Chapter 2 – Aku Ingin Memberinya Hadiah
Pacarku sangat imut.
Pacarku terlalu imut.
Pacarku super duper imut.
“…Naa, pacarku terlalu imut. Menurutmu apa
yang harus kulakukan?”
“Masa bodo.”
Ocehan ngelantur Yuuki langsung ditepis
Ootani yang sedang membaca manga setelah Ia menanyakan hal seperti itu saat
istirahat makan siang.
Namun, Yuuki yang masih sangat bersemangat,
tidak berhenti di situ.
“Tapi ayolah, tolong lihat ini, lihat,” ujar
Yuuki, sambil menunjuk bekal makan siang di atas mejanya.
Bekal makan siang yang terlihat biasa, namun
tampak lezat dan hangat dengan lauk telur goreng, burdock dan wortel yang ditumis dan direbus, daging goreng, sayuran
tumis, dan nasi yang ditutupi dengan ayam cincang.
“Itu memang terlihat enak”
“Kamu salah!! Ini super duper enak, tau!!”
“…Kamu ini menyebalkan”
Ia merasa kalau Ootani barusan menggumamkan
sesuatu, namun, Yuuki memutuskan untuk mengabaikannya.
Omong-omong, hal itu tak terbatas hanya bekal
makan siang saja. Setiap hari Hatsuhiro menyiapkan sarapan, makan malam, dan
bekal makan siangnya sendiri sejak hari pertama dia memasak untuknya. Berkat
ini, kondisi fisik Yuuki menjadi sangat baik beberapa hari terakhir ini.
Makanan dari minimarket benar-benar tidak seimbang dalam segala hal.
Hari ini juga, Hatsushiro mungkin sedang
menunggu di kamar apartemennya dengan lampu menyala dan makanan hangat yang
dimasak untuknya saat Yuuki pulang dari pekerjaan sambilannya.
“Aku sangat berterima kasih”
Aku tidak bisa cukup berterima kasih padanya.
“Dan yah, aku ingin melakukan sesuatu
untuknya sebagai ucapan terima kasih. Sesuatu yang membuat para gadis senang”
Tanya Yuuki.
“Hmm, lalu bagaimana kalau memberinya hadiah?,”
balas Ootani, menunjukkan manga yang sedang dia baca padanya.
Di manga tersebut terdapat seorang gadis yang
digambar dengan sentuhan halus tengah gembira memeluk boneka beruang, yang
merupakan hadiah dari pacarnya.
“Begitu ya, yang itu pasti ...”
Aku pasti pernah mendengar kalau gadis menyukai sesuatu yang imut.
Di dalam otaknya, Yuuki menggantikan gambaran
heroine di manga dengan Hatsushiro.
Dia menerima boneka mainan yang diberikan
padanya sambil tersipu, dan kemudian, “Terima
kasih banyak (sambil memeluk boneka mainan itu erat-erat)”.
“... BUKANNYA ITU SANGAT IMUT!!!!”
“Belakangan ini kamu beneran jadi sangat
menyebalkan …”
◇◇◇◇
“Hadiah boneka mainan?”
“Ya, sebagai ucapan terima kasih karena
selalu memasakkanku makanan dan yang lainnya.”
Di malam hari yang sama, Yuuki memutuskan
untuk berbicara dengan Hatsushiro mengenai masalah hadiah saat makan malam.
Akan tetapi, “Tidak, hal seperti itu, kamu
tidak usah repot-repot ...,” ujar Hatsushiro sambil menggelengkan kepalanya.
“Aku sudah memintamu membayar biaya makanan
untuk dua orang ... aku tidak mau membebanimu lebih dari ini ...” lanjutnya.
“Yah, kamu tidak perlu khawatir tentang itu.
Mungkin kelihatannya begitu, tapi aku tidak punya hal lain untuk dilakukan,
jadi yang aku lakukan cuma bekerja dan belajar. Jadi aku punya banyak tabungan.”
Saat sekarang, jumlah tabungan Yuuki cukup untuk
membayar makanan dan biaya hidup mereka berdua selama sekitar enam bulan ke
depan.
Tapi, “Tidak, meski begitu… tidak apa-apa kok,
untuk orang sepertiku…,” Hatsushiro
tetap merasa enggan , dan menundukkan kepalanya.
Aku pikir dia akan merasa senang, tapi aku tak pernah menyangka dia akan
merasa sangat enggan seperti ini.
Meski begitu, dia mengatakan “Seseorang sepertiku”, tapi wajah
Hatsushiro sangat manis , kepribadiannya juga tenang dan lembut, dan dia juga
membuatkanku makanan lezat ini setiap hari.
Omong-omong, menu hari ini adalah omurice.
Telur yang dibumbui dengan baik dan rasanya sangat lezat. Yuuki merasa kalau Ia
bisa memakannya tanpa henti. Hatsushiro adalah pacar yang luar biasa, jadi
membeli satu atau dua boneka mainan, atau bahkan tidak peduli berapa banyak
boneka mainan yang dibeli, itu tidak akan terasa sia-sia.
“Ah baiklah, kalau gitu begini saja. Kamu
bisa mencari apa yang kamu inginkan di smartphone-mu atau sesuatu nanti. Apa
pun boleh asalkan tidak terlalu mahal, oke… tunggu, aku baru ingat, kamu bilang
kalau kamu tidak punya smartphone, ‘kan?”
Benar, Hatsushiro tidak memiliki smartphone
di zaman serba canggih ini. Menurut apa yang Yuuki dengar darinya, bukan karena
dia meninggalkannya di rumahnya, tapi memang dari awal Hatsushiro tidak pernah
memilikinya.
“Sebenarnya, bukannya kamu tak punya banyak
kegiatan saat aku berangkat sekolah dan kerja?”
Ia mengatakannya sendiri, namun, kamar Yuuki
adalah apa yang biasa orang-orang sebut sebagai kamar suram. Bagaimanapun juga,
kamar apartemennya tidak punya banyak barang di dalamnya.
Yang ada cuma buku referensi, meja belajar,
dan meja makan, tanpa ada benda yang bisa dijadikan sebagai alat hiburan untuk
menghabiskan waktu.
Jika dia punya smartphone untuk bermain game atau internetan, aku pikir
dia takkan merasa bosan.
“Aku meminjam buku pelajaranmu untuk belajar,
jadi aku baik-baik saja.” Balas Hatsushiro.
“Meski kamu bilang begitu, tapi bukannya kamu
merasa bosan kalau cuma ada itu?”
“Fufufu, kamu serius bilang begitu, Yuuki-san?”
“Aku tidak bisa berkomentar apa-apa jika kamu
mengatakan itu padaku. Lagipula aku juga dipanggil seperti 'pria dengan masa muda kelabu' oleh Ootani.”
Bagaimanapun juga, Ia adalah pria membosankan yang tidak melakukan kegiatan
apa-apa selain belajar dan bekerja, fakta tersebut diakui oleh dirinya sendiri
dan orang lain.
“Hanya saja, yah… kurasa sekarang sudah tidak
abu-abu lagi. Karena sudah ada kamu yang menyambutku saat aku pulang. Rasanya
benar-benar menggembirakan, tahu, ada seseorang menyambutmu saat pulang, ”kata
Yuuki, perlahan meraih tangan Hatsushiro.
Hatsushiro juga menggenggam kembali tangan
itu dengan jari-jarinya yang ramping.
Sejak hari pertama mereka berpegangan tangan,
Hatsushiro tidak bisa melakukan apa-apa selain berpegangan tangan seperti ini.
“…Yuuki-san.”
“Hmm?”
“…Waktu yang kuhabiskan untuk memasak dan
bersih-bersih sambil menunggu Yuuki-san pulang, aku cukup menyukainya, tahu.”
“…Begitu ya.”
“…Iya”
KAMPRETT!! DIA BENAR-BENAR GADIS YANG BAIK, AKU BENAR-BENAR INGIN MELAKUKAN
SESUATU UNTUK MEMBUATNYA BAHAGIA!!!, teriak Yuuki
dalam hatinya.
◇◇◇◇
“Hmm”
Keesokan harinya dalam perjalanan pulang dari
sekolah, Yuuki mengunjungi toko smartphone di pusat perbelanjaan terdekat.
“Uh huh. Aku datang ke sini sambil berpikir
untuk membelikan smartphone untuk Hatsushiro, tapi setelah dipikir-pikir lagi,
anak di bawah umur perlu mendapatkan persetujuan orang tua untuk membelinya, ‘kan
”
Sebenarnya, bagaimana mungkin dia bisa berada di tempatku selama hampir
seminggu sekarang namun tidak ada keributan khusus tentang itu? Apa orang
tuanya tidak mengajukan laporan orang hilang atau semacamnya? Bahkan pihak
sekolah mungkin akan mengambil tindakan jika kamu tidak berangkat ke sekolah
dalam jangka waktu yang lama.
“Tunggu dulu, dari awal, saat
mempertimbangkan harga atau tarif dasarnya, Hatsushiro pasti tidak mau
menerimanya, iya ‘kan. Bahkan mainan boneka saja sudah membuatnya merasa tidak
enakan.”
Aku pikir itu luar biasa bahwa dia adalah gadis yang sangat baik, tapi
aku juga berpikir kalau dia gadis yang terlalu baik. Padahal dia boleh menjadi
sedikit lebih egois, namun ...
“Astaga, kurasa aku akan pergi membelinya
tanpa memberitahunya. Hmmm, tapi jika aku melakukan itu, mungkin hal itu akan
membuat Hatsushiro merasa terlalu menyesal dan membuatnya sulit untuk tinggal
bersamaku, ‘kan.”
Aku ingin mengungkapkan rasa terima kasihku setiap hari untuknya dalam
bentuk fisik, tapi tidak ada artinya jika dia tidak merasa senang tentang hal
itu.
Sambil memikirkan hal seperti itu, Yuuki,
yang sedang berjalan tanpa tujuan di sekitar pusat perbelanjaan mencari sesuatu
yang bagus untuk dibeli, menghentikan langkahnya saat melihat sebuah iklan.
“... Jika yang ini, kupikir mungkin akan baik-baik
saja"
◇◇◇◇
“Aku pulang”
“Selamat datang kembali di rumah, Yuuki-san.”
Seperti biasa, Hatsushiro langsung menyambut
Yuuki sesampainya di rumah.
“Kamu bilang kalau kamu tidak ada kerjaan
sambilan waktu hari ini, yang mana tumben sekali, tapi bukannya kamu pulang sedikit
terlambat, Yuuki-san?”
“Ya, aku baru saja membeli sesuatu”
Hatsushiro memiringkan kepalanya.
Yuuki mengeluarkan barang yang Ia beli di
bagian mainan pusat perbelanjaan dari kantong kertas.
“… Konsol game?”
“Ya, game yang pernah aku mainkan dulu
mendapat remake. Aku jadi merasa
nostalgia hingga aku akhirnya membelinya. Yah, kupikir mungkin aku bisa
bersantai sedikit dari belajar. Kesampingkan itu, kurasa makanan dulu yang didahulukan.
Aku kelaparan, nih.”
“Ah, tentu saja. Hari ini aku membuat ikan
bakar.”
Keahlian memasak Hatsushiro berpusat pada menu
makanan ala Jepang. Bisa dibilang kalau masakannya dibumbui dengan hati-hati
dan mengingatkannya pada neneknya sendiri, yang membuat Yuuki merasa nyaman
saat makan.
Makan malam hari ini juga terasa enak.
◇◇◇◇
“Kalau begitu,” kata Yuuki, sambil
menghubungkannya ke port monitor.
Yang Yuuki beli adalah perangkat keras yang
disebut PW4 dan game yang berjudul "The
Legend of The Sacred Spear 3."
Itu adalah game yang pernah Ia mainkan saat
masih kecil di rumah seorang teman, dan Ia ingat bersenang-senang saat
memainkannya.
Ngomong-ngomong, monitor ini adalah barang
yang Ootani sumbangkan kepada Yuuki karena dia tidak lagi membutuhkannya dan
monitor itu sudah berdebu karena tidak pernah digunakan sama sekali.
“Oh, ini dia.”
Intro dari game ditampilkan di monitor.
Hatsushiro, yang mungkin belum pernah melihat
game sebelumnya, sedang menonton video tersebut dengan penuh antusias.
“…Ini cantik, bukan” ujar Hatsushiro dengan
sedikit kagum.
“Aku rasa begitu. Yang pernah aku mainkan
dulu adalah gambar kotak-kotak piksel, dan karakternya bahkan tidak bersuara. Jadi
itu benar-benar mengejutkanku melihat seberapa jauh teknologi telah berkembang
akhir-akhir ini,”
Yah, aku suka seni piksel jadul karena mereka mempunyai pesonanya tersendiri.
Yuuki meraih dua konsol game dan menyerahkan
salah satunya ke Hatsushiro.
“Baiklah, ayo mainkan. Ini, Hatsushiro”
“…Eh?”
Mata Hatsushiro berkedip berulang kali ketika
melihat pengontrol pemain kedua yang Yuuki ulurkan padanya.
“Permainan ini, bisa dimainkan oleh dua
orang. Karena aku sudah membelinya, bisakah kita bermain bersama?”
“…”
Hatsushiro dengan takut-takut mengulurkan
tangannya ke controller. Ini benar-benar seperti dia berpikir apakah dia
diperbolehkan untuk menyentuh benda ini.
“Kumohon Hatsushiro,… oke?”
“…Y-ya”
Saat Yuuki menanyakannya sekali lagi dengan
nada selembut mungkin, Hatsushiro mengambil controller-nya.
Rasanya sangat lucu melihat dia mengutak-atik
semuanya dengan minat yang besar meski sedikit bingung pada perasaan pertama
kali memegang konsol.
“Kalau begitu, permainan dimulai.”
◇◇◇◇
Ternyata, Hatsushiro memang pemula dalam
permainan.
Pertama-tama, dia tidak tahu standar dasar tombol A dan tombol B. Jika kamu
adalah generasi yang sama dengan Yuuki, setidaknya pasti ada yang tahu bahwa
tombol A untuk konfirmasi, dan tombol B untuk membatalkan, dan itu wajar jika
tangan mu bergerak secara alami, namun, Hatsushiro membuat kesalahan
berkali-kali, dan membungkukkan kepalanya sembari terus meminta maaf.
Oleh karena itu, pengendalian itu sendiri
sangat tidak sesuai.
Bahkan sekarang, saat mereka berada di tengah
pertempuran dan karakter human beast pilihan Hatsushiro terus-menerus
mengayunkan kombo di mana tidak ada musuh. Gerakannya terlalu aneh seolah-olah
dia telah meminum Tam◯flu.
“A-aku minta maaf, Yuuki-san. Aku akan segera
kesana!! Err, yah!!,” teriak Hatsushiro, memiringkan konsol sepenuh hati dengan
seluruh tubuhnya.
Tindakan ini mengakibatkan karakter human beast Hatsushiro entah bagaimana
berlari ke arah yang berlawanan dengan musuh dan terus bergerak maju di depan
sebuah batu di tepi panggung. Aku ingin
tahu dia mau pergi kemana. Mungkinkah H◯warts?
“Fiuh. Hampir saja. Entah bagaimana kita berhasil
menjatuhkannya ”
Yuuki entah bagaimana berhasil membunuh musuh
sendirian. HP-nya sudah berwarna merah.
“Musuh juga semakin kuat dari titik ini, ya.
Ah, patung dewi yang bisa menyembuhkan. Sungguh desain yang murah hati.
Waktunya tepat, jadi mari kita selesaikan di sini untuk hari ini, ”kata Yuuki,
menyimpan permainan dan kemudian mematikan daya.
“…Uuu, maafkan aku. Aku hanya membebanimu
terus.”
Hatsushiro dari tadi terus meminta maaf.
“Yah, memang begitulah awalnya. Jadi,
bagaimana?”
Ditanya hal ini, Hatsushiro memainkan rambut
hitam panjangnya dengan tangan kanannya, terlihat sedikit bermasalah.
Meski Yuuki baru saja memahaminya baru-baru
ini, ini adalah kebiasaan Hatsushiro ketika dia ragu apakah boleh mengatakan
apa yang dia pikirkan. Yuuki telah memutuskan untuk sabar menunggu sampai
Hatsushiro mengambil keputusan.
Tak lama, Hatsushiro membuka mulut kecilnya
dan berbicara meminta maaf.
“Umm… aku sudah merepotkanmu berkali-kali dan
kupikir aku tidak pantas untuk mengatakan ini, tapi… umm… itu menyenangkan.”
Mendengar hal ini, Yuuki, BERHASIL!!!, langsung membuat pose kemenangan
di benaknya.
“Umm, Yuuki-san. Apa ada masalah? Mendadak
membuat pose kemenangan seperti itu.”
“Eh? Ah, tidak, bukan apa-apa, jangan pedulikan
itu. Yah, tapi kamu benar-benar buruk dalam hal ini, ya ”
“…Uuu”
“Jadi begitulah. Kamu harus berlatih menggunakan
data simpan lain jika kamu mau. Kamu tahu, ini adalah permainan di mana kamu
bisa membuat kemajuan melalui skenario sendiri.”
“Eh, ya, ya. Kamu benar. Aku tidak bisa
merepotkanmu lagi.”
“Ya, begitulah, Sekarang, aku mau mandi
dulu,” ucap Yuuki sambil berdiri dan meregangkan tubuhnya, tampak puas.
Dengan ini, dia seharusnya bisa menghabiskan waktu sendirian sebentar.
Selain itu, aku sendiri cukup bersenang-senang. Aah, kalau
dipikir-pikir, aku bertanya-tanya sudah berapa lama sejak aku bermain game dan
bersenang-senang seperti ini…
Aku akhirnya memotong waktu belajarku sedikit, tapi waktu bermain
seperti ini tidak terlalu buruk juga, pikir Yuuki.
◇◇◇◇
“Ooh, pacar dan game, ya”
Keesokan harinya setelah bermain game dengan
Hatsushiro.
Saat istirahat makan siang di sekolah, Ootani
berkomentar begitu sambil memakan sandwich irisan daging yang dibeli dari kantin
sekolah.
“Ya. Aku senang bahwa Hatsushiro tampaknya
menikmati dirinya sendiri juga. Dan dia mungkin sedang berlatih sekarang… hmm?
Apa, kenapa mukamu kaget begitu.” ujar Yuuki.
“Yah, melihatmu sampai berpikiran begitu
sedikit mengejutkanku.”
“Tunggu sebentar. Bukankah itu membuatku terdengar
seperti orang yang jarang berpikir biasanya.”
“….Eh?”
“Oi, hentikan wajah terkejut itu seolah-olah
kamu mengatakan 'Apa kamu tidak pernah
ngaca sama kelakuanmu sendiri?'”
“Aku cuma bercanda. Kamu memang sulit dimengerti, tapi kamu selalu perhatian
terhadap orang lain. Kamu benar-benar sulit dimengerti. sama sulitnya dengan
memahami perbedaan antara Jalur Shounan-Shinjuku ke Takasaki dan Jalur
Shounan-Shinjuku ke Kagohara.”
“Perumpamaan itu jauh sulit untuk dimengerti!!”
Tapi yah, aku pernah pergi ke Tokyo dan ketika kembali aku membuat kesalahan
dengan naik kereta ke Kagohara.
“Dan kali ini, kurasa kamu menemukan solusi
yang mudah dipahami. Pacarmu… namanya Hatsushiro-san, ‘kan? Kamu membeli game
untuk gadis itu, ‘kan? Kamu bersusah payah membuatnya tidak menahan diri dengan
mengatakan hal-hal seperti 'Aku sendiri
merasa nostalgia, jadi bermainlah denganku' atau 'Kamu harus berlatih saat kita bermain bersama lagi lain kali'”
Ootani dengan sempurna menebak pemikiran
Yuuki dan Ia menjadi sedikit malu.
“Apa aku terlalu memaksanya?”
“Menurutku tidak. Kesampingkan itu, gadis
Hatsushiro itu, bukannya dia punya masalah yang cukup besar?”
“Ya, menurutmu juga begitu?”
“Di zaman sekarang, mana ada gadis yang tidak
mempunyai smartphone, atau belum pernah bermain game, itu sudah masuknya abnormal.
Selain itu, dia sudah tinggal di apartemenmu selama beberapa hari, tetapi tidak ada seorang pun yang mencarinya, baik
dari pihak orang tua atau sekolahnya…”
Persis seperti yang dikatakan Ootani. Dia
tidak pernah berbicara tentang percobaannya untuk melompat dari atap gedung
bekas, atau tentang memar dan bekas luka yang terlihat di bawah pakaiannya.
Walau begitu, hal itu cukup abnormal.
Yuuki memutuskan untuk berbicara tentang apa
yang Ia pikirkan.
“Dan kamu tahu, dia gadis yang sangat baik, tapi menurutku dia terlalu
baik.”
“Sepertinya begitu. Kehidupan macam apa yang
dia alami sebelum dia tinggal di tempatmu… ‘kan? Jika aku ingat dengan benar,
gadis itu bersekolah di sekolah khusus perempuan terdekat, ‘kan? Aku punya
kenalan di sana. Mau aku coba mencari tahu?” kata Ootani. Yuuki berpikir
sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.
“…Hatsushiro takkan membicarakan dirinya
sendiri. Aku sangat menyukai Hatsushiro yang sekarang memasak makan malam dan
menungguku setiap malam. Itu sebabnya aku pikir mungkin lebih baik untuk
diam-diam membiarkannya sendiri sampai dia secara alami memilah perasaannya
tentang masa lalunya dan merasa ingin membicarakannya.”
“Haha, iya, ya. Terima kasih atas aura
kebahagiaannya. Itu membuatku mulas, oke.”
Ootani menghela nafas dengan nada jengkel.
“Yah, kamu ‘kan tipe orang yang tidak ingin
ikut campur secara paksa masalah orang lain. Meski begitu, di dunia ini ada
banyak orang yang sebenarnya ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa mengungkapkannya,
dan orang seperti itu secara tidak sadar menunggu orang lain untuk mencampuri kehidupan
mereka, lho. Khususnya para gadis.”
“Benarkah?”
“Karena memang begitulah biasanya,” kata
Ootani sambil melihat ke kejauhan.
◇◇◇◇
“Ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa…
ya…”
Dalam perjalanan pulang dari pekerjaannya,
ucapan Ootani masih terngiang-ngiang di kepala Yuuki.
Dan, yah, bahkan Yuuki merasa penasaran
dengan masa lalu Hatsushiro.
Saat Ia berjalan dengan perasaan yang agak
suram, Ia sudah tiba di depan apartemennya tanpa Ia sadari.
“Tapi yah, sepertinya dia juga sangat nyaman
di kamarku akhir-akhir ini.”
Bahkan wajahnya yang tersenyum sedikit
canggung di awal telah berubah menjadi sesuatu yang sangat alami sekarang.
“Aku pulang”
Secara khusus, wajahnya yang tersenyum ketika
menyapa Yuuki dengan ucapan “selamat datang di rumah” ketika Ia pulang seperti ini
benar-benar seperti bidadari…
“…Se-Selamat datang kembali di rumah…
Yuuki-san”
“…”
Yuuki sedikit mengernyitkan alisnya saat
melihat Hatsushiro keluar dari dapur.
Aku merasa kulitnya terlihat sedikit buruk. Selain itu, dia juga entah
bagaimana tampak sedikit pucat.
“Apa ada masalah? Yuuki-san”
“Hatsushiro… Apa terjadi sesuatu?”
Mendengar kata-kata Yuuki, Hatsushiro sedikit
mengalihkan tatapannya dan kemudian berbicara.
“Tidak, umm… tidak terjadi apa-apa…”
“…Begitu. Katakan padaku jika ada sesuatu,
oke ”
“Y-ya. Ah, hari ini kita makan kari.”
“Oh, begitu.”
Setelah itu, seperti biasa. Kari yang dibuat
Hatsushiro sangat lezat, dan dia juga tampaknya tidak bertingkah aneh sama
sekali.
Karena Yuuki pulang terlambat hari itu karena
pekerjaan sambilannya lebih sibuk dari biasanya, Yuuki langsung pergi tidur
tanpa bermain game.
◇◇◇◇
Sejak hari itu, meski sedikit demi sedikit,
kondisi fisik Hatsushiro semakin memburuk.
Hatsushiro sendiri mengatakan kalau itu bukan
masalah besar dan dia baik-baik saja, tapi jelas-jelas kondisinya terlihat
tidak sehat.
Perkataan Ootani kembali terlintas di benak
Yuuki.
‘Di dunia ini ada banyak orang yang sebenarnya ingin mengatakan sesuatu
tapi tidak bisa mengungkapkannya, dan orang seperti itu secara tidak sadar
menunggu orang lain untuk mencampuri kehidupan mereka, lho. Khususnya para
gadis.’
Justru ketika pekerjaan sambilannya semakin
sibuk beberapa hari terakhir ini dan membuatnya pulang lebih larut dari
biasanya, yang menyebabkan Yuuki menjadi semakin gelisah.
Dan kemudian, pada malam hari di hari
tertentu.
“Hatsushiro!!”
Hatsushiro yang hendak berdiri untuk mencuci
piring setelah makan malam, tiba-tiba pingsan di tempat.
Yuuki buru-buru bergegas ke arahnya. Rasa
penyesalan menghantui hatinya.
Seperti yang kupikirkan, pasti ada yang salah dengan Hatsushio beberapa
hari terakhir ini. Tidak bisakah aku berbuat lebih banyak sebelum sampai
seperti ini?
Itu salah, sekarang memanggil ambulans secepatnya jauh lebih penting….
Akan tetapi…
“Hm?”
Ketika Yuuki mencoba menggendong Hatsushiro
yang roboh, “…Zzz…Zzz,” Ia bisa mendengar suara nafas yang damai.
“Hmmm?”
“…Zzz.. Ma〇 Sanctuary… W〇sp… Vusc〇v…”
“Hmmmmm?”
Apa yang digumamkan Hatsushiro?? Jika aku ingat dengan benar,
kedengarannya seperti istilah yang muncul di "The Legend of The Sacred
Spear 3."
Yuuki meletakkan Hatsushiro di tempat tidur,
dan kemudian memulai game “The Legend of
The Holy Spear 3,” yang belum pernah Ia mainkan lagi sejak pertama kali
membelinya.
Dan kemudian, matanya terbuka lebar dengan
penuh keterkejutan.
“Apa-Apaan ini?!!”
Di bawah kotak save data 1 yang merupakan save data yang pernah Yuuki dan
Hatsushiro mainkan bersama, ada kotak save
data 2 yang sudah selesai sepenuhnya.
“Waktu bermainnya 60 jam ...”
Dan baru empat hari sejak aku membelinya
juga.
“Dengan kata lain, jadi tentang itu ya. Ini
cuma… kurang tidur?”
“…Hnnnn, Ninja Mast〇, sulit
sekali…,” Hatsushiro mengigau sambil mengalami mimpi buruk.
◇◇◇◇
Pada siang hari berikutnya. Hari ini adalah
hari libur.
“Jadi begitu rupanya. Sepertinya kamu sudah
bermain sepanjang hari. Dan kamu juga melakukannya diam-diam di tengah malam,” ujar
Yuuki kepada Hatsushiro, yang telah tidur nyenyak selama 12 jam.
“…Iya. Yuuki-san sangat mudah tidur, dan itu juga karena kamu bahkan
tidak bangun jika aku bermain dengan suara dimatikan,” akui Hatsushiro, sambil duduk
tegak dan menundukkan kepalanya di depan Yuuki.
Tentu saja, Yuuki gampang tertidur pulas
mungkin karena Ia biasanya pulang dengan tubuh lelah dari pekerjaan sambilan
dan belajarnya. Ia tipe orang yang takkan bangun meski ada suara berisik
sedikit.
“Jadi intinya, kamu sering bermain, ya. Lihat,
bahkan itemnya sampai lengkap begitu.”
Ah, peralatan karakter ini terlihat begini saat di remake, ya.
Melihat peralatan lain di CG seperti ini memberikan kesan berbeda dan
sangat menyegarkan.
“…Maafkan aku.”
Keadaan depresi Hatsushiro sangat parah.
Dari sudut pandang Yuuki, bukan berarti kamu melakukan sesuatu yang
sangat buruk, pikirnya. Namun…
“…Aku akhirnya membuatmu khawatir. Aku bahkan
tidak bisa membuatkanmu sarapan pagi ini, dan terlebih lagi… sementara
Yuuki-san bekerja keras dalam belajar dan kerja sambilan, aku menghabiskan
seluruh waktuku untuk bermain game.”
Betul sekali. Hatsushiro merupakan gadis yang
seperti itu.
Dia gadis yang terlalu baik, yang, bahkan
untuk hal seperti ini, akan memikirkan situasi orang lain dan sangat
memikirkannya.
Suaranya terdengar gemetaran. Seperti anak
kecil yang memecahkan kaca jendela dan ketakutan dimarahi orang tuanya.
Bahkan sekarang, wajahnya sudah di ambang
hampir menangis. Rasa takut, menyesal, atau mungkin dia takut akan kemarahan
orang lain yang dia yakini akan terjadi setelah ini. Meski tidak jelas mengapa
dia berakhir seperti ini, Hatsushiro sangat takut pada amarah orang lain.
Kemudian Hatsushiro mengeluarkan suaranya.
“…Aku takkan pernah bermain game lagi. Itu
sebabnya….”
Itu sebabnya….
“Ya, aku senang. Aku senang kamu sangat
menikmatinya”
Yuuki berbicara dengan suara yang ceria.
“…Eh?”
Ekspresi Hatsushiro tampak tercengang
seolah-olah dia tidak mengerti apa yang dikatakan Yuuki.
“Apa, memangnya ada sesuatu di wajahku?”
“Tidak, umm, bukan itu maksudku”
“Kamu bahkan bermain selama 60 jam, itu
artinya game ini sangat menyenangkan, bukan?”
Meski Hatsushiro tetap diam sejenak, dia
akhirnya menjawab dengan suara kecil.
“…Ya, sangat menyenangkan. um…”
Dan dalam keadaan ketakutan, “…Apa kamu tidak
marah?”, tanya Hatsushiro.
Yuuki menghela nafas, dan mendekati
Hatsushiro. Ia kemudian meletakkan tangannya sendiri di atas tangan Hatsushiro
yang gemetaran.
“Aku tidak marah, kok.”
“….!!”
“Mana mungkin sesuatu seperti ini akan
membuatku marah. Pertama-tama, aku membeli game ini supaya kamu bisa menikmatinya
sendiri selama waktu senggangmu.”
“Eeh, itu sih, aku sempat berpikir bahwa
mungkin memng begitu masalahnya, tapi…”
“Itulah sebabnya, aku senang kamu menikmati
dirimu sendiri. Itu saja. Ah, tapi kurasa aku akan senang jika kamu ingat untuk
membuat makanan dengan benar untukku. Lagipula memakan masakan Hatsushiro sudah
menjadi semacam alasanku untuk hidup akhir-akhir ini”
“….,…Uuu”
“Uu?”
“Uuuuuuuuu…”
“Apa!? Apa ada yang salah?”
Tiba-tiba, Hatsushiro mulai menangis
sesenggukan seperti anak kecil. Apa, apa
yang terjadi? Apa aku menggenggam tangannya terlalu kuat?
Dan kemudian Yuuki buru-buru mencoba
melepaskan tangannya. Namun, Hatsushiro memegang kuat tangannya.
“…Yuuki-san…kenapa kamu begitu baik padaku…,”
tanya Hatsushiro sambil meneteskan air mata.
Ketimbang karena alasan bersikap baik, Yuuki
sendiri hanya ingin melakukan sesuatu untuk Hatsushiro. Ia tidak pernah
berpikir bahwa pacarnya akan menangis sehingga Ia dibuat kebingungan.
Tapi yah, jika ditanya alasannya, Yuuki
dengan percaya diri menjawab, “Karena, aku adalah pacarmu, Hatushiro.”
Usai mendengar hal itu, butiran air mata
Hatsushiro yang menetes terus mengalir tanpa henti.
Yuuki sedikit kewalahan, tapi Ia dengan
lembut membelai kepala Hatsushiro yang menangis.
Tekstur rambut Hatsushiro terasa lembut di tangan, rasanya bikin nyaman.
Untuk beberapa saat, suara tangisan
Hatsushiro bergema di dalam ruangan yang sunyi itu.
“…Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Ayo bermain
bersama lagi setelah kamu sudah sedikit tenang, oke,”ucap Yuuki berulang kali,
lagi dan lagi. Kemudian Yuuki terus mengelus kepala Hatsushiro sampai dia
berhenti menangis.
◇◇◇◇
Karena keadaan Hatsushiro sudah kembali tenang,
mereka memutuskan untuk bermain game sebelum Yuuki berangkat kerja sambilan di
malam hari.
Mereka memuat save data 1, yang pernah mereka
mainkan pada hari pertama saat Yuuki membelinya.
Nah, jika kita berbicara tentang kemampuan
Hatsushiro yang telah berusaha tanpa menyisihkan waktu untuk tidur dalam empat
hari terakhir ini, “Ah, Yuuki-san, aku akan melakukan sesuatu terhadap musuh
ini (whack whack whack)”, “Y-ya.”
Di-Dia sangat jago. Dengan hampir tidak
pernah menerima serangan balik musuh, dia menyerang mid-boss dengan kombo
misterius yang Yuuki bahkan tidak tahu bagaimana melakukannya.
“Cih, aku menerima damage yang sebenarnya bisa aku hindari, ya. Dasar kurang ajar…”
Uh-huh, sepertinya lebih baik kalau aku tetap jadi support supaya tidak menghambatnya, pikir Yuuki, karena karakter human beast yang dikendalikan Hatsushiro
menjadi begitu kuat. Sementara Yuuki terpikat oleh gaya permainannya yang luar
biasa, lawan mid-boss tiba-tiba meledak dan tersebar ke segala arah.
“Fiuh… lima menit tiga belas detik. Aku
akhirnya kehilangan lima detik lebih banyak dibandingkan dengan waktu
sebelumnya karena kegagalan menghindari satu serangan. Itu kesalahan terbesar
dalam hidupku. Aku benar-benar minta maaf karena menunjukkan sesuatu yang
memalukan padamu”
“Tidak, itu cukup bagus sehingga aku bahkan
tidak mengerti apa yang kamu lakukan, tau.” Balas Yuuki.
Sebenarnya, ini bukannya game di mana kamu bersaing dengan waktu, sih.
“Ah, dari peta ini kamu harus pergi ke bagian
belakang koridor di sini, bukan dari yang kamu masuki. Aku pikir ini mungkin kesalahan
teknis, tetapi kita akan dapat pergi ke kota yang seharusnya kita kunjungi
nanti, dan kita akan dapat membeli peralatan yang lebih kuat.”
Entah bagaimana, dia bahkan menemukan sesuatu yang tampak seperti metode
rahasia. Waktu bermainnya selama 60 jam dalam empat hari bukan dihabiskan
sia-sia, ya.
“Fufufu, musuh langka muncul. Aku akan
mendapatkan uangnya.”
Hmm, tapi ya, kurasa begitu. Itu membuatku merasa sedikit kesepian, pikir Yuuki sambil memandang Hatsushiro yang sepertinya menikmati
permainannya.
Entah bagaimana, aku merasa dia membuat senyum energik paling berkilau
hingga saat ini. Cemburu pada permainan, rasanya sangat sedih untuk dikatakan,
membuatku menjadi pria yang berpikiran sempit, dan
dia menertawakan dirinya sendiri.
“Ah, Yuuki-san. Bukannya sudah hampir waktunya
untuk jadwal kerja sambilanmu. Aku pikir kita harus sudahi sampai di sini dulu.
”
“Ya, kamu benar”
Hatsushiro memperingatinya, lalu Yuuki
menyimpan game dan mematikannya.
Gambar dan suara yang indah menghilang. Di
dalam ruangan yang berubah menjadi sunyi, hanya Yuuki dan Hatsushiro yang
tersisa, duduk berdampingan di depan monitor.
Masih ada sedikit waktu sebelum aku harus pergi bekerja. Aku ingin
berbicara dengannya sambil tetap seperti ini lebih lama, pikir Yuuki.
“Sepertinya kamu mulai jago di game ini,
Hatsushiro. Yang bisa aku lakukan hanyalah mengikuti di belakangmu, tahu ”
Dan pada saat yang sama.
“Umm… Yuuki-san”
“Apa ada yang salah?”
“Umm… bahumu”
Bahuku?, pikir Yuuki yang kemudian melihat ke
bahunya sendiri. Namun, tidak ada yang khusus juga.
Hatsushiro semakin gelisah, tapi dia akhirnya
berbicara dengan takut-takut.
“Boleh aku bersandar di bahumu?”
“Eh? Ya-ya. Aku tak keberatan.”
Yuuki sedikit terkejut dengan permintaan tak
terduga Hatsushiro.
“Tapi, apa kamu yakin baik-baik saja?”
Bagaimanapun juga, Hatsushiro merasa ketakutan
saat disentuh oleh orang lain sampai-sampai dia bahkan tidak bisa menyentuh
tangan Yuuki pada awalnya.
“Bo-Bohong rasanya kalau aku tidak merasa
takut… tapi, aku mau, melakukannya…,” kata Hatsushiro, sedikit gemetar.
Begitu rupanya, Hatsushiro mencoba untuk bergerak maju meskipun masih
merasa takut, ya.
“Baiklah, datang ke sini kalau begitu”
“Y-ya, aku akan melakukannya sekarang…”
Setelah itu, Hatsushiro ragu-ragu dan tetap
diam sedikit.
Dan tak lama, pomf, perasaan hangat menjalar di bahu Yuuki.
“...Nee, Yuuki-san. Sepertinya kamu pulang
larut akhir-akhir ini. Apa pekerjaanmu mulai sibuk?”
“Ya, sedikit. Tapi masa sibuk sudah berakhir
sekarang”
“Begitukah… aku senang mendengarnya,” kata Hatsushiro,
dengan suara yang benar-benar lega. Dia kemudian meletakkan tangannya di atas
tangan Yuuki.
“...Umm, aku tahu ini tidak baik bagiku untuk
merasa seperti ini tentang Yuuki-san yang bekerja keras untuk belajar dan
bekerja di luar, tapi sebenarnya, aku akan senang jika kamu pulang lebih awal.”
Hatsushiro meletakkan kepalanya di bahu Yuuki.
“Bermain game memang menyenangkan, tapi… umm,
seperti yang diharapkan, aku lebih bahagia saat menghabiskan waktu seperti ini
denganmu, Yuuki-san…”
“Hatsushiro…”
Yeah.
Dia benar-benar….
Benar-benar sangat manis.
Wajahnya yang memerah, mungkin dia merasa malu karena mengatakannya
sendiri, terlihat sangat menggemaskan.
…Sekarang aku mulai merasa ingin mengambil cuti dari pekerjaan hari ini.
Aku ingin terus bersandar seperti ini selama 60 jam lagi.
◇◇◇◇
Saat kami terus berpacaran dan tinggal bersama, aku mulai melihat
berbagai sisi Hatushiro, pikir Yuuki.
Pada awalnya, aku mendapat kesan kalau dia adalah gadis yang suram dan
depresi, dan kemudian ketika aku mencoba berbicara sedikit dengannya, aku
menemukan bahwa dia adalah gadis yang cantik, pandai memasak, dan gadis yang
sangat baik, dan pada akhirnya, sebaliknya, dia gadis yang terlalu baik
sehingga dia akan menjadi takut lebih dari yang diperlukan. Dan dia juga
antusias dengan permainan dan menikmatinya.
“Pacar seperti itu juga sangat imut, iya ‘kan.
Menurutmu apa yang harus aku lakukan?”
“Ya ya, sungguh membahagiakan.”
Saat Ia membicarakannya dengan Ootani keesokan
harinya, Yuuki langsung mendapat jawaban sarkas dari Ootani saat dia memasukkan
sandwich irisan dagingnya ke dalam mulutnya.