Chapter 2 — Kerja sama yang Kedua Kalinya
“Eh, cedera?”
Pada suatu hari tertentu.
Ichigo sedang bekerja di kantornya ketika salah satu karyawan bagian toko, yang
seharusnya libur hari ini, datang mengunjunginya.
“Ya ... saya minta maaf, itu
adalah kesalahan saya ...”
Dia adalah seorang wanita
berusia awal dua puluhan dengan rambut hitam bergelombang yang dipotong sebahu.
Dia merupakan salah satu pekerja paruh waktu di toko, dan namanya Sagisaka.
Sagisaka adalah penggemar kerajinan
tangan yang menikmati membuat kerajinan dalam kehidupan pribadinya, dan bahkan
membuat kanalnya sendiri di situs posting video di mana dia merekam proses
pembuatan barang olahan buatan tangan dan mengunggahnya.
Sebagai penanggung jawab ruang
kerajinan dan persediaan kerajinan di toko, dia berada di posisi untuk melayani
pelanggan dalam memenuhi persediaan, melakukan kerajinan dan mengajar kursus
kerajinan yang secara teratur diadakan.
Dia mendatangi Ichigo sambil
mengenakan perban dan gips di lengan kanannya dengan wajah depresi.
“Dia merenovasi garasi ketika
jatuh dari tangga dan mematahkan lengannya.” Wakana, asisten manajer Ichigo,
berdiri di samping Sagisaka dan menjelaskan situasinya.
“Jadi begitu ya. Apa ada luka
lain atau cedera lain yang merepotkanmu?”
“Ah, dokter bilang kalau lengan
patahnya tidak serius dan jika semuanya berjalan dengan baik, lengan saya akan
benar-benar sembuh dalam waktu sekitar tiga bulan.”
“Jadi begitu. Aku lega
mendengarnya.” Ichigo tersenyum pada Sagisaka dan berkata dengan nada lembut
seakan untuk meredakan ketegangan.
Setidaknya, tampaknya tidak ada
efek samping yang permanen. Cedera itu sendiri memang sangat disayangkan, tapi
fakta bahwa cedera itu akan sembuh sempurna adalah berkah tersembunyi. Namun…
“Tapi memang sulit rasanya jika
Sagisaka-san tidak dapat masuk kerja.”
“Ya ...saya merasa malu pada
diri saya sendiri.”
Di antara karyawan bagian toko
yang bertugas melayani dan berurusan dengan pelanggan yang berkaitan dengan
karya seni, Sagisaka adalah salah satu karyawan yang paling bisa diandalkan,
baik dari segi pengetahuan dan pengalaman.
Waktu sudah menandakan akhir
Juni. Sekitaran satu bulan dari sekarang, dunia akan memasuki masa liburan
musim panas. Selain fakta sederhana bahwa jumlah pengunjung akan meningkat
selama periode liburan panjang, banyak orang akan mengambil kesempatan untuk
memperbaiki furnitur, merenovasi rumah, atau mencoba kegiatan baru seperti
berkebun yang selalu menjadi daya tarik orang-orang. Tak pelak, akan ada lebih
banyak pelanggan yang mendatangi toko. Ichigo merasa ketidakhadirannya di lini
depan toko akan menjadi pukulan telak.
“Setidaknya, saya masih bisa
menjawab pertanyaan jawaban, tapi saya tidak mampu berbuat banyak, jadi saya
tidak bisa mengisi ulang persediaan atau membuat kerajinan ... Auu ~”
“Tidak, tidak, karena itu
kecelakaan, jadi itu tak bisa dihindari. Harap jangan tertekan begitu.” Sebagai
Sagisaka menggantungnya kepala dengan suram, dan awan gelap tampaknya
berlama-lama di atas kepalanya, Ichigo pun menghiburnya.
“Entah bagimana aku akan
menanganinya dengan orang-orang yang ada dulu. Sagisaka-san, tolong jangan
khawatir tentang hal itu dan fokus saja pada pemulihan cederamu.”
“Ya…”
Sagisaka meminta maaf
menundukkan kepalanya dan meninggalkan ruang kantor. Setelah melihat
kepergiannya, Wakana kembali menatap Ichigo.
“Jadi, apa yang harus kita
lakukan? Pak manajer.”
“Hmm, apa ada sesuatu yang bisa
kita lakukan ...”
Ichigo merenungkan sembari
memegangi dagunya dan tampang yang serius pada wajahnya.
Ketika seorang karyawan yang
melakukan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan khusus dan pengetahuan meninggalkan
lini depan, solusinya ialah menggantinya dengan karyawan tetap yang paling
dapat diandalkan atau karyawan paruh waktu yang sudah bekerja selama beberapa
waktu. Namun, ini juga berarti mengirim karyawan dari bagian lain, yang akan
membuat tenaga kerja yang tidak seimbang.
Jika bisa, Ichigo ingin menindaklanjuti
ini dengan cara tidak perlu banyak merubah posisi karyawan.
“Pak manajer.” Kemudian, Wakana
mengambil selembar kertas. “Berikut adalah daftar pekerja paruh waktu yang
memiliki jam kerja fleksibel dan sudah dikonfirmasi bisa bekerja selama liburan
panjang.”
Nama-nama pekerja paruh waktu
di bagian toko, tugas utama mereka saat ini dan kemampuan, dan jam kerja utama
mereka. Dokumen-dokumen yang Wakana tunjukkan kepadanya berbaris dengan semua
informasi ini.
“Menakjubkan, kamu memang bekerja
sangat cepat, Wakana-san.”
Ketika Ichigo melihat dokumen yang
diserahkan kepadanya, Wakana membungkuk hormat dan berkata, “Terima kasih
banyak.”
“Sekarang ...” ucap Ichigo
sambil melihat daftar itu. Ia berpikir apa ada calon yang cocok. Ia lalu
memeriksa anggota pada daftar dari atas sampai ke bawah. “Ah…”
Kemudian, tatapan Ichigo
berhenti saat melihat sebuah nama.
“Pak, apakah ada masalah dengan
... Ah.” Dari samping, Wakana mengintip dalam daftar. Maka dia pasti menyadari
nama yang dilihat Ichigo. “Mungkin dia orang yang tepat untuk pekerjaan ini.”
Ichigo mengangguk pada Wakana
ketika dia mengatakan ini. Nama yang mereka lihat adalah—
Luna Hoshigami.
• Bekerja pada akhir pekan,
liburan dan sore hari.
• Biasanya ditempatkan di kasir
dan bagian layanan.
• Memiliki keterampilan
melayani pelanggan yang sangat baik.
※
※ ※ ※ ※
Hari ini merupakan hari Sabtu,
yang mana artinya adalah hari libur. Oleh karena itu, suasana di dalam toko
ramai dengan banyak pengunjung. Di ruang inventaris, sedikit jauh dari
kerumunan,
“Eh? Saya?”
Ichigo dan Wakana mengangguk di
depan Luna, yang menyuarakan keterkejutannya. Alasan mereka memanggil Luna itu
sederhana. Mereka tengah membahas masalah orang yang bertanggung jawab atas
persediaan kerajinan.
“Ya, aku minta maaf atas
penunjukkan yang begitu mendadak, tapi aku ingin kamu memikirkan ini sebentar.”
Ichigo menjelaskan situasinya pada Luna. “Sagisaka-san, karyawan yang
bertanggung jawab atas persediaan kerajinan dan mengajar di kursus kerajinan,
mengalami cedera cukup serius. Jadi dia tidak bisa kembali bekerja untuk
sementara waktu. Sementara itu, aku ingin Hoshigami-san mengambil alih sebagai
instruktur lokakarya.”
Luna menunjukkan wajah
tercengang. Seperti yang diharapkan, dia mungkin agak terkejut dengan situasi
yang begitu mendadak.
(...
Yah, bila dari sudut pandangnya, wajar saja dia merasa kaget.)
Namun, pikir
Ichigo. Dia memang memiliki kualifikasi yang tepat untuk posisi khusus tersebut.
Luna selalu memiliki minat pada kerajinan tangan.
... Yah, semuanya dimulai
ketika Ichigo menghancurkan perabot di rumahnya dan mereka bekerja bersama
untuk membuat penggantinya di lokakarya toko. Tetapi faktor terpenting dalam
pekerjaan ini ialah kemauan untuk bekerja.
“Hoshigami-san, kamu pernah
bilang kalau kamu tertarik untuk menciptakan sesuatu, jadi kupikir ini akan
menjadi kesempatan yang bagus bagimu untuk melakukannya.”
Ichigo menjelaskan dengan
hati-hati, dan Wakana mengangguk di sampingnya untuk melengkapi. Ia
menyampaikan niatnya ke Luna melalui metode percakapan tatap muka sederhana.
“Ah, tentu saja, karyawan
lainnya akan membantu dalam tugas yang lebih penting seperti memesan produk,
menangani keluhan, dan memproses instruksi dari kantor pusat. Aku ingin kamu
melayani pelanggan di area penjualan sebisa mungkin, dan juga menjadi pengajar
untuk kursus kerajinan.”
“Pengajar…?”
“Aku yakin kamu adalah orang
yang tepat untuk pekerjaan itu, kamu mampu berurusan dengan orang-orang dan
memiliki ingatan yang baik. Tentu saja, kamu akan dibantu dengan itu juga.”
“Bagaimana menurutmu?” Ichigo
bertanya sekali lagi.
Biasanya, permintaan yang
tiba-tiba untuk penugasan kembali ini cukup sulit untuk ditangani kecuali jika kamu
seorang karyawan tetap yang secara teratur ditransfer atau ditugaskan ke lokasi
yang berbeda. Bahkan jika mereka dipekerjakan, mereka masih manusia. Wajar saja
untuk merasakan ketakutan dan kebingungan ketika menangani sesuatu yang tidak
dikenal dan tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, keputusan tidak dilakukan
segera, tetapi setelah memikirkannya dalam-dalam.
Tentu saja, itu pun tak
masalah. Baik Ichigo dan Wakana mengetahui jal ini, dan itulah sebabnya mereka
berbicara dulu dengan Luna. Namun—
“Sa-Saya mengerti! Tolong
izinkan saya melakukannya!”
Luna langsung menyetujui usulan
tersebut.
Secara spontan, Ichigo dan
Wakana, orang yang telah mengusulkan gagasan itu, tampak bingung.
Mata Luna berkilau dengan
kegembiraan. Matanya tidak menunjukkan keraguan sama sekali. Bahkan, dia tampak
cukup antusias. Dia bahkan tampak agak bahagia.
“Sy-Syukurlah kalau begitu. Aku
hanya berharap kamu akan memberikan pertimbangan positif, tetapi kami sangat tersbantu
kalau kamu langsung memutuskannya di tempat.”
“Ya! Ah, tapi ...” Tapi
kemudian, ada perubahan total, dan kecemasan mengintip ke dalam ekspresi Luna.
“Kalau tiba-tiba melakukannya sendirian rasanya ...”
“Ya, aku mengerti.” Menanggapi
gumaman Luna, Ichigo tersenyum dan menjawab. Tentu saja, mana mungkin Ia
memintanya untuk melakukannya sendiri sejak awal. “Awalnya, aku akan menyuruh
karyawan lain yang bekerja denganmu untuk memberikan dukungan. Kemudian setelah
kamu sudah terbiasa dan mencapai tingkat di mana kamu bisa menanganinya
sendiri, aku akan membuatmu mengurusnya sendiri untuk itu, Hoshigami-san.”
“Apa begitu? Saya lega
mendengarnya.” Wajah Luna menjadi santai seolah-olah lega. Dan kemudian, “Ah,
itu benar!” Seolah-olah dia memikirkan sesuatu, Luna menatap Ichigo. Matanya
yang polos itu menunjuk lurus ke arahnya.
(Jangan
bilang…)
Melalui instingnya, Ichigo
dapat memprediksi apa yang akan dia lakukan.
“Menjadi pengajar di kursus
kerajinan ... apakah mungkin untuk membuat pak manajer menemani saya?”
“Eh?” Tidak heran Wakana
membalas terkejut seperti ini. Itu karena saran Luna adalah sesuatu yang tidak
dia duga.
“Kami pernah membuat furnitur
bersama saat menggunakan ruang kerajinan sebelumnya, dan dengan manajer di
samping saya, itu akan menjadi dukungan yang paling dapat dikamulkan.”
“Aku yakin itu akan berhasil,”
dan, “Mhmm, Mhmm,” kata Luna dalam suasana bersemangat tinggi.
Dia dalam suasana hati yang
baik. Kata-katanya dan cahaya di matanya terlihat murni. Tidak ada sedikit pun
dari sifat nakalnya yang berusaha mendekati Ichigo. Dia pasti benar-benar
percaya Ichigo dan berkata dengan tulus. Tapi—
“Um, Hoshigami-san. Pak manajer
juga sangat sibuk, jadi itu bukan ide yang bagus.” Secara alami, Wakana tidak
menyetujui ide tersebut.
Ya, bisa dibilang, kasus
sebelumnya adalah pengecualian khusus. Ichigo bisa melakukannya karena Ia
melayani Luna, yang datang sebagai pelanggan.
Luna mendengus. Dia pasti
mengerti balasan Wakana yang sangat masuk akal.
Jika dipikir secara rasional,
mana mungkin menyeret manajer toko keluar ke lapangan sebagai pengajar.
“Te-Tentu saja. Maafkan saya. Saya
sangat naif.” Luna memerah dan gelisah. Namun, meski demikian, dia masih
melirik Ichigo.
“......”
Dia pasti memaksudkannya saat
mengatakan kalau itu akan membuatnya merasa lega jika Ichigo bersamanya. Dan
meski dia menunjukkan begitu banyak motivasi, faktanya dia masih cemas.
Apa
boleh buat - pikir Ichigo. Pihaknya sendiri yang telah
membuat saran mendadak.
“Tidak, aku tidak keberatan.”
Wakana dan Luna menatapnya pada
saat yang sama ketika mendengar tanggapan Ichigo.
“Kursus biasa berdurasi sekitar
dua jam tergantung pada topiknya, jadi itu tidak terlalu memberatkanku.”
“Tapi…”
“Dan juga, karena kita duluan
yang meminta bantuannya karena keadaan yang mendesak, aku pikir kita harus
menerima keinginannya sampai batas tertentu.”
Ichigo menundukkan kepalanya ke
Wakana.
“Aku tahu aku mungkin
merepotkan Wakana-san dengan berbagai urusan lain nantinya, tetapi bisakah aku
memintamu untuk ini?”
“Tidak, tidak, sama sekali
tidak! Saya tidak keberatan selama pak manajer baik-baik saja dengan itu.”
Wakana buru-buru setuju.
Untungnya, dia juga sangat
kooperatif.
Ichigo kemudian mengubah
ekspresinya yang santai kepada mereka berdua, dan seolah-olah itu adalah
sentuhan terakhir, “Selain itu, sudah lama sejak aku bekerja di lapangan, jadi aku
ingin melakukannya juga. Jika ada keadaan tak terduga ini, aku bisa melewatkan
mengirimkan dokumen yang merepotkan dengan menunda itu, jadi bisa dibilang ini
adalah sambil menyenam minum air.”
Ketika Ichigo mengatakan ini
untuk meringankan situasi, Wakana dan Luna tertawa keras.
Dengan demikian, periode awal
peran Luna sebagai pengajar untuk kursus kerajinan tangan ayankan dimulai.
Dengan Ichigo yang menemaninya, mereka bersama-sama bertindak sebagai pengajar.
※ ※ ※ ※ ※
“Ehehe, Horee~, Horee~! Ichi dan aku bekerja
bersama!”
Malam harinya.
Setelah bekerja, Ichigo pergi
mengunjungi apartemen Luna. Sama seperti hari-hari sebelumnya, Luna berada
dalam semangat tinggi dan menyambut Ichigo dalam suasana hati yang baik.
Ngomong-ngomong, kali ini dia mengenakan pakaian kasualnya.
Luna meninggalkan toko di sore
hari, jadi dia pulang lebih awal dari Ichigo. Dia mungkin sudah mengganti pakaiannya
sebelum Ichigo tiba.
(Tetapi…)
Luna mengenakan pakaian tipis yang terbuat dari
kain katun. Melalui celah yang bisa sekilas terlihat, kulitnya yang lembut dan
mulus mengintip dari baik kain bajunya.
... Sejujurnya, dia tampak
menggairahkan, jadi Ichigo merasa kesulitan mengarahkan pandangannya.
“Ah, akan kubawakan tasmu.”
Saat itu, Luna memperhatikan tas
yang dibawa Ichigo. Bukan tas kerjanya yang biasa, tetapi tas Boston yang
sedikit lebih besar.
“Oh, tidak usah. Ini cukup
berat, oke ...”
Namun, belum sempat Ichigo
menyelesaikan kalimatnya, Luna sudah mencoba mengangkat tas Boston yang ditempatkan
di ambang pintu. Dia berjongkok ke bawah - secara alami, postur tersebut menekankan
tubuh bagian bawahnya saat dia mendorong pinggulnya keluar. Terlebih lagi, dia
hanya mengenakan celana pendek. Dari bawah pantatnya yang terangkat, kakinya
yang mulus membentang, sesuatu yang biasanya tidak pernah Ichigo lihat. Paha
lembut dan pergelangan kaki tipisnya semuanya terekspos.
... Ia merasa seakan-akan sudah
melihat sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilihat. Ichigo merasakan hatinya
berdetak kencang.
“Apa ada yang salah, Ichi?”
“Tidak, bukan apa-apa ...”
Dalam kepanikan, Ichigo mengalihkan pandangannya seolah-olah untuk menutupinya.
Bagaimanapun juga, Ichigo pergi
bersamanya ke ruang tamu.
“Kamu menyiapkan makan malam
lagi?”
Hari ini juga, deretan hidangan
makan malam berbaris di atas meja. Meski tidak semewah tempo hari, tapi itu
masih beragam hidangan buatan Luna yang akan menyaingi restoran mana pun. Aroma
sedap merangsang perutnya yang keroncongan setelah bekerja.
“Sudah kubilang jangan
repot-repot dengan itu.”
“Aku tidak merasa direpoti,
kok.”
Dengan gerakan cepat, Luna
duduk di sisinya meja.
“Terima kasih sebelumnya.”
“Tidak, tidak, akulah yang
harus berterima kasih kepadamu. Meski itu adalah penugasan tiba-tiba, kamu
langsung setuju tanpa mengeluh sedikit pun”
“Tapi kamu meluangkan waktu
untuk memberitahuku tentang pekerjaan itu secara langsung. Aku pikir itu sangat
menggambarkan dirimu, Ichi.”
Ketika Ichigo berhenti di
komentar itu, Luna tersenyum padanya.
“Jadi, tidak ada salahnya
mengucapkan terima kasih padamu, ‘kan?”
Dia
benar-benar tahu bagiman menggunakan kata-katanya ... Selain itu, semua yang
dia katakan dan lakukan adalah keluar dari kebaikan hatinya, sehingga keluar
dari batas - pikir Ichigo seraya menghela nafas.
Ya, alasan mengapa Ichigo
datang ke rumah Luna hari ini adalah untuk menjelaskan dan mengajarinya tentang
pekerjaannya sebagai instruktur untuk les kerajinan yang akan menjadi tanggung
jawabnya.
Jadwal untuk les kerajinan besok
sudah diumumkan, dan pemesanan sudah dibuat.
Kecelakaan Sagisaka adalah hal
yang mendesak, tapi tidak sopan juga buat membatalkan acara tersebut karena
para pelanggan sudah sangat menantikannya. Jadi, Ichigo dan Luna harus
berurusan dengan situasi secepat besok.
“Sekarang, mari kita lihat ...”
Setelah menghabiskan makan
malam buatan Luna, Ichigo berusaha mengusir rasa kantuk yang disebabkan oleh
perut kenyang dengan secangkir kopi setelah makan malam. Sementara itu, Luna
sedang membersih-bersihkan peralatan makan dan sudah bersiap-siap.
Ichigo membuka tas Boston yang
sudah dibawa Luna untuknya. Ia lalu mengambil manual pekerjaan yang sudah Ia
cetak di tempat kerja dan kit konstruksi yang saat ini sedang dijual di toko.
“Pokoknya, mari kita pelajari
dulu dasar-dasar untuk kelas kerajinan besok.”
Meski dia tertarik pada
kerajinan dan DIY, Luna masih amatiran. Mana mungkin dia tiba-tiba disuruh jadi
mahir. Oleh karena itu, kali ini, mereka harus memulai dengan program sederhana
untuk kerajinan anak-anak.
“Ya, aku akan melakukan yang
terbaik.”
Luna mengepalkan tinjunnya
seakan menggambarkan semangatnya, dan kemudian melihat ke manual kerja yang
diterimanya dari Ichigo.
Pekerja
keras dan antusiasme dalam belajar. Tentunya, aku tidak perlu mengkhawatirkan
sesuatu tentang gadis ini ...
Melihat melihat Luna yang ada di
depannya, Ichigo menegaskan sekali lagi bahwa dirinya dan Wakana telah membuat
keputusan yang tepat dan tersenyum diam-diam.
“Oke, sekarang kamu sudah
membaca manual itu, mari kita belajar dengan mempraktikkannya. Pertama-tama…….”
※※※※※
— Kemudian, keesokan harinya.
Pada pukul 13:00 siang.
“Terima kasih banyak sudah
menunggu, dan terima kasih atas kedatangan anda hari ini.”
Di dalam lokakarya toko, hari
ini, kelas kerajinan akan diadakan. Ichigo dan Luna menundukkan kepala mereka di
depan pelanggan yang sudah datang.
Sama seperti di masa lalu
ketika Ichigo harus menemani Luna yang datang ke toko, Wakana mengkoordinasi
semua staf, dan sistem tindak lanjut di toko diatur sedemikian rupa. Ichigo,
bersama dengan Luna, sekarang bisa berkonsentrasi pada pengajaran.
Sekarang.
Pelanggan yang sudah membuat
pemesanan untuk kelas kerajinan hari ini dibagi menjadi dua kelompok: anak-anak
dan wanita.
Dari kelompok anak-anak yang
mengambil bagian dalam kelas kerajinan, tampaknya ada sepasang saudara. Ibu
mereka sedang berbelanja, sehingga Ichigo dan Luna harus menjaga mereka sementara
itu. Dengan kata lain, mereka jadi pengganti pusat penitipan anak.
Di sisi lain untuk para wanita,
mereka adalah pelanggan yang tertarik DIY sebagai hobi dan sudah membuat
pemesanan untuk bisa menghadiri kelas kerajinan ini.
“Aku sudah mendengar tentang
hal itu, Pak manager.”
“Sagisaka-san katanya terluka,
kan?”
Para wanita sudah bertukar
kontak dengan Sagisaka, orang yang bertanggung jawab dari lokakarya, sehingga
mereka sudah mendengar tentang situasi darinya.
“Pasti sulit, bukan?”
“Ya, tapi Sagisaka-san lah yang
jauh lebih kesulitan.”
Untuk Ichigo yang mengatakan
begitu cepat, para pelanggan wanita menundukkan kepala, “Terima kasih untuk
tidak membatalkan kelas kerajinan juga.”
“Tidak, tidak, saya juga,
walaupun saya masih belum pantas jadi pengajar, tapi saya berharap bisa memberi
pengetahuan yang berguna.” Ichigo juga membungkuk pada wanita dengan sopan.
“Daripada Sagisaka-san, apakan
pak manajer yang jadi instruktur untuk sementara waktu dari sekarang?”
“Tidak, saya hanya bisa
melakukannya untuk hari ini saja, tapi kami berusaha untuk kelas berikutnya.
Oh, dan tentang itu ...”
Ketika alur percakapan mulai
menyinggung pengganti Sagisaka, Ichigo memperkenalkan Luna kepada mereka.
Ichigo memberinya kode melalui kontak mata dan Luna membungkuk ke arah para
tamu wanita.
“Saya berpikir untuk menugaskan
dia untuk menjadi pengganti sementara sampai Sagisaka-san kembali.”
Wanita-wanita tersebut tampak
terkejut dan terdiam saat mendengar hal itu. Yah, wajar saja. Pengganti
sementara, seperti yang bisa dilihat, bahkan belum menginjak usia dewasa.
Namun, di tengah-tengah suasana seperti itu, Luna tanpa ragu membuka mulutnya
dengan senyum lebar.
“Senang bertemu dengan anda
semua, nama saya Hoshigami Luna. Saya adalah pelajar dari sekolah SMA Perempuan
Himesuhara. Saya berharap bisa bekerja dengan anda semua.”
— Suasana yang penuh
kekhawatian cuma berlangsung untuk sesaat.
Pelanggan wanita tampaknya merasakan
sesuatu dalam suara serta penampilan Luna yang sigap dan megah. Mungkin itu bisa
disebut karismanya. Rasanya seperti insting kepercayaan yang mengatakan, 'Jika gadis ini, aku bisa mempercayainya.’
“Aku
tidak menyangka dia masih gadis SMA,” “Dia masih sangat muda,” dan “imut sekali,”para wanita tersebut memuji
Luna.
Ya, bukan hanya pengetahuan dan
pengalaman saja yang penting. Selama kamu memiliki kemauan untuk bekerja,
hal-hal ini akan datang secara alami kepadamu. Hal terpenting ialah rasa aman
yang membuat mereka merasa seperti kamu bisa menghabiskan waktu bersama mereka.
Luna yang baru berusia lima
belas tahun, dilengkapi dengan kualitas pesona semacam itu.
“Kalau begitu, mari kita
mulai.”
Bagaimanapun juga, begitulah
kursus kerajinan pertama yang dipimpin oleh Luna dan Ichigo dimulai.
Kali ini, Luna akan bertanggung
jawab atas kelas kerajinan.
Bocah kakak beradik akan
mengikuti kerajinan anak-anak yang sudah dipelajari Ichigo dan Luna tadi malam.
Tema utama dari kursus kali ini ialah mereka akan memilih dari kit kerajinan
yang dijual di toko, celengan, teka-teki, slime, gantungan kunci plastik, dan
menciptakan sesuatu yang mereka sukai bersama.
“Jadi, kerajinan mana yang
kalian suka?”
“Kerajinan kapal dari kayu.”
“Aku juga sama.”
“Oke, baiklah. Aku akan mempersiapkannya
sebentar lagi.”
Luna menunjukkan kepada
anak-anak daftar program, suaranya terdengar lembut dan halus.
Di sisi lain, Ichigo bertanggung
jawab atas les kerajinan.
Di program les kerajinan, semua
orang takkan membuat sesuatu pada saat yang sama. Para pelanggan sudah
mempunyai gambaran mengenai apa yang ingin mereka buat, jadi mereka akan bertanya,
“Aku ingin membuat sesuatu seperti ini,” atau "Bagaimana aku bisa melakukan ini?” Instruktur mendengarkan
permintaan dan pertanyaan mereka tentang kerajinan yang ingin dibuat dan
mendukung gambaran ide mereka dengan keahlian si instruktur.
“Aku lagi kepikiran untuk
membuat mebel baru untuk rumahku hari ini.”
“Kedengarannya bagus.”
“Aku ingin membuat bangku dan
meja untuk kebunku.”
“Kedengarannya seperti cara
yang bagus untuk bersantai di sore hari di kebunmu sendiri sepanjang tahun
ini.”
Sambil mengobrol dengan para
ibu-ibu rumah tangga tersebut, Ichigo mendengarkan ide-ide mereka dan
memberikan saran terperinci tentang materi seperti alat kelengkapan kayu dan
logam, ukuran sekrup dan adaptor, atau bahkan cara menggunakan alat yang
diperlukan.
Ini adalah konten les dan
kursus kerajinan.
Ichigo juga yang selalu mahir
dalam kerajinan, merasa cukup terbiasa dengan membuat sesuatu. Sesekali, dia
biasa membuat hadiah buatan tangan dan memberikannya kepada Sakura.
(...
Sudah lama sekali sejak aku melakukan ini...)
Pikir Ichigo ketika
mencengkeram alat perkakas dan memotong kayu.
Itu bukan ingatan masa lalu
dengan Sakura yang ada dalam kenangannya, tapi melainkan ingatan di hari yang
lain bersama Luna.
※※※※※
— Dua jam telah berlalu sejak mereka mulai.
“Selesai!”
“Uwah menakjubkan!”
“Hasilnya bahkan lebih baik
daripada yang aku bayangkan!”
Berkat bimbingan Ichigo, sejumlah
karya yang luar biasa berhasil diselesaikan dan ditata di atas meja ruang
kerajinan. Sebuah bangku, dudukan tv, dan rak gantungan besar di kastor, dll. Para
pelanggan wanita itu cepat mengambil foto dengan smartphone mereka dan
mengagumi hasil karya.
“Pak manajer, pengetahuan dan
teknikmu sangat luar biasa sekali!”
“Ya, di babak kedua, aku
kebanyakan menyerahkannya pada beliau.”
“Rasanya sangat disayangkan
jika kamu cuma mengajar sekali! Aku akan merasa senang jika kamu akan mengajari
lagi lain kali!”
Para pelanggan wanita terkesan
dengan keterampilan Ichigo dan memujinya.
“Haha, aku merasa senang jika
kamu menyukainya.”
(Hmm…?)
Tiba-tiba pada saat itu, Ichigo
merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Ketika berbalik, Ia bisa melihat
Luna yang sedang menatapnya. Alisnya diturunkan, dan bibirnya bergerak sedikit
dalam mimikri. Melihat Ichigo tampak kesemsem karena pujian para ibu rumah
tangga membuatnya tampak tidak senang ...
Lebih tepatnya, dia tampak
cemburu, atau itu cuma imajinasi Ichigo saja?
“Onee-chan, apa yang harus kulakukan
sekarang?”
“Ah iya. Setelah ini, kamu
harus... “
Tetapi ketika anak-anak
memanggilnya, dia segera kembali ke senyum alaminya. Dari kelihatannya, Luna
sepertinya tidak punya masalah. Model kapal adalah salah satu item yang lebih
sulit dalam kursus kerajinan, tetapi dia dapat membantu mereka menciptakannya
tanpa kesulitan sama sekali. Rasanya seakan-akan kalau hari ini bukanlah waktu
pertamanya dalam menangani kursus, dia bahkan tampak lihai dalam memandu mereka.
“Selesai!”
“Aku juga!”
“Bagus! Ya, kalian berdua
tampak hebat!”
Caranya berinteraksi dengan
anak-anak sangat menawan dan indah. Ibu mereka kembali pada saat yang bersamaan
ketika anak-anak tersebut menyelesaikan kerajinan mereka.
“Terima kasih banyak sudah
menjaga mereka.” Seorang ibu rumah tangga yang mendorong kereta belanja sambil
menggendong bayi di lengannya berterima kasih pada Luna. Pasti rasanya akan
sangat kerepotan jika harus berbelanja sembari mengurusi tiga anak kecil.
“Bagaimana demham kursus kalian ?”
“Itu menyenangkan sekali, bu.”
“Lihat nih! lihat nih!”
Keuda kakak beradik itu dengan
bangga menunjukkan hasil karya kapal model yang mereka buat kepada ibu mereka.
Mereka tampak sangat bahagia. Ibu mereka juga ikut tersenyum.
“Bagus. Sekarang, jangan lupa
berterima kasih pada onee-chan.”
“Onee-chan, makasih banyak dan
sampai jumpa lagi~”
“Sampai jumpa~”
Luna melambaikan anak-anak saat
mereka pergi. Ichigo menonton pemandangan itu dari jarak dekat.
“Bagaimana dengan itu?”
“Ah, Wakana-san.”
Saat itulah asisten manajer,
Wakana, muncul. Dia mungkin melihat waktu ketika itu akan berakhir dan datang
untuk memeriksa.
“Semuanya diterima dengan baik
oleh pelanggan, baik manajer maupun Hoshigami-san.”
“Apa kamu dari tadi
melihatnya?”
Rasanya
sangat memalukan ... - pikir Ichigo, dan tersenyum pahit.
“Ya, pekerjaan Hoshigami-san
telah melampaui harapan saya.”
Liburan musim panas akan segera
tiba. Jumlah pengunjung akan meningkat karena tugas PR mereka terkait dengan penelitian
kreatif dan kerajinan.
Ketika berkaitan dalam
berurusan dengan anak-anak, Luna melakukannya dengan begitu alami dan dia tidak
punya masalah berurusan dengan mereka. Bahkan, semuanya terlihat menakjubkan
bahwa dia bisa melakukannya dengan lancar dalam satu malam.
“Luna-chan, kamu sangat pandai
dalam hal ini.”
“Aku sangat menantikan untuk
melihat bagaimana kinerjamu di masa depan nanti.”
“Terima kasih banyak!”
“Ah, kita bisa bertukar
informasi kontak jika mau. Jika ada sesuatu yang tidak anda pahami, saya
mungkin bisa membantu anda.”
“Ya silahkan!”
Dan tanpa disadari Ichigo, dia
sedang berbicara dengan para pelanggan wanita secara ramah, dan bahkan diberi
meterai persetujuan.
“Ah.”
Kemudian, Ichigo melihat sosok
yang akrab di balik pilar agak jauh.
“Sagisaka-san.”
“Ah, pak manajer, terima kasih
banyak atas kerja keras anda hari ini!”
Dia adalah seorang wanita
dengan rambut hitam bergelombang - Sagisaka. Sama seperti sebelumnya, lengannya
dibungkus perban dan gips, sepertinya dia datang untuk melihat-lihat karena
mengkhawatirkan acara hari ini. Dia pasti diam-diam mengamati dari belakang
pilar.
“Sagisaka-san! Kamu ada
disini!” Para pelanggan wanita yang melihat kehadiran Sagisaka langsung berkumpul
di sekitarnya.
“Uwaa ~ lenganmu~”
“Apakah kamu yakin baik-baik
saja buat keluar?”
“Iya, tidak apa-apa. Lukaku
tidak begitu serius sehinggu melarangku untuk bergerak.” Sagisaka menjawab
dengan senyum pertanyaan mereka yang mencemaskan keadaannya. “Lebih penting
lagi!”
Kemudian, Sagisaka berbalik
untuk melihat Luna. Dia mulai berjalan mendekatinya dan—
“Luna-chan, terima kasih banyak!”
Dia meraih tangan Luna dengan tangannya yang tidak terluka dan berteriak keras.
“Sejujurnya, aku merasa khawatir ketika mendengar kalau Luna-chan akan
menggantikanku, tapi setelah mengawasimu hari ini, aku jadi terkesan! Sekarang aku
dapat memulihkan diri dengan pikiran tenang!!” Dengan mata yang berkilau,
Sagisaka terus mengguncang-guncang tangan Luna sambil terus memujinya.
“Terlebih lagi, aku sangat senang
ada lebih banyak gadis-gadis yang tertarik dengan DIY! Hei, ketika aku kembali,
bagaimana kalau kamu mencoba jadi asistenku secara resmi!!” Sagisaka pasti
sangat menyukai Luna, dan dia dengan bersemangat menyarankannya.
“Ya! Dengan senang hati,
kedengarannya sangat menyenangkan!”
Luna juga sangat antusias
dengan gagasan itu.
“Apa itu boleh, pak manajer?”
Sagisaka bergerak mendekati
Ichigo. Ada banyak tekanan yang dibebankan padanya.
“Yah, itu mungkin ide yang
bagus. Aku yakin itu akan membuat Hoshigami-san merasa senang juga.”
Luna
memiliki bakat untuk pekerjaan ini. Sagisaka akan kembali dalam tiga bulanan—
dengan kata lain, hanya sebelum musim dingin, jadi area penjualan masih belum
memasuki masa-masa sibuk. Adapun waktu penugasan kembali, tidak ada masalah. Ketika
Ichigo mengatakan ini, Sagisaka dan Luna meraih tangan masing-masing dan mulai
berseru, “Horee!Horee!”
... Ichigo khawatir kalau
cederanya semakin buruk.
Dan begitulah yang terjadi.
Sagisaka dan pelanggan wanita pergi, lalu les dan kursus kerajinan hari ini
berakhir dengan lancar.
“Pak manajer, haruskan saya
menyimpan kembali semua alat ini?”
“Oh, pastikan kamu menyimpan
semuanya di kotak penyimpanan.”
Ichigo dan Luna sedang
membersihkan ruang kerajinan.
“Ah.”
Pada saat itu, Luna menjatuhkan
penggaris ke lantai. Atau lebih tepatnya, penggaris itu mendarat di kaki
Ichigo.
“Maaf.”
“Tidak masalah, aku akan
mengambilnya.” Ichigo membungkuk sedikit dan hendak berjongkok untuk
mengambilnya.
“Ichi.”
Suara samar memasuki daun
telinga kirinya. Tepat di samping Ichigo, Luna ikut berjongkok juga. Dia
kemudian meletakkan tangan di dekat mulutnya dan berbisik-bisik kepada Ichigo.
Wajah Luna tepat di sebelahnya.
Suaranya berbisik berbaur
dengan napasnya dan menggelitik telinga Ichigo. Semerbak harum aroma Luna
ditekan terhadap lubang hidungnya, membuat bulu-bulu di kulitnya berdiri.
Sembari bersembunyi di belakang meja, percakapan pribadi terjadi di antara
mereka berdua.
“Aku ... Aku awalnya mengajukan pekerjaan paruh waktu di toko ini karena aku tidak bisa melupakan Ichi, jadi aku datang ke sini buat mengejarmu ...”
Luna sedikit kesulitan
menyampaikan perkataannya, dan tatapannya goyah. Namun, setelah jeda beberapa
saat, pandangan matanya tertuju pada Ichigo.
“... Tapi, aku benar-benar merasa
senang saat bekerja di toko ini.” Dia berkata dengan mata lembab, pipi memerah,
dan senyum manis dari lubuk hatinya. “Entah bagaimana, aku merasa seolah-olah
dunia di sekitarku semakin meluas.”
“......”
Dia adalah seorang gadis
berusia 15 tahun. Masih pelajar kelas 1 SMA. Ada banyak hal yang tidak dia
ketahui dan tidak mengerti. Dia masih anak yang belum dewasa.
Hingga hari ini, gadis seperti
dia sudah menjalani kehidupan sambil menyembunyikan kesedihan yang tak terlihat
dan mendorong dirinya sampai batas. Tampaknya pengalamannya di sini menjadi hal
yang baik untuknya.
“Mampu menantang diri sendiri
untuk melakukan apa yang aku suka, dan dikelilingi oleh orang-orang baik dan
ramah... Saat ini, aku merasa sangat bahagia.”
Luna lalu berdiri setelah
mengatakan hal itu, dia tampak sangat bahagia dan berterima kasih.
“… Jadi begitu ya.”
Pada saat itu, Ichigo mulai
mengingat percakapan yang pernah Ia lakukan dengan Sakura di pantai.
“Tapi
saat masuk SMA nanti, aku ingin mendapat pekerjaan paruh waktu.”
“Aku
ingin melakukan pekerjaan yang berbeda, mempelajari hal-hal yang tidak
kuketahui, dan mendapatkan banyak pengalaman.”
Ia ingat cara Sakura
membicarakan keinginannya sambil menatap lautan. Ichigo merasa seolah-olah Ia
membantu membuat mimpi Sakura sejak itu menjadi kenyataan.
“…Tidak.”
... Tidak, bukan hanya itu.
Pada saat yang sama, ada rasa kewajiban dan kepuasan batin kalau dirinya
berhasil membawa cahaya ke jantung gadis itu. Dua emosi yang berbanding
terbalik muncul di dalam dirinya.
“Syukurlah, aku benar-benar
senang mendengarnya.” Ichigo berdiri, dan bergumam dengan jujur saat menatap
punggung Luna yang melanjutkan pekerjaan beres-beres.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya