Ore no Onna Tomodachi ga Saikou ni Kawaii Vol.2 Prolog Bahasa Indonesia

Prolog

 

Pada hari Minggu di sebuah warung makan yang dipenuhi pembeli dan keluarga mereka. Kai, alias Nakamura Ash, sedang duduk di kursi dekat meja plastik kecil saat tengah terlibat dalam obrolan satu lawan satu yang meriah. Lawan bicaranya adalah gadis yang setahun lebih muda darinya dan pegawai baru di tempat pekerjaan paruh waktunya.

Gadis tersebut, terus terang saja, mempunyai paras yang cantik. Ekspresinya sering berubah menjadi senyuman nakal, yang mana hal tersebut meningkatkan pesona si gadis berkat proporsi wajahnya yang sangat sempurna. Namun, dia masih memiliki aura keanggunan padanya, mungkin karena rambut hitam lurus yang memanjang sampai ke pinggulnya. Rambutnya memiliki kemilau indah yang bisa terlihat jelas oleh semua orang, seakan-akan seorang seniman telah mencurahkan jiwanya untuk memoles setiap helainya siang dan malam. Dan nama gadis itu adalah Hotei Kotobuki.

Kai memperhatikan Kotobuki yang sedang menyeruput ujung sedotannya seolah-olah itu adalah minuman mewah, bukan cangkir kertas murahan yang diisi dengan jus jeruk bali. Entah bagaimana, Ia tidak menganggap pemandangan itu menjengkelkan. Sebaliknya, Ia justru menganggapnya sebagai pemandangan yang sempurna.

“Kamu benar-benar tahu bagaimana cara membuat minuman itu terlihat enak, ya.” goda Kai seraya tertawa kecil.

“Apa itu bisa kuangggap kalau kamu ingin mencobanya?”

Ketimbang menunjukkan kejengkelan, Kotobuki malah membalas dengan nada aneh dan lesu. Dia baru mulai bekerja tiga bulan yang lalu, jadi dia masih pemula dan belum terbiasa dengan cara bicara sopan yang diperlukan untuk pekerjaan  bidang layanan.

Dia mengulurkan ujung sedotannya ke arah Kai dengan ekspresi puas di wajahnya, tampilan kepercayaan diri yang tidak dimiliki oleh bahasa tubuhnya yang lain. Kai mengikuti contoh rekan kerjanya dan beralih menggunakan nada lesu yang sama sebelum menjawab.

“Kurasa aku harus menahan diri. Ini hanya jus jeruk bali, ‘kan?”

“Oh, ini bukan ‘hanya’ jus biasa. Ini adalah jus jeruk bali yang sudah diberkati oleh bibir gadis cantik. Harta mana lagi yang kamu dustakan?”

“Kamu tidak bermaksud menyarankan itu meningkatkan rasanya, kan?”

“Mungkin kamu perlu mencobanya untuk mencari tahu?”

“Walaupun itu bakal menghasilkan sesuatu yang disebut banyak orang sebagai 'ciuman tidak langsung'?”

“Ini cara bertele-tele untuk menyatakan kalau aku ingin ciuman tidak langsung. Tolong jangan buat aku mengatakannya secara langsung, itu membuatku merasa malu, tau.”

“Apa kamu selalu menyembunyikan kepribadian yang begitu pemalu?"

“Apa yang kamu sebut 'sembunyikan' adalah apa yang aku lebih suka sebut 'berperilaku elegan.'”

“Setiap orang punya selera berbeda-beda, ya.”

 “Aku pikir kecerdasanku yang tajam pantas mendapat sanjungan,” kata Kotobuki sambil berseri-seri dengan kebanggaan yang menjengkelkan. Tentu, dia memasang ekspresi imut itu dengan tidak adil, tapi Kai tidak bisa memaksa dirinya untuk membencinya.

“Karena akulah yang meminta kencan pertama kita ini,” lanjut Kotobuki, “Kupikir aku harus berusaha untuk memainkan suasana romantis. Apa rangsangannya agak kuat untuk seseorang yang masih perjaka seperti dirimu?”

Dia menghela nafas dan dengan lelah mengangkat bahunya seolah-olah dia adalah wanita dewasa yang punya banyak pengalaman. Dari tatapannya, jelas sekali kalau dia memandang rendah teman kencannya. Sampai...

“Yah, jika kamu bersikeras, aku akan mengabulkan permintaan ciuman tidak langsungmu.”

“Whafgaughuh?!”

Kai dengan santai mencondongkan kepalanya ke depan untuk menyeruput sedotannya, tapi Kotobuki berteriak mundur dengan panik. Suasana superioritas yang dia miliki beberapa saat yang lalu menghilang sekejap mata saat wajahnya memerah sampai ke leher.

“Oh? Ada masalah apa, Kotobuki?”

“N-Nakamura, kamu nakal.”

“Bukannya kamu sendiri yang meminta ciuman tidak langsung?”

“Dasar tidak tau malu!?”

Kai terus mencondongkan tubuh ke depan untuk menyedot sedotannya, jadi Kotobuki dengan panik mengarahkan cangkir ke kiri dan ke kanan di tangannya untuk menghindari upaya Kai.

Apa dia benar-benar berharap kalau aku jatuh dalam gertakannya? pikir Kai. Dasar bodoh. Trik-trik semacam itu mungkin berhasil padaku saat di SMP, tapi tekadku sudah diperkuat oleh kontak fisik biasa dengan sahabat gadisku selama setahun terakhir!

“Kenapa kamu terus lari, Kotobuki? Izinkan aku untuk menikmati sedotan yang telah menghiasi bibir indahmu itu. Ayo cepat!”

“Na-Nakamura, dasar mesum. Perkataanmu benar-benar cabul. ”

“Aku cuma merasa tersentuh oleh upaya tulusmu dan ingin bekerja sama dalam memainkan suasana romantis.”

“Siapa juga yang menyebut jarak yang jauh begini dengan kata romantis ?!”

Kai hanya menggodanya dengan iseng, tapi Kotobuki terus-menerus tersipu saat dia dengan agresif membantah.

Sebenarnya, Kotobuki memiliki mental krupuk. Memang, dia bisa saja bertingkah menjengkelkan, tetapi kepura-puraannya yang sering menunjukkan sikap kedewasaan dan omong kosong hanyalah upaya putus asa untuk mempertahankan ketenangannya. Dia mungkin mengira kalau dia sudah menyembunyikannya dengan baik, tapi sayang sekali! Kai bisa melihat jelas semuanya. Tidak peduli seberapa angkuhnya seringai atau nasihatnya yang sinis, Ia cuma bisa mendecakkan lidahnya. Kai tidak bisa membencinya; pada kenyataannya, tingkah lakunya itu justru membuatnya lebih manis.

“Oooooh,” rengek Kotobuki saat dia akhirnya menarik kembali tangannya dan menyembunyikan cangkirnya di belakang punggungnya.

“Kamu tidak perlu sampai sejauh itu juga kali,” Kai terkekeh saat kembali ke nada khasnya untuk mengolok-olok Kotobuki.

Sementara itu, Kotobuki berusaha menyembunyikan ekspresi bersalah di wajahnya. Dia menatap Kai dengan tatapan tajam dan berkata, “Ini diperlukan demi mempertahankan kesucianku. Aku berjuang dengan sekuat tenaga.”

"Kesucian dengkulmu!?”

Kai tidak bisa menahan tawa pada pernyataan yang satu itu. Dan dia mengejekku dengan perkataan perjaka, pikirnya, merasa ironi. Tapi itu membuatnya sadar bahwa Kotobuki benar-benar gadis kecil yang lugu; kekebalannya terhadap lawan jenis tidak sekuat yang dia banggakan. Ada berbagai lelucon dan permainan kata-kata yang bisa digunakan, tapi...

Sebaiknya aku berhati-hati supaya tidak melewati batas, renung Kai pada dirinya sendiri. Itu adalah pengingat bahwa Ia harus berhati-hati dalam menjaga sopan santunnya; pengalamannya dengan gadis tidak cukup luas untuk membuatnya bisa melakukannya dengan mudah.

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama