Kimi wa Hatsukoi no Hito, no Musume Vol.2 Prolog Bahasa Indonesia

Prolog — Dulu dan Sekarang.

 

–Ayo pergi ke pantai.

Di masa lalu, Ichigo pernah mengundang Sakura untuk pergi ke pantai.

“Woah … Indah sekali ya, Ichi.”

Kawasan pantai yang mereka kunjungi merupakan tempat wisata yang terbuka untuk umum, tapi mungkin karena belum musimnya, pengunjungnya jadi lumayan sedikit. Pantai berpasir yang sepi, dengan hanya beberapa penduduk setempat yang mengajak anjing mereka jalan-jalan. Meski begitu, pemandangan laut biru serta langit cerah yang berpadu di balik cakrawala benar-benar terlihat indah.

“Apa jangan-jangan, kamu sengaja membawaku kemari karena aku pernah bilang kalau aku ingin pergi ke pantai sebelumnya?”

Ichigo mengangguk malu-malu ketika mendengar ucapan Sakura.

Di kamar Sakura, ketika mereka menonton TV bersama – Ia ingat Sakura bergumam pada dirinya sendiri ketika melihat pemandangan pantai yang muncul di layar.

Ichigo lalu berusaha keras mencari informasi pantai terdekat yang dapat Ia datangi dengan biaya perjalanan sehemat mungkin. Akibatnya, mereka harus melakukan perjalanan melintasi prefektur–

“Terima kasih banyak, Ichi.” Sakura tersenyum dan berkata sambil memegang topi jeraminya, menjaganya supaya tidak tertiup oleh angin laut.

Hanya bisa melihat wajah senyumnya saja sudah membuat semua kerja keras Ichigo sepadan. Sebaliknya, ingatan akan semua kesulitannya langsung terhapus dan lenyap begitu saja.

“Aku harusnya membawa baju renangku. Ah, tapi tidak banyak orang di sekitar sini, jadi aneh juga kalau cuma kita sendiri yang bermain-main, ‘kan?”

Usai mendengar kata-kata Sakura, Ichigo jadi teringat saat mereka pergi ke kolam renang di kota. Pada saat itu, Sakura mengenakan baju renang tipe bikini berwarna putih. Berkat fisiknya yang bergaya dan proporsional, serta kulitnya yang putih layaknya porselen terekspos, dia memancarkan aura kepolosan dan kelucuan, serta daya pikat yang agak merangsang.

Wajar saja dia akan menarik banyak perhatian, jadi ada bagian dari diri Ichigo yang tidak ingin Sakura berpakaian terlalu terbuka… Namun pada saat yang sama, Ia tidak dapat menyangkal bahwa Ia telah mengembangkan keinginan untuk menjadi satu-satunya yang melihatnya jika diizinkan. Suatu keegoisan yang tidak dapat dijelaskan dari seorang remaja laki-laki.

Are-are? Sepertinya aku tidak memenuhi harapanmu ya, Ichi.”

Rupanya, niat Ichigo jelas baginya, karena Ia tetap diam. Melihat reaksinya yang seperti itu, Sakura berkata sambil tersenyum.

“Ti-Tidak kok—”

Ichigo buru-buru mencoba menyangkalnya. Tapi kemudian …

Soryaa!”

Pada deburan ombak. Sakura, yang sedang berjalan tanpa alas kaki di pantai, tiba-tiba mengambil air laut dan menyipratkannya ke arah Ichigo. Seolah-olah dia berusaha menyembunyikan rasa malunya.

“Wooaaah!”

Ichigo dengan cepat memalingkan wajahnya karena mendapat serangan mendadak cipratan air.

“Hahaha, kamu tidak perlu menahan diri, Ichi. Lagipula itu akan segera mengering. ” Sembari mengatakan itu, Sakura berlarian di sepanjang tepi ombak dan bermain-main air, wajahnya terlihat bahagia dan tersenyum layaknya gadis kecil yang belum cukup umur untuk bermain.

Penampilannya bak bidadari yang sedang asyik bermain air.

Itulah kenangan Ichigo saat dirinya masih kelas 1 SMP, sedangkan Sakura duduk di bangku kelas 3 SMP.

Tahun depan, Sakura akan lulus dari sekolah SMP dan akan memasuki sekolah yang berbeda dari sekolah tempat Ichigo berada – Sekolah SMA di tempat lain. Jadi sekarang, Ichigo berada di tengah waktu yang terbatas ketika Ia bisa berbagi banyak pengalaman dengannya. Ia ingin bersama Sakura selama mungkin, meski hanya semenit atau bahkan sedetik, untuk merasakan kehadiran Sakura di dekatnya. Ichigo ingin tahu sebanyak mungkin tentang gadis yang dicintainya.

“Apa kamu punya impian untuk masa depan, Sakura?”

Di kejauhan, Ia menatap samar-samar ke kapal yang bergerak tanpa suara di antara langit dan laut.

Ichigo menanyakan pertanyaan itu pada Sakura saat duduk di pasir pantai.

“Hmm… Untuk saat ini, masih belum ada.” Sakura menjawab saat dia melihat ombak lembut yang bergulung-gulung di pantai dengan tatapan tenang.

Keluarga Sakura menjalankan bisnis mereka sendiri.

Dia adalah putri tunggal mereka.

Apa yang akan dia lakukan di masa depan?

Apa dia akan mengambil alih bisnis keluarga?

Sakura mempunyai otak yang cerdas.

Jadi, mungkin itulah yang akan terjadi.

Atau mungkin… Seseorang akan menikahinya dan menjadi suaminya … Kemudian, suaminya akan mengambil alih bisnis keluarga dan menjalankannya bersama Sakura …

“Apa Ichi sendiri punya mimpi?”

Kemudian, saat Sakura bertanya padanya, Ichigo menggelengkan kepalanya kuat-kuat, seolah ingin menghilangkan delusi yang selama ini Ia bayangkan di otaknya. Ia melakukan yang terbaik untuk menutupi kata-kata dan adegan yang baru saja muncul di kepalanya supaya jangan keceplosan.

“Aku juga, masih belum ada untuk saat ini…”

“… Jadi begitu ya. Yah, kurasa itu wajar saja. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, ‘kan?”

Ichigo ikut tersenyum pada Sakura, yang tersenyum padanya.

Mereka berdua saling tersenyum.

“Tapi saat aku sudah masuk SMA, aku ingin mendapatkan pekerjaan paruh waktu.”

Setelah itu, Sakura mengatakannya sambil menyipitkan mata, mungkin karena sinar matahari yang terpantul di permukaan air terlalu silau.

“Aku ingin melakukan pekerjaan yang berbeda, mempelajari ha yang tidak aku ketahui, dan mendapatkan banyak pengalaman.”

“Aku juga, aku ingin melakukan sesuatu ketika aku diizinkan bekerja.”

Ichigo ingin bekerja dan mendapatkan kemampuan secara finansial daripada saat ini. Ia ingin menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama Sakura dan membuatnya bahagia, meski hanya sesaat.

Dan demi alasan itu——   

……

……

Terlalu mempesona dan terlalu berharga – pikir Ichigo saat Ia kehilangan ingatannya tentang dia. Ichigo mengira kalau dirinya takkan pernah mengingat kenangan seperti itu lagi. Tidak, Ia bahkan sudah mengubur dalam-dalam kenangannya.

Ichigo tidak ingin mengingatnya, karena ingatan yang samar dan bercahaya ini telah menjadi sangat menyakitkan, karena dirinya telah mengalami masa depan yang akan datang.

 

※※※※※

 

— Waktu kembali ke masa sekarang.

“Selamat datang! Jika ada yang tidak Anda pahami, kami siap membantu!”

Sebuah pusat perbelanjaan besar yang terletak di pinggiran daerah perkotaan. Salah satu perusahaan yang beroperasi di sana adalah department store besar dengan area perbelanjaan yang sangat luas. Toko yang digadang-gadang sebagai toko berperingkat S merupakan salah satu dari toko ritel yang berskala nasional.

Di toko seperti itu, gadis itu, Hoshigami Luna, melakukan yang terbaik sebagai pekerja paruh waktu hari ini. Dia berdiri di tempat yang disebut konter layanan, yang didirikan di belakang mesin kasir utama.

Biasanya, dia bersekolah di sekolah untuk para Ojou-sama, tapi sekarang, dia mengenakan seragam khusus pekerja paruh waktu, yaitu kemeja dan celana jeans, dengan rambut hitam mengkilapnya dikuncir ke belakang agar sesuai dengan suasana tempat kerjanya.

Penampilannya terlihat sangat ceria dan imut. Senyum hangat nan menawan di wajahnya memiliki kekuatan destruktif yang membuat semua orang tak bisa berpaling darinya.

Dia benar-benar gadis toko… Atau bisa dibilang itu adalah bunga yang mekar di tengah toko. Luna memiliki kehadiran yang begitu kuat. Tentu saja, itu bukan hanya tentang wajah cantiknya.

Konter layanan, tempat dia ditempatkan, memainkan peran sebagai pramutamu di toko. Tugasnya adalah memandu pelanggan di area penjualan, menangani pengiriman, memesan item yang kehabisan stok, dan menerima berbagai jenis permintaan khusus, termasuk kartu nama, segel, papan nama, dan banyak lagi… Itu adalah pekerjaan yang paling membutuhkan orang yang ramah, cerdas, dan cekatan.

Namun, Luna yang baru saja dipekerjakan untuk sebagai pekerja paruh waktu, sudah mempelajari berbagai tugas dan telah menjadi anggota tak terpisahkan dari konter layanan utama.

“Dia sangat hebat, bukan?"

Dua orang dewasa sedang mengawasi pekerjaan Luna dari kejauhan.

“Karyawan dan pelanggan lain sangat terkesan. Meski dia hanya seorang gadis yang baru duduk di kelas satu, para siswa SMA Himesuhara benar-benar memiliki rasa kesopanan dan pendidikan.”

Orang yang berbicara dengan kekaguman yang begitu tulus adalah seorang wanita berkacamata dan tampang yang tampak pintar. Asisten manajer toko, Wakana.

“……”

Di sisi lain, pria yang dia ajak bicara, tetap diam saat menatap sosok Luna.

“…Pak manajer?”

“…Oh, ya, kamu benar. Kita bisa mengandalkannya.”

Ketika Wakana memiringkan kepalanya dan bertanya lagi, Ia buru-buru menjawab.

Rambutnya hitam dan dipotong dengan panjang yang sesuai, jadi meskipun Ia tidak menatanya, penampilannya takkan memberikan kesan kumal. Untuk baju, Ia mengenakan setelan kemeja tanpa dasi, dan celana panjang serta  sepatu kantor standar. Ia berpakaian dengan cara yang memberi nuansa bersih dan rapi. Wajahnya yang meski terlihat masih muda, tapi juga memiliki aura kedewasaan. Ia adalah manajer toko ini – Ichigo Kugiyama yang berusia 28 tahun.

“Sungguh… Kita bisa mengandalkannya.”

Sorot mata Ichigo saat menggumamkan ini agak bertanya-tanya dan cemas.

Dia tidak memiliki keluhan tentang kinerja Luna. Bahkan, dia bisa memberinya nilai tinggi untuk etos kerjanya tanpa masalah.

Jadi, mengapa Ichigo begitu gelisah?

Alasan dari kegelisahannya terletak di tempat lain.

 

※※※※※

–Maaf, Ichi… Tapi aku tidak bisa menyerah.

“……”

… Ichigo mengingat kembali kejadian di belakang toko tempo hari.

Tempat terpencil di sebuah toko yang pada saat itu masih beroperasi.

Luna datang berlari ke arahnya dan mengecup bibirnya – Dia ingat hari mereka berciuman.

Hanya tindakan itu saja sudah membuat proses berpikir Ichigo memanas dan Ia hampir kehilangan kesadaran.

Alasan mengapa Ichigo tidak bisa tenang tentang Luna yang bekerja di toko ini adalah karena Ia tidak tahu kapan Luna akan membuat pendekatan yang kuat padanya. Seolah-olah dirinya selalu membawa bom kemana-mana, dan tidak tahu kapan bom itu akan meledak.

[Yah, Kugiyama-kun. Terima kasih atas data statistik yang aku minta tempo hari. Itu sangat membantu.]

“Tidak, saya ikut merasa senang kalau saya bisa membantu.”

Bahkan setelah beberapa hari ini, Ichigo berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

(...Aku bertanya-tanya apakah aku harus menilai diriku sebagai worcaholic yang sangat baik pada kenyataan bahwa aku masih berhasil menyelesaikan pekerjaanku meskipun ada masalah serius, atau mungkin aku harus merasa jijik ...?)

Bagaimanapun juga, setelah menyelesaikan pertemuan online dengan manajer regional, Ichigo meninggalkan kantor untuk istirahat dan menuju ruang istirahat. Ia habis menggunakan otaknya, jadi Ia perlu mengisi ulang dengan gula.

(...Aku akan memesan secangkir café au lait.)

Saat memikirkan ini, Ichigo membuka pintu ke ruang istirahat.

Lalu d sana, dia melihat seseorang.

Dari semua orang yang ada, orang tersebut adalah Luna.

Jadi, mau tak mau Ia merasakan kalau jantungnya hampir copot.

“Ah, pak manajer, terima kasih atas kerja keras anda.”

“Ah, ya.”

Ichigo mencoba untuk tetap tenang dan membalasnya, tapi kemudian Ia tersadar. Sekarang sudah memasuki waktu malam, dan lantai penjualan mulai sepi. Saat ini adalah waktu di mana beberapa karyawan yang datang untuk bekerja di pagi hari sudah pulang, dan hanya ada beberapa pembeli dan pelanggan yang tersisa. Dan saat ini, tidak ada orang lain di ruang istirahat. Kebetulan hanya ada mereka berdua.

(…Tidak baik…)

Pikiran Ichigo mengingat Luna dengan senyum iblis di wajahnya, yang telah dia lihat berkali-kali sebelumnya.

Dia akan mengambil keuntungan dari fakta bahwa tidak ada tanda-tanda ada orang di sekitar untuk mengacaukannya lagi …

“Pak manajer.”

Dan dia memulai pendekatannya.

Rupanya, Ichigo telah tenggelam dalam dunianya sendiri selama beberapa lusin detik. Hal berikutnya yang dia tahu, Luna sudah berada tepat di sebelahnya.

“Ya?”

Luna menawarkan secangkir kopi di tangannya. Di dalamnya terdapat cairan cokelat pucat berkilauan dengan uap. Baunya sangat harum, seperti cafe au lait. Rupanya, dia baru saja menyeduhnya di mesin kopi.

“Anda  sedang istirahat, ‘kan? Ini silahkan.”

“Terima kasih banyak…”

“Yah, karena waktu istirahat saya hampir habis, jadi saya permisi dulu.”

“Ah, ya.”

Setelah itu, Luna berjalan keluar dari ruang istirahat dengan normal.

Ichigo terkejut saat melihat sosoknya yang sudah menjauh.

“…Hah?”

 

 

<<=Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya=>>

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama