SS 1
Amane kebetulan menyalakan TV
dan melihat program yang ditayangkan memperkenalkan ‘alasan mengapa hubungan di antara pasangan retak’, menyebabkan Ia
secara naluriah mengintip ke arah Mahiru.
Ia bertanya-tanya apa itu
aman-aman saja buat Mahiru untuk menonton acara tersebut, mengingat betapa
sensitifnya dia tentang hubungan keluarga, tapi tidak enakan juga untuk mendadak ganti saluran TV ... Namun tampaknya dia tidak terlalu keberatan.
Amane diam-diam menghela napas
lega, “Ternyata ada banyak jenis keluarga”, Mahiru bergumam.
Ada beberapa rekaman video yang
diputar di TV. Beberapa pasangan merasa bahwa pasangan mereka terlalu malas,
membeli makanan dari luar yang mengakibatkan hubungan memburuk. Beberapa
bercerai karena pasangan mereka tidak bersedia untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga sama sekali.
“Ya. Untuk keluargaku
sekalipun, kedua orang tuaku bekerja, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan
bahkan mengambil inisiatif. Mereka juga berbagi tugas memasak, dan memahami
penderitaan masing-masing. Mereka takkan menggerutu bahkan jika itu makanan
dari luar.”
Keluarga Amane takkan memiliki
pertengkaran semacam itu, sehingga Ia merasa percaya ada alasan dibalik
hubungan langgeng orang tuanya.
“Sungguh pasangan yang ideal
...”
“Ya. Aku takkan mengatakan ini
kepada mereka secara langsung, tapi aku ingin menjadi pasangan seperti ibu dan
ayahku. Meski aku belum punya pasangan sih.”
“Kamu pasti bisa.”
“Mana mungkin bisa semudah
seperti yang kamu katakan. Kamu terlalu melebih-lebihkanku, tahu?”
“Tidak juga kok. Kamu adalah
orang yang jujur dan baik, Amane-kun.”
“Itu pendapat untuk seseorang
yang tidak memiliki poin baik lainnya.”
‘Kejujuran’ mungkin salah satu
sifat kebaikan, tetapi mengingat bahwa itu yang diharapkan, Amane tidak merasakan
apa-apa meskipun Ia dipuji dengan tulus.
Untuk beberapa alasan, Mahiru menghela
nafas di Amane, dan mata berbinarnya kehabisan kata-kata, namun penuh dengan
sukacita.
“…Ya ampun. Karena kamu ingin
aku memujimu, apa aku perlu menyanjungmu secara rinci?”
“Eh tidak, tidak usah.”
“Kamu mungkin tidak menyadari
hal ini Amane-kun, tetapi dalam hal melakukan pekerjaan rumah tangga,
jarang-jarang ada seseorang yang begitu peduli kepada yang lain. Kamu tidak
berpikir kalau wajar-wajar saja kalau orang lain melakukan pekerjaan rumah
tangga untukmu,’kan?”
“Aku tidak sekurang ajar
begitu. Aku akan merasa berterima kasih karena sudah mendapat bantuan.”
“Kamu tahu ... kamu mungkin
buruk di pekerjaan rumah tangga, Amane-kun, tapi kamu kadang-kadang membantu
dan selalu berterima kasih padaku. Kamu selalu peka dan berterima kasih untuk
hal-hal terkecil, kamu selalu menyuarakan pendapatmu tentang masakanku.
Bukannya kamu secara sukarela langsung membantu setiap kali aku dalam
kesulitan? Ketika aku merasa tidak enak badan, kamu langsung menyadarinya dan
merawatku, Amane-kun ..., pasangan pernikahan yang ideal adalah seseorang yang
bisa menghormati yang lain, saling mendukung, dan menjalani kehidupan
bersama-sama. Aku pikir kamu mungkin tidak populer selama masih menjadi
pelajar, tetapi kamu adalah kandidat yang ideal untuk bersama-sama hidup dengan
... uu.”
Amane tahu bahwa dirinya sedang
dipuji, tapi Ia merasa sangat malu, dan secara tidak sengaja menutup mulut
Mahiru dengan tangannya.
“Ak-Aku paham, aku memahaminya.
Jadi tolong hentikan.”
Amane tidak menyangka akan
dipusji sampai segitunya, dan tubuhnya menjadi begitu panas karena rasa malu
yang menyebar.
Mahiru tampak tidak senang dan menjauhkan
mulutnya yang ditutup oleh Amane, karena tampaknya dia memiliki lebih banyak
untuk mengatakan. Amane tahu bahwa Mahiru memiliki penilaian tinggi untuknya,
tapi Amane tidak menyukai kenyataan bahwa cuma Ia sendiri yang merasa malu, dan
memutuskan untuk melakukan pembalasan sedikit
“Ya-Yah, kupikir kamu juga
sama, Mahiru. Kamu itu cantik, kamu suka kebersihan, mampu pekerjaan rumah
tangga dan sering berhemat, dan tidak hanya baik. Kamu akan memberitahuku apa
yang salah, dan akan bekerja sama denganku untuk memperbaiki itu. Kamu selalu
berhati-hati, menghormati orang lain, menghargai orang lain, dan kamu akan
melakukan hal yang membantu orang lain. Kamu adalah seorang gadis baik dan
tulus terhadap orang lain. Kamu merawatku saat aku sakit, menghiburku, dan
memasak makanan yang begitu lezat sampai-sampai aku ingin memakannya setiap
hari. Tidak ada yang kekurangan mengenai dirimu, Mahiru, dan aku merasa seperti
memilikimu sebagai seorang istri ... uuu.”
Kali ini, giliran Mahiru yang
menutup mulut Amane.
Mereka berdua saling berusaha
menutup mulut masing-masing, dan wajah mereka sama-saa memerah. Tatapan mata
mereka bertemu, dan Mahiru memalingkan pandangannya karena malu.
Alis Mahiru ini berkedut saat dia
menyipitkan matanya, wajahnya memerah sedikit.
Amane melepas tangannya dengan
lembut, dan begitu pula Mahiru, mengambil bantal terdekat untuk memukul Amane.
“... ini adalah hal yang buruk
darimu, Amane-kun.”
“A-Apa maksudmu ... !?”
“Inilah sebabnya aku tidak suka
sifatmu yang begini, Amane-kun.”
Mahiru bergumam pada dirinya
sendiri, terdengar sangat senang dan belum puas. Amane hanya bisa membiarkan
Mahiru terus memukulnya dengan bantal.
Sebelumnya ||
Daftar isi || Selanjutnya