Our Dating Story Vol.1 Chapter 03 Bahasa Indonesia

Chapter 3

 

Shirakawa-san sangat populer di kalangan laki-laki maupun perempuan.

Tentu saja, itu artinya dia sering mengobrol dengan para cowok.

Ini adalah pemandangan yang tidak terlalu aku pedulikan sebelumnya. Tapi sekarang, karena aku sudah menjadi pacarnya, melihatnya berbicara dengan cowok lain di waktu istirahat membuat hatiku sedikit kesal.

Terlebih lagi, lawan bicaranya adalah anggota inti klub sepak bola, cowok tampan yang ceria.

Tapi aku tidak punya hak untuk mengganggu lingkaran pertemanan Shirakawa-san. Seorang cowok tampan bermuka sadis dari manga shoujo mungkin akan mengatakan sesuatu seperti “Jangan lihat cowok lain selain aku”, tapi itu bukanlah sesuatu yang mungkin bisa aku lakukan.

Selain itu, bukannya aku ingin Shirakawa-san berubah.

Jika aku pikir dalam-dalam, Shirakawa-san yang aku sukai adalah gadis populer yang dikelilingi oleh banyak temannya, baik pria maupun wanita. Aku takkan pernah berpikir bahwa, hanya karena dia berpacaran denganku, dia harus menjadi serupa denganku…. orang suram yang hanya mempunyai beberapa teman dan cuma dari jenis kelamin yang sama.

“Tapi cowok dari klub bola itu, akhir-akhir ini Ia sering datang untuk berbicara dengannya, bukan….”

Aku, yang merupakan pengamat Shirakawa-san sebelum kami mulai berpacaran, memiliki pemahaman yang baik mengenai lingkaran pertemanannya. Cowok bola yang dimaksud adalah wajah baru yang tiba-tiba mendekati Shirakawa-san dalam satu atau dua minggu terakhir.

Saat itulah, Shirakawa-san yang sedang berbicara dengan si cowok bola, dengan santai menoleh padaku dan tatapan mata kami bertemu.

“Ah, Ryu….”

Dia tersenyum dan hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi kemudian dia memperhatikan tatapan si cowok bola itu.

“Apa ada yang salah?”

Ketika ditanya oleh cowok dari klub bola, dia hanya menjawab “Bukan apa-apa” dan dengan ringan menggelengkan kepalanya. Kemudian dia tersenyum ringan lagi, dan mengalihkan tatapannya dariku.

Karena dia menuruti keinginanku untuk tidak sering berbicara di sekolah, aku tidak mengeluh tentang sikapnya.

Tapi, andai aku bisa menyatakan "Shirakawa-san adalah pacarku" di depan semua orang, aku penasaran apakah perasaan galau ini akan hilang, itulah yang akan aku pikirkan di saat-saat seperti ini.

“Hei…. seperti yang kuduga. Lebih baik dibiarkan jadi rahasia, ‘kan?”

Sementara kami bertiga sedang makan siang seperti biasa, aku berani bertanya kepada mereka.

“Ada apa, bro?”

Saat Ichi menatapku dan bertanya, Nishi juga membuka mulutnya dengan sikap prihatin.

“Maksudmu, merahasiakan kalau kamu KEN's Kids? Itu sudah pasti. KEN seperti dewa di dalam diri kita, tetapi bagi masyarakat umum, apalagi yang tidak tahu, Ia adalah mantan profesional game yang menembak orang yang tidak jauh berbeda dengan seorang pembunuh profesional. Menyatakannya keras-keras hanya akan membuat teman sekelasmu merasa aneh.”

“Bukan itu. Oh, dan jangan pakai istilah game segala.”

Nishi adalah pemuja KEN garis keras di antara kami bertiga, namun, dia mengatakan beberapa hal yang mengerikan kepada Tuhan.

“Aku tidak bermaksud begitu…. Ini mengenai aku yang berpacaran dengan Shirakawa-san.”

Aku memberitahu mereka dengan suara bisik-bisik dan bahu mereka terkejut sedikit. Setelah itu, mereka melirikku dan saling bertukar pandang satu sama lain, lalu menurunkan alis mereka dengan sikap yang disesalkan.

“Kashi…. kamu masih terus membicarakan itu, ya.”

“Yah, kurasa Ia tidak bisa disalahkan juga. Namanya juga cowok perjaka.”

“Apa-apaan maksudnya itu? Sebaliknya, kalian juga sama-sama masih perjaka.”

Tidak peduli dengan kata-kataku, mereka mengangkat bahu seolah mengatakan, “yare yare daze~”.

“Dengarkan baik-baik, membalas pengakuan Kashi cuma candaan dari Shirakawa Luna, tau.”

“Betul sekali. Tak disangka kamu sampai menganggap serius lelucon orang yang ceria dan masih berpikir kalau kamu berpacaran dengannya, itu sungguh menyedihkan sampai-sampai bikin kita tertawa, Kashi.”

“Eh, Eeeh….!?”

Aku ingin membantah mereka, dan memberitahu kalau kami sering mengirim pesan LINE setiap hari dan bahkan berkencan pada hari Sabtu, tapi sepertinya mereka tetap tidak mau mempercayai perkataanku.

“Jika kamu punya banyak waktu luang untuk terus memimpikan khayalan bodoh itu, bukannya lebih baik membidik jadi Kid’s terbaik seperti kita?”

“Itu benar. Gadis di 3 dimensi akan segera berhenti menghubungi kami, tapi KEN tidak pernah mengkhianati kami dan memposting video barunya setiap hari, kan? ”

Uhuh, memangnya kalian pernah benar-benar berhubungan dengan gadis asli? Aku ingin mengeluh tetapi jika aku mengatakan sesuatu sekarang, aku hanya akan mendapat tatapan kasihan dari mereka, jadi aku tidak punya pilihan selain tetap diam.

“… .Baiklah, ya ampun.”

Aku menggerutu dalam hati dan kemudian fokus pada makan siangku.

Pepatah bilang kalau memiliki teman yang baik merupakan sebuah berkah, tapi jika mereka bahkan tidak percaya kalau kamu sedang menjalin hubungan, mana mungkin bisa berkonsultasi dengan mereka.

 

◇◇◇◇

 

Hal yang membuatku sedikit terganggu dengan cowok dari klub bola dan mulai berpikir untuk mengumumkan hubunganku dengan Shirakawa-san adalah insiden kecil yang terjadi pada hari Minggu.

Pada hari Minggu…. Dengan kata lain, sehari setelah kencan kita dan seperti biasa, Shirakawa-san mengirimkan pesan selamat pagi melalui LINE.

Aku mengirim balasan untuk itu tetapi berbeda dari biasanya, balasanku masih belum dibaca. Tentu saja, tidak ada jawaban dan kemudian beberapa jam berlalu. Empat jam kemudian aku akhirnya mendapat notifikasi dibaca dan pesan LINE darinya.

Selain itu, dia tidak memberitahuku tentang apa yang terjadi selama waktu itu. Aku sungkan bertanya padanya tapi kemudian aku ingat apa yang pernah dia katakan

──Aku sudah ada rencana pada hari Minggu, tapi aku ada waktu di hari Sabtu

Aku yakin itulah yang Shirakawa-san katakan saat aku mengajaknya kencan.

Rencana apa maksudnya….? Apa sebenarnya "Rencana" yang membuat Shirakawa-san, yang selalu membalas LINE dengan segera, tidak dapat mengirim balasan selama empat jam.

Begitu aku mulai mengkhawatirkannya, aku tidak bisa berhenti merasa cemas.

 

◇◇◇◇

 

Setelah pulang dari sekolah, aku berbaring di kasur kamarku dan masih merasa galau mengenai masalah itu.

Meski itu benar, aku bukannya keberatan Shirakawa-san keluar dengan teman cowoknya pada hari Minggu. Sebenarnya aku…. lebih dari sedikit terganggu tapi, aku ingin dia jujur ​​kepadaku.

Dengan begitu, itu akan jauh lebih baik daripada rahasia ceroboh yang kita miliki sekarang. Pacarnya, cowok terbaik untuknya adalah aku…. Setidaknya aku bisa memikirkan itu.

“….Lagi-lagi.”

Sungguh menyedihkan. Aku masih belum bisa percaya diri.

Aku tidak yakin kalau Shirakawa-san menyukaiku sebagai pacarnya.

Aku tahu sejak awal bahwa perasaanku padanya selalu jauh lebih kuat daripada perasaannya. Shirakawa-san tidak tahu apa-apa tentang diriku, dia hanya "sedikit menyukaiku" karena aku menembaknya.

Tapi, fakta bahwa dia menjadikanku "pacar" -nya berarti dia menganggapku lebih istimewa daripada "teman cowok".  Cuma aku sendiri yang tidak merasakannya.

Ini semua karena aku kurang percaya diri….

“… .. Ah, astaga! Tapi aku tidak bisa mendadak bertingkah seperti pacarnya dan bertanya pada Shirakawa-san ‘Apa yang kamu lakukan pada hari Minggu?’, ‘kan!? ”

Kemudian peristiwa itu terjadi.

Ponsel yang aku tempatkan di samping tempat tidur berdering, dan ketika aku melihat ke layar, ada pesan LINE yang muncul.

________________________________________

LUNA

Bisakah kamu pergi ke stasiun sekarang?

________________________________________

“Eh?”

Sekarang? Apa ini…. Aku jadi gugup.

“Ini bukan tentang putus, ‘kan….?”

 

◇◇◇◇

 

Aku lalu pergi menuju Stasiun K sambil merasa gugup dan menemukan Shirakawa-san di dalam gerbang tiket. Dia tampaknya pulang ke rumahnya dulu dan mengenakan pakaian kasualnya, mengenakan rok mini dan baju model bahu terbuka.

Aku masuk dengan kartu komuterku dan mendekatinya.

“Shirakawa-san, apa ada….”

“Ta-da!”

Sebelum aku selesai berbicara, Shirakawa-san memegang sesuatu yang terlihat seperti inro di depanku. (TN: Cek sendiri https://en.wikipedia.org/wiki/Inro)

“Eh….?”

Ketika aku melihatnya, benda itu terlihat seperti casing ponsel. Karakter yang tidak asing tercetak dan tersebar di seluruh permukaan. Itu adalah karakter kelinci dengan wajah aneh yang sering digunakan Shirakawa-san di LINE.

“Ini adalah casing ponsel Osausa! Edisi terbatas yang cuma dijual di pembukaan toko chara di Harajuku, cuma dibatasi satu per orang.”

“Osausa?”

“Kamu tidak tahu? 'Ossan Usagi (Kelinci om-om)'. Sangat imut, ‘kan?”

“Imut….?”

Aku pikir itu adalah kelinci dengan wajah yang mirip dengan Golgo 13, tapi ….

“Yah, karena kamu menyukainya, aku turut senang kamu bisa mendapatkannya.”

“Ya! Dan ini!”

Shirakawa-san mengatakan itu dan mendorong casing ponsel tersebut ke arahku.

“Apa?”

“Aku memberikannya padamu. Yang ini untuk Ryuuto.”

“Eh? Kenapa….”

Ini adalah barang edisi terbatas yang cuma bisa dibeli satu per orang, dan dia berusaha keras untuk mendapatkannya, ‘kan ?, dan ketika aku sedang kebingungan, dia mengeluarkan sesuatu dan menunjukkannya padaku.

“Lihat, ini sepasang!”

Dia menunjukkan ponsel yang bertempat di casing yang sama.

“Aku meminta Nikoru untuk mengantri denganku. Kami bermain game sejak pagi dan baterainya habis sebelum toko dibuka, jadi aku tidak bisa membuka LINE sampai aku pulang.”

“Ah….”

Aku terperangah ketika aku menyadari peristiwa di hari Minggu lalu.

 Shirakawa-san tersenyum saat melihatku seperti itu.

“Jika aku mendapatkan yang baru, aku ingin mencocokkannya dengan Ryuuto. Kamu ingat? Hari ini, adalah hari jadi satu minggu sejak kita mulai berpacaran.”

“Ah….”

Sekarang setelah dia mengungkitnya, memang sudah seminggu sejak aku mengakui perasaanku.

Namun, aku merasa kalau seminggu tidak bisa dibilang "hari jadi".

“Ma-Makasih….”

Aku tidak dapat mengucapkan terima kasih dengan benar karena aku sangat tersentuh sampai-sampai merasa linglung.

Aku bisa merasakan perasaan galau yang aku rasakan sejak tadi perlahan menghilang.

“…. Sepertinya kamu sudah merepotkan Yamana-san, ya. Jika kamu memberitahuku, aku pasti akan ikut mengantri denganmu.”

“Nggak mau! Aku ingin memberimu hadiah kejutan hari ini.”

Shirakawa-san membalas sambil tersenyum manis.

“Kamu tidak menyadarinya, kan? Apa kejutan ini sukses? ”

Saat aku melihatnya tersenyum bahagia, perasaan kasih sayang mengalir dari dalam hatiku.

“Ya, aku sangat terkejut….”

Aku mengkhawatirkan banyak hal yang tidak biasa, misalnya mungkin dia kehabisan baterai sehingga dia tidak bisa menghubungi dan dia tidak menjelaskan alasannya.

Melihat senyum riang Shirakawa-san, sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Seminggu yang lalu, aku mulai menjalin hubungan dengannya, tapi aku masih merasa takut kalau dia memutuskan berpacaran denganku supaya bisa mengejekku, atau dia akan melakukan hal yang sama yang dilakukan gadis cantik yang pernah menolakku di masa lalu. Alasan mengapa aku terganggu dengan si cowok dari klub bola, atau mengapa aku tidak dapat menegaskan “Kami benar-benar berpacaran” kepada Ichi dan Nishi ketika mereka tidak mempercayainya, ialah karena aku tidak memiliki kepercayaan diri sebagai " Pacar ”sendiri.

Tapi mungkin, Shirakawa-san sangat peduli padaku lebih dari yang aku kira.

──Jika aku mendapatkan yang baru, aku ingin mencocokkannya dengan Ryuuto.

Ini pertama kalinya aku merasa seperti itu ketika melihat senyum manis menghiasi wajahnya.

“.... Ada apa, Ryuuto?”

Aku terkejut saat dipanggil oleh Shirakawa-san. Aku sangat tersentuh sampai-sampai memikirkan banyak hal meskipun dia tepat berada di depanku.

“Apa kamu tidak suka casing ponselnya? Apa kamu tidak mau punya barang semacam ini? ”

Aku menggeleng panik melihat Shirakawa-san terlihat khawatir.

“Tidak, aku senang, kok. Terima kasih. Aku akan menjaganya baik-baik.”

Mengesampingkan apakah Osausa itu imut atau tidak, sejujurnya aku sangat senang…. bahwa Shirakawa-san memberiku hadiah yang sepasang untuk hari jadi kami (?).

“Benarkah? Syukurlah!”

Shirakawa-san tersenyum senang.

“Lalu, kenapa kamu melamun barusan?”

“Eh? Umm…. ”

Aku mencoba menemukan sesuatu yang bisa aku beritahu padanya.

“… .Sebenarnya… aku pernah, menembak gadis,….”

“Eh, apa!? Kapan?”

Mata Shirakawa-san tiba-tiba berbinar dan dia mengambil umpannya. Sepertinya dia suka membicarakan gosip percintaan.

“Saat aku duduk di kelas 1 SMP dulu.”

“Gadis yang seperti apa? Apa dia mirip denganku? ”

“Tidak, tidak terlalu…. Dia gadis yang pendiam dan berambut hitam.”

“Ah, tipe yang rapi dan sopan, begitu ya. Sangat berbeda denganku.”

Shirakawa-san segera diyakinkan.

“Jadi, apa terjadi sesuatu dengan gadis itu?”

“Aku ditolak. Dia selalu bersikap baik padaku, dan bahkan sempat mengatakan tentang menyukaiku jadi kupikir gadis itu pasti punya rasa padaku, namun…. Ternyata aku salah.”

Shirakawa-san mendengarkan ceritaku dengan seksama.

“Sejak saat itu, aku selalu tidak percaya kepada gadis. Lagipula aku tidak sepercaya itu sejak awal…. Itu sebabnya, sulit dipercaya bahwa gadis cantik seperti Shirakawa-san menganggapku sebagai pacarmu.”

Shirakawa-san mengedipkan matanya karena terkejut.

“Eh, apa-apaan itu. Orang yang menembak duluan adalah Ryuuto, ‘kan !? ”

“Itu benar, tapi…. Bisa dibilang kalau aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu mau berpacaran denganku.”

Aku belum bisa memberitahunya kalau aku menembaknya karena paksaan teman-temanku.

“Meski sudah seminggu, aku masih merasa sulit untuk percaya…. Itu sebabnya, fakta bahwa Shirakawa-san membuat kejutan untukku seperti ini, aku sangat senang.”

“….Jadi begitu rupanya.”

Shirakawa-san, yang menatapku dengan seksama saat aku menyelesaikan ceritaku, mulai tersenyum lembut. Ketika Shirakawa-san, yang wajahnya dalam kategori cantik, tersenyum, wajahnya berubah menjadi polos seperti seorang gadis kecil dan itu membuatnya semakin manis.

“Ryuuto, rupanya pernah menembak gadis juga, begitu ya.”

Dia mengatakan itu, dan menunjukkan senyuman kecil yang menggoda.

“Kupikir akulah yang pertama.”

“Uhuh, tapi itu cuma sejarah kelam, sungguh.”

“Tapi yah, kita sekarang berpacaran berkat gadis itu, ‘kan. Kita harus berterima kasih padanya.”

“Eh?”

Saat aku tak memahami apa yang dia maksud, dia tersenyum ke arahku.

“Maksudku, jika gadis itu menjawab oke dan bahkan sekarang Ryuuto masih berpacaran dengannya, kamu tak akan menembakku, ‘kan?”

“Hmm, yah…. Tapi, cinta di kelas satu SMP biasanya tidak berlangsung lama, lho.”

“Itu tidak benar, kok! Maksudku, papah dan mamahku mulai berpacaran saat mereka baru kelas 1 SMP.”

“Eh, Serius !?”

Saat aku terkejut, Shirakawa-san mengangguk dalam-dalam.

“Mereka sama-sama baru pertama kali berpacaran, dan begitu kelas 3 SMA, Mamah sudah mengandung Onee-chan di perutnya, dan mereka langsung menikah tepat setelah lulus.”

“Heeh….”

Wow…. keluarga normie sejak generasi orang tua, ya…. Aku baru tahu kalau dia punya kakak perempuan. Dia pasti cantik.

“Jadi kupikir .. itu akan terjadi padaku juga….”

Tiba-tiba Shirakawa-san mendongak ke langit-langit dan bergumam begitu.

Sekarang sedang jam-jam sibuk dimana para pekerja kantoran baru pulang dari kerja dan lokasi stasiun penuh dengan orang-orang yang datang dari peron, mereka semua melalui gerbang tiket dengan cepat dan pulang ke rumah. Di tengah semua keramaian ini, kami berdua menyender di sepanjang dinding. Dia  bisa mengobrol hal penting di tempat seperti ini, huh, pikirku dalam hati.

“Mamah ditembak Papa saat kelas 1 SMP. Dia tidak tahu banyak tentang masalah pacaran tapi dia senang mendapatkan pacar jadi dia menjawab oke setelah ditembak Papa. Itu sebabnya, ketika aku ditembak sebelum liburan musim panas di kelas 1 SMP, aku penasaran apa aku akan menikahi orang ini,”

“Begitu ya….”

“Itu sebabnya aku menjawab oke ~… ..”

Kurasa aku bisa membayangkan detailnya setelah itu.

“….”

Memikirkan tentang mantan pacar Shirakawa-san masih membuat hatiku gundah. Ini masalahku.

Seminggu sudah berlalu, dan sedikit demi sedikit, aku mulai berpikir pada kenyataan kalau aku berpacaran dengan Shirakawa-san adalah hal yang nyata tetapi, seperti yang kupikirkan, aku akhirnya berpikir apakah aku cowok yang pantas baginya.

Aku harus kuat. Cowok yang Shirakawa-san pacari sekarang…. adalah aku.

“… .Kalau begitu, kita harus berterima kasih, kepada mantan pacar Shirakawa-san.”

Aku bergumam pada diriku sendiri untuk menenangkan diri dan Shirakawa-san menatapku dengan “Ah”.

“Kamu meniru kalimatku ~!”

Ketika Shirakawa-san tersenyum malu-malu dan membuat lelucon, aku balas tersenyum.

“Aku cuma berpikir kalau itu kalimat yang bagus.”

“Mouu ~, seharusnya aku menyimpan patennya ~”

Shirakawa-san dengan bercanda menyesal.

Tapi barusan itu ada sedikit kalimat kosong.

Suatu hari, sampai aku bisa berterima kasih dengan tulus kepada mantan pacar Shirakawa-san tanpa perasaan campur aduk…. sampai saat itu, mungkin masih baik-baik saja.

Ketika saatnya tiba, tentunya hatiku akan dipenuhi dengan keyakinan bahwa Shirakawa-san mencintaiku, dan aku bisa mengatakan kalau aku adalah pacar Shirakawa-san dengan bangga.

Aku berharap hari seperti itu akan tiba.

“….Ya kamu tahu lah.”

Dan di sana, Shirakawa-san mulai berbicara seolah-olah bergumam pada dirinya sendiri.

“Papa dan Mamah akhirnya putus juga.”

“Eh… jadi begitu...”

Masih banyak yang belum aku ketahui tentang keadaan keluarga Shirakawa-san. Ini jelas bukan sesuatu yang akan kamu ceritakan kepada teman begitu saja, tapi aku belum pernah mendengar hal semacam itu, bahkan melalui obrolan dari temannya.

Namun… .. dia mengalami kesulitan untuk membicarakan hal lain, dan kemudian kembali membicarakan tentang keluarganya.

Ketika aku terdiam memikirkan mantan pacar Shirakawa-san, aku penasaran apakah Shirakawa-san sedang memikirkan bagaimana cara memberitahuku tentang keadaan keluarganya atau tidak.

“Jadi, apa kamu sekarang tinggal dengan ibumu?”

“Tidak. Aku tinggal bersama Papa dan nenek. Onee-chan dulu tinggal bersama kami sampai tahun lalu tapi sekarang dia tinggal bersama pacarnya.”

“Begitu ya.”

Aku tidak yakin harus berkata apa pada saat-saat seperti ini. Aku berasal dari keluarga biasa dan tinggal dengan kedua orang tuaku yang tampak adem ayem, jadi aku tidak yakin apa jawaban yang benar.

“Yah, untungnya para saudari tidak berpisah, ya.”

Kemudian, ekspresi di muka Shirakawa-san sedikit berubah.

“Eh….?”

Dia menatapku dengan ekspresi terkejut.

“Eh?”

Jadi, aku pun ikut terkejut karena reaksi tak terduganya.

Apa aku mengatakan sesuatu yang buruk? Aku pikir itu komentar yang relatif aman…. Dan saat aku memikirkan itu, Shirakawa-san dengan cepat membuang muka dan mengangguk dengan senyuman masam di mulutnya.

“Ah, ya. Yah, kurasa begitu…. ”

“….?”

Aku penasaran. Maksudnya apa itu?

Sumber ketidaknyamanan yang aku rasakan saat ini, bagaimanapun, akan diungkapkan di kemudian hari yang tidak terlalu jauh.

 

◇◇◇◇

 

Kemudian, sejak hari itu, aku mulai memiliki casing ponsel yang sama dengan Shirakawa-san, dan kehidupan sekolah di mana sulit untuk mengeluarkan ponselku di sekolah.

Kemudian sesuatu yang lebih memalukan terjadi padaku.

“Mulai hari ini, kelas ini akan kedatangan anggota baru.”

Pada suatu pagi, komentar singkat dari guru wali kelas kami membuat seluruh kelas jadi heboh.

“Serius !? Ada murid pindahan !? ”

“Cowok? Gadis? Yang mana!?”

Alih-alih menjawabnya, guru wali kelas kami membuka pintu kelas, dan memberi isyarat ke arah lorong.

Kemudian seisi kelas tersentak sesaat begitu mereka melihat sosok yang muncul.

Dia adalah gadis yang luar biasa cantik.

Mata besar yang tampak lembab, pipi bulat kemerahan, lekukan bibirnya berbentuk bagus dengan sudut mulut terangkat…. kombinasi yang sangat menggemaskan, diperkuat dengan rambut hitam lurus sebahu yang bersinar dengan menawan.

Dia bertubuh pendek dan ramping, seluruh tubuhnya mengeluarkan aura yang membuat para cowok ingin melindunginya.

“Wow….”

“Orang normal? Dia terlihat seperti seseorang dari Seri Sakamichi ”

“Bukannya dia terlalu manis?”

Teman-teman sekelasku mulai ribut tapi masih ada kejutan yang lebih bagiku.

“Kurose…. Maria….”

Seolah-olah ingin mengkonfirmasi fakta, aku menggumamkan nama yang ditulis  di papan tulis.

Aku kenal gadis ini.

Ini karena…..

──Maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu….

Nada suara yang seperti sedang kebingungan, bahkan sekarang masih membekas di ingatanku dan tidak mau menghilang.

──Aku cuma menganggap Kashima-kun sebagai teman baik….

Tak diragukan lagi.

Murid pindahan ini adalah gadis cantik yang pernah menolakku dulu…. Kurose Maria.

“Kurose-san meninggalkan kota ini tiga tahun lalu, tapi karena keadaan keluarga, dia kembali dan dipindahkan ke sekolah ini. Tolong berteman baik dengannya, oke. ”

“Tentu saja!”

Seorang cowok ceria yang sembrono mengangkat tangannya dengan napas liar.

Bukan hanya Ia saja. Aku tahu dari suasananya bahwa setiap cowok di kelas sangat ingin berbicara dengannya.

Kecuali satu orang, yaitu aku.

“Kurose-san, tolong perkenalkan dirimu.”

Diberitahu oleh wali kelas, dia mulai membuka mulutnya.

“Aku telah kembali ke daerah ini setelah tiga tahun. Aku belum tahu banyak tentang sekolah ini, jadi mohon bantuannya tentang itu, semuanya.”

“Yaaaa!”

Beberapa orang mengangkat tangan, termasuk cowok ceria dari sebelumnya.

“Terima kasih. Tolong perlakukan aku dengan baik.”

Kurose-san melihat sekeliling kelas dengan sedikit rasa malu, dan di tengah-tengah melakukan itu…. matanya bertemu dengan tatapan mataku.

“….”

Ekspresi malu-malunya langsung menghilang dari wajahnya saat mulutnya sedikit terbuka.

Aku segera membuang muka dan menundukkan kepalaku tetapi sepertinya dia telah menyadari keberadaanku.

Rasanya terlalu canggung.      

Tak disangka kalau gadis yang pernah menolakku di masa lalu akan dipindahkan ke kelas yang sama denganku. Apalagi, aku dulu sempat merasa yakin kalau dia juga menyukaiku, dan membuatku sangat kegirangan sehingga aku mengakui perasaanku padanya, tapi hasilnya, aku ditolak dengan cara yang memalukan.

Yah, sekarang aku sudah punya Shirakawa-san, pacar yang manis sampai-sampai dia itu gadis yang terlalu baik untukku, jadi trauma itu agak sembuh dibandingkan sebelumnya.

Sejauh menyangkut pihak lain, dia mungkin tidak perlu diingatkan tentang apa yang terjadi denganku, jadi aku memutuskan untuk menghindari terlibat dengan Kurose-san sebisa mungkin.

Namun..

“Apa kamu keberatan jika kursimu ada di sini, Kurose-san? Tempat di mana kamu dapat mengajukan pertanyaan kepada guru dengan mudah sampai kamu terbiasa dengan kelas seharusnya jadi tempat yang bagus. ”

Atas kebijaksanaan wali kelas, tempat duduk Kurose-san berada di depan meja guru, dan siswa di barisan di sebelahku bergeser ke belakang satu kursi semua.

Dengan kata lain…. Kursi Kurose-san berada di sebelahku.

“Senang bertemu denganmu.”

Setelah menempati tempat duduknya, hal pertama yang dilakukan Kurose-san adalah menyapa cowok yang duduk di samping kirinya.

“Ya-ya…. Senang bertemu denganmu juga.”

Wajah cowok itu berubah sedikit merah dan menatap Kurose-san dengan pandangan linglung.

Aku tahu betul bagaimana perasaannya. Bagaimanapun juga, dia adalah gadis cantik yang akan membuat malu artis di TV. Aku mungkin akan bereaksi sama jika bukan karena apa yang terjadi di masa lalu.

Setelah menyelesaikan sapaannya padanya, Kurose-san kemudian menoleh ke arahku.

Ini dia….

Aku menundukkan kepalaku, berpura-pura tidak memperhatikannya sambil mempersiapkan diriku secara mental.

Kurose-san menatapku tanpa bergerak selama beberapa detik. Ada tanda seakan-akan menyiratkan, “Sepertinya aku belum pernah melihatnya, tapi", datang darinya.

“Umm…. Kashima-kun, ‘kan? ”

Karena itu, aku dengan enggan mengangkat wajahku dan menatapnya.

Wow, dia sangat imut…. Tentu saja, aku lebih menyukai Shirakawa-san sekarang.

“Nn…. Ya.”

Aku tidak bisa begitu saja mengabaikannya, jadi aku mengangguk dengan cepat.

Kemudian, Kurose-san tersenyum ramah. Jika itu aku dari dua minggu lalu, aku mungkin akan jatuh cinta lagi, dalam sekejap. Senyumannya sangat manis.

“Aku tidak percaya kita bisa duduk bersebelahan lagi, sungguh kebetulan sekali. Mohon bantuannya nanti, ya.”

“Hm….sama-sama.”

Aku menjawab singkat lagi, lalu menunduk.

Begitu Kurose-san memalingkan wajahnya ke depan, gadis yang duduk di belakangnya segera menyolek punggungnya, lalu berbicara sesuatu padanya.

“… .Yup, benar. Kami dari SMP yang sama. ”

Rupanya dia bertanya tentang aku.

Aku membuat keputusan yang tepat. Semua orang ingin mengenal murid pindahan yang cantik ini. Tidak ada jaminan bahwa beberapa topik percakapan tidak akan membuat mereka mengetahui tentang penembakanku di masa lalu.

Kupikir itu langkah yang bagus untuk menjaga jarak sejauh mungkin dari Kurose-san.

Namun, Kurose-san berulang kali mulai berbicara denganku setelah itu.

“Kashima-kun, selamat pagi.”

Dia selalu menyapaku setiap pagi. Terkadang sedikit sentuhan di lengan, dan sentuhan di tubuh.

Pada hari tertentu….

“Kashima-kan, tolong makan ini jika kamu suka. Aku membuatnya kemarin.”

Dan dia bahkan membagikan salah satu kue dari tupperware-nya.

Kemudian suatu hari selama pelajaran matematika. Dia berkata, “Maaf, aku lupa membawa buku pelajaranku. Boleh aku ikut melihat milikmu? ”, Dan kami berbagi buku pelajaran dengan menempelkan meja kami.

“… .Hei, Kashima-kun.”

Saat guru pergi ke ruang guru untuk mengambil bahan ajar, dan di dalam kelas yang mulai berisik, Kurose-san mencondongkan tubuhnya ke arahku. Aroma wangi yang samar-samar menggelitik hidungku.

“Ap-Apa?”

Aku bertanya sambil terkejut, dan Kurose-san berbisik dengan wajah minta maaf.

“Tentang waktu itu, aku minta maaf.”

“Eh….”

Kurasa yang dia maksud saat dia menolak pengakuanku. Saat aku menatapnya dengan pemikiran ini, dia terus berbicara.

“Aku tidak membenci Kashima-kun, tahu. Tapi saat itu, aku tidak terlalu mengerti yang namanya pacaran…. ”

Dia mengatakan itu, dan mendekatiku lalu berbisik.

“Jika sekarang, aku mungkin mengerti. Kebaikan dari Kashima-kun.”

“Eh….?”

Karena saking terkejutnya, aku menjauh darinya secara refleks.

Apa maksudnya itu?

Kurasa bukan begitu masalahnya tapi, Kurose-san menyukaiku….?

Tidak, tunggu sebentar. Pikirkan baik-baik.

Kurose-san hanya mengatakan, “Kalau sekarang aku mengerti kebaikan Kashima-kun”, terlebih lagi kalimat itu cuma mengatakan “mungkin”. Jika aku membuat kesalahan di sini, aku akan mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu lagi.

Sebaliknya, aku tidak perlu membuat kesalahan seperti itu. Karena sekarang aku sudah punya Shirakawa-san. Hatiku tidak perlu dibuat terombang-ambing.

Kurose-san menatapku dengan berkaca-kaca. Namun, mungkin itu wajah naturalnya, untuk memangkas kecemasan yang tidak diperlukan, aku berbicara dengan ekspresi sesantai mungkin.

“Terima kasih. Tapi aku sudah punya pacar sekarang.”

Dalam sekejap, cahaya dari mata hitam besarnya menghilang dan ekspresinya menegang.

Segera setelah itu, dia segera tersenyum lagi dan bertanya padaku sambil mencondongkan tubuh ke depan.

“Eh, benarkah? Dengan siapa? Seseorang dari sekolah ini? ”

“Uhmm, yah, itu sih….”

Aku memalingkan tatapanku dan merasa bimbang dengan apa yang harus kukatakan. Aku tidak menyangka sampai ditanya sedetail ini.

“Hei, tidak masalah, ‘kan. Aku enggak akan bilang ke siapa-siapa kok, jadi beritahu aku.”

“… ..”

Pastinya, Kurose-san baru saja pindah sekolah dan belum punya teman dekat , dan menurutku, dia tidak punya orang yang akan dia beritahukan.

Jika dia tahu bahwa pacarku adalah gadis yang sangat cantik, Shirakawa-san, dia mungkin akan menjadi pendiam dan berhenti berbicara denganku.

Pada saat yang bersamaan….  hatiku goyah dan sempat berpikir kalau aku harus memberi tahu Kurose-san.

“Maaf, membuat kalian menunggu, ya.”

Guru matematika kembali ke ruang kelas dan itu merupakan akhir dari obrolan kosong kami.

Lalu, pada jam istirahat.

Aku bisa merasakan tatapan Kurose-san dari kursi di sebelahku.

Apa aku perlu memberitahunya jika dia bertanya lagi?

Pada saat aku memikirkan tentang itu….

“Hei, kamu Kashima Ryuuto, ‘kan?”

Ada suara seorang gadis yang penuh dengan rasa intimidasi membuatku meringis, meski aku tidak mengingatnya.

Saat berbalik, aku menemukan seorang gadis berdiri tegak secara diagonal dari belakang kursiku.

“Y-ya….”

Aku mengenalnya.

Benar sekali. Dia adalah sahabat Shirakawa-san, seorang gadis bermata tajam bernama "Nikoru", Yamana Nikoru.

“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan”

“Eh….!?”

Apa yang dia inginkan dariku….?

 

◇◇◇◇

 

Sepulang sekolah di hari itu.

Aku berada di sebuah restoran cepat saji di depan stasiun, menghadap Yamana Nikoru sambil meminum milkshake.

“… ..”

Sejak tadi, Yamana-san cuma diam sambil memakan kentang goreng dan menatap tajam ke arahku.

Dia memiliki rambut berwarna terang yang lebih terang dari Shirakawa-san, kalung di bukaan di dadanya, tindikan di telinga, kuku yang mencolok, dan fashion khas gyaru, tapi dia memiliki mata tajam yang memberinya kesan dari yankee (berandal/preman). Jika aku dipanggil untuk bertanding satu lawan satu, bahkan jika itu pertandingan satu lawan satu, aku tetap merasa gemetaran.

Karena dia terus diam bahkan setelah menunggu beberapa saat dan karena aku tidak tahan dengan suasananya, akhirnya aku mulai membuka mulut.

“… .Uhm, umm, maaf…. Apa aku melakukan sesuatu yang salah….?”

Aku tahu kalau kami ini teman sekelas, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara dengan formal.

Kemudian Yamana-san mengerutkan alisnya dan menatapku.

“Hah?”

Aku gemetar di bawah tatapannya yang menakutkan itu, dan didorong oleh keinginan untuk mengambil tasku dan meninggalkan tempat ini.

Namun, Yamana-san berbicara kepada diriku yang sedang gemetaran.

“Asal tahu saja, bukan berarti aku marah padamu atau semacamnya. Aku terlahir dengan mata begini.”

“Eh….”

Sekarang setelah dia menyebutkannya, meski matanya terlihat tajam, tapi tidak ada ekspresi marah atau lainnya.

“Kalau sudah dingin, kentang goreng rasanya kayak sampah, tau. Jadi, bisa tidak kita bicara setelah aku selesai makan ini? ”

“Ya-ya….”

Jadi, aku menyeruput milkshake-ku (Berbeda dengan kentang goreng, milkshake harus dibiarkan dulu karena sangat beku sehingga hampir tidak bisa diminum) sambil menunggu Yamana-san menghabiskan kentang gorengnya.

Akhirnya, saat wadah kentang gorengnya kosong, Yamana-san menyeka jarinya dengan serbet kertas dan sekali lagi, menatapku.

“Ngomong-ngomong. Apa kamu tahu kalau ulang tahun Luna itu Minggu depan?”

Dengan komentar singkat itu, aku tiba-tiba terdiam.

“Eh….”

“Kamu seriusan gak tau?”

Yamana-san menatapku dengan wajah yang agak tercengang.

“Hal-hal seperti ulang tahun, bukannya itu hal pertama yang menjadi perhatianmu ketika mulai berpacaran? Yah, aku sudah menduga kalau kamu mungkin tidak tahu.”

“Eh? Apa maksudnya ….”

Saat aku bertanya padanya, Yamana-san melirikku. Aku tahu dia tidak marah tapi tatapan tajamnya masih terlihat menakutkan.

“Kamu, sama sekali tidak terlihat seperti orang pandai.”

“….”

“Ah, bukannya aku mencoba untuk tidak menghormatimu, oke. Yang kumaksud cowok yang pandai selingkuh dari pacarnya.”

Jadi itu artinya Yamana-san berpikir kalau "Aku adalah cowok  yang takkan selingkuh". Jika dia memang berpikiran begitu, yah, kurasa aku merasa sedikit senang sih….

“Jadi, kamu sudah paham, ‘kan? Ulang tahun Luna. Kamu harus melakukan sesuatu untuk merayakannya.”

Yamana-san memberitahuku dan aku mengangguk.

“Ah, iya….”

“Pokoknya, begitulah adanya. Aku cuma ingin membicarakan ini tanpa Luna.”

Dengan panik, aku memanggil Yamana-san yang hendak berdiri dengan nampannya sendiri setelah mengatakan itu.

“To-Tolong tunggu sebentar!”

Yamana-san berhenti di tempat sambil membawa nampan dan menatapku.

“Apa?”

Aku berbicara dengan takut-takut karena matanya yang tajam.

“Bisakah kamu memberitahuku apa yang disukai Shirakawa-san? Aku ingin memberinya sesuatu untuk ulang tahunnya.”

Yamana-san lalu sedikit mengernyit.

“Kenapa kamu tidak bertanya sendiri padanya? Kamu ‘kan pacarnya, jadi bukannya lebih cepat cengan cara begitu?”

“Emang benar sih, tapi….”

Aku menunduk ke bawah dan menatap ponselku (di dalam casing Osausa) yang diletakkan di atas meja.

“…. Casing ponsel ini, diberikan kepadaku oleh Shirakawa-san.”

“Aku tahu. Lagipula, Akulah yang pergi bersamanya.”

Saat Yamana-san menjawab singkat, aku menundukkan kepalaku dalam-dalam.

“Shirakawa-san tidak pernah mengatakan sepatah kata pun kepadaku sampai hari tersebut, dan memberikan kejutan merayakan seminggu kita jadian. Itu sebabnya, kali ini aku ingin memberinya kejutan juga.”

Setelah mendengar ini, Yamana-san menatapku dengan cemas.

“Apa kamu bisa melakukannya? Kamu tidak pandai dalam hal begituan, ‘kan. Meskipun kamu tidak memaksakan diri untuk melakukannya, Luna pasti akan senang jika kamu merayakannya secara normal ”

“Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya dengan baik atau tidak, tapi setidaknya aku ingin mencobanya. Maksudku, Shirakawa-san adalah tipe gadis yang selalu berusaha membuat pacarnya bahagia.”

Sejak kami mulai berpacaran dan mencoba berhubungan seks denganku, Shirakawa-san selalu konsisten untuk membuatku bahagia.

“Itu sebabnya, kejutan dengan casing ponsel ini adalah sesuatu yang dia pikirkan untuk membuatku bahagia..…. Dan itu artinya, Shirakawa-san sendiri adalah tipe orang yang akan senang dengan kejutan, itulah yang aku pikirkan.”

Mendengar itu, ekspresi Yamana-san melembut. Dan sebaliknya, dia memandangku tatapan menyelidiki.

“… .Mungkin seperti yang dikatakan Luna. Kamu ….. memang sedikit berbeda. Kupikir kamu itu cuma orang bodoh, tetapi tak disangka kamu bisa mengatakan sesuatu yang cukup baik juga.”

Aku tidak tahu apa aku sedang dipuji atau diolok-olok, tapi Yamana-san tampak tersenyum senang karena sudut mulutnya sedikit terangkat.

“Baiklah.”

Setelah mengatakan itu, Yamana-san meletakkan nampan di atas meja dan duduk kembali.

“Aku akan memberitahumu tentang Luna. Itulah sebabnya, kamu harus benar-benar membuatnya bahagia, oke.”

“Pa-Pastinya!”

Karena itu, aku mengadakan pertemuan rahasia dengan Yamana-san dan bisa mendapatkan pemahaman mengenai hal-hal yang disukai Shirakawa-san.

 

◇◇◇◇

 

Keesokan harinya.

Saat aku hendak berangkat ke sekolah, aku melihat Shirakawa-san berdiri di gerbang tiket stasiun K.

“Pagi, Ryuuto~.”

“Eh !? Pagi juga…. Tunggu, kenapa kamu ada di sini….? ”

“Maksudku, aku tidak bisa berbicara dengan Ryuuto di sekolah, ‘kan?”

Setelah salam ringan, Shirakawa-san menunjukkan layar ponselnya padaku.

“Ini ?”

Layar ponselnya menunjukkan obrolan LINE.

________________________________________

Luna, Yuna, Akari (3)

Yuna : Nikoru berkencan dengan cowok polos dari kelas di Mc ● LOL

Akari : Serius? Ngakak abis kalau itu beneran

________________________________________

Ketika aku melihat foto yang diunggah "Yuna", aku meneriakkan “Ah” kecil.

Foto tersebut menampilan punggung Yamana-san dan aku yang sedang mengobrol di restoran cepat saji kemarin.

“Kemarin kamu bertemu sama Nikoru, ya?”

“Aah, ya….”

Sepertinya kamu belum memberitahu Shirakawa-san, ya, Yamana-san.

“… Shirakawa-san, apa kamu punya waktu luang di Minggu depan?”

“Eh, apa yang kita bicarakan?”

Shirakawa-san terlihat bingung.

“Hei, hei. Pokoknya, jawab aku. Apa yang kamu bicarakan dengan Nikoru? ”

Wajah Shirakawa-san menjadi tidak sabaran.

“Tidak, itu sebabnya, maksudku, apa kamu ada waktu luang Minggu depan?”

Aku juga putus asa untuk melanjutkan pembicaraan.

“Eh, Minggu? Ada sih, tapi memangnya ada apa? ”

“Kalau begitu, maukah kamu mengizinkanku merayakan ulang tahunmu pada hari Minggu nanti?”

Mata Shirakawa-san membelalak saat mendengar kata-kata itu.

“Yamana-san memberitahuku tentang itu. Ulang tahun Shirakawa-san.”

Shirakawa-san terdiam beberapa saat dengan mulut terbuka lebar. Wajahnya tiba-tiba berubah cerah dalam sekejap.

“Jadi itu yang terjadi!”

Ekspresi tidak sabaran di wajahnya tadi langsung menghilang dalam sekejap.

“Oh, astaga. Kalau begitu kamu seharusnya memberitahuku itu sebelumnya.”

“Ah maaf…. Aku pikir jika aku akan berbicara tentang ulang tahun, aku harus mengundangmu terlebih dahulu.”

Aku tidak dapat membicarakannya kecuali aku mengikuti rencana yang sudah aku buat di kepalaku, dan kebiasaan burukku menjadi intovert muncul.

“Hmm, baiklah, tidak apa-apa.”

Ekspresi Shirakawa-san telah kembali ke suasana hati aslinya yang baik.

Aku membungkuk padanya sekali lagi.

“Maafkan aku …... Aku sangat bodoh dan bahkan tidak bertanya kapan ulang tahun Shirakawa-san.”

“Tidak, aku juga minta maaf, karena sampai menyergapmu seperti ini.”

Saat dia mengatakan itu, Shirakawa-san mengambil tas sekolahnya dan mengarahkan kakinya ke arah eskalator.

“Kalau begitu, aku pergi ke sekolah dulu, oke. Bisa gawat jika ada seseorang dari sekolah melihat kita bersama, ‘kan?”

“Ah…. Ya, makasih.”

Saat aku buru-buru mengucapkan terima kasih, dia melambai padaku sedikit dan menghilang ke dalam stasiun yang penuh sesak.

“… .Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Shirakawa-san.”

Aku merenungi tingkah lakunya saat menuju peron.

Aku teringat wajah Shirakawa-san saat dia menunjukkan layar LINE.

Dan raut wajahnya yang tampak gelisah saat dia mengira aku menghindari pertanyaannya.

Ekspresinya tidak terlihat seperti biasanya. Apa dia marah… .. Tidak, itu tidak persis sama, itu adalah wajah yang memegang sesuatu yang tidak jelas.

── Kemarin kamu bertemu sama Nikoru, ya?

──Hei, hei. Pokoknya, jawab aku. Apa yang kamu bicarakan dengan Nikoru?

Apa jangan-jangan…. dia cemburu?

“… .Tidak, itu sih mustahil.”

Mana mungkin Shirakawa-san cemburu padaku. Nah, jika dia akhirnya cukup menyukaiku sampai membuatnya cemburu, aku akan merasa bahagia.

 Jangan terburu-buru, selangkah demi selangkah. Aku akan memperdalam hubunganku dengan Shirakawa-san.

Dan untuk alasan itu, aku ingin membuatnya bahagia pada hari ulang tahunnya minggu depan. Aku cuma punya satu minggu lagi untuk menyusun rencana kencanku yang sempurna.

Sambil terbakar membara dengan tekad tersembunyi, aku menaiki kereta yang berhenti di peron bersama dengan kerumunan orang.

 

◇◇◇◇

 

Akhirnya, hari ini adalah hari ulang tahun Shirakawa-san.

Aku sudah melakukan semua yang aku bisa dalam seminggu terakhir untuk mempersiapkan hari ini.

Menggunakan apa yang Yamana-san ceritakan kepadaku tentang apa yang disukai Shirakawa-san sebagai referensi, hampir setiap hari usai sepulang sekolah, aku pergi ke pusat kota sendirian dan serius melihat-lihat tempat dan bersiap untuk kencan.

Tadi malam, tepatnya pukul 00.00, aku juga sudah mengiriminya pesan ucapan selamat melalui LINE.

Pada kencan pertama kami, aku mempercayakan tempat kencan ke Shirakawa-san, jadi hari ini akan menjadi kencan pertama di mana aku yang akan memandunya.

“Pagi, Ryuuto!”

Aku bertemu dengan Shirakawa-san di dekat pintu stasiun A. Jika tadi malam dia teleponan dengan Yamana-san sampai larut malam, dia pasti kurang tidur, jadi aku memutuskan untuk ketemuan pada pukul sebelas siang.

Bahkan hari ini, Shirakawa-san masih terlihat manis. Gaun ketat mini-length pinknya berleher tinggi namun, area dadanya terbuka dengan bentuk berlian, menunjukkan belahan dadanya, yang disebut desain agresif, dan sepatu hak tinggi dan tas tangan perak juga memberikan kesan gyaru yang kuat.

“Hari ini kita mau pergi kemana?”

Shirakawa-san bertanya padaku saat kami pindah ke area peron stasiun .

“Hmm, aku sedang berpikir untuk pergi ke Harajuku tapi, bagaimana menurutmu?”

Tatapan Shirakawa-san langsung berbinar saat mendengar itu.

“Serius!? Aku sangat ingin pergi ke sana! Aku sangat menyukai Harajuku ~!”

Melihat Shirakawa-san yang bahagia, aku teringat dengan apa yang Yamana-san katakan padaku.

─Ketika membicarakan tentang Luna, pastinya jangan lupakan Harajuku. Jika kamu bingung ke mana harus pergi, kamu tinggal pergi ke Harajuku atau Shibuya dan dia pasti kegirangan.

Dia benar….

Aku langsung mulai merasakan respon positif terhadap kencan ini.

Kami sampai di Harajuku dan aku menuju ke salah satu toko terlebih dahulu.

Sebuah kafe dengan bagian depan kecil, terletak di gang belakang Jalan Takeshita, yang dipenuhi dengan anak-anak muda.

“Ini dia”

Yang aku serahkan ke Shirakawa-san di luar toko adalah boba milk tea, salah satu item menu yang paling disorot di kafe ini.

“Terima kasih! … .Nnn ~ yummy~~! ”

Setelah menyesapnya, mata Shirakawa-san berbinar.

──Luna sangat menyukai boba milk tea. Dia bilang dia bisa meminum boba milk tea sebanyak yang dia mau. Ya, kita tidak punya banyak uang, jadi kami hanya bisa minum satu kali.

“Boba milk tea benar-benar yang terbaik! Makasih banget, Ryuto! ”

Seperti yang Yamana-san katakan, Shirakawa-san terlihat sangat senang.

“Berapa harganya? Aku akan membayar milikku.”

Aku menghentikannya dengan isyarat tangan saat dia mencoba mengeluarkan dompet dari tasnya.

“Ah, tidak usah. Biar aku yang membayarnya.”

“Eh, tapi….”

“Hari ini ‘kan hari ulang tahunmu jadi….… itu traktiran dariku.”

Dia mengerutkan alisnya dan membuat ekspresi bermasalah untuk sesaat, lalu….

“.... Kalau begitu, terima kasih untuk traktirannya! Makasih, Ryuuto. ”

Dia mengucapkan terima kasih dengan senyum bahagia.

Melihat ekspresi bahagianya itu, aku mengeluarkan selembar kertas dari tas selempangku.

“Hmmm? Apa itu?”

“Shirakawa-san, bagaimana rasa boba milk tea-mu barusan?”

“Apa maksudmu bagaimana… itu enak, kok?”

Dan di sana, aku membuka lipatan kertasnya.

Kertas yang kubawa adalah peta Harajuku yang telah dicetak. Di antara tempat yang ada, aku hanya memilih toko boba milk tea, melingkari mereka dengan warna merah. Aku sudah mengunjungi tempat tersebut dan mencoba minuman, dan menulis analisisku tentang rasa dan kesanku. Aku bisa saja menulisnya di ponsel, tapi menulisnya di atas kertas terasa lebih seperti proyek penelitian dan lebih terasa memuaskan.

“Wah, Apa-apaan ini, luar biasa sekali!”

Shirakawa-san terkejut setelah melihat hasil dari jerih payahku.

Aku lupa sudah berapa banyak boba milk tea yang aku minum selama seminggu terakhir ini. Aku menghabiskan banyak uang hadiah Tahun Baruku untuk bolak-balik ke Harajuku dan membeli minuman. Aku membawa sisanya untuk hari ini.

“Boba milk tea yang baru kita minum kaya akan susu tetapi juga memiliki rasa teh yang kuat, dan ukuran serta perasaan kenyal dari gelembungnya pas, jadi secara keseluruhan, boba milk tea ini memiliki keseimbangan terbaik . Itu sebabnya aku menyuruhmu minum yang ini dulu.”

Aku ingin menunjukkan hasil dari upaya terbaikku dalam seminggu terakhir ini secepat mungkin, jadi aku mulai berbicara dengan cepat. Aku terus berpikir untuk menghentikan obrolan ini karena ocehanku mungkin terdengar menyeramkan, tetapi semakin aku memikirkannya, semakin cepat pula aku mengoceh.

“Oleh karena itu, jika kamu lebih menyukai rasa yang manis, aku sarankan 'Bubble Monster', dan jika kamu lebih suka teh susu dengan rasa ringan yang memaksimalkan rasa tehnya, ada juga rasa 'Aroma Tea House'. Jika kamu suka bubble yang lebih kenyal, kita perlu berjalan sedikit dan menuju tempat yang bernama 'PRUPRU'. Jika kamu tidak peduli dengan teh susu, aku juga merekomendasikan bubble tea yang kaya akan rasa susu gula merah di 'Tiger Cafe' "

Ini gawat. Tombol aneh sisi otaku suram milikku telah diaktifkan. Ocehanku mulai terdengar menyeramkan dan aku ingin berhenti, tapi saat aku sudah sampai pada titik ini, aku mulai merasa ingin memamerkan semua pengetahuanku.

“Dari awal aku sudah penasaran, apa campuran teh susu merupakan campuran yang paling cocok dengan boba-nya? Karena boba tidak memiliki rasa, dan bahkan jika kamu menambahkan rasa di dalamnya, atau merendamnya dalam gula merah atau semacamnya, pasti akan sulit untuk menembus ke tengahnya, ‘kan? Selain itu, teksturnya sangat elastis sampai harus dikunyah berkali-kali, ‘kan? Dengan kata lain, ada saat dimana kamu tidak bisa merasakannya di mulutmu. Dan untuk mengatasinya, aku pikir ini dirancang untuk diminum bersama dengan minuman yang disebut teh susu, tapi, campuran teh susu juga ada batasannya. Maksudku, ten susu sendiri adalah minuman yang rasanya sudah enak, ‘kan? Kamu tidak bisa membuatnya sedikit lebih manis atau lebih kental dengan susu, tapi kamu tidak bisa sepenuhnya menyimpang dari bentuk aslinya, atau lebih tepatnya, hanya saja dalam kisaran 'Rasanya juga enak diminum sebagai teh susu'. Maksudku, ini memang 'teh susu'. Selama itu dikenali sebagai 'teh susu', ada kebanggaan menjadi teh susu. Namun, minuman yang sangat cocok dengan isian boba adalah minuman yang lebih menggelitik lidah, kental, dan manis. Dalam hal ini, kupikir paduan santan dengan boba, yang populer di tahun 1990-an, merupkan makanan penutup yang lebih sempurna. Aku baru mengetahuinya kali ini juga, jadi aku pergi ke supermarket dan mencobanya sendiri, tapi santan di dalamnya kental dan manis, dan gelembungnya kecil, jadi hal itu menjadi kombinasi yang bagus. Perannya mirip dengan crouton di atas sup. Rasanya juga hampir hambar, tapi saat bosan dengan rasa kuahnya yang seragam, kamu bisa memakannya untuk menetralkan rasa asinnya, dan teksturnya menyenangkan, bukan? Dibandingkan dengan itu, menurutku boba dan milk tea di sebagian besar boba milk tea bukanlah pasangan terbaik satu sama lain. Aku pikir susu gula merah adalah minuman boba terbaik yang populer saat ini. Susu segar yang dicampur dengan gula merah yang meleleh sangat manis sehingga hampir terlalu berlebihan, tetapi boba yang direndam gula merah menjadi tidak berasa saat kamu mengunyahnya, jadi rasanya sangat pas sekali. Itulah rekomendasi utamaku kali ini, oke,”

Aku melihat boba milk tea milikku sendiri dan terus-menerus membahasnya, namun aku akhirnya tersadar. Saat aku mendongakkan wajahku, aku melihat Shirakawa-san dengan mulut menganga.

“Ah….”

Aku sudah berlebihan.

Gawat…. Yang tadi itu sudah melewati level menjijikan, ‘kan. Aku terus mengoceh terus-terusan….

Saat wajahku memucat pada pemikiran tersebut, Shirakawa-san memaksakan senyum ke mulutnya dan mulai berbicara.

“It-Itu…. Luar biasa, Ryuuto. Apa kamu sangat menyukai minuman boba? ”

“Eh? Yu-Yup…. ah tidak, sih.”

Tidak ada gunanya berbohong, jadi aku memutuskan untuk menjawab dengan jujur.

“Kudengar Shirakawa-san sangat menyukai minuman boba milk tea…. Jadi aku sudah mempelajarinya untuk hari ini. Di daerah ini, ada terlalu banyak toko yang menjajakan minuman boba. Jadi aku ingin membawamu ke toko yang kamu sukai…. ”

“Eh, kalau begitu, kamu melakukannya demi aku?”

Aku merasakan mata Shirakawa-san berbinar sesaat saat mengatakan itu.

“Ya-ya…. Tapi, kurasa aku sudah terlalu berlebihan…. ”

“Kamu benar sekali!”

Aku terkejut saat dia mengatakan itu, tapi saat aku melihat wajahnya, Shirakawa-san tersenyum.

“Tapi itu lucu, tau. Maksudku, kamu malah berubah menjadi pengulas minuman boba! Apa kamu biasanya bertindak sejauh itu?”

Melihat bolak balik antara peta dengan wajahku, Shirakawa-san tertawa keras.

“Ta-Tapi, aku tidak bisa pergi ke semua toko yang aku tandai, jadi aku menggunakan beberapa ulasan dan blog sebagai referensinya, kok?”

“Tapi itu masih sulit, ‘kan? Tidak masalah jika kamu tidak berbuat sampai sejauh itu.”

Dia bertanya dengan tawa berlama-lama, dan aku juga terkekeh.

“Kamu benar. Aku pikir juga begitu…. tapi…”

Aku punya motif yang jauh lebih murni untuk melakukannya sampai sejauh ini.

“.... Aku ingin menyukai setidaknya satu hal yang disukai Shirakawa-san.”

Aku mungkin sedikit keterlaluan…. dan aku merenungkan perbuatanku di hati dan menunduk ke bawah.

Setelah beberapa saat, aku melihat ke awah Shirakawa-san, khawatir mengapa aku tidak mendapatkan tanggapan apa pun. Dan kemudian aku berpikir, “Oh tidak”.

Shirakawa-san tampak tertegun, menatapku dengan mulut sedikit terbuka. Ekspresi wajahnya tampak heran dan tercengang, atau dia sepertinya terkejut karena sesuatu.

Apa yang harus kulakukan…. Mungkin dia terkejut dengan ucapan ala perjaka yang songong sepertiku.

Aku ingin tahu apa itu pernyataan yang berat…. Aku ingin tahu apakah lebih baik mengecohnya sebagai candaan saja.

Saat aku mengawasinya dengan jantung berdebar kencang dan pemikiran yang seperti itu, ekspresi Shirakawa-san perlahan-lahan berubah.

Pipinya memerah dan mulutnya tersenyum bahagia.

“Eh….?”

Kamu tidak terkejut?

Saat aku masih merasa gelisah, Shirakawa-san masih tersenyum dan mulai berbicara.

“Benarkah? Diberitahu sesuatu seperti itu…. Ini pertama kalinya buatku.”

Dia mengatakannya dengan malu-malu, terlihat cantik dan lugu, tidak sesuai dengan gaya berpakaiannya yang seksi.

“….Terima kasih. Ryuuto.”

Aku melihatnya mengatakan itu seolah-olah itu adalah gumaman, dan dadaku dipenuhi dengan emosi dan kegelisahanku langsung hilang dalam sekejap.

Shirakawa-san menunjukkan senyum terbaiknya.

“Menurutku boba milk tea hari ini adalah boba terlezat yang pernah aku rasakan!”

Setelah itu, kami berkeliling area Harajuku dan mengunjungi berbagai toko minuman boba.

Mengenai hal tersebut, Shirakawa-san benar-benar tidak pernah kenyang dan bisa meminum secangkir penuh minuman boba dari toko mana pun sepenuhnya.

“Hei, hei, Ryuuto enggak mau minum?”

“Aku .. sudah punya satu dari toko tadi, jadi….”

“Tapi, yang ini juga enak, tahu?”

“Nah, perutku sudah penuh dengan air.”

Dia mengenakan gaun yang ketat, namun, bagaimana bisa Shirakawa-san tampak baik-baik saja? Ke mana perginya semua air yang diminumnya?

“Hmm ~ yah apa boleh buat, deh. Kalau begitu, aku akan memberimu seteguk punyaku.”

Dengan itu, Shirakawa-san menawariku segelas plastic bubble tea yang dia minum.

Mulut sedotan yang ditancapkan di dalamnya dilapisi kilap merah dengan kilau halus.

Kesempatan mendadak untuk mendapat ciuman tidak langsung membuat detak jantungku berdetak tidak karuan.

“… .Kamu tidak mau? Apa kamu sudah kenyang? ”

Karena aku tidak bergeming, Shirakawa-san bertanya kepadaku.

“Ti-Tidak…. Ak-Aku akan menerimanya. Terima kasih.”

Aku buru-buru menerima cangkir dan menyedotnya.

“Bagaimana? Kombinasi keju dan garam batu itu mantap banget, ‘kan? Kamu benar sekali tentang topping-nya!”

“… .Ya-ya, kurasa begitu.”

Sejujurnya, aku sangat gugup sehingga aku menelannya tanpa benar-benar mencicipi rasanya.

Shirakawa-san menerima gelas yang akan aku kembalikan dan menyedot melalui sedotan lagi.

Waah, sama-sama ciuman tidak langsung….

Tapi, kurasa cuma aku satu-satunya yang terlalu meributkan hal semacam ini. Untuk Shirakawa-san, ini mungkin sesuatu yang dia lakukan secara tidak sadar bahkan dengan teman laki-lakinya.

Ketika aku memikirkan hal itu, aku merasa sedikit depresi.

Shirakawa-san menatapku dan menyeringai.

“Ini ciuman tidak langsung, ‘kan~.”

“Eh…. Eeh !? ”

Sengaja menundanya itu tidak adil, Shirakawa-san!

“Ah, Ryuuto, mukamu keliatan merah banget ~!”

Shirakawa-san tertawa dan menggodaku yang tiba-tiba merasa malu.

Kombinasi Shirakawa-san, seorang gadis cantik yang terlihat seperti keluar dari majalah wanita, dan diriku yang bermka normal mungkin akan dianggap sebagai ketidakcocokan oleh orang-orang di pusat kota.

Tapi sekarang, aku merasa sangat senang bisa bersamanya

 

◇◇◇◇

 

Tanpa kami sadari, kami melewatkan waktu makan siang dan telah mengunjungi sekitar enam toko minuman boba. Hebatnya, Shirakawa-san memesan dan meminum boba sendirian di semua toko itu.

“Aah, perutku udah penuh! Terima kasih, Ryuuto! ”

“Kamu tidak mau meminum boba milk tea lagi?”

“Ya, aku sudah kekenyangan. Baru pertama kalinya aku merasa sepuas ini~”

Shirakawa-san benar-benar tersenyum puas saat berbicara begitu.

Tanpa disadari, hari sudah menjelang senja dan waktu menunjukkan hampir jam enam sore. Kami pergi untuk mendapatkan minuman boba bukan tanpa kesulitan dan kalaupun ada, kami harus mengantri di setiap toko. Kami bahkan harus berjalan kaki dekat Shibuya, jadi sepertinya kami menghabiskan banyak waktu di sana.

“Kalau begitu….”

Sama seperti terakhir kalinya, acara kencan kami cuma sampai sebelum malam tiba. Kami berdua masih murid SMA dan anak di bawah umur, dan aku merasa kalau ini merupakan salah satu bentuk untuk "menghargai" Shirakawa-san.

Aku benar-benar ingin melakukan hal-hal cabul tapi…. ya, seharusnya aku melakukannya di kamar Shirakawa-san…. penyesalan seperti itu masih terus berlanjut sampai sekarang.

Tapi, hari ini adalah hari ulang tahun Shirakawa-san, jadi aku memutuskan untuk membiarkannya melakukan apa yang dia suka. Pertama-tama meminum boba milk tea….

“Ah!”

Lalu kemudian aku teringat.

“Ada apa, Ryuuto?”

“….”

Hadiahnya. Aku masih belum membeli hadiah.

──Untuk hadiahnya, tidak masalah jika kamu bertanya langsung kepada Luna, membelinya lalu berikan pada hari itu. Setiap orang punya selera yang berbeda, seperti, pada aksesori atau barang kecil. Itulah sebabnya, bahkan para gadis merasa sulit untuk memilih hadiah yang mereka sukai. Nah, itu cerita yang berbeda jika kamu memiliki kepercayaan diri yang tinggi pada seleramu sendiri.

Tentu saja, karena aku tidak memiliki kepercayaan diri, aku mengikuti saran Yamana-san dan memutuskan untuk membiarkan Shirakawa-san memilih sendiri.

Aku berpikir untuk membuatnya menikmati minuman boba milk tea sepuasnya dulu…. Itulah yang aku pikirkan, tapi aku tidak menyangka kita akan berkeliling mengunjungi toko minuman boba  sampai selarut ini.

Apalagi….

Aku membuka dompetku untuk memeriksa anggaran dari titik buta Shirakawa-san, dan sisa uangnya sudah lebih dari seribu Yen.

“Yang benar saja….”

Aku berangkat dengan membawa sepuluh ribu* Yen, tapi, bagaimana ini bisa terjadi…. Minuman boba terlalu mahal. [TN : Sekitar 1,3 juta rupiah]

“A-Anoo, umm…. Shirakawa-san.”

Aku memanggilnya dengan takut-takut.

“Maafkan aku…. Aku ingin membuat Shirakawa-san memilih sendiri hadiah ulang tahunmu tapi…. Aku cuma punya sisa seribu Yen. Jika kamu tak keberatan untuk membelikanmu sesuatu sekitar seribu yen, maka…. ”

Meski ini sikap yang tidak keren, tapi aku memberitahunya dengan jujur.

“Eh?”

Mata Shirakawa-san membelalak karena terkejut.

“Aku sudah punya hadiahnya, ‘kan? Kamu mentraktirku minuman boba.”

“Tapi, aku ingin sesuatu yang lebih nyata….”

“Kalau begitu, boleh aku mendapatkan ini? Menurutku rasanya asyik kalau punya ini.”

Usai bilang begitu, Shirakawa-san lalu mengambil lipatan kertas yang ada di tanganku.

Kertas tersebut adalah peta lokasi kafe bubble tea buatanku sendiri dan menjadi panduan selama acara kencan kita sepanjang hari ini.

“Yang ini luar biasa lho. Dan Cuma ada satu-satunya di dunia. Semua minuman bubble yang aku minum hari ini sangat enak. Dan itu semua berkat investigasi Ryuuto .”

Melihat peta terlipat, Shirakawa-san tersenyum senang.

“Sampai berbuat sejauh ini untukku, aku baru pertama kali merasakannya jadi…. Aku ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan hari ini. Kenangan bahwa Ryuuto sudah melakukan yang terbaik untukku, ini juga tanda cintamu, ‘kan? ”

Perkataannya membuat hatiku senang.

“Shirakawa-san….”

“Aku akan sangat menghargainya, bisakah kita mengadakan kencan minuman boba lagi nanti?”

Dia menatapku dengan wajah menengadah dan aku mengangguk dengan kuat.

“Tentu saja…. Ah, aku akan membuat pembaruan saat itu terjadi. Mungkin ada toko baru atau semacamnya.”

Shirakawa-san tertawa saat melihatku menjawab dengan senang.

“Terima kasih, Ryuuto.”

Lalu, wajahnya dihiasi senyuman yang berkilauan.

“Hari ini adalah ulang tahun ketujuh belas terbaik yang pernah ada!”

 

◇◇◇◇

 

Dengan demikian, kencan untuk merayakan ulang tahunnya berakhir dengan sukses.

Pada hari Senin, saat di dalam kelas, kepalaku dipenuhi dengan Shirakawa-san lebih dari biasanya.

Shirakawa-san yang mengatakan "Enak!" dengan senyum cengengesan setelah meminum boba milk tea. Shirakawa-san dengan senyum malu-malu. Ekspresi Shirakawa-san yang dia tunjukkan hanya padaku….

Shirakawa-san sangat wangi. Baunya sama persis seperti kamarnya…. Aah, aku tahu aku seharusnya berhubungan seks dengannya saat itu….

Saat aku melamuni hal semacam itu, jam pelajaran telah berakhir sebelum aku menyadarinya dan waktu istirahat akan tiba.

Seperti yang diharapkan, aku terlalu banyak melamun. Ini pertama kalinya bagiku…. Dan itu terjadi pada saat aku duduk di kursi dan mengomel sendiri.

“Heyyy, Kashima-kun.”

Karena namaku dipanggil dari kursi sebelah, aku menoleh dan menemukan kalau Kurose-san sedang melihat ke arahku. Dia meletakkan dagunya di kedua tangannya sehingga lengan kardigan yang terlalu panjang di atas seragam musim panasnya terlihat sangat imut. Aku ingin tahu apakah itu karena tubuhnya yang kecil.

“Apa?”

Aku bertanya padanya dan dia tersenyum seolah menyiratkan sesuatu.

“Siapa pacar Kashima-kun? Aku masih penasaran, tau~ jadi beritahu aku, dong.”

“Aah….”

Jadi tentang itu.

Terakhir kali, aku mau memberitahunya, tapi guru matematika sudah kembali jadi aku melewatkan kesempatan.

“Sebenarnya….”

Pada saat itu, aku tiba-tiba teringat layar LINE yang Shirakawa-san perlihatkan kepadaku.

________________________________________

Yuna : Nikoru berkencan dengan cowok polos dari kelas di Mcdon*ld LOL

Akari : Serius? Ngakak abis kalau itu beneran

________________________________________

“….”

Rupanya, cowok sepertiku bergaul dengan gadis seksi itu "bikin ngakak" bagi mereka.

Artinya, jika aku ketahuan jadian dengan Shirakawa-san.

Jika itu dipublikasikan, Shirakawa-san pasti akan ditertawakan.

Hal itu lebih menyakitkan bagiku daripada disebut "tidak cocok".

“… .Aku tidak bisa memberitahumu hal itu. Maaf.”

Aku meminta maaf kepada Kurose-san dan bangkit dari tempat dudukku.

Aku seharusnya tidak memberitahu Kurose-san apa yang aku tidak ingin semua orang tahu.

Aku tidak bisa merepotkan Shirakawa-san demi kepuasanku sendiri.

Itulah yang aku pikirkan.

 

 

<<=Sebelumnya  |    |  Selanjutnya=>>

close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama