Chapter 5 — Mea-San, Pengumuman Itu Terlalu Mengejutkan!
Keesokan paginya, pada hari
Jumat pertama di bulan April, akhirnya upacara masuk untuk sekolah SMP kami
dimulai.
“Ak-Aku sudah selesai.”
“Oke ... Kalau begitu, ayo
pergi ...”
“Y-Ya ... mohon bantuannya~
...”
“...
Yoisho!”
“Ehhh?!”
Kami mengganti pakaian dengan
saling memunggungi satu sama lain, dan kemudian tak berselang lama, kami
berbalik secara bersamaan.
“Oo ....”
“Oo ....”
Ketika kami saling berhadapan,
kami berdua sama-sama terdiam dan tercengang.
Ini adalah pertama kalinya bagi
kami berdua mengenakan seragam sekolah baru.
Seragam pelaut one-piece berbasis biru terlihat cocok untuk Mea-san yang anggun dan berkelas ...
Dalam pandangan pertama, aku
merasa sangat senang. Dan aku merasa lebih bersemangat ketika semakin lama
melihatnya.
“Ba ... Bagaimana ...
penampilanku...”
Ketika aku terus menatapnya,
dia menatapku dengan ekspresi gelisah.
Aku melawan keinginan untuk
memegang dadaku saat penampilannya semakin menggemaskan.
Tapi, ya, memang. Aku harus
memasukkannya ke dalam kata-kata.
“Se-Seragam itu terlihat sangat
bagus untukmu.”
Aku merasa sangat malu sampai
akhirnya aku menyibak poniku untuk menutupinya.
Dan sekarang aku berpakaian, aku
berkewajiban untuk memujinya juga.
“Ya ... seragam itu sepertinya dirancang
khusus untukmu, Mea-san ....”
Ketika aku mengatakan itu
sambil memalingkan muka darinya, yang membuat aku terlihat seperti aku berpose,
dia mengelus dadanya (yang bisa kutekankan
dengan jelas kalau itu lebih menonjol dari biasanya) dan menurunkan
pandangannya.
“Terima kasih banyak ... tapi
kamu terlalu menyanjungku.”
“Ya, tapi itu membuktikan
seberapa bagusnya penampilanmu.”
“Kenapa kamu memalingkan
mukamu?”
“Itu …. rahasia.”
“Fufufu ~, Mou ~, dasar
Kuuya-san....”
Aku merasa tertolong saat dia
tidak mengorek lebih jauh saat aku mengatakan ini. Mungkin karena Mea-san sendiri
secara rahasia merupakan seorang putri.
Itulah yang aku pikirkan.
“.... Seragam itu terlihat
sangat bagus untukmu juga, Kuuya-san. Kamu terlihat sangat menawan.”
“Uu ~ ......”
Ak-Aku
terlihat menawan?! Aku merasakan kalau wajahku mulau memanas pada
pujian yang tidak terbiasa kudengar. Untung saja, aku memalingkan wajahku.
Tapi aku benar-benar senang...
karena aku sadar bahwa aku mengenakan seragam yang sedikit besar, dan aku bisa
disebut “seseorang mengenakan seragam”,
itu sebabnya aku merasa senang sekaligus lega ketika mendengar pujian Mea-san.
Ketika aku memikirkannya,
Mea-san berkata dengan senyum licik dan seringai di wajahnya.
“Baju seragam itu memang
misterius, ya. Hanya dengan memakainya saja, aku merasa seperti orang dewasa.
"
“Oh, ya, itu benar ... murid
kelas 2 dan 3 juga memakai seragam yang sama, jadi rasanya kalau kita termasuk
salah satu dari mereka ....”
Aku mengangguk dengan setuju.
Segera setelah aku mengenakan seragam, meski ukurannya longgar, aku merasa
kalau aku sudah menjadi bagian dari salah satu orang-orang yang pernah aku
lihat berjalan lalu-lalang di tengah kota - dengan kata lain, orang dewasa.
Begitu rupanya. Kurasa Mea-san
juga merasakan hal yang sama seperti denganku ...?
“Terlebih lagi, karena kita
biasa membawa Randoseru di punggung kita belum lama ini.” [TN: "Randoseru" ransel yang terbuat dari kulit, dll.
(Biasanya dipakai oleh bocah-bocah SD di Jepang, umumnya yang merah untuk perempuan dan hitam untuk anak laki-laki)]
“Aku tidak bisa membayangkan
Mea-san dengan tas randoseru ...”
“Ak-Aku itu murid SD yang
normal, tau.”
“Itu menunjukkan seberapa
dewasanya kamu.”
“... Aku juga tidak bisa
membayangkan kalau kamu membawa tas randoseru, Kuuya-san.”
“Ehh? Ka-Kamu tidak bisa?”
Aku pikir kalau itu gampang
dibayangkan.
“Karena ... Aku berpikir kalau
tidak ada murid SD normal yang menyibakkan rambut mereka seperti Kuuya-san.”
... kebiasaanku ini dianggap
keren oleh Mea-san !!
Semakin senang aku mengetahui
kalau diriku diakui, aku tidak bisa menahan kegembiraan yang terbendung di
dalam hatiku dan menyapu poniku lagi untuk memamerkannya.
“Be-Begitu ya~?”
“Fufufufu ~ Ya, itu sangat
keren!”
Mea-san melompat-lompat dengan
gembira dan mengangguk.
Gerakan itu juga membuatnya
oppai-nya ikut memantul naik dan turun.
“...... ..”
Aku merasa malu lagi dan
memalingkan muka lagi.
...
Ya, memang, bagian Mea-san yang itu benar-benar seperti orang dewasa ... pikirku.
“Aku berharap aku sudah dewasa
seperti Kuuya-san, tapi ... aku minta maaf.”
“Ap! Kenapa kamu minta maaf
segala?!”
Dan justru sebaliknya! Kamulah
yang sudah dewasa!
“Mea-san, um, kau tahu,
bukannya kamu punya tubuh yang sangat tinggi, seperti orang dewasa?”
Aku hampir berhasil menahan
diri untuk tidak mengatakan “Bahkan
oppaimu juga besar.” Kerja bagus, diriku.
Dan kemudian Mea-san berkata,
“Aku cuma tumbuh dengan cepat
secara fisik saja.Kupikir kalau aku takkan menyebabkan ketidaknyamanan jika aku
memiliki sifat dewasa seperti Kuuya-san.”
“Aku ... Aku tidak ingat
direpotkan olehmu sama sekali.”
Aku tidak tahu harus berkata
apa, tapi aku harus menjawabnya ... singkatnya, itulah yang aku katakan.
“Lihat, itulah yang kumaksud. Kamu
jauh lebih dewasa daripada aku.”
Kami berdua sama-sama berpikir
kalau pihak lain lebih dewasa daripada diri kami sendiri, dan kami berdua
merasa minder tentang hal itu.
... Tapi jika dilihat dari
sudut pandang lain, ini rasanya seperti "saling menghormati", atau ...
“Saling mencintai”, kan?
Ketika aku memikirkan hal itu──
“... Aahahaha”
“Fufufu ~~”
Kami tidak bisa menahan tawa
satu sama lain.
Ya, seperti, apa-apaan sih.
Maksudku, ini mirip .... "Seperti
itu", ‘kan?
Jika kamu bertanya padaku apa
yang dimaksud dengan itu, aku kesulitan
untuk memberi jawaban yang pasti ... ta-tapi, yah, singkatnya, “Bukannya pasangan baru menikah akan saling
memuji seperti ini?” Atau semacam itu…
Tidak, aku tahu bahwa gagasan
pengantin baru saling menunjukkan seragam sekolah SMP mereka adalah omong
kosong, tetapi!
“... Aku agak senang tentang
ini.”
Itulah maksudnya.
“Aku gagal membuat sarapan lagi
hari ini, tapi ... Uu ~ ....”
Dan itu saja.
◇◆◇◆
Mea-san dan aku meninggalkan
unit apartemen dan berangkat ke sekolah untuk menghadiri upacara masuk.
Ketika aku menutup pintu ke
kamarku, Mea-san menatapku dengan mata yang menyipit. Hal semacam ini memalukan
dan geli.
“Kalau begitu …. Ayo
berangkat?”
Aku berjalan keluar dalam
suasana hati yang baik. Dan sama seperti kemarin, Mea-san mengikuti tiga
langkah di belakangku.
Tingkahnya yang berjalan sambil
menjaga jarak itu membuatku sedikit geli ... posisi berjalan layaknya “Istri
yang baik”...
Sungguh
perhatian sekali, pikirku ketika kami berbalik di tikungan.
“Apa ayah dan ibu Kuuya-san
akan menghadiri upacara masuk hari ini?”
Mea-san tiba-tiba mengangkat
topik.
Aku menoleh ke belakang melalui
bahuku dan mengangguk (ini satu-satunya
masalah dengan jarak ini, aku tidak bisa berbicara dengannya.)
“Aku mendengar kemarin malam
kalau dia akan datang. Tapi dia memberitahu kalau da pergi secara terpisah dari
kami, dan cuma menonton upacara masuk.”
“Ibuku juga mengatakan sesuatu
seperti itu. Dia harus menyerahkan beberapa dokumen dan memilih staff PTA.” (TN : Parent-Teacher
Assosiation atau Asosiasi Guru-Wali Murid)
“Oh, begitu, jadi Wali tidak
hanya menemani kami ke upacara ...”
Upacara masuk sekolah SD sudah
lama sekali terjadi dan aku tidak dapat mengingat detailnya. Tapi kali ini,
para orang tua takkan bersama anak-anak mereka ketika upacara masuk, sehingga
format ini sangat dihargai.
“Tapi aku harus bisa bertemu
dengan ibumu dalam perjalanan pulang nanti ... ketika aku bertemu dengan
beliau, izinkan aku menyapa ibu mertuaku kali ini.”
“Y-Ya, terima kasih. Aku juga
merasa seperti itu ...”
Rupanya, itu akan memalukan
dengan cara yang berbeda ....
Tapi aku benar-benar senang
melihat bahwa Mea-san adalah gadis yang disiplin dan baik. Aku harus belajar
darinya juga ...
“Oh iya... Ngomong-ngomong ...
Mea-san.”
Aku kemudian baru mengingat
sesuatu yang penting.
“Ada apa, Kuuya-san?”
“Yah, ini tentang ... hubungan
kita, bagaimana kita menjelaskannya di sekolah? Atau apa perlu, kita
mempublikasikannya?”
Aku mencoba mengkonfirmasi hal
ini dengan sedikit lebih serius.
Hal ini merupakan masalah penting.
Bagaimanapun juga, kami adalah “pasangan
pengantin baru SMP” yang mana hal
itu merupakan hubungan yang tidak pernah terdengar (menurut pendapat pribadiku).
Jika berita hal semacam ini
diketahui, seluruh sekolah akan menjadi gempar, dan yang lebih penting, pihak sekolah
akan kesulitan menghadapinya.
Jadi, tergantung pada bagaimana
Mea-san merespons, kita mungkin harus bertanya kepada orang tua kita “Apa kita perlu memalsukan hubungan kami!?”
....
“…… Hmmm, benar juga…”
Mea-san meletakkan jari di bibirnya
yang elegan dan berpikir sejenak.
“Ta-Tapi, aku ingin
merahasiakannya, jika mungkin.”
Aku menjawab dengan senyum
bermasalah dan pipi yang memerah, merasa terpesona dengan ekspresinya.
“... Aku ingin bertanya karena
penasaran, tapi kenapa?”
“It-Itu rahasia.”
Aku tidak bisa menahan senyum.
Dia masih seorang putri yang
suka main rahasia-rahasiaan ketika menyangkut hal yang paling penting, tetapi aku
bisa menebak alasan mengapa dia bilang “itu
rahasia" adalah karena “itu terlalu memalukan ~”.
“Aku mengerti, kalau begitu aku
akan merahasiakannya juga.”
“Ehh, Ehhhh, ...”
Aku pikir aku mulai memahami
Mea-san sedikit lebih baik sekarang. Ya ya, nada ini, nada ini ...
Aku baru saja mendekati
persimpangan kereta api, berpikir.
“Yoo! Aku pikir aku tahu orang
yang mengenakan seragam! Bukannya ini punggung Kuuya-ku yang tersayang!?”
Aku diapit dengan suara yang
terdengar sangat ceria dan keras.
“Ahh, Fuuga ...?”
Itu adalah suara seorang teman
yang akrab. Aku menoleh ke arah sumber suara tersebut.
Namun, begitu aku berbalik, aku
langsung dibuat tercengang.
“Ya? Apa-apaan dengan ekspresi
aneh itu?”
“Tidak, hanya saja, rasanya
aneh melihat ... Fuuga mengenakan seragam itu.”
“Ahahaha, itu benar. Aku
sendiri merasa tidak nyaman juga.”
Orang ini yang tertawa begitu
riang, Mayuzumi Fuuga, adalah teman masa kecilku. Hal yang perlu dicatat adalah
penampilannya.
Fuuga mempunyai badan yang
lebih tinggi dariku (mungkin sekitar
pertengan 160-an cm), rambutnya yang berpigmen ringan terlihat awut-awutan pada
pandangan pertama, tetapi diatur dengan rapi, dan di atas segalanya, lengan dan
kakinya panjang dan ramping, dan dia sangat tampan. Wajahnya juga sangat 'keren dan tampan. Aku tidak berbohong,
penampilannya sama baiknya dengan namanya.
“Tapi seragam itu sangat cocok
dan kamu terlihat terlalu imut, kok. Oh, tapi jangan tersinggung, ucapan tadi
murni pujian semata.”
Dan kata-katanya yang megah dan
dramatis.
Ya. Bisa dibilang, Fuuga
mempunyai sifat alami layaknya “Pangeran”... kecuali, jenis kelaminnya adalah
perempuan.
“Aku tidak marah. Selain itu,
jika kamu merasa tidak nyaman, kenapa kamu tidak berganti jadi seragam
laki-laki?”
“Aku berharap bisa melakukan
itu. Aku tidak terbiasa memakai rok karena aku selalu mengenakan celana saat SD
dulu.”
Entah kenapa, aku tidak pernah
bisa menganggap Fuuga sebagai seorang gadis karena penampilan, perilaku, dan
cara berpakaiannya.
Walaupun dia bilang kalau
dirinya tumbuh dengan baik, dia tidak memiliki dada yang besar, tidak seperti
Mea-san ... meski dia sudah berpacaran dengan laki-laki, termasuk temanku yang
lain.
“Oh, bukannya itu Kuuya dan Fuuga!
Kebetulan sekali!”
Lalu tiba-tiba, temanku yang
lain juga muncul dari arah yang sama dengan Fuuga.
Yah, sebenarnya itu bukan
benar-benar kebetulan, karena kebanyakan orang yang pergi ke sekolah SMP di
wilayah barat dari daerah timur perlu melalui persimpangan ini.
Fuuga mengangkat tangannya
dengan penuh semangat untuk menyapanya.
“Yoo! Sumitarou! Kamu kelihatan
jantan banget dengan seragamu!”
“Ya iya dong. Gimana menurutmu?
Apa menurutmu aku akan menjadi populer? Ini pasti membuat gadis-gadi jadi
terlena padaku, kan?!”
“Kurasa aku takkan mengomentari
itu. Kalau menurutmu sendiri gimana, Kuuya?”
“Aku pikir kesan yang selalu
ingin menjadi populer di antara gadis-gadis merupakan hal penting.”
Aku menyibak poniku ketika aku
akan menjawab pertanyaan Fuuga. Dan kemudian teman aku yang lain - Tochioda Sumitarou - dengan tegas
menyilangkan tangannya dan berkata-
“Aku tidak ingin mendengarnya
dari kalian yang selalu bertingkah sok! Pokoknya tidak masalah. Di sekolah SMP,
semakin maskulin seseorang, semakin populer juga orang tersebut! Selalu!”
“Aku ini orang normal.”
“Sama, aku juga normal.”
Tak perlu dikatakan lagi, aku
berbohong. Fuuga selalu bertingkah bego dan memiliki perilaku kekanak-kanakan
ini, aku juga sadar akan hal itu.
Maksudku, jika tidak, aku merasa
kalau aku akan kalah dari mereka berdua. Fuuga secara alami mengatakan dan
melakukan hal-hal yang lebih dekat dengan "etikaku”
ketimbang diriku, sedangkan Sumitarou adalah cowok jantan yangmempunyai tinggi
badan lebih dari 170 cm pada usianya, dan memiliki tubuh yang kokoh karena Ia
berlatih judo sejak kecil.
Jika kamu mempunyai badan
pendek, kurus kerempeng dan selalu melihat orang-orang ini, kamu setidaknya
perlu bertingkah sok supaya terlihat unggul ...
“Oh iya, omong-omong, Kuuya
...”
Dan kemudian Fuuga mengangkat
bahu. Ini adalah gerakan yang membuatnya berjalan ke kuil, apalagi
penampilannya terlihat keren dan bagus. Berengsek.
“Ap-Apa?”
“Apa kamu bisa memperkenalkanku
pada gadis yang ada di belakangmu itu?”
"Ahh ... Ma-Maaf, Mea-san,
aku sangat senang karena kita bertiga tiba-tiba bertemu satu sama lain!”
Aku buru-buru menoleh ke arah
Mea-san yang sudah mengambil posisi bersembunyi di belakangku.
“Tidak masalah. Mereka berdua
teman Kuuya-san, kan?”
Mea-san memalingkan kepalanya
ke arah mereka dan memandang Fuuga serta Sumitarou dengan ramah.
Aku mengangguk padanya dan
berkata.
“Ya, ya, teman dari kecil.
Gadis yang berpenampilan mirip seperti pangeran ini adalah Mayuzumi Fuuka, lalu
cowok yang berbadan besar dan kokoh adalah Tochioda Sumitarou.”
Dengan itu, aku memperkenalkan
mereka kepada Mea-san. Aku belum pernah berada dalam situasi semacam ini
sebelumnya, jadi aku sedikit malu.
“Senang bertemu denganmu,
Fuuga-san, Sumitarou-san. Namaku Chitose Mea.”
Mea-san tersenyum elegan dan
membungkuk ke arah mereka. Perilaku Ojou-sama memang tak ada tandingannya.
“Ye-Yeszu! Se-Se-Senang bertemu
denganmu! A-Aku Tochioda Sumitarou!”
Sumitarou membalas dengan
tegang dan gugup di hadapan perilaku keanggunan dan keimutan Mea-san ...
*Jiii*
Fuuga meletakkan tangannya di
dagunya dan menatap Mea-san dengan penuh penasaran.
“Hei, apa-apaan dengan sikap
kasarmu itu, Fuuga? Dia baru saja menyapamu, jadi kamu juga perlu menanggapi
perkenalannya.”
“Tidak, ini sudah pasti menjadi
pertanyaan, kan? Tapi pertama-tama, apa aku boleh memanggilmu dengan panggilan,
Mea-chan? Kamu, kamu berasal dari
sekolah SD Barat, ‘kan? Aku tidak mengenali Kamu.”
“Ehh, ya.”
Dia menganggukkan kepalanya,
seolah menyiratkan “Emangnya ada yang
aneh dengan itu?”
Kemudian, Fuuga juga mengangguk
sambil membuat gerakan seperti menggaruk di udara dengan satu tangan.
“Lalu pertama-tama, hal yang
perlu kuletahui ialah mengapa anak seperti ini berada di persimpangan dari timur
ke barat bersama Kuuya ...”
“It-Itu sih...”
Mea-san terkejut.
“Sisanya, yah, mudah sekali ...
Hubungan macam apa yang kamu miliki dengan Kuuya, sampai membuatnmu berangkat
upacara masuk bersama?”
“Oh, memang! Oii, apa yang
sebenarnya terjadi, Kuuya!”
Kemudian, Fuuga mengangkat satu
jari, dan Sumitarou setuju dengannya.
Benar
juga! Kalau dipikir-pikir lagi, itu adalah pertanyaan yang jelas ...!
Tapi, aku tidak bisa menjawab
dengan terus terang. Bagaimanapun juga, aku sudahb berbicara dengan Mea-san
tentang "rahasia"!
──Sejujurnya, aku ingin pamer
kepada mereka berdua kalau “gadis ini
adalah ISTRIKU!
Yah, kesampingkan hal itu. Yang namanya janji harus ditepati.
Itu sebabnya.
“Ahhh— tentang itu ... aku tidak ingin berkomentar
tentang bagian itu.”
Mea-san memain-mainkan
rambutnya dan merespons dengan pose songong sebisanya.
“Memangnya kamu pikir jawaban
semacam itu akan meyakinkanku?”
“Ya ampun ...” Fuuga mengangkat
bahu. Terus terang saja, dia jauh lebih menghayati gerakan seperti ini
ketimbang diriku ...
“Dia benar! Aku iri kamu bisa
bersama ga-gadis yang imut ... dan menggemaskan ...!”
Kemudian Sumitarou mengepalkan
tinjunya dan mengatakan sesuatu yang terdengar seperti protes. Aku tahu bagaimana perasaanmu. Jika aku
berada di posisi berlawanan, aku juga akan menanyainya sendiri!
“Sialan! Aku tidak bisa
mendapatkan infromasi dari Kuuya! Me-Me-Me-Mea-san, hubungan seperti apa yang
kalian miliki?”
Sumitarou lalu mengubah
targetnya. Yah, Ia adalah seorang cowok yang ingin berbicara dengan gadis-gadis
imut jika diberi kesempatan ... Namun masalahnya, Ia selalu saja gugup jika
harus berhadapan langsung dengan gadis-gadis cantik. Rasanya seperti, tubuhnya
tidak bisa mengikuti keinginannya.
Dan ketika Mea-san ditanya pertanyaan
seperti itu, dia lalu menjawab….
“Itu rahasia.”
Dia mengatakannya dengan tegas,
lalu menyibak rambutnya yang panjang dan indah dari bahunya.
Itu sedikit berbeda dari cara
dia memperlakukan aku. Dia tidak sedang
berakting menjadi gadis yang keren dan cantik, ‘kan ...?
Itu membuat aku merasakan
superioritas.
“Bahkan jika itu aku, kamu
tetap tidak mau memberitahuku ??”
“Ehh, maaf. Tapi aku tidak bisa
memberitahumu.”
Seperti yang diharapkan dari
Fuuga, dia mundur sedikit, tetapi nadanya masih tenang seperti biasa.
Mea-san ... jadi dia menpunyai
sisi seperti ini ... Mungkin dia berperilaku seperti ini di SD-nya dulu. Itu
sebabnya anak-anak cowok tidak ada yang berani mendekatinya, dan wajar saja
kalau dia hampir tidak pernah berinteraksi dengan lawan jenis.
“Begitu ya. Kalau memang
seperti itu, apa boleh buat.”
Mendengar jawaban Mea-san, Fuuga
tersenyum dan tidak bertanya lagi lebih jauh.
Kurasa itulah sisi bagus dari
Fuuga. Bukannya dia suka meributkan sesuatu, tetapi hanya saja, dia menempatkan
poinnya dengan sangat tenang dan elegan ... ini sebabnya dia begitu populer di
kalangan gadis-gadis ketika di SD dulu.
“Muu ~ ... Po-Pokoknya ~. Yah,
gadis yang mempunyai banyak rahasia juga terlihat misterius dan menarik, iya
‘kan?! Ja-Jadi senang bisa bertemu denganmu! Dan jika memungkinkan, aku ingin
mengenalmu lebih baik.”
Dan di sisi lain, Sumitarou,
karena Ia selalu bertingkah seperti ini dengan gadis-gadis, Ia tidak pernah
populer sama sekali. Aku merasa kalau di sekolah SMP juga takkan jauh berbeda.
Apa buruk untuk berpikir seperti itu ...?
“Ngomong-ngomong, namaku Mayuzumi
Fuuga. Aku berharap bisa berteman denganmu, oke ~? Mea-chan.”
“E-Ehhh, terima kasih banyak
kalian berdua. Senang bisa bertemu dengan kalian.”
Mea-san menundukkan kepalanya
sebagai tanggapan terhadap mereka berdua. Mungkin dia berpikir bahwa dia adalah
kebalikan dari mereka.
“Yah, sekarang sudah saling
memperkenalkan diri, kurasa sudah waktunya untuk pergi.”
“Oh ya! Aku yakin ada
gadis-gadis cantik lain di luar sana yang akan menungguku.”
“Ahahahaa, aku ragu mengenai
itu.”
“Aku yakin, pasti ada!”
Fuuga dan Sumitarou melanjutkan
langkah mereka sambil berdebat satu sama lain.
Kelihatannya situasi kami sudah
berada di bawah kendali.
Namun, jika Mea-san dan aku
harus melanjutkan kehidupan pengantin baru kami, hal semacam ini pasti akan
sering terjadi di masa depan.
Rasanya sedikit menakutkan
untuk memikirkannya, tapi aku mungkin perlu mengambil langkah lain dengan
Mea-san ketika pulang nanti ...
◇◆◇◆
“Mea-san, Mea-san.”
Ketika kami mulai berjalan di
belakang mereka berdua, aku berjalan mendekati Mea-san dan berbisik ke
telinganya.
“Apa?”
Mea-san tampak tidak peduli.
Ini
masalah penting... adalah apa yang aku pikirkan, dan sekarang aku
merasa malu pada diriku sendiri yang mencemaskan hal itu.
(Benar,
kurasa aku tidak perlu repot-repot mengkonfirmasinya sekarang .... Aku harus
menanganinya dengan tenang dan mendiskusikannya ketika kita kembali.)
“Apa ada yang salah?
Kuuya-san?”
“Tidak ... Bukan apa-apa. Pokoknya,
semoga saja kamu bisa bergaul dengan Fuuga dan Sumitarou juga.”
“Tentu saja. Mereka adalah
teman dari Kuuya-san, jadi aku perlu berteman baik dengan mereka.”
Dia masih bisa mengatakan hal-hal
seperti itu tanpa ragu setelah menjaga “rahasia”
dari mereka, Mea-san ... benar-benar sesuatu ...
Pada akhirnya, kami berempat
tiba di sekolah.
Hal pertama yang harus kami
periksa adalah daftar kelas yang dipajang di dekat gerbang sekolah. Sudah ada
banyak siswa baru di sana, dan tempat tersebut dikerumuni banyak orang.
Kami bergabung dengan mereka
dan mencari-cari nama kami.
Tapi ... cowok pendek sepertiku
berada pada posisi yang kurang menguntungkan dalam situasi seperti ini! ...
Orang di depanku menghalangi dan aku tidak bisa melihatnya dengan sangat baik
...!
“Sumitarou, Sumitarou, apa kamu
bisa melihatnya?”
Sayang sekali, tetapi aku perlu
mengandalkan Sumitarou yang mempunyai badan paling tinggi di antara kami.
“Yah ... ahhh ... aku tidak pandai
menemukan nama kita, jadi... yah, uhmm, uhmm ..."
...
Teman-temanku sama sekali tidak bisa diandalkan!
Jika aku harus memilih orang lain,
kurasa aku perlu menandalkan Fuuga, meski dia tidak setinggi Sumitarou. Selain
itu, gadis ini sangat jago dalam segala hal, jadi akan mudah baginya untuk
menemukan nama.
“Fuuga, apa kamu sudah
menemukannya?”
“Hmm ... aku masuk di kelas 1-B.
Dan untuk ... Oh, Kuuya dan Sumitarou juga sekelas denganku.”
“Ehh, seriusan!?”
Tak disangka-sangka! Aku sangat
senang mendengarnya! Rasanya sangat melegakan untuk bisa bersama orang-orang
yang sudah kukenal di lingkungan baru.
Dan kemudian….
“Jadi, bagaimana dengan
Mea-san? Mea-san masuk kelas mana?”
“Ya, aku yakin kalau kamu
merasa penasaran dengan itu.”
“Ja-Jangan meledekku. Maksudku,
pertanyaanku tadi tidak mempunyai makna lain.”
“Aahahha, benar, aku akan
memberitahumu. Jadi──”
“Aku juga masuk di kelas 1-B!”
Dan kemudian Mea-san tiba-tiba
angkat bicara.
“Aku masuk di kelas yang sama
dengan Kuuya-san dan semuanya!”
“O-Ooooohhh....!”
Berita itu membuat
kegembiraanku jadi berlipat ganda! Aku tidak menyangka kalau kami berempat yang
berkumpul pagi ini akan berada di kelas yang sama!
Tidak, aku merasa seperti akan
kesulitan menyimpan rahasia karena ini ... tapi aku merasa sangat senang.
“Syukurlah kalau begitu, iya
‘kan, Mea-san.”
“Ya. Aku tidak masuk ke SD yang
sama dengan Kuuya-san, tetapi itu tidak menghentikanku pergi ke SMP dengan──”
Pada saat inilah bibir Mea-san
bergetar menjadi senyum yang menyedihkan ...
“Ah ~~~~~~~~~ Me-chan!”
Suara yang jelas dan penuh
dengung terdengar dari gerbang sekolah.
Ketika aku melihat ke arah
suara tersebut—— seorang anak kecil dengan
rambut berwarna cerah bergaya kepang dua dan pita diikat di sekitar rambutnya
berlari ke arah kami.
Mea-san sedikit membelalakkan
matanya ketika melihat gadis itu.
“Kobato-chan─Kyaa!?”
Anak kecil itu memeluk Mea-san
dengan erat mengikuti momentum ketika berlari ke arahnya.
Kakinya sedikit di udara. Dia
sekitar sepuluh sentimeter lebih pendek daripada Mea-san yang tertegun, dan
mengeluarkan kesan “Masih anak SD”.
“Apa yang terjadi?”
Mea-san mendekati gadis itu,
dan bertanya padanya dengan kaget.
Kemudian gadis itu tersenyum
bahagia, menatap Mea-san dan berkata
“Kamu bilang kalau kamu masuk
ke kelas 1-B, ‘kan Me-chan? Aku juga di kelas 1-B! Kita masih bisa bersama lagi
tahun ini!”
“Ara ... Aku sangat senang
mendengarnya.”
“Ehehehe ~~”
Sepertinya mereka sudah
berteman sejak SD, karena mereka tertawa sambil saling berpelukan.
“A-Aku tidak pernah melihat
gadis seimut dia! Keimutannya berbeda dengan Mea-san, tapi ... Ooh, aku ingin
mendekatinya ...!”
Dan suara Sumitarou semakin
mengecil. Aku tidak yakin tetapi apakah itu karena pertumbuhan tubuhnya yang
baik? Dia seorang pria yang selalu peduli pada gadis-gadis dan tidak bisa
menahannya ... benar-benar ...
Yah, Ia tipe orang yang
tertarik tetapi tidak bisa melakukannya dalam perbuatan, jadi kurasa tidak
masalah karena Ia tidak bermaksud buruk.
Tapi aku juga tertarik dengan
gadis itu, meskipun tidak sebanyak Sumitarou.
“Kurasa dia sudah berteman
dengan Mea-san sejak SD, kan?”
“Oh, ya, namanya Renjou Kobato-chan.
Kami berdua selalu berada di kelas yang sama selama di SD.”
“Hehe ~, kita juga bersahabat,
tau?”
“Ya. Kobato-san, pertama-tama,
cowok ini namanya Nonomiya Kuuya-san. Hubunganku dengannya adalah ... rahasia
...”
“Ahh, halo, senang bertemu
dengan──”
Pada saat itulah, gadis
tersebut menengok ke arahku.
“──────── !!!!!!!!!!”
“Hee?”
Gadis itu— Renjou Kobato-san, tampak seolah-olah dia
dikejutkan oleh kilat.
“Ap-Apa yang terjadi padamu?”
“Fumu ~, wajahnya mendadak
merah, tapi….”
Sumitarou dan Fuuga juga
memperhatikan perubahan mendadak dalam ekspresinya. Tapi sedari awal, dia
mengabaikannya sedemikian rupa.
Namun, Renjou-san tidak
menanggapi ucapan mereka sama sekali, tetapi terus menatapku dengan matanya yang
besar dibuka selebar mungkin ...
“No-Nonomiya ... Kuuya-kun ...”
Itulah yang dia katakan dalam
suara kecil seperti nyamuk.
“Ahh, ya ...”
“Ak-Aku Renjou, Kobato ...”
“…Senang bertemu
denganmu."
“~~~”
Dia segera membuang muka dan
langsung bersembunyi di balik Mea-san.
…Eh, apa maksudnya ini? Dari
caranya memeluk Mea-san, kupikir dia gadis yang periang dan ceria ...
“..........”
“Uhh, Mea-san?”
Dan saat itulah aku menyadari
sesuatu.
Mea-san tadi bersembunyi di
belakangku di tengah jalan. Aku tidak tahu apa penyebabnya, tapi sepertinya dia
sedang dalam suasana hati yang buruk dengan alisnya yang indah terangkat.
“Ap-Apa yang sudah kamu
lakukan, Kuuya?”
“Me-Meski kamu bertanya kepada aku
... Aku tidak tahu apa salahku...”
Aku buru-buru membisikkan
kembali ke Sumisutaro, yang telah mendengarkan dari tadi.
Padahal aku cuma menyapa gadis
itu dengan normal! Aku bahkan tidak bergaya sok keren!
Namun, selain Renjou-san,
kondisi Mea-san juga aneh ... Apa yangsebenarnya terjadi?
“Fu-Fuuga, apa kamu tahu apa
yang terjadi?”
Aku bertanya kepada Fuuga yang
menonton sedari awal dengan tangannya di pinggangnya.
Fuuga kemudian menepis poninya
dan mengangkat bahunya.
“Aku cuma bisa bilang kalau
situasi ini mirip seperti mencari angsa liar*.” (TN : Ini sebenarnya kalimat peribahasa, yang
artinya : Pencarian sia-sia atau mengejar sesuatu yang tak terjangkau)
Sialan! ... kalimat itu keren
sekali, super keren! Aku ingin mengatakannya juga ...!
“Ngomong-ngomong, upacara masuk
akan segera dimulai, jadi sebaiknya kita harus bergegas sekarang, ‘kan?”
“Oh, ya, itu benar ... kalau
begitu kamu juga, Mea-san dan Renjou-san, ayo pergi ...”
“.....Ehh, oke.”
“Kecepetan banget……!”
Yang satunya menanggapi dengan
suara sayup, sedangkan yang lainnya menjawab gugup. Reaksi mereka berdua sangat
berbanding terbalik.
Upacara masuknya sendiri
dilanjutkan sesuai jadwal dan berakhir dengan normal, tanpa ada peristiwa yang
menonjol.
Ketika aku berbalik, ibuku
melambaikan tangan dan tertawa (bersama
dengan orang tua Fuuga dan Sumitarou), dan juga, aku merasa sangat malu
sampai-sampai tidak bisa tenang.
Dan ... Rupanya, ayah Mea-san
tidak datang.
Tapi sebagai gantinya, ada
seorang wanita cantik menakjubkan dalam balutan kimono yang tampak seperti dia,
atau lebih tepatnya, gambaran Mea-san jikalau dia tumbuh dewasa nanti, menonton
upacara dengan mata menyipit.
Mungkin itu ibunya Mea-san. Aku
harus menyapa padanya nanti ...
Setelah upacara masuk selsai,
kami berpisah dengan orang tua lagi, dan para siswa baru menuju ke dalam kelas
masing-masing.
Ada banyak keramaian dan
kegaduhan sampai guru wali kelas tiba.
Di dalam kelas, ada wajah-wajah
yang kukenal dari sekolah SD-ku dan wajah yang belum pernah aku lihat
sebelumnya.
Satu-satunya hal mereka lakukan
ialah mereka semua menatapku dan Mea-san pada saat yang sama.
... atau lebih tepatnya,
melihat kita semua sejak awal? Jika kamu membentuk kelompok sejak pintu masuk
terlepas dari sekolahmu berasal, Kamu akan mendapatkan banyak perhatian.
Selain itu, ada dua orang yang
menjadi pusat perhatian mempunyai aura kehadiran yang kuat.
Salah satu di antaranya, tentu
saja, Mea-san. Jarang-jarang ada seorang gadis cantik dengan wajah yang
mempesona, jadi wajar saja kalau dia menarik perhatian.
Sedangkan satunya lagi – yang mana mengejutkan bagiku – adalah
Fuuga.
Tapi mungkin hal tersebut tidak
mengherankan jika dipikir-pikir lagi dengan tenang. Dia adalah gadis tertinggi
di kelas, dan sikapnya yang menonjol seperti pangeran gender netral.
Sementara Mea-san terutama diributkan
oleh laki-laki, Fuuga secara tidak biasa diributkan oleh para gadis.
Aku sudah terbiasa melihat
Fuuga dan hampir tidak menganggapnya sebagai seorang gadis, tetapi Fuuga sama
rupawannya dengan Mea-san. Itu jelas-jelas menyebabkan banyak keributan di
kelas. Dia terlihat sangat elegan, meski kebanyakan cuma berefek pada
gadis-gadis.
Dan ngomong-ngomong masalah
gadis, ada satu lagi ...
“Ahh ... ehehehhe ~”
Dan Renjou-san masih
bersembunyi di belakang Mea-san ...
Jadi ya, hanya itu saja.
“Baiklah kalau begitu,
semuanya, silakan duduk.”
Guru wali kelas kami pun
datang, lalu semua murid menyebar dan duduk di urutan nomor absen masing-masing.
Guru wali kelas kami adalah
seorang wanita muda dan imut dengan rambutnya yang diikat rapi.
Guru wali kelasku di SD selalu
saja bapak-bapak atau wanita tua, jadi perihal ini saja sudah membuatku
bersemangat berada di lingkungan baru.
“Baiklah, semuanya, selamat
atas diterimanya kalian di sekolah ini. Aku adalah guru wali kelas 1-B,
Nakanushi Ito. Kalian boleh memanggil dengan panggilan Ito-sensei, senang
bertemu dengan kalian semua.”
Suara semua orang membalas
secara bersamaan, “Iya, bu!” Tempat ini masih sangat mirip sekolah dasar, tapi
...
Aku yakin kalau semuanya secara
bertahap akan berubah seiring waktu. Sama seperti bagaimana seorang siswa SMP
harus berperilaku.
“Jadi mari kitu mulai saja dan
saling memperkenalkan diri. Untuk urutannya …. mungkin dari nomer absen.”
Ito-sensei lalu mengambil kapur
dan menulis dalam huruf besar di papan tulis, “Perkenalan Diri.”
“Nomor absen mengikuti urutan
ulang tahun. Aku mendengar bahwa sebagian besar sekolah melakukannya dengan
system begitu di Chiba ... benar, jadi semua orang, silakan umumkan ulang tahun
kalian. Pasti rasanya agak keren bisa mengetahui ulang tahun teman sekelasmu,
bukan? Fufuu ~”
Sebaliknya, bukannya prefektur
dan kota lain mengikuti urutan ulang tahun? Seisi kelas berdengung dengan
kegembiraan. Jadi, ternyata tidak ada siswa yang telah menyeberangi perbatasan
atau dipindahkan ke sini.
“Jadi yang pertama adalah ...”
“Sepertinya itu giliran saya.”
Fuuga lalu berdiri saat
mengatakan itu.
Benar juga, kalau tidak salah, Fuuga
lahir di bulan April.
“Perkenalkan, nama saya Mayuzumi
Fuuga dari SD Chiyodai Timur. Saya rasa saya tidak perlu memberitahumu semuanya
kalau saya jelas-jelas seorang gadis ... karena saya berpenampilan begini, dan
juga karena mengenakan seragam seorang gadis. Ulang tahun saya adalah 10 April,
jadi bisa dibilang sebentar lagi. Saya berharap bisa mengenal baik dan berteman
akrab dengan kalian semua.”
Jadi, dimulai dari Fuuga, sesi perkenalan
diri dimulai.
“Nama saya Renjou Kobato.
Uhmmm, saya dari SD Chiyodai Barat, dan keahlian saya adalah memasak! Ulang
tahun saya di tanggal 13 Juli!”
Begitu, dia lahir di musim
panas. Sesuai dengan sifat cerianya…
“Nonomiya Kuuya, saya dari SD
Chiyodai Timur. Lahir pada TANGGAL 14 September. Senang bertemu dengan kalian
semua.”
Aku lahir pada pertengahan
musim gugur. Dan Sumisutarou, yang lahir di musim dingin──
“Wassup !!! Nama gue, Tachioda
Sumitarou! Lahir pada tanggal 21 Desember, dan aku melakukan judo!Buat kalian
yang cewek-cewek, kutunggu surat penggemar dari kalian!”
... dengan begitu, Ia mulai
mendapat perhatian dan ditertawai gadis-gadis di kelas.
Dan, tak disangka, orang
terakhir yang memperkenalkan diri...
“...Nama saya Chitose Mea.”
Ketika dia berdiri dan
menyebutkan namanya, seluruh isi kelas langsung berada dalam suasana meriah.
Ketika Fuuga memperkenalkan
diri, ada beberapa orang dari kedua jenis kelamin berdengung, tapi situasi
sekarang jauh melebihi hal itu. Dengan kata lain, hal itu menunjukkan seberapa
cantiknya Mea-san ...
“Saya lulusan dari SD Chiyodai
Barat. Ulang tahun saya di tanggal 1 Maret.”
... Aku tidak tahu itu ...
Mea-san lahir di awal-awal tahun.
“Dan sisanya adalah rahasia.”
Mea-san masih saja menjadi
Mea-san setelah upacara masuk.
Mau tak mau aku jadi menggeliat
senang dalam hati di kursiku ...
“Atau itulah yang ingin saya
katakan tapi...”
Dan ternyata sesi perkenalannya
belum berakhir.
Mea-san membusungkan dadanya
dengan bangga.
“Saya akan menambahnya. Saya
sekarang sedang tinggal bersama dengan Nonomiya Kuuya yang ada di sebelah
sana.”
“──── Eh?”
Tunggu, tunggu, tunggu dulu
sebentar?!!
Apa yang sedang kamu bicarakan,
Mea-san? Kupikir kita akan merahasiakan hubungan kita di sekolah ...
Aku dibuat gelagapan, dan wajah
Mea-san menjadi lebih serius.
“Dia adalah suamiku!”
Pungkasnya dengan tegas dan
bangga.
── Ada momen keheningan.
Setelah beberapa saat
keheningan, seluruh kelas (termasuk guru) langsung berteriak.
Di tengah-tengah semua
kekacauan itu, aku mulai berkeringat dingin.
(Mea-sann
... sekarang hubungan kita bukan menjadi rahasia lagi, tau───────!!?)
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya