Chapter 31 – Gugup
Enami-san membuka situs
streaming video di browser.
Rupanya, dia ingin menonton
video bersamaku. Aku menatap Enami-san yang sedang menggerakkan mouse.
Pada akhirnya, aku menyesal
sudah duduk di sebelahnya.
Itu karena, aku merasa gugup duduk
di sebelah Enami-san. Padahal aku baik-baik saja saat aku mengajarinya belajar
di restoran keluarga, tapi sekarang cuma ada kami berdua di ruangan pribadi
ini. Dan ini bahkan tidak bisa disebut belajar.
Bukannya ini tidak jauh berbeda
dengan namanya kencan?
Aku langsung gugup saat
menyadari situasi yang sedang kualami. Ini pertama kalinya aku melihat lebih
dekat penampilan Enami-san. Aku hampir bisa mendengar napasnya. Ada gadis yang
sangat cantik duduk di dekatku. Hal ini membuat jantungku berdetak lebih cepat.
“Nee.”
Jadi, saat dia tiba-tiba berbicara
kepadaku, aku merasa seolah-olah tengah kepergok melakukan hal yang buruk.
“Apa kamu menyukai hal semacam
ini?”
Aku melihat ke layar yang dia
tunjuk sembari berusaha menyembunyikan kegelisahanku.
Ada judul sebuah film yang
ditampilkan layar. Sepertinya itu film Hollywood. Di zaman serba canggih begini,
kamu dapat menonton film di situs streaming video. Sepertinya dia ingin
menontonnya bersamaku.
Filmnya sendiri berdurasi
sekitar satu jam lima puluh menit dan akan berakhir tepat saat aku akan
meninggalkan kafe.
“Aku tidak keberatan dengan film
aksi. Yang ini saja tak masalah”
“Kalau begitu, mari kita tonton
yang ini.”
Enami-san memutar filmnya. Namun,
tidak ada suara yang terdengar. Saat aku lihat lebih dekat, aku melihat kalau
PC tersebut ternyata tersambung dengan headphone.
Rasanya akan mengganggu jika aku mengubahnya menjadi mode speaker karena ada pelanggan
lain menggunakan kamar terdekat.
Saat aku kebingungan apa yang
harus dilakukan, Enami-san mengeluarkan earphone
putih dari sakunya. Dia mengeluarkan headphone dan memasangnya sebagai
gantinya.
“Ini.”
Kemudian, Enami-san memberiku
salah satu sisi earphone.
Saat aku masih kebingungan apa
yang dia maksud, Enami-san langsung
menaruh earphone di telinga
kanannya. Oi, apa kamu serius dengan situasi ini? Bukannya ini mirip seperti
sepasang kekasih yang berbagi earphone
untuk digunakan bersama-sama?
Tentu saja, aku yakin Enami-san
tidak memiliki niatan seperti itu. Kami baru mengenal satu sama lain untuk
waktu yang singkat, tapi aku mulai memahami kalau Enami-san sangat ceroboh
dalam hal secamam ini.
Aku mungkin akan digoda “perjaka” jika aku merasa tersipu dan
kelagapan. Lalu, terserahlah. Buang rasa malu dan kepura-puraan. Aku memasang earphone ke telinga kiriku, berusaha
menjaga ekspresiku setenang mungkin agar keraguanku tidak terlihat.
Mendingan nikmati saja filmya.
Jika aku memikirkan situasi ini dengan tenang, aku akan menjadi gila.
Sekitar 10 menit setelah film
dimulai, aku mulai mgnotak-atik opsi film dengan mouse-ku.
Karena tidak terbiasa, aku jadi
tidak tahu bagaimana menggunakannya dengan baik. Tapi aku asal pencet dan
menemukan opsi yang aku inginkan, jadi aku mengkliknya dan mengubah
pengaturannya.
Akhirnya, aku bisa
berkonsentrasi pada film. Saat aku sedang memikirkan ini, Enami-san melepas earphone-nya dan mulai berbicara padaku.
“Jangan seenaknya mengubahnya
ke versi subtitle tanpa izin.”
Ya, film ini sudah disulih
suara ke dalam bahasa Jepang sejak beberapa waktu lalu.
Saat menonton film, aku selalu
menontonnya dengan subtitle. Aku tidak bermaksud untuk tidak menghormati sulih
suara, tetapi aku pikir subtitle memberikan perasaan yang lebih realistis
karena kamu dapat langsung mendengar suara pemainnya.
Sudah sekian lama aku menonton
film yang disulih suara, dan merasa sangat tidak nyaman, mungkin karena belum
terbiasa.
“Berikan itu padaku.”
“Ah”
Mouse yang ada di tanganku itu
diambil paksa. Dan dia memasukkannya kembali ke dalam versi yang disulih suara.
Aku juga melepas earphone-ku dan mengeluh kepada
Enami-san.
“Aku tidak bisa berkonsentrasi
jika kamu tidak memasang versi subtitle. Aku tidak suka yang versi sulih suara.”
“Aku juga tidak suka subtitle.
Mengapa kamu repot-repot membuatnya sulit untuk dipahami? ”
“Apa? Subtitle lebih baik untuk
suasana. Sulih suara adalah ide yang buruk.”
“Subtitle sering salah
diterjemahkan. Aku pikir dubbing lebih dapat diandalkan. ”
“Aku bisa mengerti bahasa
Inggris sampai batas tertentu, jadi aku bisa menikmatinya meski ada salah
terjemahan.”
“Kamu merasa bangga tentang
itu? Seperti yang diharapkan dari seorang perjaka.”
Aku tidak tahu bagaimana hal
itu berhubungan dengan “perjaka”.
Aku mencoba mengambil mouse itu kembali, tapi Enami-san meletakkan
mouse di sisi lain. Jaraknya bisa dijangkau jika aku meregangkan tubuhku, tapi
aku akan menyentuh tubuh Enami-san jika aku melakukannya.
“……”
Dia menatapku dengan seringai
menghiasi wajahnya. Sepertinya dia menebak apa yang kupikiran.
Kata "perjaka" secara telepati disampaikan kepadaku.
Aku ingin tahu apakah ada yang
bisa aku lakukan untuk itu. Dan aku berpikir keras tentang hal itu. Aku tidak
keberatan menontonnya di-dubbing, tapi aku tidak ingin terus kalah darinya
Mouse ditempatkan di bawah
tangan kiri Enami-san. Jika aku mencoba mengambil mouse, aku harus menyentuh tangan
Enami-san.
Kurasa dia pikir kalau aku mana
sanggup melakukan itu.
Aku meletakkan tanganku di atas
tangan kiri Enami-san. Dan mencoba menarik tangan Enami-san dari mouse.
“……”
Tatapan Enami-san melebar
karena terkejut. Kemudian, pipinya sedikit mengendur, seolah berkata,
"Hmm".
Aku mengutak-atik opsi lagi
melalui tangan Enami-san. Kemudian aku beralih film kembali ke versi subtitle
lagi.
Aku mengkonfirmasinya, lalu
melepaskan tanganku dari mouse.
Aku merasa sangat gelisah dalam
hati. Tangan Enami-san lebih dingin dan lebih kecil dari tanganku. Setiap kali aku
menyentuh ujung jarinya yang halus, aku merasakan emosi yang tak terlukiskan.
Enami-san menatap tangannya
yang menyentuh tanganku. Mouse itu masih berasa di tangannya. Namun, dia tidak
mencoba kembali ke versi yang di-dubbing lagi dari sana.