Side Story 1 — Penyempurnaan Diri dan Aroma Favorit
Amane mulai rajin berolahraga
sejak memutuskan untuk melatih kepercayaan dirinya.
Sebelum dan sesudah tidur,
setiap kali Ia punya waktu luang setelah kembali ke rumah, atau selama hari
liburnya, Amane akan menghabiskan waktunya untuk berolahraga atau berlari. Ia
biasanya memperhatikan perawakannya. Ia pasti memiliki lebih banyak otot dan
lebih banyak stamina daripada sebelumnya.
Namun, Amane merasa dirinya
masih jauh dari bentuk tubuh ideal, dan masih harus berusaha keras setiap hari.
Suatu hari sepulang sekolah,
Amane menghabiskan sekitar satu jam untuk berlari. Ia kembali ke rumah dan
terkejut ketika menemukan Mahiru sedang beristirahat di sofa, Mahiru lalu
berlari ke arahnya.
“Selamat datang di rumah, dan
kerja bagus hari ini juga, Amane-kun.”
“Aku pulang……ah. Cukup, jangan
dekat-dekat.”
Melihat Mahiru hendak
mendekatinya, Amane memanggilnya untuk menghentikannya. Mahiru berhenti
beberapa langkah darinya saat Amane memintanya, tapi dia memiliki ekspresi
terkejut di wajahnya.
Amane enggan membiarkan Mahiru
mendekatinya. Bahkan saat ini, tubuhnya dipenuhi keringat deras meskipun tidak
sedang bergerak, apalagi setelah berolahraga. Amane mungkin akan kehilangan keberanian
untuk hidup jika gadis yang disukainya mencium bau keringatnya.
“......Atau sebenarnya, aku
harap kamu tidak mendekatiku.”
Saat Amane berkata begitu,
Mahiru melebarkan matanya, tampak kecewa. Amane menyadari bahwa kurangnya
penjelasannya telah menyebabkan kesalahpahaman, dan Ia buru-buru melanjutkan,
“A-Aku tidak bermaksud
membencimu. Aku dipenuhi bau keringat… rasanya sedikit memalukan kalau kamu
terlalu dekat-dekat. Jika menurutmu aku berkeringat, Mahiru, maka…”
“Begitu rupanya. Tapi aku tidak
keberatan, kok. Aku tahu kamubaru saja selesai berolahraga, Amane-kun, jadi aku
tidak keberatan, tau? Selain itu, kamu masih wangi walaupun setelah berolahraga. ”
Amane bermaksud menjelaskan
kepadanya bahwa dia tidak boleh dekat-dekat, tetapi toleransi Mahiru menyimpang
dengan cara lain dan menyebabkan Amane sedikit sakit kepala.
Bagaimana bisa bau keringat
beraroma wangi? Amane tidak bisa memahami pikiran Mahiru.
“......Mahiru, hidungmu
baik-baik saja, kan?”
“Maksudmu aku harus menjalani pemeriksaan
di rumah sakit? Enak saja, tidak sopan, tau … di sisi lain, aku tidak keberatan
jika aku berada di posisimu, Amane-kun.”
“Tidak tidak tidak. Sedari awal
kamu selalu beraroma wangi, Mahiru …..”
Lagipula, Mahiru akan mengambil
tindakan untuk menghilangkan bau keringat setelah berolahraga, dan faktanya
jika posisi mereka benar-benar terbalik, Amane merasa kalau Mahiru pasti takkan
membiarkannya mendekat. Selain itu, tubuh Mahiru memang berbau harum. Tampaknya
fakta ini tidak akan berubah.
“Jadi, bagiku, Amane-kun juga
wangi, jadi tolong mengertilah.”
Amane merasa kalau pemahaman di
antara mereka berdua tidak selaras, tapi karena Mahiru tidak mau mengalah,
Amane hanya bisa menghela nafas dan menganggukkan kepalanya sebagai tanda
terima.
“......Aku mengerti, tapi aku
merasa kalau keduanya merupakan hal yang berbeda. Jadi aku mau mandi dulu.”
“Ya. Aku sudah menyiapkan bak
mandinya. Kamu bisa masuk kapan saja. ”
“Terima kasih” ujar Amane pada
Mahiru, yang telah mempersiapkan diri dengan baik. Ia melepas sepatunya,
memasuki rumah, dan bersiap-siap untuk segera membilas keringat dari tubuhnya.
Namun, Mahiru tiba-tiba mendekatinya dan membenamkan kepalanya ke dadanya.
Gedebug. Ada
benturan lembut di dadanya. Amane tidak bisa bereaksi, dan hanya menatap
pusaran rambut Mahiru. Mahiru mengusap pipinya ke dadanya, lalu mendongakkan
kepalanya dan tersenyum.
“Lagipula aku menyukai aroma tubuhmu,
Amane-kun.”
Ucap Mahiru dengan ekspresi
gembira, dia lalu dengan cepat membalikkan punggungnya, dan kembali ke ruang
tamu. Amane cuma bisa melongo untuk waktu yang lama, dan akhirnya mengerang.