Chapter 1 – Pegangan Tangan dan Masakan Rumah
[Sudut Pandang Hatsushiro Kotori]
“…Tempat ini….”
Hatsushiro Kotori membuka kelopak matanya di kamar Yuuki.
Dia melirik jam dan terkejut. Waktu sudah menunjukkan jam
1 siang. Apalagi hari ini adalah hari biasa dan bukan akhir pekan.
Ini gawat, aku
benar-benar terlambat.
‘───!! !!’
Saat dia menyadarinya, suara marah yang familiar bergema
di dalam kepalanya.
“…Uu… Kuh”
Dadanya sakit, dan nafasnya tersengal-sengal.
Rasa takut mengahntui dirinya. Dia benar-benar ketakutan.
Air mata muncul di sudut matanya meski dia tidak
melakukan apa-apa.
“…Haa, haa, haa”
Dia memegang dadanya dan mengatur pernapasannya.
Tidak apa-apa.
Semuanya baik-baik saja.
Ini kamar anak
laki-laki yang aku temui kemarin. Ini bukan tempat itu.
Butuh beberapa menit untuk bisa menenangkan dirinya, dan
sekali lagi, Hatsushiro ambruk ke atas futon.
Tubuhnya terasa berat seperti timah.
Dia bahkan tidak bisa mengumpulkan tenaga untuk
menggerakkan satu jari pun.
“Aku pasti.. kelelahan…”
Sepertinya aku
terus-terusan merasa gelisah, pikirnya
seakan baru menyadari hal itu.
“…Kurasa, tidak ada salahnya untuk tidur sebentar lagi
saja.”
Ya… ini mungkin..
tidak apa-apa.
Kurasa….tempat
ini aman. Setidaknya pemilik kamar ini, yang mungkin sedang sekolah sekarang,
adalah orang yang baik.
“Tapi…….sebelum itu”
Hatsushiro entah bagaimana berhasil menggerakkan tangan
kanannya dan menyetel alarm di jam 4 sore.
Seperti yang
kuduga, rasanya tidak sopan untuk tidak bangun dan menyapa Yuuki ketika Ia
pulang nanti.
Terlebih lagi, wajah
gembira Yuuki saat aku memberitahunya kemarin kalau aku mau menjadi pacarnya
sungguh luar biasa. Hal itu bahkan sampai membuatku ikut merasa senang juga.
Jika aku
menyapanya ketika Ia kembali, mungkin Ia akan merasa senang lagi.
“Fufu”
Mengingatnya
saja sudah membuatku tersenyum secara alami.
Oke, mending
tidur. Aku penasaran kapan terakhir kali aku bisa kembali tidur setelah baru bangun
seperti ini.
Hatsushiro kembali menyelimuti dirinya dengan selimut
futon, perlahan-lahan memejamkan matanya, dan mengistirahatkan tubuhnya.
◇◇◇◇
[Sudut
Pandang Yuuki Yuusuke]
Aku punya
pacar.
Aku akhirnya punya
pacar.
Aku benar-benar
punya pacar.
Ini akan membuatnya terdengar orang cabul, tapi pokoknya,
Yuuki Yuusuke akhirnya mempunyai pacar.
Setelah keinginannya terwujud, Yuuki sangat bersemangat
sampai-sampai pikiran batinnya berkecamuk, tapi Ia kemudian baru menyadari
sesuatu.
Kalau
dipikir-pikir lagi, apa yang biasa dilakukan saat orang mendapatkan pacar?
Sampai sekarang, Yuuki tidak pernah tertarik pada masalah
percintaan sampai di tingkat yang sangat tidak sehat bagi remaja seusianya.
Bahkan fantasi liar yang Ia alami selama tiga hari
terakhir juga merupakan sesuatu yang bisa disebut tidak jelas. Semuanya terlalu
abstrak dari hal seperti memiliki pacar (fiktif) di sampingnya, dan melakukan
sesuatu bersama yang sepertinya membuatmu merasa bahagia.
Selama jam pelajaran pagi hari, Ia menghabiskan waktunya
dengan merenung dan memikirkan hal ini di sudut pikirannya, tapi karena Yuuki
masih tidak dapat menemukan solusi, Ia memutuskan untuk bertanya kepada salah
satu dari beberapa temannya, yang duduk di belakangnya, saat istirahat makan
siang.
“Oiya, Ootani. Apa yang biasa orang lakukan saat punya
pacar? ”
“Hah? Kamu habis makan sesuatu yang aneh, ya?”
Orang yang tiba-tiba menanggapi dengan ucapan pedas
adalah Ootani Shouko. Dia adalah seorang gadis proporsional sampai batas
tertentu, dan mengenakan kacamata merah setengah tanpa bingkai (Suatu hari, ketika ada yang jujur memberitahunya, "Kamu punya badan yang agak montok," dia
menegur dengan "Anggap saja punya lemak berlebih").
Adapun penampilannya, dia mungkin memberikan kesan yang
sedikit kasar, tapi dia sebenarnya cukup halus. Anda saja dia memangkas sedikit
lemaknya, dia mungkin akan menjadi gadis yang sangat cantik.
Omong-omong, meski namanya berbeda satu karakter, dia
tidak memiliki hubungan dengan pemain bisbol liga utama tertentu yang bisa bermain
sebagai pitcher dan fielder*. Kalaupun ada kesamaan, dia berprofesi
ganda sebagai ketua kelas dan klub manga. (TN
: Mungkin yang dimaksud nama atlet ini, klik di sini)
“Yah, kamu tahu, kamu bilang sendiri kalau kamu sering
menggambar hal-hal romantis, ‘kan. Jadi aku sempat kepikirkan, mungkin saja
kamu tahu lebih banyak tentang itu.”
“Apa yang aku gambar adalah kisah romantis antar cowok.”
“Eh?”
“Sebenarnya, apa, kamu punya pacar?”
“Eh? Eeetto… yah, umm, kira-kira begitulah.”
Aku berpikir
untuk menyembunyikannya karena Hatsushiro juga punya keadaannya sendiri, tapi
tidak enakan juga meminta nasihat tanpa mengungkapkannya, ya, pikir Yuuki.
Apalagi, Yuuki sedang berada pada usia di mana Ia ingin
sedikit pamer tentang mendapatkan pacar.
Mulutnya secara alami menunjukkan senyum kecil.
“Senyummu itu sangat menyebalkan.”
Ekspresinya pasti cukup membuat orang lain jengkel, dan
Yuuki menerima kata-kata kasar itu dengan wajah santai.
“Tapi kamu sekarang sudah punya pacar, ya. Kukira kamu tidak
memiliki satu atom pun ketertarikan dalam masalah percintaan. Gadis seperti apa
pacarmu itu?”
“Gadis seperti apa? Uh-huh, hmmm,” Yuuki menyilangkan
tangannya, memiringkan kepalanya, dan memikirkannya.
“Bahkan jika kamu bertanya dia gadis seperti apa, aku
baru saja bertemu dengannya kemarin” jawabnya.
“Haa? Kamu baru bertemu dengannya dan memutuskan untuk
berpacaran dengannya pada hari yang sama?”
Ootani, yang tampak terkesima, meletakkan dagunya di tangannya dan
menghela nafas.
“Yah, syukurlah. Itu mungkin sesuatu yang sesuai dengan
kepribadianmu. Jadi, apa yang biasa orang lakukan saat punya pacar, bukan?”
“Y-ya. Betul sekali. Tentang itu. Terus terang saja,
karena sebelumnya aku tidak terlalu tertarik mengenai hal itu, aku tidak tahu
apa yang harus kulakukan ”
“Kurasa begitu. Ketika membicarakan masalah pacaran, seperti
yang diharapkan pasting tentang itu ...”
“Itu?”
“S*ks, iya ‘kan?”
“…Apa kamu tak punya rasa malu sebagai gadis?”
“Tidak juga.”
Ootani segera menimpali. Terlebih lagi dengan nada yang
jantan.
“Kamu lahir dari sel telur yang dibuahi, jadi buat apa
malu-malu segala? Atau mungkin kamu tidak mau melakukannya?”
“Yah, tentu saja aku mau, tapi…”
Lagipula, Yuuki adalah pemuda tujuh belas tahun yang sehat.
“Dengar, segala sesuatu pasti ada urutannya, ‘kan… Dia
mungkin juga akan membencinya, karena mendadak melangkah ke fase itu… Selain
itu, melakukan itu tidak membuatmu
menjadi sepasang kekasih, ‘kan? Ada juga sesuatu, seperti, ingin bermesraan
yang seperti ini atau yang seperti itu.”
“Oh. Tak disangka kamu punya hati seperti seorang gadis.”
Ucap Ootani.
Benarkah? Ketika menyangkut cowok seusiaku,
apa mereka cuma berpikir ingin melakukan s*ks saja?
“Baiklah. Biar kuingat-ingat, jika aku mengekstrak informasi
dari manga shoujo, romcom, dan er*ge yang telah aku lihat sejauh ini, maka… ”
Anggap saja aku
tidak mendengar yang terakhir. Yuuki dan yang
lainnya adalah siswa SMA tujuh belas tahun yang sehat. Ia pelajar yang taat
peraturan .
“Kurasa mungkin sesuatu seperti berpegangan tangan. Ada
juga hal yang populer bagi para cowok untuk meminta pacar mereka membuatkan
makanan, tahu ”
“Berpegangan tangan, dan membuatkan makanan, ya”
◇◇◇◇
Karena tidak ada jadwal bekerja sambilan hari ini, untuk
pertama kalinya setelah sekian lama, Yuuki memutuskan untuk segera pulang tepat
setelah jam pelajaran berakhir. Sudah
lama pula sejak Ia kembali ke rumah pada siang hari.
“Berpegangan tangan… Masakan rumah… Berpegangan tangan…
Masakan rumah…,” gumam Yuuki sambil berjalan pulang. Aku mungkin terlihat seperti orang yang mencurigakan, tapi apa yang dikatakan
Ootani tidak bisa hilang dari kepalaku. Tentu saja, berpegangan tangan dengan
pacar adalah sesuatu yang sangat ingin aku coba. Tak perlu dikatakan lahi
mengenai masakan rumahan juga. Padahal, masih ada rintangan tentang bagaimana
menanyakan hal ini kepada Hatsushiro.
Yah, karena
kita berdua resmi pacaran, mungkin tak ada salahnya untuk mengatakannya secara
langsung, namun, rasanya masih sangat memalukan. Apalagi, jika aku menanyakan
ini padanya sambil memberinya tempat tinggal, entah kenapa rasanya seperti aku
memaksanya untuk melakukan sesuatu, iya ‘kan, pikir
Yuuki sambil berjalan, dan tanpa disadari, Ia sudah sampai di depan kamar
apartemennya.
“…Berpegangan tangan… Masakan rumah…”
Yuuki memutar kenop pintu dan membuka pintu depan.
“…Ah. Selamat datang di rumah, Yuuki-san”
“Berpegangan tangan!! Masakan rumah!!”
“Haa?”
“Eh? Ah, tunggu sebentar, yang tadi itu tidak dihitung,
tidak dihitung!!”
Mungkin karena Yuuki sudah lama tidak mendapat sambutan
“selamat datang di rumah”, ketimbang menanggapi dengan “Aku pulang”, Yuuki
akhirnya mengatakannya dengan suara batinnya dengan keras.
◇◇◇◇
“Begitu, jadi begitu rupanya.”
“…Ya, begitulah”
Yuuki sedang duduk di meja di ruang tamu menghadap
Hatsushiro.
Di pintu depan tadi, Hatsushiro mendengar "Hal-hal yang ingin aku lakukan
sekarang setelah kita menjadi pacar" yang Yuuki ceploskan. Karena
tidak wajar untuk mencoba menutupinya, Ia segera memberitahu Hatsushiro
mengenai hal itu dengan jujur.
Rasanya sangat
memalukan untuk menjelaskannya dari mulutku sendiri, pikir Yuuki, dan kemudian pada saat yang sama, “...Bagaimana kalau
kita mencobanya,” gumam Hatsushiro.
“Eh?”
“…Bagaimana kalau kita mencobanya, berpegangan tangan?,”
ucap Hatsushiro, seraya mengulurkan tangan kanannya di atas meja.
“…Eh, apa kamu yakin tentang ini?”
“Y-ya. Lagipula……..Yuuki-san adalah pacarku…,” jawab
Hatsushiro, yang wajahnya memerah, mungkin merasa malu untuk mengatakannya sendiri.
Wajah Yuuki juga ikutan panas, saat melihat tingkah lucu pacarnya yang
menggemaskan.
“Ka-Kalau begitu, permisi,” kata Yuuki. Kemudian, ketika
Ia hendak mengulurkan tangannya, “Ah, umm,” Hatsushiro berbicara dengan suara
kecil seolah akan ditelan udara.
“…Jika bisa…tolong…lakukan dengan lembut…”
“Y-ya, te-tenang saja.”
Ini adalah
sesuatu yang aku perhatikan sejak kemarin, tapi Hatsushiro menjadi sangat
ketakutan setiap kali seseorang mengulurkan tangan padanya atau menggunakan
nada yang sedikit lebih tinggi.
Itulah
sebabnya, berpegangan tangan harus dilakukan secara perlahan, dan lembut.
“…Baiklah.”
Usai mempersiapkan dirinya untuk kedua kalinya, Yuuki
mengulurkan tangannya.
Ia melihat tangan Hatsushiro yang diletakkan di atas meja
dengan telapak tangan yang menghadap ke atas.
Tangannya yang putih, terlihat kecil, dan indah.
Tangannya tidak dipenuhi dengan otot, atau kasar seperti Yuuki.
Yuuki menatap Hatsushiro sekali lagi. Ya, gadis ini benar-benar cantik. Rupa wajanya yang lembut dan tertata
dengan baik, rambut hitam panjang yang mengilap, badan yang ramping namun
seimbang. Setiap perilakunya juga sangat anggun dan sopan. Hampir semuanya
adalah kebalikan dariku, yang memiliki ekspresi sedikit buruk, rambut yang
dipotong pendek dan diratakan dengan tepat, perilaku kasar. Untuk alasan itu,
aku terpesona. Karena alasan itu, aku gugup untuk menyentuhnya, pikir
Yuuki, sambil mengulurkan tangannya.
Saat tangan Yuuki hendak menyentuh tangan Hatsushio,
Yuuki menyadarinya.
“…”
Hatsushiro menutup matanya erat-erat dan gemetaran.
Biasanya, dia
akan memberikan perasaan tenang dan lembut, tetapi sekarang, dia benar-benar
seperti anak anjing yang takut dihukum.
Aku tahu
alasannya kenapa.
Itu semua
karena memar dan bekas luka yang terlihat jelas dari seragam sekolah yang
dipakai Hatsushiro.
Itu jejak
kekerasan baru yang juga aku lihat kemarin.
Aku cuma bisa
membayangkan dari apa yang terjadi, tapi Hatsushiro pasti sangat takut saat disentuh
oleh orang lain.
Ekspresi Yuuki menjadi santai dan menarik tangannya.
“Terima kasih, Hatsushiro.”
“…Eh?”
Hatsusushiro mengangkat wajahnya, dan menatap Yuuki
dengan mata terbuka lebar.
“Kamu pasti ketakutan, ‘kan? Namun kamu masih mau mencoba
berpegangan tangan denganku, itu saja sudah membuatku bahagia ”
“I-itu bukan…”
Hatsushiro menggelengkan kepalanya.
“…Itu tidak akan berhasil, kamu sudah membiarkanku
tinggal di sini… jadi hanya segitu saja masih kurang…”
“Jangan memaksakan dirimu. Hal itu takkan membuatku
senang kecuali kamu melakukannya dengan senang juga.”
Hatsushiro menundukkan kepalanya, tampak menyesal.
“…Maafkan aku. Aku sangat takut… pada orang… Aku mengerti
bahwa Yuuki-san adalah orang yang baik, tapi…”
“Tidak masalah. Lakukan dengan pelan-pelan saja, sedikit
demi sedikit,” kata Yuuki, dan Ia tersenyum lembut pada Hatsushiro.
“Tapi kamu tahu. Sebenarnya, aku ingin mencoba pegangan
erat ” lanjut Yuuki.
“… Pegangan erat?”
“Ya. Dengan kedua tangan seperti ini, lalu erat-erat,
”jelas Yuuki sembari merentangkan kedua tangannya dan memeluk bantal di atas
tempat tidur dengan erat.
Hatsushiro menatap heran ketika dia melihat ini.
“...Ah, apa kamu mungkin menunda ini?”
“Fufu”
Hatsushiro tertawa kecil. Kamu benar-benar imut saat tertawa. Kamu malah membuatku ingin memelukmu
sekarang, Kamu tahu.
“…Itu benar, kupikir mungkin butuh sedikit waktu, tapi
suatu hari nanti ketika aku sudah membereskan perasaanku, tolong lakukan, oke…”
“Ya”
“Ah, tapi, jika boleh aku mengatakannya sebagai gantinya,
aku akan memasak sesuatu untukmu karena aku bisa memasak sedikit.”
“Ah, masa!?!”
Yuuki langsung bersemangat. Wajar saja Ia merasa senang
begitu. Makanan yang dibuat pacar merupakan impian dari semua cowok.
“Ah, tapi aku sudah membeli makanan dari minimarket.”
“Kalau begitu, kurasa aku akan memasak mulai besok pagi.”
"Sepertinya begitu. Aku jadi tidak sabar
menantikannya!!”
◇◇◇◇
Keesokan paginya. Seperti biasa, Yuuki bangun sedikit
sebelum pukul enam pagi.
Jam alarm disetel tepat pada pukul enam. Namun, tubuhnya sudah
terbiasa bangun pada jam ini, jadi alarm tersebut tidak banyak membantu. Ia
sendiri sadar punya jam biologis yang baik. Namun, hari ini Yuuki bangun dengan
lebih bersemangat dari biasanya.
“Oh ya, masakan dari pacar!!”
Kegembiraannya hampir tak ada bedanya dengan bocah SD yang
akan berangkat piknik sekolah.
Ngomong-ngomong tentang pacarnya, Hatsushiro masih
tertidur di futon yang diletakkan di lantai ruang tamu karena alarmnya belum berbunyi.
Dua hari sebelumnya, Hatsushiro menggunakan tempat tidur,
namun kali ini Hatsushiro menyuruh Yuuki untuk menggunakan tempat tidur.
Sedangkan Yuuki, Ia ingin Hatsushiro menggunakan tempat
tidur, namun, bahkan setelah Ia memberitahu kalau Ia tidak keberatan,
Hatsushiro tetap tidak mau dan berkata, “Pemilik
tempat ini adalah Yuuki-san, jadi kamu harus menggunakannya”.
Ayo bangunkan
dia segera!!
“Hatsushiro, selamat pa…”
Dan Hatshiro sedang tertidur sambil meringkuk dan
mencengkeram selimut erat-erat dengan tangannya. Ekspresinya tampak pucat,
seolah-olah dia takut akan sesuatu.
“…Maafkan aku… bu…,” gumam Hatsushiro dengan suara kecil
dengan mata terpejam.
“…Aku akan…melakukan yang terbaik…itulah sebabnya..itulah
sebabnya”
“…tidak apa-apa, kamu harus istirahat,” bisik Yuuki dan
mematikan alarm.
Tanpa bersuara, Yuuki bersiap-siap ke sekolah,
mengeluarkan makanan yang sudah Ia beli dari minimarket kemarin dari kulkas,
dan meletakkannya di atas meja bersamaan dengan sumpit.
Dan kemudian Ia merobek satu halaman dari buku catatannya
dan menulis sebuah memo.
“...Aku berangkat dulu,” ujar Yuuki dengan suara kecil,
yang kemudian meninggalkan ruangan.
◇◇◇◇
Yuuki, yang tiba di sekolah satu jam sebelum dimulainya
kelas seperti biasa, membuka buku referensinya dan mulai belajar seperti biasa.
“Kamu masih rajin seperti biasa.”
Komentar tersebut berasal dari Ootani Shouko, seseorang
dengan kacamata setengah tanpa bingkai dan mungkin akan terlihat cantik jika
dia menurunkan berat badannya.
“Tentu saja. Mana mungkin aku punya waktu untuk bersantai
terus.”
Dalam lima peringkat yang tersedia dari sistem beasiswa,
Yuuki berada di peringkat tertinggi dengan perlakuan SA. Dengan perlakuan SA, Ia
tidak hanya dibebaskan dari biaya sekolah dan bangunan, tapi juga dibebaskan
dari biaya tamasya sekolah dan sewa apartemen. Bagi Yuuki, yang tidak bisa
mengharapkan uang sama sekali dari orang tuanya, kesempatan ini sangat disambut
baik. Namun, perlakuan SA mewajibkannya untuk tetap berada di peringkat lima
besar dalam ujian reguler.
Dan demi mempertahankannya, Ia perlu mengerahkan banyak
upaya.
“Itu memang penting, ‘kan,” kata Ootani sambil duduk di kursinya dan
mulai membaca buku.
Urutan kedatangan di kelas selalu Yuuki yang pertama
sampai duluan, dan Ootani di urutan kedua. Dan kemudian sampai jam pelajaran
dimulai, Yuuki akan menjawab soal-soal di buku referensinya dalam diam,
sementara Ootani akan membaca buku dalam diam.
Pada dasarnya, mereka berdua sibuk dalam urusan masing-masing
selama waktu itu, namun, hari ini Ootani mulai mengajak bicara dengannya.
“Jadi, apa berjalan dengan lancar?”
“Hm?”
“Yang kamu bicarakan kemarin.”
“Aah, yang itu, ya”
Masalah tentang berpegangan tangan dan masakan rumahan.
“Err, belum. Kami belum bisa melakukannya kemarin”
“Ayolah, itu sama sekali tidak menarik. Padahal aku sudah
bersusah payah memberitahumu.”
“…Kami punya tempo tersendiri, oke”
“Rasanya kurang meyakinkan kalau itu diucap oleh
seseorang yang langsung menembak setelah baru bertemu dengannya.”
Yuuki menutup mulutnya rapat-rapat saat diberitahu
begitu. Kalau dipikir-pikir lagi, aku
hanya bisa berpikir kalau pada saat itu ada yang salah denganku.
Dan kemudian…..
Pintu kelas dibuka dengan keras, dan seorang siswa
laki-laki masuk dengan cepat.
Namanya Fujii Ryouta. Salah satu dari sedikit teman
Yuuki, murid kelas 2 dan pemain andalan dari klub bisbol.
Ia adalah eksistensi yang membangkitkan semangat, dan
pembuat suasana dalam klub bisbol dan kelasnya. Omong-omong, Ia sangat jago
dalam shogi sampai-sampai bisa mengalahkan Yuuki dalam enam gerakan, dan hal
itu tidak ada hubungannya dengan pemain shogi profesional tertentu. (TN : Mungkin yang dimaksud atlet yang ini)
Cowok ini, belum termasuk dengan keberisikannya,
merupakan pemegang peringkat 10 besar seangkatan. Sedangkan wajahnya, meski Ia
tidak bisa memiliki gaya rambut yang terlalu mencolok karena peraturan sekolah,
berpenampilan menyegarkan dan tampan yang akan membuat para aktor di TV malu.
Kepribadiannya juga tidak membeda-bedakan siapa pun. Ia bisa disebut sebgai
sosok sempurna, namun sayangnya, Ia mempunyai satu kekurangan.
“Shouko-chuaaaaaaaaan!!”
Cowok ini, yang entah apa yang ada di dalam isi
kepalanya, selalu melakukan pendekatan ke Ootani Shouko seperti orang idiot.
Tidak, Ootani memang wanita yang mudah diajak bicara dan cukup baik. Akan
tetapi….
“Kamu terlihat sangat cantik juga hari ini!! Ayo
berkencan denganku!!”
“Pagi-pagi begini kamu sudah berisik. Jika kamu tidak mau
diam, aku akan membuatmu digagahi om-om jelek di mangaku ”
“Sikapmu yang jutek seperti itu juga luar biasa !!”
“Cepat keluar sana.”
Ootani sendiri sangat tidak terlalu menyukainya.
Fujii mengangkat bahunya, dan menoleh ke arah Yuuki.
“Naa, Yuuki. Kenapa perasaanku tidak tersampaikan ke dia,
sih? Padahal aku memiliki perasaan yang menggebu-gebu begini.”
“Apa kamu tak pernah kepikiran karena kamu sembrono?,”
balas Yuuki sambil melihat ke arah Ootani.
“Karena kamu sembrono, berisik, dan ceroboh,” Ootani
menyatakannya dengan datar. Whoah, gadis
ini tak kenal ampun.
Yuuki kemudian berbicara lagi dengan Fujii.
“Kalau itu kamu, kamu harusnya bisa memilih cewek sebanyak yang kamu
mau, jadi kenapa kamu terus PDKT dengan seseorang yang jelas-jelas menolakmu.”
“Hm? Itu sih
pertanyaan bodoh. Tentu saja karena aku sangat menyukai Shouko-chan!!,” balas
Fujii dengan nada tanpa sedikitpun menunjukkan rasa malu. Dan orang ini juga sama tangguhnya.
“Mungkin ada banyak gadis di luar sana, tapi cuma ada
satu Shouko-chan!! Atau mungkin, jika Yuuki punya pacar dan kemudian kamu
merasa nyaman dengan gadis lain, apak kamu akan putus dengan pacarmu atau
mendua?”
“Aku pastinya, bukan pacarmu.” Bantah Ootani.
“Di otakku, kami bahkan sudah memesan tempat pernikahan,
lho” Fujii membalas lagi dengan segera.
“Aku benar-benar akan membuat cerita baru tentang pemain
andalan klub baseball yang dip*rk*sa ramai-ramai oleh sekelompok om-om gembel.”
Sekali lagi, acuh tak acuh terhadap percakapan konyol
mereka berdua, “Uh-huh,” Yuuki menyilangkan tangannya.
“Mungkin ada banyak gadis lain, tapi hanya ada satu
Shouko… Yah, tentu saja. Aku juga tidak bisa membayangkan gadis lain selain dia.”
“Iya? Eh? Dari cara bicaramu, eh, serius? Yuuki, kamu sudah
punya pacar?”
Seolah itu belum cukup, Fujii terkejut dengan mata
terbuka lebar. Wajah tampannya yang berharga hancur berantakan. Jika
gadis-gadis di kelas melihat ini, mereka akan menangis.
Fujii memandang Ootani seakan meminta konfirmasi.
“Ya itu benar. Sangat mengejutkan, bukan.”
“…Kamu serius?”
“Tidak perlu sekaget gitu juga kali,” gerutu Yuuki.
Ootani juga sama, tapi rupanya, itu adalah berita yang cukup mengejutkan bagi
orang-orang yang mengenal Yuuki.
Fujii menghela nafas, kembali ke mode cowok tampannya
yang biasa dan berbicara.
“Yah, aku turut senang untukmu. Aku berpikir kalau kamu
juga harus lebih menikmati masa mudamu, tahu.”
“Hm? Kenapa?”
“Yah, kupikir kamu terlalu tegang, tahu. Aku mengerti
sangat sulit mempertahankan status siswa penerima beasiswa ”
“Benarkah?”
“Ya. Maksudku, aku tidak pernah melihatmu bermain-main
sama sekali.”
Akibat dari membenamkan dirinya hanya dalam belajar dan
kerja sambilan sejak awal masuk SMA, Yuuki tidak terlalu menyadari fakta
tersebut.
“…Sebenarnya, apa kamu tidak mau bermain bisbol lagi,
Yuuki?”
Yuuking menggaruk kepalanya sedikit dan berbicara.
“Yah, sepertinya aku tidak punya alasan, dan tidak punya
waktu untuk itu.”
“Begitu… Tapi yah, lebih baik kamu bersikap baik dengan
pacarmu!! Lain kali ayo kita kencan ganda, oke, Shouko-chan!!”
“Mati saja sana.”
Yang Fujii dapatkan cuma tatapan melotot dari Ootani.
◇◇◇◇
[Sudut Pandang Hatsushiro Kotori]
Hatsushiro bermimpi.
Di dalam mimpi, dirinya yang kecil menangis dan
berteriak.
Maafkan aku, maafkan
aku. Aku menjadi egois. Aku akan menjadi gadis yang baik, itu sebabnya tolong,
tolong, orang itu ...
Hatsushiro mendekap futon dengan erat.
Hanya saat memiliki sesuatu yang menutupi tubuhnya
seperti inilah dia merasa seolah-olah dunia benar-benar terpisah darinya, yang
mana membuatnya merasa sedikit lebih baik.
Saat membuka matanya sedikit, dia melihat jam.
Raut muka Hatsushiro menjadi pucat dalam sekejap.
Gawat.
Ini sudah jam 5
sore. Padahal aku sudah berjanji akan memasak untuk Yuuki.
‘──!!── !!’
Suara marah bergema di dalam kepalanya.
“…Uu”
Aku telah
melakukannya. Perasaan bersalah terus membayangi di dalam
kepalanya. Sebaliknya, dia ingin menghilang begitu saja.
“Bagaimanapun juga, aku harus bangun ...”
Bahkan jika dia menghilang, hal itu tidak mengubah fakta
bahwa dia ketiduran.
Dia mencoba untuk bangun, tetapi tubuhnya lebih berat
dari kemarin. Rupanya, kepenatan tiga hari terakhir sudah mulai terlihat dengan
sungguh-sungguh.
Ketika entah bagaimana berhasil mengangkat tubuhnya,
Hatsushiro memperhatikan ada makanan dari minimarket yang diletakkan di atas
meja. Bahkan ada sepasang sumpit sekali pakai.
Dan itu disertai dengan memo yang disobek dari buku
catatan.
'Bento salmon
ini sangat lezat, aku merekomendasikannya !!'
“…”
Aah… Ia baik
sekali.
Hatinya, yang bergejolak sampai beberapa saat yang lalu, mulai
menjadi tenang.
“…Terima kasih atas makanannya.”
Hatsushiro membuka penutup bento dan mulai menyantap
makanannya.
Makanan itu merupakan produk produksi massal industri dan
sedikit dingin, tapi untuk setiap suapan yang dia makan, kehangatan menumpuk
jauh di dalam dadanya.
“Terima kasih banyak, Yuuki-san”
Kehangatan tersebut hampir membuatnya meneteskan air mata.
“…Ya, ini enak.”
Kupikir ini
mungkin pertama kalinya setelah sekian lama aku memakan makanan yang menurutku
enak.
“Aku ingin tahu apakah ada yang bisa kulakukan untuk
Yuuki-san…”
Aku hanya menerima
kebaikannya terus dari kemarin.
“…Baiklah.”
Hatsushiro selesai memakan makanannya. Dia kemudian
bangkit dan berjalan ke dapur.
◇◇◇◇
[Sudut
Pandang Yuuki Yuusuke]
Setelah jam pelajaran berakhir, Yuuki segera menuju ke tempat
pekerjaan sambilannya.
Ia banting tulang tak kenal waktu. Setelah menyelesaikan
pekerjaannya, Yuuki segera pulang menuju apartemennya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Bangun pagi-pagi, berangkat ke sekolah dan belajar, bekerja sambilan sampai
malam, terus belajar lagi setelah sampai di rumah, dan kemudian tidur. Ini
hanya keseharian Yuuki seperti biasa.
“Saat dipikir-pikir lagi, aku memang tidak melakukan
apa-apa selain belajar dan bekerja.”
Aku tidak
mengeluh karena aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan, tapi aku merasa
sepertinya memahami mengapa Fujii mengatakan itu.
“Tapi yah!! Sekarang aku sudah punya pacar!!”
Kamu tidak bisa mengejekku
lagi kalau aku tidak menikmati masa mudaku.
“Yah, kita masih tidak bisa melakukan sesuatu yang mirip
sepasang kekasih. Hal itu akan dimulai sekarang, ya, mulai sekarang …,” Yuuki terus
menggumamkan itu, dan kemudian akhirnya tiba di apartemennya. Ia lalu menaiki
tangga, dan kemudian membuka pintu apartemennya.
“Se-Selamat datang di rumah, Yuuki-san”
“…”
Hatsushiro, dengan tampilan mengenakan celemek dan rambut
hitam yang dikuncir kuda, sedang menyambutnya.
Seperti kemarin, ruangan yang biasanya gelap saat Ia
kembali menjadi terang.
“…Apa ada yang salah?”
“A, ah, tidak. Bukan apa-apa. Aku pulang, Hatsushiro”
"…Iya. Jadi, Yuuki-san... maafkan aku tentang pagi
ini. Padahal aku sudah berjanji, tapi aku malah ketiduran,” kata Hatsushiro dengan
suara muram dan membungkuk dalam-dalam.
Tubuhnya juga sedikit gemetar. Sedangkan Yuuki, Ia
sendiri yang mematikan alarm sejak awal, jadi tidak ada yang perlu dimarahi. Aku pikir mungkin lebih baik untuk
memberitahu ini segera.
"Aku tidak marah kok, jadi angkat wajahmu.”
“…Kamu yakin?”
“Tentu saja.”
“…Kurasa….begitu. Yuuki-san memang orang yang seperti
itu, ‘kan…”
“Kamu bisa membuatkan makanan untukku jika kamu punya
waktu, oke,” kata Yuuki, dan kemudian ekspresi Hatsushiro sedikit cerah.
“Iya. Semuanya sudah siap, jadi silakan masuk”
“Hm?”
Yuki menanggapinya dan berjalan ke ruang tamu, mengikuti di
belakang Hatsushiro. Dan kemudian, aroma kaldu sedikit melayang di udara.
…In-Ini.
Jangan
bilang…!!
“Aku menggunakan bahan yang aku temukan di dalam kulkas. Meski
aku tidak bisa membuat sesuatu yang terlalu rumit, sih. ”
MASAKAN DARI
PACARKUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!
Yuuki membuat pose banzai di dalam benaknya.
“Wah, ap-apa ada masalah?”
“Ah tidak, maafkan aku.”
Rupanya, itu tidak hanya dalam pikirannya, tapi Yuuki
benar-benar membuat pose banzai.
Yah wajar saja Yuuki merasa senang begitu. Itu karena,
bagaimanapun juga…..
MASAKAN RUMAH!!
ITU MASAKAN RUMAH!! MASAKAN RUMAH DARI PACARKU!!!
Tanpa menunda lagi, Yuuki langsung mencuci tangannya, dan
kemudian duduk bersila di depan meja makan.
Menunya adalah mie rebus.
“Umm, aku benar-benar minta maaf… aku tidak bisa membuat
sesuatu yang terlalu rumit.”
“Tidak, tidak, tidak usah minta maaf segala!!! Aku sangat
senang, kok!! Aku super duper senang!! Ini sudah menjadi tiga hal teratas yang
membuatku bahagia dalam hidupku !!”
“Kalau begitu, ayo kita cicipi,” kata Yuuki sambil
menepak kedua tangannya. Kemudian Ia mengambil sumpitnya.
Pertama-tama,
ayo cicipi dulu supnya.
Ah, rasanya
enak.
Apapaan ini,
ini benar-benar berbeda dari saat aku membuatnya sendiri.
Padahal, aku
tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku pada perbedaan rasa antara hidangan
ini dan hidangan khas cowok yang sangat jarang aku masak sendiri, yaitu hanya
mencairkan mie beku dan menuangkan sedikit kuah mie. Dia seharusnya menggunakan
mie beku yang sama, tapi bagaimana bisa rasanya bisa begitu berbeda? Setiap
bahan, semuanya direndam dalam sup dan lezat.
…Aaa, aku jadi
tersentuh. Ini benar-benar rasa yang menyentuh hati.
Yuuki menikmati kebahagiaan memiliki pacar yang bisa
membuatkannya makan makanan seperti ini sambil asyik menyeruput mie rebus.
“…”
Hatsushiro menatap tajam pada pemandangan Yuuki seperti
itu dengan ekspresi gelisah.
Oh ya, itu
benar, Yuuki segera tersadar.
Rasanya sangat
lezat sampai-sampai aku melupakan hal penting.
“Rasanya sangat enak. Terima kasih, Hatsushiro,”
“…Y-ya. Terima kasih banyak. Aku… senang,” balas
Hatsushiro dengan wajah yang tersipu malu.
OOOH, mukanya
benar-benar imut.
Yuuki menatap Hatsushiro.
Kalau
dipikir-pikir, aku baru menyadarinya sekarang, tapi dia terlihat sangat cantik
dengan rambutnya yang dikuncir kuda dan celemek yang pantas untuknya. Apa-apaan
dengan perasaan wanita yang baru menikah ini?
Aku merasa otakku
terlarut oleh kebahagiaan .
Masakan rumah
pacar adalah acara yang luar biasa. Aku tak pernah menyangka akan
semenyenangkan begini.
Dan, Yuuki selesai memakannya dalam sekejap.
“...I-itu enak. Terus terang saja, aku ingin makan lebih
banyak. ”
“Se-Seperti yang diharapkan dari cowok … Kupikir aku
sudah membuat cukup banyak. Umm, karena kita punya bahan-bahannya, apa kamu ingin
aku membuatkannya lagi untukmu?”
“Eh? Kamu yakin?”
Jika ada sisa
dari yang dia buat, aku pikir tidak apa-apa, tapi akan terasa canggung jika dia
memasak yang lain dari awal.
Namun… ya, aku
masih ingin makan lagi. Aku tidak bisa berbohong tentang perasaanku di depan
rasa lezat ini.
“Kalau begitu, aku minta tambah.”
“Iya”
Pada saat itu, ketika Yuuki mengulurkan tangannya untuk
menyerahkan mangkuk padanya dan Hatsushiro mengulurkan tangannya yang ingin
menerima mangkuk, tangan mereka secara tak sengaja bersentuhan.
“…Ah”
Dan kemudian, tanpa salah satu dari mereka menyadarinya,
telapak tangan mereka menyatu. Sensasi lembut tangan Hatsushiro ditularkan
melalui telapak tangan Yuuki.
“…”
“…Apa kamu, baik-baik saja?”
Tangan Hatsushiro yang bersentuhan memang gemetaran, meski sedikit.
Yuuki mencoba menarik tangannya, namun yang mengejutkannya,
jari-jari Hatsushiro menyelimuti tangannya.
Yuuki yang terkejut mengangkat wajahnya dan menatap
Hatsushiro.
“…Bohong rasanya kalau aku bilang aku tidak takut…,” kata
Hatsushiro, dengan wajah yang bahkan lebih merah dari sebelumnya.
“Tapi, lebih dari itu, aku merasa senang…”
“Begitu ya…”
“…Ya, benar. Itu sebabnya, apa aku boleh tetap seperti
ini, sedikit lebih lama lagi…?”
"Ya"
“…”
“…”
Keheningan menyelimuti ruang tamu dengan lembut. Di sisi
lain, jika kita menyimpulkan pemikiran Yuuki dalam satu kata.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH.
Cuma itu saja yang ada di dalam kepalanya.
Apa-apaan ini,
bukannya pacarku ini terlalu imut. Kami akhirnya berpegangan tangan juga. Aah,
apa ini akan baik-baik saja? Apa aku akan mati hari ini?
Dan kemudian Hatsushiro, tanpa mengetahui pikiran batin
Yuuki, meremas erat tangan mereka yang saling terjalin. Dan akhirnya, dengan
ekspresi nyaman, bahagia, dan santai, “… Hangatnya,” dia menggumamkan ini.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!IMUT
BANGETTTTTTTTTT!!!!!
“Hatsushiro juga harus makan”
“Ah iya. Itadakimasu.”
slurp
“Rasanya enak"
(Ya, kamu memang imut)