Chapter 4
Beberapa hari telah berlalu
sejak aku berhasil menyukseskan perayaan ulang tahun Shirakawa-san. Aku merasa senang
Shirakawa-san menyukainya, dan sekarang, kembali menjalani kehidupan sekolah
yang damai.
Namun, pada saat itulah ada
sesuatu yang terjadi.
Aku mulai merasakan sedikit
perubahan di sekitar Shirakawa-san.
Aku adalah pengamat
Shirakawa-san sebelum kami jadian dan tanpa sadar, pandangan mataku selalu mengejar
sosok Shirakawa-san bahkan setelah kami mulai berpacaran.
Itu sebabnya, aku jadi peka
terhadap suasana di sekitarnya.
Shirakawa-san punya sifat yang ramah
dan disukai semua orang, tapi tentu saja, ada juga beberapa orang di kelas yang
tidak punya keberanian untuk berbicara langsung dengannya. Sama persis seperti diriku
yang dulu sebelum berpacaran dengannya.
Perubahan pertama yang aku
perhatikan adalah teman-teman sekelas itu menjadi lebih sering membicarakan
Shirakawa-san dari biasanya.
“Hei kamu tahu tidak…. Tentang
gosip Shirakawa-san?”
“Ah, ya.”
“Apa menurutmu itu benar?”
“Entahlah, aku kurang yakin….”
Dengan kemudian, mereka mulai bergosip
mengenai Shirakawa-san lebih dari biasanya.
Perubahan berikutnya ialah para
kasta menengah dalam hierarki kelas, yang biasanya bisa berbicara dengan
Shirakawa-san secara normal, tetapi tidak terlalu dekat dengannya.
Mereka mulai melirik Shirakawa-san
dengan penuh penasaran.
“Hei, kamu mendengar rumor itu
enggak?”
“Ya. Kamu harus bertanya
padanya apakah gosip itu benar atau tidak. ”
“Duh, seperti yang diduga, kalau
bertanya langsung padanya, rasanya sulit banget, tau.”
“Benar sekali ~”
….Sebenernya,
apa yang sedang terjadi sih?
Karena kecurigaan itu, aku
mengawasi sekeliling Shirakawa-san lebih dari biasanya.
Kemudian, ada seorang cowok
yang menarik perhatianku.
Ia cowok dari klub bola yang
sering berbicara dengannya akhir-akhir ini.
“Boleh ngobrol sebentar
enggak?”
Suatu hari di tengah waktu
istirahat, Ia mengatakan itu padanya dan membawa Shirakawa-san keluar dari
kelas.
“Eh? Ada apa?”
Meskipun dia terlihat bingung,
Shirakawa-san masih tetap mengikutinya.
Tempat yang mereka tuju adalah
ruang kelas kosong terdekat.
Aku buru-buru mengejar mereka.
Melalui celah di pintu, aku mengintip untuk melihat apa yang terjadi di dalam. Jika cowok dari klub sepak bola itu mencoba
sesuatu yang aneh, aku siap menolong Shirakawa-san kapan saja.
“Jadi, ada apa?”
Shirakawa-san tersenyum santai.
Fakta bahwa dia tidak mengubah sikapnya
terhadap laki-laki maupun perempuan meupakan sifat yang luar biasa mengenai
dirinya. Saat aku mengamati teman sekelasku, aku perhatikan cuma ada sedikit
orang yang bisa seperti itu.
Cowok dari sepak bola itu
kemudian berbicara dengannya.
“Apa kamu mau jadian denganku?”
“….!?”
Aku sangat terkejut
sampai-sampai kepalaku nge-blank
sesaat.
Aku
sudah punya firasat kalau Ia sedang PDKT dengannya, tapi aku tahu itu, kamu
benar-benar mengincar Shirakawa-san….
Aku
ingin tahu bagaimana Shirakawa-san akan menjawab pengakuannya.
Dengan pemikiran itu, aku
menelan ludahku.
“Aku sudah punya pacar. Maaf.”
Shirakawa-san memberitahunya
dengan acuh tak acuh.
“Eh !???”
Cowok dari klub sepak bola itu
terkejut.
“Tapi aku dengar dari Akari
kalau belakangan ini kamu lagi jomblo,”
“Ah…. benar, aku belum memberitahu
Akari tentang masalah itu.”
Shirakawa-san membalas dengan
senyum getir, cowok dari klub sepak bola itu bertanya dengan ekspresi yang
bahkan lebih pahit.
“…. Pacarmu itu siapa?
Seseorang dari sekolah ini? ”
Aku ketakutan.
Dengan canggung “Ah….”,
Ekspresi Shirakawa-san menegang.
“….Rahasia.”
Tidak,
bukannya jawaban yang seperti itu seolah-olah ingin mengatakan "Ia ada di
sekolah ini"!
“Siapa? Dari klub mana?”
Seperti yang sudah kuduga,
cowok dari klub sepak bola itu terus mendesaknya.
“Tidak masalah Ia dari klub
mananya, ‘kan ”
Shirakawa-san mencoba menyembunyikannya,
tapi cowok itu tidak mundur sama sekali.
“Kenapa tidak bisa
memberitahuku? Apa Ia tipe orang yang tidak ingin kamu ceritakan kepada
orang-orang?”
Perkataannya itu mengejutkanku.
Tentu
saja, akulah yang meminta Shirakawa-san untuk tidak menyebutku.
Tapi,
mungkin di dalam hatinya, Shirakawa-san malu untuk memberitahunya bahwa aku
adalah pacarnya. Jika aku adalah cowok ganteng yang ceria seperti dirinya,
tentu saja, dari sudut pandang orang luar, cowok dari klub bola memang sangat
serasi Shirakawa-san, bukan….
Saat aku membayangkan hal itu, hatiku
menjadi sedikit tertekan.
“Bukan begitu.”
Shirakawa-san mulai angkat bicara.
“Aku sama sekali tidak keberatan
memberitahumu, tapi pacaraku itu sangat pemalu. Itu sebabnya, Ia tidak ingin
memberitahu orang-orang kalau kami berpacaran.”
“Apa-apaan itu?”
Namun, cowok dari klub sepak
bola itu masih tetap ngotot.
“Memangnya ada cowok yang tidak
ingin memberitahu orang-orang kalau Ia jadian dengan Luna? Aku meragukannya
tapi mungkin…. Tipe cowok yang benar-benar tidak keren di kelas? ”
Aku terkejut ketika Ia
menebaknya dengan benar.
“Tapi yah, kurasa mana mungkin
Luna mau berpacaran dengan cowok semacam itu…. Hei, setidaknya, bisakah kamu
memberitahuku klubnya? Ia bukan dari klub kita, kan?”
“Ya, Ia bukan di klub sepak
bola.”
“Kalau begitu dari klub bola
basket?”
“Bukan.”
“Klub tenis?”
“Nuh-uh”
Heeey,
Shirakawa-san! Ini akan menjadi pola terbongkar yang bagus jika kamu akhirnya
mengatakan "Rahasia" tepat setelah Ia menebak dengan benar!
Mohon
perhatikan ini!
“Mungkin, klub langsung-pulang-ke
rumah?”
“Nnnn, entahlah? Ini rahasia!”
“…. Berarti Ia klub
langsung-pulang ke rumah, ya.”
Tuh,
‘kaaaaaannn ~!
Hebat,
cowok dari sepak bola itu akhirnya sampai pada jawaban yang benar.
“Jika Ia tidak mengikuti klub,
itu berarti Ia tidak melakukan apa-apa. Apa bagusnya dari cowok semacam itu?”
Walau
begitu, rasanya sangat menjengkelkan saat Ia mengagung-agungkan aktivitas klub
seolah-olah itu adalah hal yang sangat penting.
“Tapi baiklah, aku mengerti
mengapa Luna tidak ingin mengatakannya. Kamu pasti merasa malu untuk memberitahu
orang lain kalau kamu pacaran sama cowok yang membosankan, bukan.”
Mulutmu
bisa mengoceh seenaknya saja ya, cowok sepak bola… ..
Mungkin
itu hanya pembalasanku karena diremehkan, tetapi jika Ia sampai membuka
mulutnya sejauh itu, aku juga bisa merasa jengkel tau.
Pada
saat yang sama, aku tidak dapat sepenuhnya menyangkal apa yang dIa katakan, dan
aku semakin membenci diriku sendiri karena kurangnya kepercayaan diriku.
Aku
pikir itu benar. Menurutku, cowok semacam dirinya pasti akan menjadi pacar yang
lebih cocok untuk Shirakawa-san. Rasanya frustasi melihat mereka seperti ini,
tapi mereka terlihat serasi jika bersama.
Shirakawa-san
juga .. mungkin berpikiran sama. Maksudku, semua mantan pacarnya pasti
cowok-cowok yang tampan….
Rasanya
sangat menyakitkan saat aku memikirkan hal-hal seperti itu.
“Bukan begitu, seperti yang
sudah kubilang, aku tidak keberatan memberitahumu, tahu. Aku sudah memberitahumu
‘kan,”
Shirakawa-san dengan tenang
membalas perkataan cowok dari klub sepak bola itu.
“Meski Ia tidak mengikuti
kegiatan klub, aku pikir dia orang yang baik. Maksudku, aku juga tidak
mengikuti kegiatan klub manapun, ‘kan.”
“Eh, yah….”
Melihat cowok sepak bola yang
terlihat mencoba membuat alasan agar tidak terlihat meremehkannya,
Shirakawa-san menyelanya pada saat itu.
“Menurutku, pacarku tidak
membosankan. Aku sendiri yang memutuskan untuk berpacaran dengannya. Tapi,
karena Ia tidak ingin memberitahu orang-orang tentang hal itu, aku ingin
menghormati perasaannya.”
Saat dia bilang begitu,
Shirakawa-san memasang senyum ramah yang dipenuhi dengan ketulusan hati.
“Bahkan jika seluruh dunia tahu
aku berpacaran dengannya, aku takkan merasa malu.”
Shirakawa-san….
Dadaku terasa panas. Aku
dibanjiri perasaan cinta padanya karena berani mengatakan itu kepada cowok dari
klub sepak bola.
Sungguh
pacar cantik yang setia. Dia benar-benar gadis tercantik di dunia sampai-sampai
dirinya itu terlalu bagus untukku.
Aku
malu pada diriku sendiri karena terpengaruhi oleh perkataan cowok sepak bola
itu dan sempat berpikir “Shirakawa-san mungkin tidak ingin mengatakan kepadanya
bahwa dia berpacaran denganku”, meski hanya sesaat.
Aku
tidak menyangka kalau Shirakawa-san akan membicarakanku dengan cara begini
kepada orang lain, …. apalagi kepada
cowok tampan yang baru saja menembaknya.
Kupikir….
Aku bisa lebih percaya diri lagi. Sebagai "pacar Shirakawa-san". Bisa
menjadi lebih percaya diri dengan fakta bahwa .. Shirakawa-san sudah memilihku.
Saat itulah aku berpikir begitu.
“Aku mengerti…. Lalu, lain kali
kalau kamu mau berpaling dari cowok itu, pastikan untuk memilihku, ya”
Cowok sepak bola itu berkata
dengan senyum yang tidak menyenangkan.
“Kamu akan membiarkan Ia menghabiskan
banyak uang untukmu, dan jika Ia sudah kehabisan uang, kamu akan beralih ke
cowok lain, ‘kan?”
“Hah? Apa yang sedang kamu
bicarakan?”
“Semua orang sedang membicarakannya,
tau. Tentu saja, jika Ia tidak mengikuti kegiatan klub, Ia bisa melakukan
pekerjaan sambilan, jadi kurasa Ia punya uang banyak, ya.”
“Haaah !?”
Shirakawa-san terlihat marah
tapi cowok sepak bola itu tersenyum menjijikan dan meninggalkan ruang kelas
begitu saja. Aku buru-buru menjauh dari pintu, dan langsung berpura-pura
sebagai orang yang kebetulan lewat di lorong.
Kemudian, aku tak sengaja menguping
pembicaraan teman sekelasku yang sedang nongkrong di lorong.
“Kamu tahu enggak? Tentang
Shirakawa Luna…. ”
“Ya, aku sudah dengar. Mengenai
dia yang cewek matre dan cuman mempeloroti uang pacarnya, lalu kalau sudah
bosan, dia cari cowok baru?”
“Tapi, jika dia semanis itu,
pasti rumor tersebut ada benarnya, ‘kan?”
“Aku ingin pacaran dengannya
dan dicampakkan juga!”
Salah satu dari mereka
berteriak dengan bercanda dan yang lainnya tertawa.
Lalu tidak jauh dari mereka,
ada sekelompok gadis yang sedang membicarakan Shirakawa-san juga.
“Aku penasaran apakah pacar
Shirakawa-san punya banyak uang?”
“Tahun lalu, aku sekelas dengannya, tapi aku tidak tahu
orang seperti apa pacar Shirakawa-san. Aku pikir dia berpacaran dengan
seseorang dari sekolah lain atau anak kuliahan.”
“Hmmm. Tapi, hubungannya cuma
berlangsung selama dua atau tiga bulan, bukan?”
“Dia sangat cantik, tapi tak
disangka kalau dia berpacaran cuma untuk beberapa bulan….”
“Aku ingin tahu apa memang begitu
masalahnya, jadi aku sedikit percaya sama rumor itu.”
“Ah, sial.”
Kemudian, salah satu gadis melihat
ke arah sini dan langsung menjadi gelisah, mereka kemudian memasuk ruang kelas.
Aku berbalik dan di sana aku
menemukan Shirakawa-san keluar dari ruang kelas yang kosong. Dia tercengang,
mungkin setelah mendengar rumor tentang dirinya sendiri.
“Shirakawa-san….”
Saat aku secara naluriah
mendekatinya dan memanggilnya, Shirakawa-san melihatku dan tersenyum.
“Ryuuto.”
Kemudian, dia berbicara
kepadaku saat aku hendak mengatakan sesuatu padanya.
“Aku ingin tahu apa yang
terjadi, sepertinya ada rumor aneh yang beredar.”
“Ya… Siapa yang melakukan
tindakan pengecut ini….”
“Jangan khawatir!”
Dia berbicara seolah memotong
kata-kataku dan Shirakawa-san tersenyum cerah.
“Rumor hanyalah rumor. Aku sama
sekali tidak terganggu oleh gosip aneh ini, oke.”
Setelah mengatakan itu, dia
berjalan melewatiku dan kembali ke kelas.
Punggungnya yang terlihat sangat
rapuh membuat hatiku terasa sakit.
“Apa-apaan dengan rumor ini.
Siapa yang menyebarkannya….? ”
Shirakawa-san
cuma memeloroti uang pacarnya dan ketika kehabisan uang, dia akan mencari cowok
baru?
“Tidak, dia bukan gadis yang
seperti itu….”
Aku
sangat mengenalnya lebih baik dari siapa pun.
── boleh aku mendapatkan ini?
Menurutku, rasanya asyik kalau punya ini.
Shirakawa-san
yang tersenyum bahagia saat menerima peta buatan tangan bahkan tidak bernilai
seratus Yen sebagai hadiah ulang tahunnya.
──Aku memberikannya padamu.
Yang ini untuk Ryuuto
Shirakawa-san
yang menghabiskan uangnya sendiri untuk membelikanku casing ponsel supaya bisa
sepasang dengan miliknya.
Mana
mungkin dia akan berpacaran dengan seseorang cuma demi mengincar uangnya saja.
Pertama-tama,
jika dia cuma mengincar uang, mana mungkin dia mau berpacaran dengan cowok
suram yang bahkan tidak punya banyak uang sepertiku. Aku sampai merasa sedih
karena sampai mengatakannya sendiri.
Siapa
yang menyebarkan rumor tak berdasar ini?
Benar-benar
tidak bisa dimaafkan.
Aku pikir begitu dari lubuk
hatiku.
◇◇◇◇
Di saat yang sama rumor ini
beredar, popularitas Kurose-san di kelas semakin melejit dengan cepat.
“Kurose-san unyu banget ya~”
Pada waktu istirahat,
orang-orang membicarakannya di suatu tempat di kelas.
Aku mengerti alasannya setelah
mengamati Kurose-san dalam beberapa saat.
Pada saat pelajaran selesai dan
memasuki waktu istirahat, Kurose-san menjatuhkan buku catatannya. Cowok yang
ada di belakangku mencoba mengambilnya dan memberikannya padanya. Kemudian,
saat Kurose-san bangkit dari tempat duduknya dan mencoba mengambil buku catatan
itu, dia menyentuh lengan cowok yang mengambil bukunya.
“Ah, maafkan aku…. Makasih ya.”
Dari posisi rendah, sedikit membungkuk,
dia menatap ke arah cowok itu dengan tatapan menengadah.
“Ti-Tidak masalah, sama sekali.”
Muka cowok itu menjadi merah
padam dan mengalihkan pandangannya.
Dan, pada hari tertentu.
Aku dan Kurose-san sama-sama
bertugas di kelas karena urutan tempat duduk kami. Tepat setelah jam wali kelas
pagi, Sensei memintaku untuk membawa berkas observasi kesehatan semua siswa ke
ruang guru.
“Ayo bagi menjadi dua.”
Meski ini untuk semua siswa,
ini hanya file kertas dengan beberapa lembar kertas yang di antaranya cuma
untuk pencatatan sehingga bobotnya tidak terlalu berat. Aku pikir akan lebih
baik jika aku mengambil bagian laki-laki dan Kurose-san mengabil bagian
perempuan karena ada lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
“Hmmm, berat banget~….”
Dengan alis bermasalah,
Kurose-san mulai berjalan dengan terhuyung-huyung.
“Eh? Masa?”
Pastinya, itu terlihat berat
ketika Kurose-san yang bertubuh kecil membawa beban besar, namun, saat aku
berpikir kalau bobotnya tidak terlalu berat, ada seorang cowok yang membantunya.
“Aku akan membawanya.”
Seorang cowok di kelas
memanggilnya dan membawa tumpukan kertas untuk Kurose-san.
“Hah? Ini sama sekali tidak
berat.”
“Eh, benarkah?”
Kurose-san tampak terkejut.
“Saitou-kun sangat kuat, bukan.
Itu terlalu berat untuk seorang gadis ~”
“Oh yaa?”
Saitou memasang ekspresi tidak
peduli dan puas di wajahnya, dan begitu saja membawa file-file itu sampai ruang
guru.
Karena itu, Saitou yang kembali
dengan tangan kosong berjalan di depan kami dan menghilang. Lalu, peristiwa itu
terjadi pada saat aku dan Kurose-san selesai melaporkannya kepada guru, dan
sedang dalam perjalanan kembali ke kelas.
“Saat dapat tugas piket, kita
harus menulis catatan harian sebelum pulang, ‘kan?”
Kurose-san bertanya, lalu aku
balas mengangguk.
“Benar sekali.”
Dia kemudian memasang ekspresi
bermasalah.
“Hari ini aku .. punya sedikit
urusan yang harus dilakukan sepulang sekolah,…. Duh, gimana nih….”
“Kamu tinggal menulis catatan
harian sesuai keinginanmu, mungkin tidak sampai 3 menit pun bisa langsung
selesai.”
Jika
ini aku yang dulu, aku mungkin akan mengatakan “Aku akan menuliskannya untukmu”
dengan antusias. Sama seperti Saitou yang membawakan tumpukan kertas tadi.
Tapi
gadis ini, dia tipe gadis yang seperti itu. Merangsang keinginan laki-laki
untuk membantunya atau lebih tepatnya, bagaimana aku harus mengatakan ini, dia
secara tidak sadar bertindak dengan cara yang membuat mereka merasa seperti
itu…. Aku bukan satu-satunya yang istimewa.
Dengan
kepahitan karena ditolak sekali dan perasaanku yang kuat untuk Shirakawa-san,
aku bisa bertindak dengan tenang menghadapi Kurose-san sekarang.
“….”
Kurose-san menunduk dan terdiam
beberapa saat.
“… .Tsk”
Eeh
!? Tadi, apa dia baru saja mendecakkan lidahnya !?
Itu-itu
pasti cuma imajinasiku saja….
Saat aku memikirkan hal ini,
Kurose-san mengangkat wajahnya.
“Kashima-kun, apa kamu .. masih
menyimpan dendam padaku….?”
Matanya yang besar tampak
berkaca-kaca seperti mata chihuahua dan tanpa sadar aku mulai panik.
“Eeeh !? Tentang apa?”
“Karena di masa lalu, aku tidak
menanggapi perasaan Kashima-kun…. Apa aku gadis jahat? ”
“Nuh-uh, sebenarnya bukan itu
masalahnya!”
Eh?
Kenapa dia mengatakan hal ini sekarang? Apa karena dia tidak mau menulis
catatan harian?
“Baiklah, aku akan
menuliskannya untukmu.”
Jika aku membuat Kurose-san
menangis, aku bisa-bisa dikeroyok para cowok, jadi aku buru-buru mengatakan
itu.
“Benarkah?”
Wajah Kurose-san tiba-tiba
menjadi cerah dan tersenyum polos.
“Kashima-kun memang .. sangat
baik….”
Dia perlahan mengedipkan
matanya, dan setelah itu dia melihat ke sini dan menatapku dengan mata
menengadah.
“Aku suka .. cowok yang seperti
itu.”
“Eh….”
Aku tanpa sadar membuat suara
keceplosan karena perkataannya yang
begitu mendadak.
Oke,
tenanglah. Dia tipe gadis seperti ini, dan lagian juga aku sudah punya
Shirakawa-san.
Seolah menikmati gejolak
batinku, Kurose-san tersenyum puas.
“Tapi, tidak apa-apa. Aku akan
menulis catatan harian juga.”
“Eh?”
“Sampai jumpa nanti.”
Mau tak mau aku menatap
punggungnya dengan mataku sambil menanggung perasaan bingung saat dia pergi
dengan cepat.
“Apa-apaan itu….”
Saat itulah itu terjadi.
Aku merasa ada yang menatapku,
jadi aku berbalik dan menemukan Shirakawa-san berdiri di sana.
“Ah, Ryuuto….”
Shirakawa-san melihat
sekeliling dengan wajah yang sangat serius. Setelah dia memeriksa bahwa tidak
ada yang akan melihat, dia menghampiriku dan membuka mulutnya.
“Tugas kelas?”
“Ya.”
“.... Dengan, Kurose-san?”
“Ya-ya”
“Apa kamu baik-baik saja?”
“Eh?”
Apa
aku baik-baik saja katanya, tapi tentang apa…. dan saat aku memikirkan
itu, Shirakawa-san mengambil satu langkah lagi ke arahku dan berbisik padaku.
“Aku punya .. sesuatu yang
harus kukatakan pada Ryuuto….”
“Hmm? Apa itu?”
Lalu saat aku bertanya balik.
“Ah, Luna ada di sana!”
“Kami sudah mencari-carimu, tau!
Apa yang sedang kamu lakukan?”
Dari seberang lorong,
sekelompok gadis memanggil Shirakawa-san, dan dia terkejut.
“Ah…. Baik!”
Setelah membalas kembali pada
gadis-gadis itu, dia menatapku dengan nada meminta maaf.
“Maafkan aku, Ryuuto. Mungkin
lain kali….”
“Tidak apa-apa, jangan
khawatir.”
Aku melihat Shirakawa-san pergi
dan sekali lagi, aku menjadi sendirian.
──Aku punya… sesuatu yang harus
kukatakan pada Ryuuto….
“….Aku ingin tahu apa itu?”
Kurasa
aku belum pernah melihat wajah Shirakawa-san seperti itu sebelumnya.
Ada
rumor buruk yang menyebar belakangan ini, jadi mungkin ada kaitannya dengan hal
itu.
Bahkan setelah jam pelajaran
berikutnya dimulai, hal yang ingin diberitahukan Shirakawa-san masih
menggangguku dan aku akhirnya melamuni ini dan itu tanpa batas waktu.
◇◇◇◇
Pada saat sepulang sekolah di
hari itu.
Di dalam ruangan kelas di mana
sebagian besar teman sekelasku masih belum mau pulang, aku menerima catatan harian
dari Kurose-san di sebelahku.
“Ini, Kashima-kun”
Ketika aku melihatnya, bagian
hari ini benar-benar terisi setengah dan isinya juga ditulis dengan baik.
Apa.
Bukannya ini sempurna….
“Kalau begitu, aku akan menulis
bagianku dan menyerahkannya ke Sensei, jadi kamu bisa pulang duluan.”
Dia bilang punya urusan untuk dilakukan
jadi aku mengatakan itu atas dasar perhatian tapi, “Kesamping itu, apa kamu sudah
mendengar ini?”, Dia malah mengatakan itu dan mencondongkan tubuhnya ke depan.
“Eh, tentang apa?”
“Sifat asli Shirakawa-san.”
“Eh….”
Aku sangat terkejut
sampai-sampi ekspresi wajahku menjadi kaku.
Shirakawa-san masih berada di
dalam kelas, mengobrol riang dengan Yamana-san dan yang lainnya.
Mungkin,
ini tentang rumornya.
Saat aku tetap diam, Kurose-san
menyondongkan tubuhnya dengan wajah penuh kegembiraan.
“Soalnya, junior Onee-chan-ku
adalah mantan pacar Shirakawa-san.”
Hatiku merasa nyelekit saat
mendengarnya.
Mantan
pacar Shirakawa-san.
Aku
biasanya mencoba untuk tidak memikirkannya tetapi ketika kata itu keluar dengan
lancar, aku diingatkan bahwa mereka benar-benar ada di dunia ini.
“… .Terus, tentang apa itu?”
Aku bertanya padanya sementara
hampir tidak bisa menjaga ketenanganku, dan Kurose-san tersenyum, terlihat puas
karena aku tertarik.
“Orang itu .. Ia bilang Ia
sangat lelah saat berpacaran dengan Shirakawa-san. Dia mempermainkan cowok
sesuka hatinya dan berpikir kalau cowok lah yang harusnya membayar untuk
kencan, dia adalah gadis egois, katanya.”
Hal pertama yang muncul di
benakku saat mendengarnya ialah tanda tanya besar.
“… .Itu, apa kamu yakin ini
tentang Shirakawa-san?”
Kurose-san mengangguk dengan penuh
semangat.
“Tentu saja. Mantan pacarnya
yang mengatakannya sendiri, jadi aku cukup yakin.”
“….”
Jika
itu masalahnya, maka mantan pacarnya itu berbohong.
Karena,
Shirakawa-san mana mungkin melakukan hal seperti itu.
── Berapa harganya? Aku akan
membayar milikku
Bahkan
pada kencan perayaan ulang tahunnya, Shirakawa-san mencoba untuk membayar
minumannya sebagai hal yang biasa. Sulit dibayangkan bahwa gadis yang seperti
itu memaksa cowok yang harusnya membayar untuk kencan.
Apalagi,
egois katanya? Shirakawa-san adalah gadis yang sangat peduli pada pacarnya, dan
berusaha membuatnya bahagia.
Namun,
sekarang aku sudah tahu dari mana sumber rumor tidak menyenangkan tentang
Shirakawa-san yang beredar belakangan ini.
“Kurose-san.”
“Hmmm? Apa?”
Mungkin tidak menyadari nada
suaraku yang tersembunyi sambil menahan amarah, Kurose-san masih menatapku
dalam suasana hati yang baik.
“Rumor itu, apa kamu sudah
membicarakannya dengan orang lain?”
“Eh?”
Mungkin mulai menyadari perubahan
dalam diriku, ekspresi Kurose-san sedikit menegang.
“Kenapa? Hm-hmm…. Aku lupa.
Tapi, karena faktanya begitu, bukankah menurutmu semua orang sudah
mengetahuinya?”
“….”
Aku
tidak tahu apakah mantan pacarnya yang berbohong atau Kurose-san yang berbohong,
tapi dia dengan riang menyebarkan rumor yang tidak berdasar sangat membuatku
kesal.
Tanpa mengetahui kejengkelan
batinku, Kurose-san mencoba melanjutkan percakapan.
“Shirakawa-san sangat populer,
iya ‘kan? Itu sebabnya .. dia menyimpan cowok cadangan yang bisa dia pacari
berikutnya, dan mencampakkannya ketika pacarnya kehabisan uang, katanya. Uwahh
menakutkan banget~ ”
Setelah dia mengatakan itu,
Kurose-san menoleh ke belakang kelas dengan wajah ketakutan. Di sana ada
Shirakawa-san sedang mengobrol riang seperti biasa.
Ketika aku melihat senyum riang
dan manisnya itu, kobaran amarah dalam diriku dengan cepat membara lebih
terang.
“Dan, Shirakawa-san sebenarnya
punya….”
“Jangan menjelek-jelekkan
Shirakawa-san lebih jauh lagi.”
Mendengar teriakan suaraku,
obrolan di kelas berhenti sejenak.
Sepertinya
aku berbicara lebih keras dari yang aku kira. Atau mungkin mereka terkejut
bahwa cowok suram seperti aku menyebut nama Shirakawa-san.
“Ad-Ada apa Kashima-kun? Sampai
berteriak segala.”
Kurose-san terlihat kaget.
“Apa yang Kurose-san katakan
tidak benar. Shirakawa-san bukanlah gadis semacam itu.”
Saat aku mengatakan itu,
Kurose-san membalas tanpa menyembunyikan kekesalannya lagi.
“Mana mungkin itu tidak benar.
Aku mendengarnya langsung dari mantan pacarnya.”
“Kalau begitu, 'mantan pacar' itu yang berbohong.”
Orang-orang di kelas menatapku
dan Kurose-san berdebat dengan mata penuh penasaran mengenai apa yang
sebenarnya terjadi.
Namun,
sekarang itu tidak masalah.
Aku
hanya ingin mengoreksi pendapat yang salah tentang Shirakawa-san.
Kepalaku penuh dengan pemikiran
begitu.
“Shirakawa-san bukanlah gadis
semacam itu. Dia adalah gadis baik yang sangat perhatian pada pacarnya, dia
lebih suka melakukan apa saja yang membuat pacarnya bahagia ketimbang dirinya
sendiri.”
Setelah mendengar ini, sudut
mulut Kurose-san terangkat secara tidak wajar.
Ini
pertama kalinya aku melihat ekspresinya yang begini….
Aku merasa baru saja melihat
sifat aslinya di wajahnya, dan membuat bulu kudukku menggigil.
“Apa-apaan, ngehalu? Aku kenal
mantan pacarnya, tahu? ”
“Aku juga .. kenal pacarnya
secara langsung.”
Aku
tidak bisa mundur lagi, dan aku juga tidak ingin mundur.
Aku
ingin meluruskan kesalahpahaman. Aku ingin mengoreksi opini buruk Shirakawa-san
yang tidak berdasar.
Dengan pemikiran itu, aku terus
melanjutkan.
“Shirakawa-san adalah gadis
yang baik. Dia tipe gadis yang akan memberi pacarnya barang yang sepasang
sebagai hadiah kejutan untuk memperingati hari jadian, dan tipe gadis yang akan
senang menerima peta belanja buatan tangan jika pacarnya kehabisan uang dan
tidak bisa membelikannya hadiah ulang tahun.”
Dadaku terasa panas saat mengingat
kencan yang terjadi tempo hari.
“Shirakawa-san bukanlah gadis
yang egois. Dia selalu memikirkan pacarnya dan merawatnya, dia adalah pacar
terbaik.”
Mendengar kata-kataku,
Kurose-san mengangkat sudut matanya.
“Hah? 'Pacar' yang ini, memangnya
siapa? Apa Ia beneran ada? Jika kamu bisa mengatakannya, katakan saja.”
“….”
“Lihat, kamu tidak bisa….”
“Aku akan mengatakannya.”
Aku bisa mendengar suara detak
jantungku yang kencang di telingaku.
“Akulah
pacar Shirakawa-san”
Untuk sesaat, seisi kelas berubah
menjadi sunyi senyap.
Aku
mengatakannya.
Meski
aku sangat takut ketahuan.
Dengan
begini, aku mengumumkan kalau aku berpacaran dengan Shirakawa-san….
Setelah keheningan yang sesaat,
seisi ruang kelas langsung menjadi heboh dan penuh keributan.
“Huuh….?”
“Apa sih yang cowok itu
bicarakan.”
“Heey, Ia mengatakan seenak
jidat, tapi beneran kagak sih?”
Kebanyakan orang tampaknya
tidak mempercayainya, tetapi di antara mereka ada cowok yang bertanya pada
Shirakawa-san dengan nada bercanda.
“Apa cowok itu beneran
pacarmu?”
“Eh….”
Mendengar suara bingung itu,
aku menoleh ke belakangku.
Shirakawa-san melihat ke arahku
dengan wajah terkejut. Di tengah keributan ini, yang menjadi perhatian seluruh
kelas, dia pasti mendengar semua yang baru saja aku katakan.
Lalu, dia mengangguk sambil
masih bingung.
“…..yup.”
“Eh !?”
Ia sendiri yang bertanya, tapi
cowok itu dibuat terkejut.
“Itu bohong, ‘kan? Kamu pasti
lagi bercanda, ‘kan?”
“Tidak.”
Shirakawa-san bergumam pelan
saat melihat orang-orang tampak tertegun.
“Aku memang berpacaran
dengannya.”
““
““ ““ ““ Eeeeeeeeeehh ~~~~~ !? ”” ”” ”” ””
Dan akhirnya, suasana kelas
menjadi kacau.
“Bagaimana mungkin itu bisa!?
Kenapa dengan cowok membosankan seperti Kashima !? ”
“Jadi Luna berpacaran dengan
cowok tipe begitu juga !?”
Semua orang mengungkapkan
keterkejutan mereka.
“Sungguh tak disangka…. Ini
benar-benar terlalu mengejutkan.”
“Kenapa? Apa ada hubungannya…
..? ”
Jadi, setelah reaksi kejutan,
seseorang yang anehnya menjadi bersemangat di antara mereka, terutama para
cowok, mulai bermunculan.
“Jika Kashima bisa jadian
dengannya, itu berarti aku mungkin bisa melakukannya juga, ‘kan !?”
“Kupikir dia cuma mau berpacaran
dengan cowok tampan dengan spesifikasi tinggi, jadi aku selalu menyerah sampai
sekarang.”
“Woooah ~ bukannya dia gadis
yang sangat baik! Aku semakin menyukainya.”
“Lain kali kalau dia jomblo,
aku akan mencobanya, oke !?”
“Pasti ada kesempatan, ‘kan !?”
Di saat yang sama, tatapan
dingin ditujukan pada Kurose-san.
“Jika dia memperlakukan
pacarnya seperti Kashima dengan baik, itu berarti, cerita Kurose-san cuma omong kosong belaka ,
ya.”
“Bukankah mantan pacarnya cuma
meenjelek-jelekkan Shirakawa-san sebagai bentuk balas dendam karena
dicampakkan?”
“Sebaliknya, cerita itu
sendiri, mungkin bisa jadi cerita yang dibuat-buat oleh Kurose-san….”
“Benar…. Sampai sekarang, aku
juga belum pernah mendengar hal seperti itu tentang Shirakawa-san.”
“Ap-Apa… ..”
Tiba-tiba menjadi pusat perhatian
dari teman sekelas, Kurose-san, yang dalam posisi dirugikan, mulai berkeringat
dingin.
“Aku benar-benar
mendengarnya….”
Dia membantah dengan kedua
tangan terkepal erat.
Namun, sadar kalau memaksa
tidak akan membuatnya terlihat lebih baik, dia segera bangkit dari kursinya.
“Kamu jahat! Aku tidak pernah
mengatakan kalau itu bohong!”
Dia berteriak dengan
berlinangan air mata dan mulai berlari ke koridor.
“He .... Hey!”
Masih
ada yang ingin aku tanyakan padanya. Seperti bagaimana dia bisa menyebarkan
kebohongan seperti itu kepada semua orang.
Kenapa
dia menargetkan Shirakawa-san.
Aku
harus memastikan itu.
Dengan pemikiran begitu, aku
berlari mengejar Kurose-san.
Kurose-san berlari melewati lorong,
dan berhenti di tengah tangga yang menuju atap.
“… ..Hik…. hiks…. ”
Bahunya terguncang, menangis
tersedu-sedu, dan menyeka matanya dengan kedua tangan. Sepertinya dia tidak
berpura-pura menangis, tapi menangis beneran.
“Kurose-sa….”
“Jangan dekat-dekat aku!”
Ketika
aku mencoba mendekatinya, aku ditegur dengan keras.
“….Lagian, kenapa kamu datang
kesini segala…. Kamu bahkan tidak menyukaiku…. Mengapa kamu tidak berdiam diri
saja bersama gadis itu.”
“….”
Apa
yang sedang terjadi di sini….
“… .Aku cuma ingin bertanya. Kenapa
kamu melakukan sesuatu seperti ini?”
Ketika dia sudah tenang, aku
mulai berbicara dengannya dari bawah tangga dan Kurose-san menjatuhkan diri di
tangga sambil menutupi wajahnya.
“'Sesuatu seperti ini', katamu, yang mananya.”
“Tentang menyebarkan rumor
buruk tentang Shirakawa-san.”
Saat aku mengatakan itu,
Kurose-san menangis lebih keras lagi.
“Waaan! Kamu benar-benar jahat.
Shirakawa-san ini, Shirakawa-san itu, yang kamu lakukan cuma membicarakan gadis
itu…. Padahal dulu kamu juga menyukaiku!”
A-apa
yang dia katakan?
“… .Sekarang aku berpacaran dengan
Shirakawa-san, jadi bukannya itu sudah jelas?”
“Aku tidak suka itu!”
Kurose-san berteriak seperti
anak manja.
“Aku ingin disukai semua orang.
Aku ingin menjadi yang nomor satu untuk semua orang! ”
“Ta… .. tapi.”
Meskipun kewalahan, aku mencoba
memberikan tanggapan.
“Bahkan jika kamu disukai oleh
semua orang, kamu cuma bisa berpacaran dengan satu cowok, kan? Apa gunanya
melakukan…. ”
“Aku takkan berpacaran!”
Kurose-san menyela perkataanku.
“Aku hanya ingin disukai semua
orang. Jadi aku tidak pernah berpacaran dengan siapa-siapa.”
Saat dia mengatakan ini,
matanya kembali berlinang air mata.
“Aku ingin menjadi yang nomor
satu…. Seorang gadis yang bukan yang pertama tidak akan dipilih. Aku tidak
ingin gadis itu mengambil apapun dariku lagi…. ”
“….Apa yang kamu bicarakan? Apa
kamu dan Shirakawa-san sudah saling kenal sebelumnya….? ”
Saat aku menanyakan ini, air
mata mengalir lagi dari mata Kurose-san. Dia menunduk seolah-olah merasa malu
dan Kurose-san diam-diam membuka mulutnya.
“Shirakawa
Luna adalah…. kakak kembarku.”
Begitu mendengar ini, aku
merasa terkejut seperti ada sambaran petir yang menyambar seluruh tubuhku.
“Eeeh !?”
Aku melihat ke arah Kurose-san
untuk melihat apakah dia bercanda, tapi dia hanya balas menatapku dengan wajah
kesal.
“Kamu bohong, kan? Maksudku….”
Bagian
luar dan dalam tidak terlihat mirip sama sekali. Keimutannya, mereka berdua
sama-sama imut tapi…. Saat aku memikirkan itu, Kurose-san tersenyum
mencela diri sendiri.
“Kami tidak mirip, ‘kan? Karena
kami adalah saudara kembar. Aku lebih mirip seperti papa, sedangkan dia lebih mirip
seperti mamah.”
“….Benarkah?”
“Buat apa juga aku berbohong
padamu. Aku tidak percaya aku berbagi darah yang sama dengan gadis lonte itu.”
“Tapi, nama keluarga….”
“Orang tua kami bercerai saat
kami kelas lima SD, aku mengganti nama keluargaku menjadi nama keluarganya
mamah, dan dia selalu memakai nama keluarga papah. Aku bersekolah di sekolah
yang sama dengan Kashima-kun cuma di SMP, jadi kamu tidak mengenalku saat
menjadi 'Shirakawa Maria'. Aku pindah
ke rumah mamah, jadi aku pindah sekolah dan tidak punya teman sekelas saat masih
menyandang nama 'Shirakawa' juga.”
Saat
dia mengatakannya seperti itu, aku merasa itu mulai masuk akal.
Saat
kami sekelas dulu, aku mendengar desas-desus kalau ibu Kurose-san adalah
seorang janda. Ada beberapa siswa yang seperti itu, jadi menurutku itu tidak
terlalu istimewa.
Jika
aku ingat dengan benar, selain ibunya, dia tinggal bersama kakek dan neneknya.
Karena ini tentang gadis yang dulu aku suka, entah bagaimana aku masih
mengingatnya sampai sekarang.
Dan
kemudian, Kurosen-san pindah sekolah saat kita kelas dua SMP. Aku berada di
kelas yang berbeda tetapi aku mendengarnya secara kebetulan dari teman-teman
sekelasnya berbicara tentang ibunya yang akan menikah lagi, dan dia akan
tinggal di Chiba karena ayah barunya.
“….Hah?”
Tapi,
kalau dipikir-pikir, nama keluarganya…. masih "Kurose" yang aku tahu.
Aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkan Kurose-san, jadi aku tidak pernah
memikirkannya sampai sekarang….
“Mamah, bercerai pas bulan
lalu…. Itu sebabnya, aku kembali menggunakan nama keluarga mamah.”
Seolah-olah menebak apa yang
kupikirkan, Kurose-san memberitahuku.
Aku menatapnya sekali lagi.
“… .Apa kamu beneran…. Adik
kembar Shirakawa-san….? ”
“Seperti yang sudah kubilang,
aku ini kembarannya gadis itu.”
Kurose-san bergumam dengan
enggan.
Pada saat itulah, aku jadi
ingat.
──Aku punya .. sesuatu yang
harus kukatakan pada Ryuuto….
Ini
mungkin .. hal yang akan dia katakan padaku sebelumnya.
Ditambah
lagi, dia juga membicarakan tentang keluarganya sebelumnya….
──Yah, untungnya kamu tidak
berpisah dengan saudarimu.
──Eh….?
Dan
wajah terkejutnya saat itu.
──Ah, ya. Yah, aku rasa
begitu….
Dan
reaksi tidak wajarnya setelah itu.
Itu
mungkin karena dia memikirkan Kurose-san.
“Kakak tertua dan Shirakawa-san
diambil oleh ayahmu, dan kamu diambil oleh ibumu?”
Saat aku bertanya padanya,
Kurose-san menggigit bibirnya.
“…. Aku…. sangat ingin tinggal
bersama papa.”
Sekali lagi, matanya
berkaca-kaca dan segera setelah itu, setetes air mata jatuh mengalir melalui
pipinya, kemudian terserap oleh rok di pangkuannya.
“Aku dan Luna, kami berdua menyayangi
papa. Tapi, salah satu dari kami harus meninggalkan rumah untuk pergi bersama
mamah. Onee-chan sudah duduk di kelas 3 SMA dan sudah mendapat pekerjaan, dan
diberi tahu bahwa dia dapat melakukan apa yang dia suka, tetapi kami karena
kami masih membutuhkan bantuan dari orang tua kami, orang tua kami berdiskusi
dan sepertinya sudah diputuskan untuk seperti ini.”
Dia mengatakan itu padaku, lalu
Kurose-san menyeka air matanya dan mengendus.
“Aku ingin bersama papa. Tapi….
yang papa pilih adalah Luna. ”
Ekspresi Kurose-san menjadi
depresi dan meneteskan air mata lagi.
“Luna pandai membuat orang lain
memanjakannya, jadi dia disayangi oleh semua orang di keluarga. Dan papa juga,
lebih menyayangi Luna ketimbang aku…. ”
Wajahnya tampak murung saat dia
berbicara begitu.
“Karena aku adalah gadis yang
pendiam…. Aku tidak pandai menyampaikan perasaanku, dan juga buruk dalam
membuat orang lain menyukaiku. Tapi, aku pikir aku harus mengubah diriku
sendiri.”
Kurose-san menunduk dengan
ekspresi merenung di wajahnya.
“Jika kamu tidak menjadi gadis
yang dicintai, kamu tidak bisa bahagia. Kamu harus menjadi nomor satu. Jika kamu
bukan yang pertama, kamu tidak akan dipilih.”
Kelopak matanya bengkak, ujung
hidungnya merah, dan bulu matanya basah…. Bahkan dalam kondisi itu, Kurose-san masih
terlihat sangat imut. Itulah mengapa rasanya salah mengabaikannya di sini, dan
bukan karena alasan itu, tetapi karena aku perlahan-lahan merasa semakin
kasihan padanya.
“Mungkinkah…. Karena kamu ingin
menjadi gadis favorit di kelas, kamu mulai menyebarkan rumor buruk tentang
Shirakawa-san?”
Mendengar pertanyaanku,
Kurose-san mengangguk dalam diam.
“Jadi begitu rupanya….”
Bahkan
dengan keadaan seperti itu, kurasa apa yang dia lakukan tidak dapat diterima.
Namun,
aku merasa jika aku membiarkan hal ini, Kurose-san takkan bisa diselamatkan.
Kurose-san
yang aku sukai saat kelas 1 SMP dulu dan yang sekarang terlihat sangat berbeda.
Tapi, aku merasa saat ini, dia yang ada di depanku sekarang entah bagaimana
lebih seperti jati diri Kurose-san yang asli.
Mungkin,
dia belum pernah membicarakan hal ini dengan orang lain sebelumnya. Dia ingin
disukai oleh semua orang. Karena itu, dia tidak pernah menunjukkan sisi
buruknya.
Kalau
begitu, aku merasa aku harus mengatakan sesuatu padanya, pada dirinya yang
sudah menunjukkan jati dirinya di sini dan sekarang juga.
Sesuatu
yang bisa dia renungkan dari lubuk hatinya.
Dan
itu akan menjadi pedoman untuk pemikirannya di masa depan.
“… .Apa kamu pernah bertanya
mengapa ayahmu memilih Shirakawa-san?”
Saat aku bertanya begitu,
Kurose-san membuat anggukan kecil.
“Ya, tapi, mereka bilang kalau
itu adalah keputusan papah dan mamah, dan aku juga tidak diberitahu
rinciannya.”
Lalu dia menyipitkan matanya
seolah sedang merajuk.
“Tapi, aku sudah tahu meski
tidak bertanya. Papah dan mamah juga, mereka lebih menyayangi Luna daripada
aku. Mereka berdua berebut untuk hak asuh Luna.”
“Hal seperti itu….”
Tidaklah
benar, meskipun, sebagai orang luar, aku tidak yakin apa aku berhak mengatakan
hal itu.
“… .Kedua orang tuamu juga,
pasti menaruh banyak pemikiran dan keadaan ke dalamnya, jadi kupikir ayahmu
memilih Shirakawa-san bukan hanya karena Shirakawa-san lebih manis.”
“….”
Kurose-san terus menatap
pangkuannya sambil membuat wajah tidak yakin
“Selain itu, cara Kurose-san
melakukan sesuatu juga salah.”
Kurose-san langsung mengangkat
wajahnya begitu mendengar ucapanku. Dia menatapku dengan tatapan yang
menyiratkan, “Apa yang sedang kamu bicarakan?”.
“Aku mengerti perasaan Kurose-san
yang ingin menjadi gadis paling dicintai. Tapi, itu artinya…. Kamu ingin
dipilih sebagai seseorang yang istimewa oleh ayahmu, bukan? Kalau begitu, apa
gunanya melakukan semua ini?”
Wajah Kurose-san tampak
terkejut seolah-olah dia baru saja menyadari sesuatu.
“Kurose-san tidak mau
berpacaran dengan siapa-seiapa, karena kamu tidak menyukai siapa pun, ‘kan? Aku
tidak yakin apakah disukai oleh seseorang yang tidak kamu sukai…. akan
menyembuhkan luka karena tidak dipilih oleh ayahmu, yang mana merupakan
seseorang yang kamu cintai?”
Kurose-san menunduk dan
menggigit bibirnya. Dia tampak seperti mencoba untuk menggigit, dan membunuh
perasaan di dalam hatinya.
“Mulai sekarang, daripada
bertujuan untuk menjadi yang paling disukai oleh semua orang, kupikir tidak ada
salahnya jika Kurose-san mencoba menjadi gadis yang dicintai oleh seseorang….
oleh seorang cowok yang mungkin suatu hari nanti bisa benar-benar kamu sukai.”
“….”
Setelah diam dan menunduk ke
bawah untuk beberapa saat, Kurose-san mengangkat wajahya dan menatap ke arahku
dengan cemberut.
“… .Apa yang kamu tahu.”
“Aku tidak tahu tapi…. Aku
merasa kalau Kurose-san mirip denganku.”
“Hah!?”
“Ma-Maaf…. Tapi, maukah kamu
mendengarkanku dulu? ”
Meski tahu kalau Kurose-san
akan merasa kesal, aku terus melanjutkan.
“Shirakawa-san….... dia tidak
bertingkah seperti dia berusaha disukai oleh semua orang. Dia hanya mengatakan
apa yang dia pikirkan dan melakukannya secara alami, namun dia adalah seseorang
yang dapat membuat banyak orang terkesan dengan melakukan itu. Aku pikir ini
bukan hanya karena penampilannya, tetapi karena karakter aslinya, dan
kecenderungan alami.”
Ketika
aku melihat Shirakawa-san, aku sering terkejut dengan betapa berbedanya dia
dengan diriku. Aku pikir inilah yang kamu sebut "Kebajikan Pribadi".
“Kurose-san mungkin .. tipe
yang seperti, memikirkan bagaimana orang lain akan melihatmu jika kamu
mengatakan sesuatu, dan memikirkan semuanya sebelum kamu bertindak karena kamu
peduli dengan pandangan orang lain, ‘kan? Aku juga sama.”
Dan
itulah mengapa aku memikirkan hal ini.
“Jika seseorang seperti itu
melakukan hal yang mustahil dan mencoba menjadi seperti Shirakawa-san, mereka
harus terus melakukan yang terbaik, dan aku pikir itu akan menyakitkan.”
Aku
tidak akan bisa memahaminya, tapi Kurose-san pasti punya banyak pemikiran
tentang Shirakawa-san. Meskipun kami tidak terlalu jauh.
Seperti,
“bagaimana kita bisa begitu berbeda padahal kita berdua adalah kembar.”
Atau,
aku bisa saja seperti itu juga….
“Apa yang kamu bahkan….”
“Tapi, asal kamu tahu.”
Aku menyela Kurose-san yang
hendak membalas, dan melanjutkan.
“Menurutku, ada cukup banyak
orang di dunia ini yang menyukai seseorang seperti Kurose-san lebih dari
Shirakawa-san, tahu.”
Kurose-san menutup mulutnya
dengan wajah terkejut.
“Jika di antara orang-orang itu
kamu bisa menemukan cowok yang bisa kamu sukai, kurasa Kurose-san bisa
menemukan kebahagiaan.”
Kurose-san tidak mengucapkan
sepatah kata pun untuk sementara waktu.
“Jika, kamu terbujuk dengan
itu…. Aku ingin kamu meminta maaf kepada Shirakawa-san atas apa yang terjadi
kali ini.”
Kurose-san masih diam. Saat aku
hendak mengatakan sesuatu lagi, sambil masih menunduk ke bawah, dia angkat
bicara.
“… .Aku mengerti, jadi biarkan
aku sendiri sekarang.”
Suaranya gelap, seolah-olah dia
sangat tertekan.
Itu
sebabnya aku tidak bisa memaksa diriku pergi meninggalkannya.
“Kurose-san….”
“Apa? Apa kamu mencoba untuk
menghiburku? ”
Kuros-san mengangkat wajahnya
dan menatapku dengan senyum mesum.
“Hentikan. kamu bahkan tidak
menyukaiku. Bukannya gadis yang harus kamu hibur adalah Luna?”
“Tapi….”
“Tidak apa-apa. Aku tidak
begitu tertekan sehingga aku membutuhkan pacar Luna untuk menghiburku. Cepat
pergi dari sini!”
“….”
Jika
terus berbicara dengannya lebih dari ini mungkin akan menjadi bumerang.
Dengan pemikiran itu, aku
dengan enggan berbalik dan meninggalkan tempat itu.
Itu sebabnya, aku tidak pernah
mendengarnya
Kurose-san, yang ditinggalkan
sendirian di tangga kosong, memeluk lututnya dan menggumamkan beberapa kata.
“.... Kalau begitu, aku takkan
bisa bahagia lagi, bukan. Dari semua orang, aku tidak percaya kalau aku menaruh
rasa terhadap cowok yang paling menyukai gadis itu ....”
Pipi di wajahnya yang seperti
merajuk menjadi sedikit merah.
“Jika aku bukan orang yang kamu
suka, kuharap kamu tidak peduli padaku….”
◇◇◇◇
Saat aku kembali ke ruang kelas,
Shirakawa-san langsung keluar dari pintu yang terbuka.
“Ryuuto!”
Ketika aku menengok ke dalam
kelas, masih banyak siswa di dalam dan mereka menatapku dengan penuh penasaran
saat aku kembali.
“… .Un-Untuk saat ini, bagaimana
kalau kita pulang saja?”
Setelah aku mengatakan itu
kepada Shirakawa-san, aku memasuki ruang kelas, dengan cepat mengambil tasku
dan catatan harian, mampir ke ruang guru untuk menyerahkan catatan harian, dan
pergi ke rak sepatu bersamanya. Aku hanya bisa menulis beberapa hal di catatan
harian tapi karena Kurose-san menulis miliknya dengan benar, catatan itu bisa
diterima dengan baik.
“Maaf, aku…. tidak bisa memberitahu
Ryuuto tentang Maria.”
Segera setelah cuma ada kami
berdua, Shirakawa-san mulai angkat bicara.
“Maria, dia tidak menyukai
kalau dia adalah saudara kembarku. Tapi meski begitu, aku tidak tahu kenapa dia
sampai harus jauh-jauh pindah ke sekolah kita…. ”
Sebenarnya,
apa niat Kurose-san? tentu saja, aku juga tidak tahu tentang itu. Mungkin untuk
melecehkan Shirakawa-san, atau….
“Mungkin, dia cuma ingin dekat
dengan Shirakawa-san.”
“Eh….?”
Aku berbicara begitu kepada
Shirakawa-san yang terkejut.
“Jika kamu begitu membenci
seseorang, kamu bahkan tidak ingin melihat wajahnya, meskipun itu untuk
melecehkan, aku pikir kamu juga tidak ingin berada di ruang yang sama dengan
mereka.”
“….Begitu ya.”
Shirakawa-san mengarahkan pandangannya
ke bawah, dan bergumam seakan sedang memikirkan sesuatu.
Dan kemudian, dia mengangkat
wajahnya dan menatapku.
“Terima kasih, Ryuuto.”
Aku sekali lagi melihatnya tersenyum
manis saat dia mengatakan itu. Sekilas, aku merasa dia agak mirip dengan
Kurose-san.
“Tapi, apa kamu baik-baik saja
dengan ini? Ryuuto ”
Setelah memakai sepatu kami dan
meninggalkan gedung sekolah, Shirakawa-san berbicara kepadaku dengan tatapan
cemas.
“Ryuuto, tidak suka jika semua
orang tahu, ‘kan?”
“Nnn…. itu benar, namun…”
Tak
disangka bakalan terjadi seperti itu, aku juga tidak menduganya.
“Tapi, aku tidak ingin
Shirakawa-san disalahpahami lebih jauh.”
Shirakawa-san membelalakkan
matanya setelah mendengar jawabanku.
“Ini… demi aku….?”
Aku bisa melihat kedipan samar
muncul di matanya saat dia menatapku.
Shirakawa-san meneteskan air
matanya.
Terkejut dengan ini, dia dengan
cepat menyeka kedua matanya dengan punggung tangannya dengan tersipu.
“Hu-huh? Kenapa ya.”
Dia tersenyum cerah, mencoba
berusaha bersikap tegar.
“Aku ini….. idiot. Sesuatu
seperti rumor buruk, kupikir aku tidak terlalu peduli tentang hal semacam itu
tetapi .... Aku ingin tahu apa .. itu masih sedikit menggangguku?”
Aku
pikir Shirakawa-san adalah gadis yang kuat. Bahkan baginya, pasti sulit menjalani
kehidupan dengan terus menjadi objek mata penasaran teman sekelas kita hari
demi hari karena reputasi buruk yang tidak berdasar.
“Tapi, aku penasaran mengenai
rumor itu. Aku ingin tahu apakah yang dikatakan mantan pacarku mengenai aku
diberitahu kepada Maria dengan cara yang aneh? ”
“… .Eh?”
Aku terkejut saat mendengarnya.
Mungkinkah…..
Jangan
bilang kalau Shirakawa-san, tidak menyadari kalau rumor itu cuma cerita palsu
yang disebarkan oleh Kurose-san untuk menjelek-jelekkan Shirakawa-san?
Seberapa
baiknya gadis ini…. Dia gadis yang terlalu baik, hal itu sampai membuatku
sedikit cemas.
Mengatakan
sesuatu yang lebih dari ini sekarang, untuk saat ini, mendingan tidak usah dulu.
Lebih
baik bagi dua saudara perempuan untuk menyelesaikan masalah mereka di antara
mereka sendiri. Akhirnya, aku yakin Kurose-san akan meminta maaf kepada
Shirakawa-san.
Aku
juga belum memberitahu Shirakawa-san bahwa gadis cantik yang menolakku di masa
lalu adalah Kurose-san. Kami adalah teman sekelas, duduk bersebelahan, ada
sesuatu yang aneh tentang itu tapi…. Sekarang setelah aku tahu kalau mereka itu
anak kembar, aku pikir aku akan mengungkapkannya sebagai cerita lucu suatu hari
nanti jika hubungan mereka kembali normal di mana mereka dapat saling tersenyum
lagi.
“….Aku rasa begitu. Itu rumor
yang aneh, ya.”
“Apa Ryuuto .. tidak
mempercayainya? Rumor itu.”
Aku menganggukkan kepalaku saat
ditanya oleh Shirakawa-san disana.
“Aku sama sekali tidak
percaya.”
“… .Tapi kamu tahu, ini bukan
berarti Ryuuto juga tahu, kan? Tentang aku sebelum kita mulai jadian.”
Perkataan
itu juga yang merupakan hal yang sering aku katakan pada diriku sendiri.
Sebenarnya,
aku masih merasa penasaran. Saat aku memikirkan mantan pacarnya, dadaku masih terasa
sakit.
Tapi.
“Jika, meskipun Shirakawa-san
di masa lalu mungkin seperti rumor yang beredar, dia benar-benar berbeda dari
Shirakawa-san yang sekarang. Aku tidak akan membiarkan masa lalu seperti itu
merusak reputasi Shirakawa-san sekarang.”
Shirakawa-san menunjukkan
senyum getir padaku yang menjawab dengan serius.
“Yah, aku tidak melakukannya,
sih. Apa yang dirumorkan sama sekali tidak benar.”
“Ya. Aku yakin kamu takkan
melakukan itu.”
Saat aku tersenyum dan
menganggukkan kepalaku, senyum Shirakawa-san menghilang dari wajahnya.
Ketika aku melihatnya lebih
teliti, pipinya tampak sedikit memerah.
“… .Ryuuto itu, sungguh aneh,
ya.”
Tanpa bertanya balik, aku sudah
tahu bahwa perkataannya bukan berarti sesuatu yang buruk.
Buktinya, dia tersenyum riang
padaku.
“Terima kasih, Ryuuto!”
Senyumnya tampak sangat manis
sampai-sampai membuatku ingin memeluknya.
Dan kemudian aku tersadar.
Sejak hari pertama aku mulai berpacaran
sampai sekarang, aku tidak pernah menyentuh Shirakawa-san.
Meski kami berjalan
berdampingan dengan bahu kami hampir bersentuhan seperti ini, aku sama sekali tidak
tahu kehangatannya.
Saat aku menyadari fakta ini, aku
merasakan luapan perasaan cinta, tapi juga sedikit sakit hati dalam diriku.
<<=Sebelumnya |
| Selanjutnya=>>
not bad lah MC nya mantap
BalasHapusnahidia yg gua cari bray mc gg ga gensi an
BalasHapus