi Kai. “Ka-Katakan padanya kalau aku akan memikirkannya,” Ia menjawab
tergagap.
“Kamu akan 'memikirkannya'?” Tanya Jun, ada seringai
nakal menghiasi wajahnya. “Tapi oppai Nocchi sangat besar!”
“Apa hubungannya dengan itu ?!”
Kai membalas (dan bersungguh-sungguh).
“Aku cumaa bercanda,” Jun
terkikik. Kemudian dia menyilangkan lengannya seolah-olah untuk menonjolkan
payudaranya dan menopang dadanya yang besar dari bawah. Sambil menyeringai
lagi, dia mengimbuhkan, “Aku rasa Nocchi tidak bisa mengalahkanku di area itu.”
“A-Apa maksudmu? Aku tidak
mengerti sama sekali,” kata Kai, berpura-pura polos. Sejujurnya, Ia pikir
jelas-jelas yang menang ada;ah Jun. Nocchi jelas memiliki keuntungan karena
tinggi badannya, tapi dengan asumsi bahwa mereka memiliki ukuran yang sama,
secara logis Jun jauh melampaui dirinya dalam hal proporsi.
“Jadi Kai, karena kamu sudah melihat
sekilas payudara Nocchi ...”
“Aku cuma sekilas melihatnya!”
Ia keberatan.
“Kamu juga harus melihat
milikku dengan baik, ya?”
“MAAF, itu sudah menjadi
insting cowokku. Aku bukan lagi cowok jika aku mampu melawan!”
“Apa kamu sangat menyukai
payudara, Kai?”
“Jika kamu mengenal cowok yang membenci payudara, aku ingin sekali
bertemu dengannya!” Kai menjadikan topik pembicaraan seluas mungkin untuk
menghindari tanggung jawab pribadi.
“Baiklah, baiklah, kalau begitu
...” Jun terdiam. Tiba-tiba, senyum nakal di wajahnya menegang, dan dia
mengalihkan pandangannya.
“Hm?” Kai menatap wajahnya,
tidak yakin apa yang menyebabkan perubahan mendadak dalam perilakunya. Jun bertingkah
gelisah untuk menghindari tatapan Kai.
“A-Apa kamu ingin ... menyentuh
payudaraku?”
“... Apa?”
“Ma-Maksudku, jika kamu sangat
menyukai payudara, aku akan membiarkanmu menyentuh milikku!”
“APAAAAAAA?!” Usulannya terlalu
sangat mengejutkan, Kai menjerit histeris. “Apa yang sedang kamu pikirkan, Jun
?!”
“Ka-Karena kita berteman ...?”
“Kamu membiarkan temanmu
menyentuh payudaramu ?!” Kai bertanya tidak percaya.
“I-Itu bukan masalah besar!”
dia mendengus. “Ditambah lagi, sampai sekarang teman-temanku semuanya
mengatakan kita harus membiarkan satu sama lain bersentuhan setidaknya sekali
jika mereka penasaran.”
“Tapi itu sesama cewek! BEDA
LAGI ceritanya jika kamu membiarkan teman cowokmu menyentuhnya! ”
“Cu-Cuma kamu satu-satunya
teman cowokku, Kai! Kamu spesial!” teriak Jun berteriak, wajahnya sampai merah
padam. Kenapa mengatakannya jika itu
membuatmu malu? Sekarang aku juga ikutan malu, tau! Pikir Kai, sambil
tersipu. Mungkin Jun merasa itu adalah persaingan antara dirinya dan Nocchi,
yang mencoba membuatnya menyentuh payudaranya lebih awal? Atau apa ini hanya caranya
membalas budi untuk hari ini?
Tidak
tidak tidak tidak tidak tidak. AKU TIDAK BISA ... Kai
tidak yakin harus berekspresi seperti apa.
Jun, di sisi lain, sekarang
cukup blak-blakan menutupi rasa malunya. “Ja-Jadi? Bagaimana dengan itu? ”
tuturnya.
“... Biarkan aku memikirkannya
sebentar.”
“'Memikirkan tentang itu'?" Jun bertanya, seringai nakal muncul
di pipinya yang masih memerah.
Apa
aku menggrepenya, atau TIDAK? Itulah pertanyaannya, Kai
merenung, berjuang dengan teka-teki masa remajanya. Sejujurnya, Ia memang mau.
Ia akan senang meremasnya selama satu jam jika bisa, sampai Ia merasa kenyang.
Tapi, Kai bimbang, haruskah Ia
benar-benar mempercayai apa yang dikatakan Jun? Jika Kai menyentuh payudaranya
selama lima menit, bukannya Jun nanti akan memperlakukannya dengan jijik dan
mengatakan sesuatu seperti, "Tak
kusangka kamu akan menganggapnya serius"? Apa bisa dianggap aman jika
hanya melakukannya selama tiga menit? Atau jangan terlalu serakah dan membatasi
dirinya sampai tiga puluh detik? Tidak, hal teraman yang harus dilakukan adalah
tidak menyentuhnya sama sekali.
Tidak peduli seberapa keras Kai
memeras otaknya, Ia tidak bisa menemukan jawaban! Hukuman permainan apa yang kita mainkan ... Sialan!
“Hngh ...” Tangan kanan Kai
menggrepe-grepe udara. Penggambaran yang setia dari kekacauan di hatinya.
Jun memperhatikan dengan penuh
perhatian, ekspresi agak gugup di wajahnya. Dia membeku setiap kali tangan
kanan Kai bergerak ke arahnya dan berkata “Hrmm ...” terlihat tidak puas.
Penggambaran yang tepat tentang betapa rumitnya hati seorang gadis, sesuatu
yang tidak dipahami Kai. Bagaimanapun, Jun duduk di sana dengan napas tertahan
dan pipi kemerahan, menunggu jawaban Kai — menunggu Kai bergerak.
Akhirnya, tangan kanan Kai
berhenti di tengah jalan. Ia sudah mengambil keputusan. Perlahan tapi pasti, Ia
mengulurkan tangannya ke arah payudara Jun yang menggairahkan ...!
Tidak
bisa melawan insting kejantananku !!!!!
Untuk pertama kali dalam
hidupnya! Ia bertekad teguh! Menyentuh! MENYENTUH! Dada seorang gadis! Apa itu terasa
lembut? Apa itu akan memantul? Akankah jantungnya berdegup kencang tanpa henti?
Apa Ia bisa merasakan langsung detak jantung Jun di tangannya?
“O-Oke kalau begitu, karena
sudah mendapat izin darimu, aku akan menyentuh payudaramu. Sebagai temanmu.”
“Y-Ya, silakan. Lagipula kita
berteman.”
Mereka berdua sangat gugup dan bersikap
sopan tanpa alasan. Jun masih duduk di sofa tanpa berusaha untuk menjauh, jadi
Kai menggerakkan tangan kanannya ke arah payudara kiri Jun dan—
“PERMISI ... Tempat kami BUKAN
tempat yang seperti itu ...” karyawan wanita yang datang membawakan minuman memperingati
saat tangan Kai hampir mencapai tujuannya. Kai segera melompat menjauh,
mendarat di ujung sofa agak jauh dari Jun. Ia bersiul seolah tidak ada yang
terjadi sama sekali. Meski tatapan cemooh karyawan itu sedingin es, Kai terus
bersiul seperti orang yang tidak bersalah.
Karyawan itu tidak mengatakan
apa-apa lagi. Dia meletakkan minuman dengan desahan yang mencolok dan kemudian
keluar dari ruang karaoke.
Kai merasa sangat lega. Setelah
itu, Jun tertawa terbahak-bahak.
“A-Apa?” tanya Kai dengan gugup.
“Caramu ebrgerak barusan sangat
LIAR. Kamu langsung kabur, duduk seperti Zeppeli yang panik! ” ujarnya sembari
tertawa.
“Semua cowok menjadi pengguna
Ripple saat mereka berada dalam masa krisis, tau.”
“Kamu benar-benar memunggungi
dinding di sana, ya?”
Setelah melontarkan beberapa
lelucon, keduanya tertawa terbahak-bahak. Meski tadi suasanya berubah jadi
erotis apakah Kai akan menyentuh payudara Jun atau tidak, tawa mereka
benar-benar menyapu semuanya.
Jun dan Kai duduk berdampingan
dengan bahagia, memuaskan dahaga mereka. “Mau berduet lagi denganku, Kai?”
“Bagaimana dengan 'Koi wa Chaos no Shimobenari'?” Ia
menyarankan.
“Astaga, itu kemunduran! Tapi
tetap pilihan yang bagus. ” Jun menggunakan remote dan, tentu saja, memilih
versi yang disertakan dengan cuplikan dari anime. Kai dan Jun bernyanyi dengan
antusias bersama video Nyaruko yang mengamuk di layar TV.
Tidak ada yang lebih memuaskan
daripada menyanyikan lagu anime di karaoke!
<<=Sebelumnya |
Selanjutnya=>>
Yah tidak jadi di grepe dong :v
BalasHapusGagal grepe :'v
BalasHapusMision failed bung
BalasHapusBtw danmachi ngapa kok pake judul inggris? Kok gk jp nya?
BalasHapus