Chapter 2
Aku merasa seperti masih berada
di alam mimpi dan mimpi tersebut masih terus berlanjut sejak kemarin.
Namun, tidak peduli berapa kali
aku mencubit pipiku, aku tidak terbangun dan aku sudah mendapatkan mimpi yang
indah malam itu. Mimpi melihat Shirakawa-san dari jauh…. Aku benar-benar
terbangun dari mimpi itu, jadi aku yakin ini pasti kenyataan.
Sulit
dipercaya…. aku beneran berpacaran dengan Shirakawa-san….
Dengan pemikiran semacam itu dan
jantung yang berdebar kencang, aku lalu berangkat ke sekolah… dan hari keduaku
berpacaran dengan Shirakawa-san pun dimulai.
Begitu sampai di sekolah dan berjalan
menuju kelasku, Ichi sedang berdiri di lorong di depan kelas dan ketika
melihatku, Ia langsung berlari menghampiriku.
“HEEEEEEEEEYY!”
Ia meletakkan tangannya di
pundakku erat-erat, dan memusatkan perhatiannya dengan mata yang tampak seperti
bercucuran darah.
“Apa yang sedang terjadi !? Apa
yang terjadi setelah itu !? Aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dari
pesan ‘ada banyak hal yang terjadi’
di LINE. Aku terus kepikiran sampai-sampai tidak bisa tidur, tahu !? ”
“O-oh… Maaf. Umm…. Aku pergi….
ke rumah Shirakawa-san.”
“Ap-Apaaaaaaaaaaaaaa !?”
Ichi berteriak kencang yang
tidak sesuai dengan citra orang yang muram dan wajahnya menjadi pucat seolah-olah
Ia akan pingsan.
Pada saat itu, suara pelan
terdengar dari belakang.
“Apa kamu sudah ngewe?”
Aku berbalik dan melihat Nishi
berdiri dengan ekspresi seperti topeng Noh. (TN : Ini gambaran topeng Noh, klik di sini)
“Whoa, kamu bikin kaget saja.”
“Jawab aku. Aku bertanya apakah
kamu sudah ngewe dengannya.”
Nishi mendesakku dengan nada
tegas seperti saat diinterogasi.
“Beritahu kami, Kashi.”
“Beritahu kami dengan jujur!”
Ichi juga mendesakku untuk
menjawab dengan wajah tegang. Jari-jarinya yang seperti ulat menusuk dalam bahuku,
dan itu sangat menyakitkan.
“… .Aku tidak melakukannya.”
““Kenapa!?””
Mereka mengangkat suara mereka
pada saat bersamaan.
“Apa keluarganya ada di rumah
!?”
“Tidak….”
“Apa dia tiba-tiba waspada !?”
“Tidak, justru dia sendiri yang
mau….”
Saat aku memberikan jawabanku, keduanya
memamerkan taring mereka padaku seperti topeng Hannya. (TN : Ini gambaran topeng Hannya, klik di sini)
““Lantas kenapa!?””
“Ad-Ada berbagai persiapan… ..”
“Itulah yang selalu aku katakan
! Bahkan orang yang murung harus membawa setidaknya satu kondom! Itu adalah
etiket yang sopan, tau!”
Ichi berteriak sambil
mengayunkan tubuh besarnya, dan teman sekelas kami yang baru sampai di sekolah
menatap kami dengan tatapan aneh saat mereka memasuki kelas.
“Yah, bukan persiapan seperti
itu, tapi hatiku….”
“Hatimu!?”
“Emangnya kamu ini seorang
gadis !?”
“Kamu bahkan tidak populer jadi
kenapa kamu tidak mengambil kesempatan yang ada !?”
Mereka terus menerus menanyaiku,
memojokanku ke dinding lorong dan terus mendesakku.
Meski aku sudah merasa menyesal
tidak bisa berhubungan seks dengan Shirakawa-san, rasanya jadi semakin berat
jika aku mendapat banyak kritik.
“Tapi…. Kalian tahu. Kami ‘kan
baru mulai pacaran, jadi kesempatan semacam itu bukan hanya satu kali, kan….?”
Begitu mendengar jawabanku,
ekspresi mereka berdua langsung berubah menjadi serius.
“Kashi….”
“Kamu, jangan bilang, apa kamu
serius berpikir kalau kamu bisa berpacaran dengan Shirakawa-san….?”
“Eh?”
Mereka berdua menatapku seolah-olah
aku ini adalah makhluk yang menyedihkan.
“Pihak lain adalah Shirakawa
Luna, tahu? Gadis yang menduduki puncak kasta sekolah, loh? Jelas-jelas dia
cuma mempermainkan, dan mengolok-olok cowok yang muram. Dia itu gandis lonte yang
berulang kali gonta-ganti pasangan, dia memilihmu sebagai partner untuk cinta
satu malam kemarin, tapi kenapa kamu justru menganggapnya sebagai pacarnya.”
“Eh? Eeeeh….!? ”
Aku dibuat bingung dan saat
mereka melihatku bereaksi seperti itu, Nishi menggelengkan kepalanya seolah
mengatakan “Astaga”.
“Baiklah, biarkan Ia bermimpi
lebih lama lagi, Ichi.”
“Uh-uh. Aku yakin Ia akan
segera menyadari kenyataan yang kejam.”
Sambil menatapku dengan tatapan
kasihan, duo orang aneh ini kemudian pergi, dan berjalan menyusuri lorong
dengan tangan di bahu satu sama lain.
“… ..”
Eh?
Ap-Apa
memang itu masalahnya? Tapi, aku tidak sedang diolok-olok, ‘kan? Aku berpacaran
dengan Shirakawa-san… .. ‘kan?
Apa yang mereka berdua katakan
entah bagaimana tiba-tiba membuatku merasa tidak nyaman.
Pada saat itu, aku merasakan
ponselku bergetar di saku seragamku.
“… .Hmmm?”
Ketika aku mengeluarkannya, aku
melihat pemberitahuan LINE di layar.
________________________________________
☆
LUNA ☆
Aku
ketiduran ~~(╥﹏╥)
hiks
________________________________________
Ini
dari Shirakawa-san.
Usai
melihat pesan ini membuatku semakin percaya kalau kejadian kemarin bukanlah
mimpi maupun ilusi.
Jika
kita tidak berpacaran, mana mungkin dia mengirim pesan ini dan sejak awal, kita
takkan bisa bertukar kontak.
Jika
dia cuma mengolok-olokku untuk menikmati reaksi cowok yang suram, mana mungkin
dia berbuat sejauh ini untuk melakukan sesuatu yang merepotkan. Harganya tidak
setimpal.
Aku berpikir demikian dan
merasa lega.
Bahkan kemarin setelah aku
pergi dan pulang ke rumah, setelah makan malam, dan sebelum tidur,
Shirakawa-san mengirimiku beberapa pesan.
________________________________________
Ryuuto
Jika
kamu mengendarai sepeda ke stasiun dan mengayuh cepat-cepat, kamu akan berhasil
sampai di jam pelajaran pertama. Kamu bisa melakukannya!
________________________________________
Aku
hanya dapat membalasnya dengan sesuatu yang tidak menarik seperti ini tetapi
aku segera membalas setiap kali.
Ponselku bergetar lagi dan
pesan dari Shirakawa-san kembali tiba.
________________________________________
☆
LUNA ☆
Dasar
setan tanggapan serius hiks( ╥ω╥
)
Aku
akan melakukan yang terbaik (。>ω<。)
________________________________________
“Setan tanggapan serius ….”
Aku
inta maaf karena hanya bisa mengirim sesuatu yang tidak menarik.
Tapi,
itu normal-norma saja untuk mengirim tanggapan yang serius, oke. Jika aku
mencoba melucu dengan Shirakawa-san dan gagal, aku takkan pernah bisa membuat
lelucon lagi seumur hidupku.
Aku
berpikir untuk membalas sesuatu tetapi dia mungkin sudah sibuk bersiap-siap,
jadi
.. di sini aku hanya mengiriminya stiker “Lakukan yang terbaik”, dan menyimpan
kembali ponselku.
Dan segera ponselku bergetar
lagi, dan dia membalas dengan mengirim stiker karakter kelinci yang tidak
terlalu imut dengan wajah tidak sabar.
“Kesamngpinkan itu, aku
sebaiknya bersiap-siap.”
Sebuah tawa tanpa sadar keluar
dari bibirku dan kali ini aku meletakkan ponselku.
Shirakawa-san datang ke sekolah
menjelang akhir jam pelajaran pertama. Rambut bergelombang dan bibirnya yang
mengilap tampak sempurna seperti biasanya. Persisi seperti dirinya, tidak
berkompromi dengan waktu yang dia habiskan untuk penampilannya.
Melihat penampilannya yang
imut, aku teringat kejadian yang terasa seperti mimpi kemarin, aku tahu aku seharusnya menerima tawarannya
untuk berhubungan badan…., Dan aku dilanda oleh rasa penyesalan.
Kemudian saat waktu istirahat
tiba, Shirakawa-san dengan santai mendekati tempat dudukku.
“Pagi.”
“.... Pa-Pagi”.
Aku merasa gelisah dengan
tatapan dari sekitar dan layaknya orang yang mencurigakan, aku melihat
sekeliling dengan takuk-takut.
“Kamu terlambat, ya.”
Aku ingin mempersingkat
pembicaraan jadi aku memulainya sendiri tanpa jeda.
“Nnn, aku bangun kesiangan.”
“Apa ada yang salah? Apa karena
kamu tidur sampai larut malam? ”
Saat aku melanjutkan
percakapan, Shirakawa-san berbicara dengan ekspresi misterius di wajahnya.
“Saat aku memikirkan Ryuuto,
entah kenapa aku tidak bisa tidur.”
“Eh?”
Aku sangat terkejut
sampai-sampai tanpa sadar aku lupa untuk memeriksa apa yang terjadi di sekitar
kita dan menatapnya.
“Karena ini pertama kalinya aku
berpacaran dengan cowok seperti Ryuuto. Entah bagaimana, rasanya sedikit aneh.”
“Eh, begitu ya….?”
Aku
merasa sedih untuk mengatakannya sendiri, tetapi aku merasa kalau aku ini tipe cowok
suram yang diproduksi secara massal…. Yah, kurasa cowok dengan tipe yang begitu
tak pernah ada di sekitar Shirakawa-san.
“Luna!”
Saat itulah ada seorang gadis
manis memanggil Shirakawa-san dari belakang kelas.
Bahkan di antara kelompok gadis-gadis
cantik, kehadirannya cukup kuat, dia adalah teman terdekat Shirakawa-san,
seorang gadis dengan mata yang tajam.
“….”
Aku merasakan dia sedang
memelototiku, dan aku menundukkan kepalaku, mencoba membaur dengan udara.
“Hmmm~?”
Tanpa kusadari, Shirakawa-san
memberiku ucapan salam “Sampai jumpa lagi ~” dan pergi menuju ke kelompoknya.
Bahkan setelah itu,
Shirakawa-san terus berbicara denganku ketika waktu istirahat tiba.
Di satu sisi aku merasa senang,
di sisi lain, mau tidak mau aku merasa khawatir dengan pandangan di sekelilingku.
Terutama gyaru bermata tajam
yang terus-menerus menatapku seakan-akan aku ini adalah musuh bebuyutannya.
“… .Umm, Shirakawa-san”
Setelah dipelototi untuk
kesembilan belas kalinya, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakan
ini pada Shirakawa-san dengan berbisik.
“Kamu belum memberitahu siapa-siapa
kalau kita berpacaran, ‘kan?”
“Eh?”
Shirakawa-san menatapku dengan
mata yang seakan menanyaiku dengan, “Kenapa
kamu menanyakan itu padaku?".
“Tapi aku sudah memberi tahu
sahabatku, Nikoru.”
“….”
Itu
nama dari gyaru bermata tajam. Kalau tidak salah namanya Yamana Nikoru. Sejak
kelas 1, dia sering bersama Shirakawa-san.
“Kenapa? Apa itu enggak boleh?
Apa Ryuuto tidak memberitahu teman dekatmu? ”
Shirakawa-san bertanya padaku
dengan polos.
“Yah…. Aku punya dua teman yang
tahu.”
“Tuh ‘kan ~”
Dan keadaan menjadi lebih
buruk, ini bukannya aku diberitahu untuk merahasiakannya jadi aku tidak bisa
mengatakan apa-apa. Pertama-tama, Ichi
dan Nishi adalah orang yang membuat kesempatan untuk memaksaku menembaknya
sebelum aku berpacaran dengan Shirakawa-san, dan sepertinya aku juga belum
memberitahunya tentang hal itu jadi mau bagaimana lagi.
“…. Hanya saja, ketika aku
berbicara dengan Shirakawa-san, kita, umm, sangat menonjol…. ”
Aku mengatakan itu padanya
sambil melihat sekeliling.
Untungnya suasana kelas lagi
ribut karena sedang waktu istirahat tetapi, jika seorang gadis seperti Shirakawa-san
berbicara dengan cowok suram seperti aku berkali-kali dalam sehari, hal itu
pasti menjadi pemandangan aneh di mata para pengamat Shirakawa-san (aku yakin mereka ada di luar sana. Aku juga
salah satunya).
“.... Apa itu artinya, kita
tidak boleh terlalu banyak bicara di sekolah, dan merahasiakan hubungan kita?”
Aku ditanya oleh Shirakawa-san
dengan suara rendah dan aku menganggukkan kepalaku dengan canggung.
“Nn…. Err, aku rasa, ya. Dan
itu akan membantuku jika kamu bisa melakukan itu…. ”
Aku
tidak tahu apakah aku dalam posisi untuk membuat permintaan seperti itu, tapi
jika aku mengatakannya, fakta bahwa aku berpacaran dengan Shirakawa-san sendiri
sudah berada di luar jangkauanku.
“….Aku mengerti.”
Shirakawa-san menyetujuinya
dengan enggan.
“Jadi, kapan aku bisa berbicara
dengan Ryuuo?”
“Eh”
Aku terkejut saat ditanyai itu
secara mendadak.
“… .Mu-Mungkin kita bisa
bertemu di akhir pekan atau semacamnya?”
Aku
bertanya-tanya apa aku ini terlalu kurang ajar karena mengatakan hal seperti
itu secara tiba-tiba. Diriku yang lain di kepalaku sedang menceramahiku bahwa masih
seratus tahun terlalu dini bagi cowok suram semacam diriku untuk memonopoli
Shirakawa-san untuk diriku sendiri di hari libur, tetapi, cuma ide itu yang
muncul dalam pikiranku setelah berpikir secara cepat .
“Apa itu artinya, kencan?”
“Bueh !?”
Aku akhirnya membuat suara aneh
karena Shirakawa-san membalas dengan volume suaranya yang normal dan bertanya
padaku.
Untungnya, pelajaran sebelumnya
ada di ruang IPA dan para siswa masih jarang ada yang kembali ke kelas, jadi
seharusnya tidak ada teman sekelas yang mendengarkan percakapan kita.
“Ku-Kurasa begitu….”
Kata kencan membuat hatiku berdebar-debar dan mataku berkeliaran dengan
gelisah.
“Jika tidak mau, aku baik-baik
saja kok….”
Tunggu,
seburuk apapun, aku adalah "pacar" -nya dan akan sangat mengejutkan
jika dia menolak kencan tersebut.
“Tidak, aku tidak keberatan,
kok.”
Shirakawa-san segera menjawab.
“Aku sudah punya rencana di
hari Minggu, tapi aku senggang di hari Sabtu jadi .. kita akan pergi kemana?”
Dan di sana, bel yang
menandakan pelajaran mulai berbunyi dan aku meninggalkannya sendirian sambil
berkata “Sam-Sampai nanti….”
Dengan jantung yang masih
berdebar-debar, aku menyiapkan buku pelajaran dan sejenisnya di mejaku, dan
saat aku kembali ke dunia nyata setelah beberapa saat, secara naluriah aku
bergumam.
“Tunggu, bukannya hari Sabtu
itu…. besok, ya.”
Kencan
pertamaku tak disangka-sangka akan terjadi besok dan aku tidak punya rencana.
Apalagi,
pasangannya adalah Shirakawa-san !?
◇◇◇◇
Aku tidak bisa berkonsentrasi
selama jam pelajaran berlangsung.
Tidak peduli seberapa keras aku
memeras otak, mana mungkin seorang cowok suram yang tidak populer bisa
memberikan rencana kencan bagus yang akan memuaskan Shirakawa-san.
Bahkan jika aku diam-diam mencari
"Tempat kencan terpopuler"
di ponselku yang tersembunyi di dalam kolong meja, hasil teratas hanyalah ide
yang biasa-biasa saja.
Aku terus mencari-cari dan
mulai merasa mual karena terlalu khawatir, jadi aku memutuskan untuk melupakan acara
kencan untuk sementara.
Sepulang sekolah, Shirakawa-san
dengan senang hati mengobrol dengan sahabatnya “Nikoru” seperti biasa, jadi aku
agak gelisah dan meninggalkan kelas bersama Ichi.
Aku sampai di rumah, dan
memutuskan untuk beristirahat di kamarku dengan menonton video baru KEN dengan
ponselku.
Dan kemudian, mendadak ada pemberitahuan
LINE dari Shirakawa-san datang.
“Eh !?”
Itu bukan pesan. Ini panggilan
telepon.
Apalagi itu video call.
“Ummm, uwhaa….!?”
Setelah memastikan tidak ada
hal buruk untuk dilihat di belakang, aku duduk bersimpuh di atas tempat tidur
dan menekan tombol jawab.
“Ha-Halo….!?”
“Yaay ini Ryuuto ~!”
Tercermin di layar adalah
Shirakawa-san melambaikan tangannya dengan wajah bahagia.
Saat aku melihat latar
belakangnya, sepertinya Shirakawa-san juga ada di kamarnya sendiri. Jadi itu artinya dia langsung pulang tidak
lama setelah itu, ya.
“Ad-Ada apa?”
Saat aku bingung dengan hoodie
pink lembut Shirakawa-san yang sepertinya adalah pakaian tidurnya (Ritsletingnya terbuka lebar sehingga
belahan dadanya terlihat jelas), Shirakawa-san sedikit cemberut.
“Ini tentang kencan besok. Kamu
sendiri yang mengajakku kencan! Jangan bilang kalau kamu lupa? ”
“Ah…. ke…. ”
Kencan.
Tidak peduli berapa kali aku mendengarnya, itu adalah kata yang kuat.
Sebaliknya, apa itu masih secara teknis aku mengajaknya kencan….? Kalau begitu,
aku berterima kasih untuk itu.
“Benar, kencan! Kemana kita
akan pergi?”
“Ummm….”
Apa yang aku ingat hanyalah
konten yang aku cari-cari selama di kelas.
“Ini kencan…. Pertama kita,
jadi…. seperti, menonton film? ”
“Fuun?”
Wajah kecil di layar perlahan
miring.
“Apa kamu yakin ingin pergi ke
sana? Apa ada film yang ingin kamu tonton? Apa Ryuuto menyukai film? ”
“Eh, ti-tidak….”
Aku
hanya pergi ke bioskop sekali setahun dan aku bahkan tidak tahu film apa saja
yang sedang hits sekarang.
“Apa yang ingin Ryuuto lakukan
denganku? Kenapa kamu mengajakku kencan?”
Aku merasa seperti
Shirakawa-san menatapku dengan mata mengundang.
Sambil sedikit gugup, aku
memberitahunya.
“Karena aku…. ingin tahu lebih
banyak tentang Shirakawa-san.”
“Kamu ingin tahu lebih banyak,
tentang diriku?”
Aku menelan ludahku saat
Shirakawa-san membuat gerakan, dan kemudian menekan kedua lengannya, belahan
dadanya menjadi lebih menonjol.
“Tidak apa-apa. Aku akan
melakukan apapun yang Ryuuto inginkan, oke….? ”
Wajah Shirakawa-san terlihat
ramah. Dia tersenyum layaknya seorang dewi yang dapat memenuhi keinginan cowok
mana pun dengan segera.
Namun,
andai saja sekarang aku bisa mengatakan sesuatu seperti “Kalau begitu ayo pergi
ke hotel!", Aku takkan jadi cowok suram selama 16 tahun!
Selain
itu, memang benar aku ingin menjalin hubunganku dengan Shirakawa-san dengan
hati-hati. Aku akan menunggu sampai Shirakawa-san mengatakan dia ingin
melakukannya denganku. Tidak perlu…. goyah dari pemikiran itu.
Jika
keinginanku dirangsang seperti ini, aku kehilangan sedikit kepercayaan diriku.
Aku senang Shirakawa-san tidak ada di hadapanku langsung sekarang….
“.... Bagaimana dengan Shirakawa-san?”
Karena tak bisa membalasnya,
jadi aku mengembalikan pertanyaan padanya.
“Shirakawa-san, apa yang ingin
kamu lakukan di hari libur?”
“Eh….?”
Shitakawa-san menatap heran
saat mendengar pertanyaanku.
“Aku? Kenapa?”
“Aku ingin tahu…. hal apa yang
suka dilakukan Shirakawa-san.”
“Eeh, biar kupikir dulu.”
Shirakawa-san mengangkat sudut
bibirnya, terlihat sedikit senang, dan melihat ke atas secara diagonal.
“Aku suka baju jadi kurasa
berbelanja, mencoba kosmetik, atau pergi ke kafe yang lucu….”
“Lalu, bagaimana kalau kita
melakukan itu?”
“Eh….?”
Mata Shirakawa-san membelalak
karena terkejut.
“Kamu mau mengikuti apa yang
ingin aku lakukan… ..?”
“Ya. Aku tidak tahu apa yang
ingin aku lakukan di kota, jadi…. Kalau begitu, aku pikir lebih baik mengikuti orang
yang ingin melakukan sesuatu.”
Itu
karena bisa menghabiskan waktu bersama Shirakawa-san saja sudah termasuk
peristiwa besar dalam hidupku. Bahkan jika aku pikir-pikir kembali, aku tidak
dapat benar-benar menemukan apa pun yang aku inginkan lebih dari itu.
Perkataanku membuat Shirakawa-san
berkedip.
“… .Entah bagaimana, Ryuuto benar-benar
sedikit berbeda, ya.”
Dia tertawa kecil setelah
mengatakan itu.
“Ini pertama kalinya aku punya
pacar yang mengatakan hal seperti itu.”
Sekarang
aku yakin. Shirakawa-san bukanlah sembarangan cewek lonte.
Dia
berusaha memuaskan pacarnya dalam segala hal. Akibat terlalu sering menuruti
permintaan pacarnya, dia berubah menjadi gadis yang murahan ketimbang pacar.
Pacarnya mulai bosan dengannya, dan akhirnya menggantikannya. Dia gadis cantik
yang malang.
“Entah bagaimana, Ryuuto
benar-benar berbeda, ya.”
Sambil melihat Shirakawa-san,
yang masih bergumam pelan, aku bergumam pada diriku sendiri bahwa aku tidak
menyukai mantan pacarnya di hatiku.
Kemudian, kami berbicara mengenai
jam berapa dan dimana kita ketemu dan kami mengakhiri panggilan.
“Bye! Sampai jumpa besok!”
“Ya, sampai jumpa besok.”
Ketika wajahnya menghilang dari
layar, aku merasa lega sekaligus menyesal.
Dan hal berikutnya yang
terlintas dalam pikiran ialah…..
“Yeaaaaaaaahhh────!”
Aku
melakukan video call dengan seorang gadis yang imut….!
Dan,
gadis cantik itu adalah, pacarku… ..!
“Sialan────!”
Karena aku berada di kamarku
sendiri, aku berguling-guling di atas kasur sesuka hatiku, mabuk karena
kegembiraan.
“Ah, Shirakawa-san….”
Shirakawa-san
juga terlihat manis dalam balutan baju santai yang sedikit nakal, itu yang
terbaik.
Penampilan
Shirakawa-san di kamarnya sendiri, yang tidak diketahui semua orang di sekolah.
Kamar
Shirakawa-san, ya…. Aromanya benar-benar wangi.
Aku ingat saat mengunjungi
rumahnya. Aku merasakan nafsu birahiku kembali dan pada saat yang sama, aku
dilanda rasa penyesalan.
“Kenapa aku tidak melakukannya
saat itu….”
Sekarang
sudah begini, Shirakawa-san mungkin akan merasa sungkan mengajakku ke kamarnya
lagi.
Tapi,
aku tidak ingin disamakan dengan mantan pacarnya.
Yah,
aku yakin orang seperti aku tidak bisa disamakan dengan orang-orang tampan yang
ceria itu….
“… .Tidak baik, buruk!”
Aku terus memikirkan hal ini
tanpa henti dan waktu malam pun terus berlalu.
◇◇◇◇
Pertama kalinya aku merasakan
jatuh cinta dengan lawan jenis ialah terhadap seorang gadis cantik, lugu dan
sopan dengan rambut hitamnya yang panjang. Gadis yang aku tembak saat aku masih
kelas 1 SMP, yang mana berubah menjadi trauma.
Awalnya, aku selalu menyukai
gadis seperti itu. Bahkan dalam game dan anime, aku lebih menyukai tipe polos
ketimbang yang seksi.
Itulah sebabnya, rasanya aneh
menemukan diriku ditemani seorang gadis cantik yang sangat mencolok, gadis yang
sangat berkebalikan dari seleraku.
Terlebih
lagi, gadis cantik ini adalah…. pacarku.
Ketika aku memikirkan hal itu, aku
tidak bisa menahan diri dan masih belum terbiasa, hatiku merasa gelisah.
Apa
yang harus dilakukan jika seseorang melihatku.
Bukannya aku keberatan dilihat tetapi aku takut dikritik karena cowok suram
seperti aku bersamanya.
Hari Sabtu, hari acara dimana kencan
pertamaku terjadi. Aku berjalan bersama Shirakawa-san sambil memikirkan itu dan
merasa gugup dalam banyak hal.
“Apaaaa, enggak mungkiiiiiinn!
Bukannya ini suuuuuuuuuper imut !? ”
Di lantai toko baju gedung
stasiun Shinjuku, aku menonton Shirakawa-san yang bersemangat berbelanja.
“Sangat imut!! Ini super duper
imutttt ~ !! Ini saatnya kamu membeli banyak dengan warna berbeda ~! ”
Sejujurnya, aku tidak mengerti
apa bagusnya dari baju yang sangat dia puji. Dia tampak gembira dengan hal-hal
yang dia ambil yang berada di luar pemahamanku, seperti, baju model punggung
terbuka yang aku tidak yakin cara memakainya, atau lipstik yang terlalu lengket
dan merah.
Ngomong-ngomong soal sulit
dimengerti, pakaian Shirakawa-san hari ini juga luar biasa.
Dia mengenakan baju putih
bermodel bahu terbuka, rok mini ketat hitam yang tampak mengkilap, serta sepatu
hitam dengan hak yang sangat tinggi, dan sebagai tambahan, dia membawa tas
dengan pola kulit ular.
Dia adalah gadis gyaru. Sungguh
menggelikan, bahwa DK produksi massal seperti aku berjalan berdampingan di
sampingnya, seorang gyaru yang takkan malu sama sekali ke mana pun dia pergi. (TN : Ada dua arti
sih dari DK ini yg pertama DK= Danshi Koukousei (Cowok SMA) dan satu laginya
DK=Doutei Koukousei (Cowok perjaka SMA))
Dan
dia masih terlihat sangat imut.
“Eh, hei, lihat deh gadis itu,
bukannya dia sangat manis?”
“Apa dia seorang model atau
semacamnya? Aku tidak tahu banyak dengan gyaru jadi aku kurang yakin…. ”
Aku juga mendengar pembicaraan
dua mahasiswi yang berbisik satu sama lain ketika mereka melihat Shirakawa-san.
Sudah
kuduga, kecantikan Shirakawa-san berada pada level yang membuatnya menonjol
bahkan di pusat kota.
Ketika aku memikirkannya, aku
merasa terintimidasi tapi juga senang berjalan-jalan sebagai
"pacar"-nya, dan aku semakin gugup.
Ya,
aku seharusnya berhubungan seks dengannya…. Tidak, tidak, aku berbeda dengan
mantan pacarnya, kepalaku sibuk berpikir berputar-putar.
Selagi aku melamuni itu, di
sampingku ada Shirakawa-san yang asyik dengan barang belanjaan.
“Wah imut! Sangat imut ~ ayo
beli yang ini ~! ”
Dia sudah menggunakan kosakata
yang hampir sama beberapa kali sejak sebelumnya, tapi kegembiraannya tampaknya
asli.
Kelopak mata ganda khasnya yang
bukan orang Jepang berkilau, dan bulu matanya yang ditumpuk lebih banyak
maskara dari biasanya bergetar kegirangan. Bibir mengkilapnya yang sepertinya
mengeluarkan suara berkicau saat disentuh juga membuatku tertarik.
Aku
pikir aku sebenarnya .. suka tipe gyaru….?
Tidak,
itu cuma karena Shirakawa-san memang imut. Dan kemudian, make-up dan fashion
gyaru sangat cocok untuknya jadi meskipun itu sama sekali bukan preferensiku,
aku rasa aku bisa menerimanya.
Dengan pemikiran ini, aku
menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk mengamati Shirakawa-san yang berbelanja
kosmetik dan pakaian.
Di kafe Instagramable yang kami kunjungi setelah itu, Shirakawa-san yang
sedang menyeruput minuman yang disajikan menumpuk seperti parfait tiba-tiba
bertanya kepadaku.
“… .Nee, Ryuuto.”
Nada suaranya jauh lebih rendah
ketimbang saat berbelanja di toko tadi.
“Apa kamu baik-baik saja? Apa
kencan seperti ini memang membosankan? ”
“Bukan itu masalahnya.”
Aku menjawab seperti itu karena
aku benar-benar berpikir begitu tetapi Shirakawa-san mengerutkan keningnya.
“….Bohong. Maksudku, Ryuuto
tidak melihat barang apa pun di toko, ‘kan? ”
“E-Eh? Tidak, eh, itu sih…. ”
Itu
memang benar.
Maksudku,
ketika cowok melihat item fesyen wanita…. relatif tidak apa-apa jika itu produk
universal, tetapi jika seorang pria melihat pakaian yang sangat ditujukan untuk
wanita, mana mungkin Ia akan tertarik. Jadi, mau bagaimana lagi.
“.... itu tidak membosankan
sama sekali. … .karena…..aku menonton Shirakawa-san.”
Takut dianggap menyeramkan, aku
menambahkan sedikit kata terakhir dengan takut-takut.
Wajah Shirakawa-san tampak
terkejut saat mendengar jawabanku.
“Apa maksudmu dengan itu?”
“Eeh !?”
Aku tidak berharap dia menggali
lebih dalam jadi aku sedikit terkejut.
“Yah, umm…. seperti,
memperhatikan jenis pakaian yang kamu suka, atau misalnya, seberapa imutnya
penampilanmu saat bahagia…. Uggh, maaf. Aku ini menyeramkan, bukan…. ”
Ketika aku tidak tahan lagi dan
mencela diriku sendiri, Shirakawa-san menggelengkan kepalanya dengan wajah
serius.
“Apa kamu senang melihatku
berbelanja?”
Aku ditanyai begitu dan balas mengangguk.
“Saat aku melihat Shirakawa-san
bersenang-senang… entah bagaimana, aku mulai ikut bersenang-senang.”
“….”
Shirakawa-san terdiam.
Apa
aku mengatakan sesuatu yang buruk ?, dan ketika aku melihatnya
lebih jelas, pipinya mulai memerah.
“….Apa-apaan itu…. Ini agak
memalukan, tau.”
“….”
Im-Imutnya!
Ternyata
Shirakawa-san bisa tersipu juga !?
“… .Ryuuto, bagaimanapun juga,
kamu memang berbeda, ya.”
Senyuman malu-malu yang dia
tunjukkan saat mengatakan itu sama lugu dan indahnya seperti seorang gadis
kecil.
Apa
yang harus dilakukan.
Aku
suka Shirakawa-san.
Tidak,
aku selalu berpikir aku tertarik padanya, tetapi sejak kami mulai berpacaran,
aku semakin jatuh cinta padanya.
Pada saat itu, ponsel
Shirakawa-san di atas meja bergetar.
“Ah, ini dari Nikoru.”
Layar gelap ponselnya menyala
terang dan ada banyak pemberitahuan pesan yang muncul.
Shirakawa-san mengatakan kepada
aku, “Tunggu sebentar, oke?", Dan mengangkat teleponnya dan mulai mengetik
dalam diam. Dia mungkin membalas pesan-pesan
itu.
Aku tak tahu apa yang harus
dilakukan jadi aku melihat sekeliling interior kafe.
Tempat yang Shiarakawa-san
pilih ialah sebuah kafe dengan tempat duduk teras yang terinspirasi oleh resor
pantai. Jalurnya terbuat dari dek kayu yang terlihat seperti tepi pantai dan
sebenarnya ada juga area yang tertutup pasir putih. Ini adalah kafe yang penuh
dengan orang-orang ceria yang pasti tidak akan aku masuki sendirian.
Apa
tidak apa-apa cowok suram seperti aku berada di tempat ini ?, jadi
karena aku mulai merasa gelisah, aku mengalihkan pandanganku ke Shirakawa-san
yang berada di depanku.
Tidak
peduli dari sudut mana kamu melihatnya, Shirakawa-san benar-benar imut dan cantik.
Aku benar-benar merasa seperti itu saat kami melakukan banyak hal bersama-sama
hari ini.
Aku
ingin tahu bagaimana denganku? Tidak peduli dari sudut manapun, aku terlihat
seperti orang bodoh…. tidak tampan…. Aku tidak keberatan jika aku tidak
terlihat seperti itu….
“….”
Tidak
ada gunanya untuk memikirkan hal itu terus. Aku tidak bisa mengubah diriku
menjadi cowok tampan untuk menyamai Shirakawa-san jadi setidaknya aku harus
tegas di dalam…. Aku tidak terlalu percaya diri tentang itu….
Shirakawa-san
masih mengetik di ponselnya. Aku pikir dia sangat dekat dengan “Nikoru” ini.
Aku terlalu malas untuk
mengetik pesan dan aku jarang mengirim pesan LINE ke Ichi atau Nishi. Jika ada,
itu cuma mengirim satu atau dua pesan bolak-balik.
Sepertinya tadi malam
Shirakawa-san teleponan sampai larut malam dengan “Nikoru”. Karena itu adalah
rutinitasnya sebelum hari libur, dia mengatakan kepadaku bahwa dia akan senang
jika pertemuan kita dilakukan setelah tengah hari. Itu sebabnya sekarang sudah lewat pukul empat sore.
Padahal
mereka sudah berbicara di telepon kemarin, jadi kenapa dia begitu sibuk berkomunikasi,? Ketika
aku melihat dia tidak melepaskan ponselnya untuk waktu yang lama, aku yakin dia
memasuki keadaan mengobrol.
….
Mungkin, dia mengeluh tentangku?
Tidak,
hentikan! Terlalu parno itu tidak baik.
Itu
semua karena kurangnya rasa kepercayaan diriku yang membuatku berpikir seperti
ini.
Aku
harus berubah… total .. mungkin mustahil, tetapi aku akan berusaha semaksimal
mungkin.
Ini
bukan berarti Shirakawa-san mengatakan apapun kepadaku jadi mari kita berhenti
kehilangan kepercayaan diri secara sembarangan. .... Ya, aku ingin berhenti.
Kecuali
aku mengatasi trauma karena tidak bisa mempercayai seorang gadis cantik, aku
takkan bisa melanjutkan hubunganku dengan pacar yang super imut ini….
Tapi….
kenapa. Meski menurutku Shirakawa-san adalah gadis yang jujur dan
baik, pada saat yang sama, wajahnya terkadang tumpang tindih dengan gadis
cantik yang pernah menolakku dulu.
Mereka
adalah dua tipe yang sangat berbeda, jadi itu rasanya aneh.
“… .Astaga~ dasar Nikoru itu
~!”
Pada saat itu, Shirakawa-san,
yang sampai saat ini diam dan mengutak-atik ponselnya, mengetuk layar satu kali
dan mendekatkan ponsel ke telinganya.
“Sudah ~ Aku ~ bilaaaaaang~,
Saat ini aku sedang berkencan dengan Ryuuto.”
Dari telepon, “Aku tahu! Itulah sebabnya aku memanggilmu!
”, terdengar suara gadis dengan nada tinggi.
“… .Eeeh ~? … Aah, tidak
apa-apa, kita akan bicara nanti, jadi .. ”
Mungkin ditanya dengan keras,
Shirakawa-san berbicara dengan suara sedikit kesal.
“Jadii~ kami pergi ke Lumine,
mencari baju di Cecil ~, melihat-lihat kosmetik Etude House ~, mampir ke kafe
pantai ~…. Ya, benar, aku bilang kalau aku ingin pergi mengunjungi semuanya.”
Shirakawa-san tampak senang ketika
membicarakannya.
“….Aku rasa begitu. Ini pertama
kalinya aku berkencan seperti ini.”
Shirakawa-san menatap gelas
minuman yang tampak manis di atas meja, dan menunjukkan senyuman manis yang
hanya bisa ditunjukkan kepada orang yang benar-benar dipercaya.
Ketika aku melihat wajahnya
itu, aku merasakan sesuatu yang jauh di dalam diriku berkibar, sedemikian rupa
sehingga apa yang telah aku pikirkan sebelumnya menjadi tidak penting lagi.
Gadis
yang manis ini adalah pacarku.
Shirakawa-san
punya banyak pengalaman dengan mantan pacarnya di masa lalu, dan sekarang, dia
duduk di depanku sebagai pacarku. Hal itu adalah kebenaran yang pahit dari
sudut pandangku….
Jika
hubungannya dengan pacar sebelumnya bahagia, dia mungkin tidak ada di sini
sekarang. Orang-orang yang dia kencani sebelumnya memperlakukannya seperti
gadis murahan, dan membuangnya.
Aku
takkan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan mantan pacarnya. Aku
ingin membuatnya bahagia….
Dan
itulah yang aku pikirkan.
Pada
akhirnya, aku tidak yakin apa yang harus aku lakukan untuknya. Hanya semangat
jiwaku yang menggebu-gebu.
Seperti
yang aku pikirkan, sepertinya pemikiran negatifku berasal dari "Kurangnya kepercayaan
diri sebagai pacarnya” ini.
Meski
sekarang aku sudah menyadarinya, aku masih belum yakin hal terbaik yang harus
aku lakukan.
“Ada apa, Ryuuto?”
Sebelum aku menyadarinya,
Shirakawa-san telah mengakhiri panggilan dengan sahabatnya dan menatapku dengan
rasa penasaran.
“Ah, ya… .Aku ingat ujian kanji
minggu depan, jadi kupikir, astaga, ini buruk.”
Alis Shirakawa-san berkerut
dengan luar biasa saat mendengar celotehku.
“Waaah ~ seriusan. Sepuluh poin
turun ~…. Padahal aku benar-benar lupa tentang itu ~!”
“Bagus untukmu, ‘kan.”
“Aku ingin melupakannya ~~!”
“Kalau begitu, kamu tidak akan
telat belajar, oke.”
Saat aku melontarkan sindiran
dan tersenyum padanya sambil memegangi kepalanya, dan bertingkah layaknya orang
dewasa, aku menyesap kopi hitam yang telah aku pesan bersamaan dengan kepahitan
yang ada di hatiku.
Mcnya rendah diri bgt wkwk
BalasHapus