Chapter 60 — Bantuan
Kami akhirnya tiba di sebuah
kafe di depan stasiun. Kafe milik pribadi dan bukan perusahaan ritel.
Ada meja bundar kosong yang
terbuat dari kayu mahoni. Kami bertiga lalu duduk mengitari sekitar meja.
Alunan music jazz bisa terdengar di dalam interior kafe.
“Kamu tidak sering datang ke
sini, kan?”
“Setidaknya, baru pertama
kalinya aku datang ke sini.”
Aku melihat menu dan memesan secangkir
kopi. Enami-san dan Nishikawa memesan cappuccino.
“Suasana di dalamnya juga
lumayan nyaman.”
Enami-san sepertinya menyukai
suasana tenang kafe ini. Setelah beberapa menit, minuman yang kami pesan akhirnya
dibawa ke meja kami. Setelah menyesap sedikit, aku pun mulai angkat bicara.
“Jadi, kenapa kalian tidak
segera memberitahu apa yang kalian inginkan dariku?”
Suasana di dalam kafe lumayan
sepi, mungkin karena banyak pelanggan yang datang sendiri. Beberapa pelanggan datang
berkelompok cuma ada segelintir saja dan melakukan percakapan, tapi tidak ada
yang membuat suara keras.
Enami-san dan Nishikawa lalu saling
bertukar pandang.
“Naocchi, kamu itu bisa
memasak, kan?”
Sungguh topik yang tidak
terduga. Aku mengira kalau dia akan mendiskusikan tentang studinya.
“Aku emang memasak setiap hari,
tapi tidak yakin kalau dibilang jago atau tidak, tapi setidaknya aku cukup
mahir.”
“Dan kamu bisa melakukan semua
pekerjaan rumah, kan?”
“Aku juga membersihkan dan
mencuci pakaian setiap hari, memangnya apa yang ingin kalian tanyakan?”
Aku tidak bisa memahami maksud
dari ucapan Nishikawa. Aku juga merasa sedikit terganggu bahwa Enami-san sama
sekali tidak membuka mulutnya. Dia cuma meminum kopinya dengan tenang.
Nishikawa lalu menoleh ke arah
Enami-san.
“…… Yosh.”
Setelah meletakkan cangkir di
atas piring, Enami-san mendongakkan kepalanya. Dia masih terdiam solah-olah
merasa kesulitan apa yang ingin dia bicarakan.
“Aku ingin meminta bantuanmu.”
Aku kaget. Aku tidak pernah
membayangkan akan datang hari di mana aku dimintai bantuan oleh Enami-san. Tapi
tentang apa? Aku tidak bisa membayangkan.
Wajah Enami-san serius. Pipinya
mengerut.
“Cuma seminggu. Apa kamu bisa
membersihkan rumahku dan memasak untukku?”
Kurasa aku salah dengar.
“Maaf, coba ulangi. Aku tidak
begitu jelas mendengarnya.”
“Seperti yang sudah kubilang,
apa kamu bisa membersihkan tempatku dan memasak untukku?”
Pengulangan tidak mengubah
isinya. Tanganku gemetar. Aku meminum kopi untuk menenangkan diri, tapi hal itu
tidak bisa menenangkan kegelisahanku sama sekali.
“Rumah? Kamu tidak sedang membicarakan
rumahmu sendiri ‘kan, Enami-san?”
“Tentu saja di rumahku sendiri”
“Kamu tidak memintaku untuk
datang ke rumahmu dan membersihkan serta memasak untukmu, kan?”
“Itulah yang dari tadi aku
katakan. Apa kamu masih belum memahaminya?”
Bukannya aku tidak paham arti
kata-kata Enami-san. Hanya saja, otakku menolak untuk memahaminya. Permintaannya
ini terlalu mendadak dan aku dibuat kebingungan.
Nishikawa lalu tiba-tiba
menyela.
“Apa kamu pernah mampir ke
rumah Risa-chan, Naocchi?”
Aku menggelengkan kepalaku.
Mana mungkinlah. Aku bahkan tidak tahu di mana alamatnya.
“Sebenarnya….” lanjutNishikawa
setelah menghela napas.
“Bisa dibilang, rumah Risa-chan
cukup kotor. Meski tidak sekotor seperti tempat pembuangan sampah, tapi tempatnya
sangat berantakan sampai-sampai tidak ada tempat untuk kaki berpijak. Debu
selalu bertebangan ketika kamu bergerak sedikit, dan area yang lembab tertutup
jamur. Kami ingin membersihkannya sekaligus, tetapi kami kekurangan tenaga.”
“Eh? Sekotor itu? Bukannya itu
berbahaya? Kupikir kamu harusnya menyewa jasa pembersih.”
Tapi Nishikawa melambaikan
tangannya ke samping, berkata, “Kalau itu sih, jangan!”
“Biayanya terlalu mahal buat
menyewa jasa bersih-bersih. Dan ada faktor lain juga, jadi kami tidak ingin
melakukan itu. Itu sebabnya aku, Naocchi, dan Risa-chan harus bekerja sangat
keras untuk membersihkannya.”
“Aku tidak mengerti. ……”
Aku tidak memahami kenapa aku
harus membantu mereka, atau mengapa mereka tiba-tiba merasa kalau rumah
Enami-san perlu dibersihkan.
Enami-san kemudian mulai bicara.
“Seperti yang kuduga, itu
sangat merepotkanmu, ‘kan? Maafkan aku."
Dia tampak sangat sedih.
Ngomong-ngomong, pagi ini dia datang terlambat. Kira-kira hal tersebut
berkaitan dengan masalah ini.
“Apa kamu benar-benar tidak mau
menyewa jasa bersih-bersih karena harga sewa yang mahal?”
“……”
Saat aku mengatakan mahal, bukan
berarti biayanya bisa mencapai ratusan ribu yen. Aku tidak tahu bagimana
situasi keluarga Enami-san. Tapi bahkan jika dia berada dalam masalah, kurasa
jumlah uang yang dikeluarkan takkan semahal itu.
Itu sebabnya aku merasa ada
yang janggal. Kenapa dia ingin bersusah payah menggunakan kita semua untuk
membersihkan rumahnya?
Enami-san memejamkan matanya ketika
mendengar kata-kataku. Dia tidak membuka mulutnya. Cappuccino di atas meja
sudah setengah habis.
“Kurasa aku tidak harus menyembunyikannya.
Aku akan menjelaskannya sekali lagi.”
Dia memutar-mutar sendok di
cangkir.
“Kamu benar, bukan karena aku tidak
punya uang sampai tidak mau menyewa jasa tukang bersih-bersih. Keluargaku tidak
semiskin itu. Hanya saja, aku tidak suka kalau ada orang lain di rumahku.”
“Aku juga orang lain yang
dimaksud, tau.”
Kurasa candaanku tadi cuma jadi
sia-sia. Alis Enami-san berkerut.
“Bukan itu yang kumaksud.
Penyedia jasa hanyalah orang yang kamu. Mereka hanya orang asing. Aku tidak
ingin membiarkan seseorang yang tidak aku percayai masuk ke dalam rumahku.”
Apa ini berarti dia
menganggapku dan Nishikawa adalah orang yang layak dipercaya? Aku tidak berpikir
kalau dia begitu mempercayaiku, apalagi Nishikawa.
“Kenapa kamu sangat
membencinya?”
Mungkin aku tidak harus
bertanya padanya. Tapi jika aku akan pergi ke rumahnya, aku ingin mencari tahu
alasan kenapa dia tidak mau ada orang asing masuk ke dalam rumahnya.
Enami-san sepertinya mengerti
ini. Ekspresinya terlihat sangat tidak nyaman.
“–Aku tidak ingin ada orang lain melihat ibuku.”