Tanin wo Yosetsukenai Chapter 59 Bahasa Indonesia

Chapter 59 – Enami-san dan Nishikawa

 

Setelah semua jam pelajaran usai, aku lalu menuju ruang klub.

Ketika aku memasuki lab pertama, Ketua klub sudah ada di sana. Untuk beberapa alasan, Ia telanjang dada. Aku bisa melihat punggungnya yang ramping dan tidak terlatih.

“Apa yang sedang kamu lakukan, Ketua?”

Mendengar suaraku, dia berbalik. Bulu dadanya tebal. Aku berpikir kalau ini bukanlah pemandangan yang ingin aku lihat.

“Ookusu? Tidak, aku cuma mencoba teknik gosok kering.” (TN: Kanpu masatsu – Kamu bisa mencarinya di Google)

Kalau dilihat-lihat lagi, aku melihat handuk di tangannya. Itu adalah handuk dengan gambar karakter di atasnya, tampaknya diperoleh di Comiket.

“Kenapa kamu melakukan itu?”

“Dengar-dengar kalau itu cukup baik untuk kesehatan. Kamu tahu sendiri kalau aku akan mengikuti ujian tahun ini. Aku tidak ingin merusak kesehatanku, jadi aku sudah mencoba berbagai cara untuk tetap sehat.”

“Jika kamu khawatir tentang ujianmu, bukankah seharusnya Ketua pensiun dari kegiatan klub?”

“Kamu benar, rasanya sudah mulai membosankan.”

Meskipun dia memiliki banyak bulu dada, rambut di bagian depan kepalanya sangat tipis sehingga membuatku sedih. Tanda-tanda tersebut membuatku berpikir kalau Ia mungkin akan kehilangan hampir semua rambutnya sebelum usia 30 tahun.

“Apa kamu ingin mencobanya, Ookusu? Rasanya tidak terlalu buruk, loh.”

“Tidak, terima kasih. aku tidak mau. Jika aku punya waktu untuk melakukan itu, mending dipakai untuk belajar saja ”

Aku duduk di kursi depan meja lab, menjauhkan diri dari Ketua.

Mulut presiden menganga frustrasi. Namun, terlepas dari ketidaksenangannya, nilainya sangat bagus. Ia selalu menduduki peringkat pertama di angkatannya. Kurasa Ia selalu jago dalam apa yang Ia lakukan. Ia bisa masuk ke Universitas Tohashi sambil mempertahankan keterampilan permainannya yang luar biasa.

Kukira itulah yang disebut jenius. ……

Aku menyalakan konsol game portabel aku dan memulai perangkat lunak untuk menghafal kata-kata bahasa Inggris seperti biasa.

Dan saat itulah aku menyadari bahwa Saito dan teman-temannya belum tiba. Aku meninggalkan mereka karena mereka masih membaca novel erotis setelah semua jam pelarajan selesai. Mereka mungkin terlalu asyik dengan novel erotis mereka sampai-sampai tidak mau repot datang untuk kegiatan klub hari ini.

“Ookusu. Tidak banyak orang di sini hari ini.”

Aku mendengar suara Ketua dan melihat sekeliling.

Memang, cuma ada beberapa orang di sini. Bukan hanya Saito dan Shindo. Cuma sekitar setengah dari jumlah orang yang biasa ada di sini. Aku penasaran kenapa cuma ada sedikit orang yang datang, walaupun tidak ada kejadian aneh hari ini.

“Apa kamu mengetahui sesuatu, Ketua?”

Tapi Ia cuma menggelengkan kepalanya. Jika Ia tidak tahu apa-apa tentang itu, maka itu pasti bukan perkara besar. Cuma kebetulan saja kalau hari ini yang datang hanya sedikit.

“Oke, kalau begitu, gimana kalau kita bermain Mar-kart?”

“Tidak.”

“Tidak mungkin lagi?”

Sayangnya, hari di mana aku bisa bermain gim dengan Ketua takkan pernah datang lagi. Itu karena aku menolak untuk melakukannya. Ini bukan masalah "belum". Aku takkan pernah melakukannya lagi.

“Ayolah, tidak masalah ‘kan? Aku tidak punya banyak waktu sebelum lulus, dan karena aku akan absen selama sebagian besar semester ketiga nanti, cuma saat ini satu-satunya kesempatan kamu masih bisa bermain denganku, tau.”

“Berisik. Silakan pergi agar aku bisa berkonsentrasi. ”

“Ughh ……”

Ia dengan susah payah kembali ke depan. Aku bertanya-tanya apa Ia kedinginan karena Ia masih setengah telanjang.

Aku melihat sekeliling ruang lab pertama lagi.

Suasanya jauh lebih tenang dari biasanya. Pada saat ini, biasanya selalu saja ada sekelompok orang yang berisik. Tapi sekarang, aku melihat kebanyakan orang sibuk dengan gim masing-masing.

Aku menyadari salah satu dari mereka, anak kelas satu, mengenakan masker di mulutnya. Ia sesekali terbatuk. Ia tampaknya tidak dalam kondisi yang sangat baik.

Kira-kira virus pilek sudah mulai menyebar. Di kelasku, belum ada yang absen, tetapi aku tidak tahu apa yang terjadi di kelas lain.

Menyadari kalau aku harus berhati-hati menjaga kesehatanku, aku melihat ke bawah ke layar konsol gim portabelku.

Saat waktu menunjukkan sekitar pukul 17.00, aku mematikan konsol gim.

Jumlah orang di ruang lab pertama semakin berkurang. Tampaknya anak kelas satu yang mengenakan masker sudah pulang.

Hari mulai semakin gelap di luar jendela. Matahari benar-benar terbenam lebih cepat hari ini.

Ketua masih belum pergi. Anehnya, dia telah menggosok kain kering sepanjang hari. Ia masih saja telanjang dada.

“Aku takkan peduli jika kamu nanti masuk angin.”

Aku meninggalkan ruang lab pertama sambil memberinya peringatan.

Aku lalu meninggalkan gedung sekolah dan menuju gerbang utama. Aku kemudian melihat sosok yang biasa di sebelah gerbang utama.

Enami-san tengah berdiri di sana. Untuk beberapa alasan, Nishikawa juga ikut bersamanya.

“Kamu lama sekali.”

Ujar Enami-san. Dia tampaknya dalam suasana hati yang sedikit buruk. Tentu saja, dia takkan menunggu di sini sepanjang waktu sepulang sekolah, ‘kan?. Ketika aku melihat smartphone-ku, aku baru menyadari kalau aku mendapat pesan di LINE-ku.

Risa Enami: Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, jadi beritahu aku kapan kamu selesai dengan kegiatan klub.

Aku bergegas meminta maaf.

“Maaf. Aku tidak melihatnya sama sekali. ……”

“Tidak apa-apa, aku tidak menunggu selama itu.”

Untung saja aku pulang lebih cepat. Jika aku pulang lebih lama, aku tidak tahu apa yang mungkin akan dia katakana padaku.

“Maaf banget ya, Naocchi, ini terlalu mendadak. Jadi, apa kamu punya waktu luang sebentar? ”

Aku mengangguk.

“Kalau tidak terlalu lama. Aku sudah selesai berbelanja, jadi selama kita tidak melewati jam 6 sore, aku tidak keberatan sama sekali. ”

“Ini takkan menghabiskan banyak waktu, kok. Kalau begitu ayo pergi.”

Saat mereka mulai berjalan, aku mengikuti mereka.

“Jadi, apa yang mau kamu bicarakan? Maksudku,kita mau pergi ke mana?”

Tapi mereka berdua cuma memberikan jawaban samar-samar.

“Aku akan memberitahumu nanti~”

Sama seperti Enami-san, Nishikawa juga ternyata suka sedikit memaksa. Aku berjalan menuruni bukit ditemani angin dingin yang bertiup.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama