SS 2
“Amane-kun, bagaimana kalau
kamu mencoba ini?”
Mereka berdua sedang
berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, dan Mahiru tiba-tiba menarik lengan Amane,
lalu berbisik padanya.
Mereka kebetulan menyusuri
department store dengan banyak barang, dan setelah mendengar ucapan Mahiru, Amane
berasumsi kalau dia menemukan sesuatu yang baik. Ia menurutinya, dan menemukan
kalau dia sedang memegang kaca mata.
Itu adalah kacamata trendi
tanpa bingkai. Sementara itu tampak seperti barang murah dari department store,
tapi tampanknya itu baik-baik saja sebagai pajangan.
“Boleh saja, tapi kenapa?"
“... Sebagai penyamaran,
kurasa? Aku pikir jika kamu mengenakan kacamata, orang-orang akan sulit
menyamakan dirimu yang biasa.”
Amane merasa bahwa perkataan
Mahiru ada benarnya, tapi dia kemungkinan besar melakukannya karena
ketertarikannya sendiri.
(Benda
ini cuma untuk penyamaran. Aku tidak perlu membayarnya jika cuma memakainya.)
Usai berpikir begitu, Amane dengan
senang hati mengenakan kaca mata yang dipilih Mahiru.
Dari awal, Amane memiliki penglihatan
yang bai, sehingga dunia luar terlihat melalui kacamata terasa sedikit berbeda
baginya.
Amane merasa sedikit tidak
nyaman, “Bagaimana?” dan bertanya kepada Mahiru, tapi Ia menyangka kalau Mahiru
akan memalingkan mukanya.
“…Itu sangat cocok untukmu.”
“Kamu mengatakan itu saat tidak
melihat ke arahku?”
“Itu sangat cocok untukmu lebih
dari yang kuduga, atau mungkin ... Kamu terlihat lebih serius dari biasanya.”
“Omonganmu terdengar seperti
aku biasanya tidak serius, tapi Yah, aku memang tidak seserius seperti yang
kamu katakan.”
Amane merasa bahwa dirinya
memiliki sikap yang baik di kelas, tapi Ia sadar bahwa wajahnya hanya tampak
tidak termotivasi, selalu terlihat lesu, atau kurang semangat. Mungkin Ia akan
terlihat lebih baik bila mengenakan kacamata.
“Bu-Bukan begitu maksudku, tau?
Umm ... Kamu terlihat lebih cakap, cerdas dan tampan dari biasanya. Pokoknya, kamu
terlihat luar biasa!”
“Kamu ingin bilang kalau aku
biasanya terlihat seperti pemalas, kan?”
“Tidak ... Yah, Erm ... Bagaimana
bilangnya ... Ap-Apa yang ingin kukatan ialah kamu terlihat lebih ganteng
dengan cara yang berbeda dari dirimu yang biasa.!”
Mahiru secara paksa bersikeras
pada apa yang dia katakan, membuat Amane tercengang sekaligus bingung.
Ini menyebabkan Mahiru menyadari
bahwa dia tanpa sadar memanggil Amane tampan, wajahnya berubah semerah tomat
dan matanya berkaca-kaca dengan malu.
“... ja-jadi itulah yang aku
maksud. Maksudku tentang itu.”
Dengan suara gemetaran, Mahiru
mencoba memaafkan dirinya dengan kata-kata yang tidak menjelaskan apa-apa, dan
tampaknya menyembunyikannya dengan malu, dia melarikan diri ke bagian barang
lain.
Amane, yang ditinggalkan,
menyadari bahwa wajahnya terlalu panas, dan perlahan-lahan melepas kacamatanya.
(...
Yah, tidak ada ruginya untuk membeli sepasang.)
Setelah itu, Ia pergi untuk
membayar kacamata yang dipilih Mahiru, yang dalam arti tertentu, adalah hasil
yang paling normal.
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya