Ekstra — Lima Tahun Kemudian ….
“……..”
Seolah-olah terbangun dari
tidurnya panjang— Ia membuka kedua matanya yang sedang terpejam.
Di bidang penglihatannya, Ia
bisa melihat jendela kaca patri yang bersinar terang di bawah pancaran sinar
mentari, dan tampak seperti kotak perhiasan yang indah.
Namun, cahaya yang menyilaukan
itu bukanlah sesuatu yang bisa dilihat secara terusmenerus, dan tentu saja
pandangan matanya menurun ke bawah.
Ada salib yang dipajang.
Jika dilihat lagi ke bawah,
seseorang bisa melihat altar dan seorang pendeta berdiri di sana.
Ini adalah gereja yang penuh
dengan keheningan yang khidmat dan suci.
Ichigo yang mengenakan jas pengantinnya
memngingat suatu kenangan yang jauh.
Pertemuannya dengan gadis itu.
Harihari dipenuhi dengan
keributan, menggemaskan sekaligus berharga.
Hari di mana mereka saling
bertukar tekad satu sama lain.
Dan jalan panjang yang telah
mereka lalui sejak saat itu, hingga sampai hari ini.
Ada banyak peristiwa yang
terjadi.
Tentu saja, tidak semuanya
merupakan kenangan yang menyenangkan. Sering kali, Ia merasa hatinya seperti
ingin menyerah.
Namun, Ichigo dan kekasihnya
saling mendukung, saling membantu, dan mengatasi banyak ketidakpastian dan
rintangan ini ...
Dan mereka pun akhirnya tiba
pada hari ini.
Di belakangnya —pintu gereja
terbuka.
Berbalik ke belakang, Ichigo memandangi
pengantin wanita yang mengenakan gaun pengantinnya sambil berjalan menyusuri
lorong.
Orang yang berjalan juga
bersamanya sambil bergandengan tangan adalah
ayahnya Sakura— Ojii-san.
Tatapan mata Ichigo bertemu
dengan matanya, dan mereka saling tersenyum.
Aku
tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang …. Mungkin
karena mereka bisa merasakan perasaan satu sama lain dengan begitu jelas.
Setelah melihat area
sekelilingnya, Ichigo bisa melihat wajah orang-orang yang duduk di bangku.
Di antara mereka adalah
beberapa rekan kerja yang telah dibimbing oleh Ichigo.
Ada Sonozaki, Sagisaka….. Ishidate, Sasaki dan Horinouchi, mantan trio
gadis kampus yang berusaha keras untuk mengambil foto pengantin wanita.
Ichigo hanya bisa tertawa kecil
saat mengingat kalau mereka bertiga membual bahwa mereka pasti akan menerima
lemparan buket pada hari upacara pernikahan.
Ichigo kemudian melihat sosok
Wakana bersama mereka.
Ia merasa sangat tersentuh oleh
kenyataan bahwa acara ini ikut dirayakan olehnya. Seorang gadis yang telah
repotrepot datang untuk berada di sana pada hari ini.
Semua orang memandang hangat ke
arah pengantin wanita ketika dia berjalan menyusuri lorong dan mengucapkan
selamat kepadanya.
Akhirnya, sang wali dan
pengantin wanita itu mencapai altar.
Pengantin wanita itu lalu
melangkah maju menuju pasangan barunya, yakni Ichigo.
“….”
Sebuah gaun pengantin slim-fit yang bagian roknya panjang
disertai dengan hiasan bordir. Ada sarung lengan sutra yang menutupi lengannya
sementara hiasan kepala menutupi rambut hitamnya yang diikat.
Sudah kuduga, dia masih
terlihat sangat cantik …..Ichigo benar-benar berpikir begitu
Lima tahun yang lalu—gaun ini
merupakan gaun yang pernah dia kenakan di gereja ini.
Pada saat itu, dia sudah
memutuskan untuk menghilang dari pandangan Ichigo.
Itulah sebabnya dia mencoba
untuk tidak melakukan atau memikirkan hal-hal yang membuatnya membayangkan masa
depan yang bahagia....
Kemudian, dia juga mengatakan
kalau dia merasa malu mengenakan gaun pengantin untuk pertama kalinya, sehingga
itu bukanlah kenangan yang sangat indah.
Namun, katakata pujian yang
diterimanya dari Ichigo pada waktu itu— “Kamu
terlihat sangat cantik”—membuatnya benar-benar bahagia, dan dia menyimpan
perasaan bahagia itu di dalam lubuk hatinya.
Oleh karena itu, dia memilih
gaun yang sama untuk pernikahannya hari ini.
Dan itu adalah pilihan yang
tidak dikeluhkan oleh Ichigo.
Sementara Ichigo mengagumi
penampilannya, upacara berlangsung tanpa hambatan.
Pendeta berbicara dan ucapan
sumpah dipertukarkan.
Mereka bersumpah untuk saling
mengasihi dan terus menyayangi baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Bagi mereka yang sudah
menghabiskan begitu banyak waktu untuk saling mendukung dan mengisi kehidupan
satu sama lain, bisa dibilang kalau janji tersebut sudah sangat terlambat.
Mungkin perasaannya
tersampaikan, sama seperti Ichigo yang tersenyum, pengantin wanita itu pun ikut
tersenyum di balik penutup muka.
Selanjutnya ialah acara tukar
cincin.
Mereka meletakkan cincin perak
yang sudah mereka pilih untuk kesempatan ini di jari manis kiri masing-masing,
berharap akan cinta yang abadi.
Dan kemudian, waktunya untu
melakukan ciuman sumpah.
Ichigo mengangkat penutup di
atas wajah pengantin wanitanya.
“Akhirnya…. sudah waktunya, ya,
Ichi?”
Dia berbisik.
Lima tahun telah berlalu, dan
wajahnya pun telah beranjak dewasa.
Namun, dia masih memiliki
ekspresi jahil, kekanakkanakan, dan penuh keisengan di wajahnya, apalagi dia
terlihat sangat bahagia.
Ichigo menjawab dengan suara
yang mengandung sejumlah harapan yang sama sepertinya.
“Ya.”
Ada tiga pilihan untuk
melakukan ciuman sumpah.
Ia bisa menciumnya di dahi,
pipi, bahkan di mulut.
Akan tetapi, Ichigo sudah
memutuskan di mana akan menciumnya.
Lima tahun yang lalu, Ia sudah
berjanji padanya.
Lagipula, dia sudah
menantikannya untuk waktu yang lama.
“Mulai sekarang, aku akan terus
menjagamu. Aku akan membuatmu bahagia, Luna.”
“Ya….. kumohon, tolong jaga aku
dan buat aku bahagia.”
Seolah-olah ingin menikmati
momen yang mereka nantikan, mereka saling menempelkan bibir satu sama lain
sembari berpelukan dengan erat.