Mea-san, Kocchi Muiteyo! Chapter 08 Bahasa Indonesia

Chapter 8 — Mea-San, Ini Kencan Pertamaku Tapi...

 

“Singkatnya, kita perlu mengetahui siapa di antara kita yang lebih baik untuk Ku-kun! Iya, ‘kan!?”

Di depan stasiun pada akhir pekan. Saat kami semua berkumpul, Renjou-san lah yang pertama kali berbicara padaku sambil melompat-lompat.

Dia mengenakan rok kulot imut nan cerah dan kaus kaki selutut. Penampilan itu sangat cocok untuknya, karena dia masih memiliki rasa muda yang kuat tentang dirinya.

“Ya, betul sekali. Itu sebabnya aku akan melakukan upaya terbaikku hari ini. ” ucap Fuuga. Dia mengenakan pakaian kasual. Ketimbang rok yang dia kenakan sebagai seragam sekolahnya, dia mengenakan kemeja monoton, aksesoris, dan jeans robek hitam.

“Ya! Mari kita lihat dari dekat!”

Sumitaro menjawab, “Yah, tidak apa-apa”. Ia mengenakan T-shirt dan celana pendek selutut, menunjukkan kurangnya minat pada fashion bahkan pada saat seperti ini.

“Aku belum pernah mendengar tentang kencan sambil ditonton orang lain … Yah, sudahlah.”

Aku berias diri sampai tingkat tertentu. Aku mengenakan celana tirus kesukaanku, kaos bergaris, dan jaket, yang merupakan tampilan "gaya kirakaji" favoritku.

Tapi itu tidak masalah. Karena gaun Mea-san sangat bagus.

“S-Seperti yang pernah aku bilang kemarin, baju inilah yang cocok untukku.”

Rok rajut lengan panjang dan rok melebar. Penampilannya yang anggun dan feminim memberikan kesan “Ojou-sama di hari libur”.

Memang, Mea-san berbeda dari gadis lain… pikirku.

“Kalau begitu, mari kita mulai~!”

Dan kemudian Renjou-san tiba-tiba memelukku dengan tangan yang melingkari tubuhku.

“Tunggu–! Renjou-san?!”

“Maksudku, hari ini adalah kencan kita, kan? Selama kencan, bukannya wajar kalau kita harus melakukan ini?”

Ketika dia mengatakannya seperti itu, aku bahkan tidak bisa membantahnya. Aku tidak punya pilihan selain dipeluk.

Tapi tetap saja, dia sangat bersemangat, atau lebih tepatnya, dia jadi lebih agresif…! Aku harus mengakui kalau Renjou-san memang yang terbaik  ...

“Begitu, jadi langkah pertama telah diambil oleh Kobato-chan. Yah, ini seperti yang sudah aku duga.”

Fuuga meletakkan satu tangan di pinggangnya yang kurus dan menganggukkan kepalanya.

Lalu dia melirik Mea-san.

“A-Apakah… Apakah itu hal sepele yang dilakukan seseorang pada kencan pertama…?”

Fuuga menatap Mea-san seolah mengatakan “Kamu juga”. Mea-san dengan ragu menjawabnya.

“Selain itu, wanita berkata, ‘Mundur tiga langkah dan jangan menginjak bayangan.’ Bagiku, rasanya salah melakukan itu… dan itu memalukan…”

Bagian terakhir diucapkan dengan suara pelan.

Kemudian untuk memanggil Mea-san, Fuuga menjentikkan jarinya dan berkata,

“Tentu saja, itu tergantung pada orangnya. Tapi yang satu gadis menunjukkan agresivitas, dan gadis yang lainnya ketakutan. Hal itu saja sudah membuat perbedaan pada tahap ini. Apa kamu itu baik-baik saja dengan itu?”

Dia kemudian merentangkan tangannya lebar-lebar. Dengan pakaian dan sikap seperti itu, dia benar-benar terlihat seperti “Cowok berkelas dan tampan". Aku iri padanya.

“I-Itu tidak bagus, namun… aku tidak bisa melakukan hal seperti itu… aku belum pernah melakukannya sebelumnya….”

“Fufu~ Setiap orang memiliki pengalaman pertama mereka. Tapi jika itu masalahnya, aku takkan menyalahkanmu, aku tidak suka berlaku tidak adil.”

Begitu Fuuga mengatakan itu, dia dengan lembut meletakkan tangannya di lenganku yang lain.

“Eh?! Wai-!? Fuuga!?”

“Itu mendapat keuntungannya, kan?”

“Kamu ini bicara apa!?”

“Ahahaha. Yah, kupikir aku akan memberi contoh, atau lebih tepatnya, mengajari Mea-chan prosedurnya.”

“A-Apa maksudnya itu….”

“Jadi, Mea-chan, kamu paham? Memang benar tidak baik memeluk seorang pria dengan cara seperti ini karena tubuh kita akan bersentuhan satu sama lain, dan terlebih lagi, oppai kita akan bersentuhan dengannya.”

“I-!!… J-Jangan katakan itu!”

Aku berusaha sangat keras untuk tidak menyadarinya sebelumnya!

Ketika dia mengatakannya seperti itu, itu membuatku semakin bertanya-tanya bahkan jika aku tidak mau… Ya, punya Renjou-san datar, maafkan aku, tapi masih sulit bagiku untuk tidak memperhatikan dadanya… Ya, Fuuga bertingkah seperti laki-laki selama ini, tapi bagaimanapun juga dia tetap seorang gadis … Aku bisa melihat oppainya membusung, meski hanya sedikit….!

Aku menggelengkan kepalaku. Ini bukan cara berpikir cowok keren!

Selain itu juga,

“A-Aku tahu itu. Itu sebabnya aku tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu.” Mea-san sangat putus asa. Wajahnya sudah merah padam.

Baginya, Fuuga memelukku (bersama dengan Renjiyou-san) dengan tangannya.

“Aku mengerti perasaan itu. Tapi kamu tahu tidak? Aku masih ingin merasakan ikatan dan bersama, jadi aku memeluknya. Aku ingin merasakan bahwa ini adalah waktu yang spesial untuk kita berdua…”

“Benar sekali, Benar sekali, Heyy~~ Fu-chan. Kita akan menghabiskan hari dengan orang yang kita cintai~ kan!”

Dan dari sisi lain, Renjou-san menganggapi dengan nada setuju. Terlebih lagi, dia memeluk lenganku lebih erat.

“Itulah sebabnya aku melakukan ini… Ehehehe~…”

“Ya, aku tahu… Aku juga merasa senang ketika melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan karakterku seperti ini…”

“Ya… aku sangat, sangat bersemangat. Aku ingin kamu merasakannya, Ku-kun. Itu sebabnya aku menceritakan tentang ini…~”

Jadi seperti begitu niatnya. Tentunya aku bisa mengetahui, bahkan jika aku tidak mau, kalau mereka berdua bersemangat! Dan bahkan lebih dari itu.

“Oaaa…”

Ini memalukan, tetapi aku juga sangat senang dan gugup karena aku tidak tahan. Aku bahkan membuat erangan yang tidak disengaja.

Tidak, habisnya! Aku tidak punya pilihanlain! Ada sesuatu tentang berhubungan dekat dengan seorang gadis yang menyebarkan aroma yang sangat harum, aku tahu! Dan terlebih lagi, itu sangat halus dan lembut!

“Jadi-Jadi-Jadi kamu juga merasa senang, Ku-Ku-Ku-Kuuya-san!? Kamu pasti merasa kegirangan, bukan?! Apalagi, diapit di antara Kobato-san dan Fuuga-san! D-Dua bunga di masing-masing tangan!!”

Wajah Mea-san tampak merah padam dan dia dalam posisi protes WaWaWa!

“Sungguh tidak tahu malu! Tidak senonoh! Bukan hanya kalian berdua, tapi juga Kuuya-san! Aku pikir Kuuya-san sudah dewasa dan bisa mengabaikan hal semacam ini!”

“Uguu…!”

Ra-Rasanya sangat menyakitkan mendengarmu mengatakan itu! Aku sudah berusaha keras untuk mempertahankan sifat dewasaku di depan Mea-san, dan sekarang semuanya jadi berantakan di tempat seperti ini!

“Maksudku… ahh… kami tidak perlu melalui… masalah kencan… dan kami juga… melakukan negosiasi… Uwaa… Tapi… Uwaa… aku tidak bisa… membiarkan… payudaraku bergesekan dengannya…. Ini memalukan ... aku akan mati ...”

Mea-san menutupi wajahnya dan mulai merasa malu, tapi dia masih tidak berniat untuk menarik kembali argumennya.

Jadi secara tidak sengaja, aku harus membuat alasan seolah-olah aku mencoba berunding dengannya.

“T-Tidak, Mea-san, kamu tahu tidak? Sudah menjadi norma kalau kita harus gugup! Karena, kamu tahu, tidak sopan rasanya kalau aku tidak ikut merasa senang dan gugup ketika orang yang melakukan hal-hal seperti itu merasa bersemangat sendiri?

“……………”

Mata Mea-san sedikit melebar dan dia terdiam.

“Ji-Jika memanh itu masalahnya, itu masuk akal. tetapi…”

Dan kemudian dia membalas seperti itu. Mea-san, kamu gampang sekali tertipu...! Aku secara tidak sadar terkesan.

Jadi, aku akan mengambil kesempatan ini dan mengulangi apa yang aku katakan.

“M-Makasih, dan kamu tahu? Ketika menyangkut masalah kencan, kupikir sudah menjadi tugas seorang pria untuk mengawal seorang wanita dengan lengannya di sekelilingnya, dan secara pribadi aku merasa bahwa itu juga bagian dari menjadi seorang pria….”

“Kalau begitu… Ku-Kuuya-san.”

Mea-san menunjukkan rasa malunya dan menyusut kembali dengan pipinya yang memerah dengan sedikit rasa malu.

“Lalu… Ap-Apa aku juga perlu melakukan… hal-hal seperti… itu…?”

“Tentu saja!”

Kemudian Fuuga melepaskan lenganku dan mengibaskan tangannya di udara.

“Bagaimanapun juga, Kuuya pada dasarnya adalah anak laki-laki yang ingin memimpin.”

“Apa… begitu?”

“Ia mungkin berpikir, 'Sebagai orang dewasa yang keren, aku harus melakukan sesuatu seperti ini.' Yah, anggap saja Ia mendorong dirinya sendiri setidaknya sampai batasnya.”

“Hei, Fuuga! Jangan ngomongin sesuatu yang tidak perlu!”

Aku tidak tahan mendengarnya dan menyela obrolan. Tapi…

“Apa itu terlalu banyak untuk ditanyakan? Sejauh yang aku ketahui, aku pikir itu agak perlu. ”

“A-Apa maksudmu…?”

“Bukannya menurutmu itu tidak ada gunanya? Bahkan setelah memiliki pemahaman yang pasti tentang Kuuya, mereka mengatakan bahwa 'Itu pasti kamu'?”

“Itu mungkin… benar, tapi…”

“Tapi itu hanya idealnya, ‘kan? Aku pikir itu agak berlebihan untuk meminta itu sejak awal ...”

Tapi kemudian Fuuga merentangkan tangannya lebar-lebar lagi.

“Oleh karena itu, gadis-gadis!! Ikuti aku!! Aku sudah lama mengenal Kuuya, jadi aku tahu segalanya tentang dirinya!”

Fuuga membawa semua orang ke pojok mainan di lantai dua pusat perbelanjaan yang sebelumnya berfungsi sebagai gedung stasiun.

“Lihat, Kuuya, lihat ini. Itu sabuk Kam*n Rider favoritmu!”

“Itu benar! Keren sekali… Oii, Fuuga!”

Aku Pun tersentak dan bergegas ke arahnya.

“Aku sudah tidak tertarik lagi dengan begituan! Lagipula, kita sudah jadi anak SMP sekarang!”

Dengan sedikit sensasi terbakar di pipiku, aku berbisik dan menunjukkan bahwa aku mengkhawatirkan Mea-san dan yang lainnya.

Ya, memang benar kalau aku dulu suka tokusatsu. Namun, aku memutuskan untuk berhenti menontonnya setelah lulus dari sekolah SD, karena aku pikir itu salah untuk melakukannya selamanya.

Karena memang begitulah seharusnya. Ini agak kekanak-kanakan… Tidak pantas seorang pria dewasa yang keren memiliki kesukaan seperti itu….Tidak, maksudku, aku masih ingin melihatnya, tapi kurasa aku harus bersabar…

“Aku merasa kalau kamu tidak perlu membenci apa yang kamu suka. Setidaknya, aku tahu kalau kamu menyukai hal semacam ini.”

Fuuga mengangkat bahu dengan satu tangan dan menatapku seolah-olah mengatakan 'Yare~yare~.' Kemudian dia mengalihkan perhatiannya ke Mea-san dan Renjou-san yang berdiri di sampingnya.

“Kuuya dulu suka bermain denganku. Sumitaro dulu bermain sebagai monster, dan aku bermain sebagai pemimpin musuh.”

“Ehh… Be-Begitu ya…”

“Hahaha, kamu seperti bocah kecil!”

“Hei, Fuuga, tolong…… berhenti…… Tolong berhenti mengungkapkan sejarah hitamku di depan Mea-san dan Renjou-san…!”

“Ini adalah kenangan yang menyenangkan bagi kami. Yah, Kuuya bertingkah seperti ini sekarang, tapi Ia juga memiliki sisi kekanak-kanakan.”

“Um, Terima kasih banyak sudah memberitahuku semua itu, Fu-chan! Ku-kun, kamu tidak perlu mengkhawatirkan tentang itu. Sebenarnya, aku senang saat mengetahui kalau kamu juga memiliki waktu seperti itu!”

Renjou-san mengatakannya dengan senyum cerah. Apa identitas asli dia sebenarnya adalah seorang Malaikat?

“Terima kasih …. Atas perhatiannya… Renjou-san…”

“Ehehehe~~”

“…….”

Di sisi lain, Mea-san melihat sekeliling pada deretan mainan dengan ekspresi penasaran di wajahnya.

“...A-Aku tidak pernah tau ada begitu banyak action figure yang bagus.”

“Ehh, kamu juga berpikir seperti itu, Mea-san?”

Aku terkejut dengan kata-katanya yang tidak terduga.

“Aku tidak terlalu memahaminya, tapi… bagaimanapun juga, Kuuya-kun menyukai hal semacam ini kan.”

“Kamu….!”

P-P-P-Pernyataan  'Aku tidak terlalu memahaminya tapi' sedikit menusuk hatiku….!

Rasanya sedikit memalukan bahwa sesuatu yang kusukai tidak dimengerti Mea-san…!

“Fufufu~. Sisi cowokmu ini sangat imut, kok.”

Renjou-san menertawakannya, ekspresinya terlihat senang.

“…….”

Mea-san tidak menjawab dan berdiri diam.

Oh, itu tatapan yang mengatakan dia tidak tahu apa yang aku bicarakan ... Mungkin ...

“Bagus! Kalau begitu mari kita lanjutkan ke tempat selanjutnya!”

Dan Fuuga yang tidak memperhatikan hal tersebut, berkata dengan nada yang sama seperti biasanya.

Pemberhentian selanjutnya adalah toko pakaian.

“Kuuya, kamu bilang kamu menginginkan celana itu kan?”

Saat aku melihat celana sobek-sobek yang dikenakan oleh manekin di toko, Fuuga mengedipkan matanya padaku.

“Ya…mereka terlihat bagus. Sangat cocok untuk pria keren…”

“Yah, tapi ukurannya tidak pas buat Kuuya, sih.”

“Cih…! A-Aku akan tumbuh lebih tinggi dan bisa memakainya!”

“Kuuya sangat ramping. Aku pikir itu akan terlihat bagus untukmu. ”

"Oh benarkah? Betulkah? Aku tahu itu, Ya…!”

“Bagaimana menurutmu tentang t*t, Mea-chan dan Kobato-chan?”

Fuuga adalah orang yang menyeret kami dengan langkahnya sendiri, tapi dia tidak pernah lupa untuk berbicara dengan Mea-san dan yang lainnya.

“Ya~, kupikir celana itu akan terlihat bagus untukmu! Ku-kun! Aku harap kamu bisa segera memakainya~!”

Renjou-san tersenyum dan langsung menjawab. Sekali lagi, apa dia itu sebenarnya seorang malaikat…?

“Selera Ku-kun, aku akan mengingatnya. Untuk masa depan… Ehehe~”

Dan kemudian dia tertawa kecil dengan malu-malu ketika mengatakan itu. Semakin lama dia jadi semakin mirip seperti malaikat?

“Muu…”

Namun, Mea-san melihat manekin dengan cemberut dan mengangkat alisnya,

“…Jika aku memakai sesuatu yang berlubang seperti ini, aku akan terlihat ceroboh.”

Dengan beberapa kata, dia membuang ide itu.

“T-Tapi itu intinya, bukan?! Bukannya itu terlihat keren?”

“Aku lebih suka penampilan yang rapi.”

“Duh, kenapa kamu tidak bisa memahami cinta di balik pembuatan jeans sobek-sobek ini…!”

“…Apakah kamu menyukai hal semacam ini, Kuuya-san?”

“Ya, kurasa…”

Ini adalah jenis pakaian yang biasanya Fuuga kenakan (dan hari ini juga dia memakainya.) Baju tersebut terlihat cerdas, keren, berkelas, dan tampan. Aku juga ingin memakainya. Saat aku tumbuh lebih tinggi.

Lalu tidak tahu kenapa, Fuuga mengedipkan matanya pada Mea-san.

“Mea-chan, di saat seperti ini, bukannya sudah menjadi tugas seorang gadis untuk membuat pasangannya merasa baik?”

Kemudian Mea-san menunjukkan ekspresi bermasalah,

“Be-Begitu ya… Apa begitu cara kerjanya?”

“Setidaknya, itulah yang aku lakukan untuk Kuuya.”

“T-Tunggu sebentar, Fuuga. Jadi maksudmu kamu pikir itu akan terlihat bagus untukku meskipun kamu tidak benar-benar berpikir begitu?”

“Yah, mari kita berhenti di situ.”

“UWAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!”

“….Muu-”

Mea-san semakin mengangkat alisnya, membandingkanku dengan celana jeans yang dipajang.

“Y-Ya… Itu… terlihat bagus… Jika aku lihat-lihat lagi dari dekat….”

“Eh…? Me-Mea-san?”

“…………..”

Dengan sekejap, dia langsung menutupi wajahnya.

“Itu sama sekali tidak bagus! Lagipula aku tidak bisa berbohong!”

“Padahal kamu sendiri bisa terus-terusan bilang 'Ini rahasia.' ?!”

“Itu bukan sesuatu yang aku bohongi. Aku hanya menyembunyikannya.”

Ahh… Dia sendiri yang mengatakannya… Aku hanya menyembunyikannya….

“Ha…..! Aku melenceng lagi... Mou~ aku bodoh, kenapa aku selalu seperti ini….”

“Sudah, sudah. Mari kita lanjutkan. ”

Saat Mea-san menggeleng dan memutar tubuhnya, Fuuga mempertahankan nada bahagianya.

 

◇◆◇◆

 

Setela mampir di beberapa tempat, sekarang waktunya sudah mendekati jam makan siang.

“Ayo kita coba tempat ini, oke? Kuuya.”

“Y-ya ... Terserah apa katamu.'”

Fuuga memilih kedai kopi yang sedikit trendi dan menggambarkan suasana Jepang modern.

Aku tahu ada kedai kopi di sini karena aku pernah melewatinya sebelumnya, tetapi aku belum pernah masuk. Lagipula, waktu itu aku masih SD ...

Tapi sekarang, sudah tidak lagi! Ya, aku sudah jadi anak SMP, aku punya uang, dan sedang kencan!

“Di sini, aku juga bisa menikmati kopi favorit Kuuya.”

“Oh… itu juga tempat yang bagus untukku…”

“Apa kalian berdua tidak masalah dengan tempat semacam ini, Mea-chan dan Kobato-chan?”

“A-Aku akan menyerahkannya padamu. Aku tidak tahu banyak tentang toko semacam itu.”

“Aku sih tidak masalah dengan tempat semacam ini~~”

“Baiklah, kelihatannya semuanya ikut setuju. Kalau begitu, Kuuya─”

"Ya, silakan saja.”

Seperti biasa, aku mengangkat tangan dan menyisir rambutku.

Fuuga mengangguk sambil tersenyum dan memasuki restoran tanpa ragu-ragu.

“Hahaha, ladies first, kan? Ku-kun, kamu sangat jantan sekali~!”

Renjou-san tertawa riang dan mengikuti Fuuga ke dalam toko.

“…”

Tapi─ gadis yang tersisa, Mea-san, berdiri di sana dengan ragu-ragu.

“A-Ada apa? Mea-san?”

“A-Aku menunggumu, Ku-Kuuya-san, masuklah dulu.”

“Tidak, tidak, Mea-san, kamu lah yang harusnya masuk dulu. Seperti yang dikatakan Renjou-san, ladies first.”

“Aku lebih suka mengikutimu, Kuuya-san, dari tiga langkah ke belakang, dan aku akan masuk setelah memasitkan kalau semuanya aman.”

“…Apa itu semacam kebiasaan ninja?”

“Itu rahasia.”

“Ahh, begitu… Yah, jika itu yang ingin kamu lakukan, aku mengerti.”

Aku tidak punya pilihan selain pergi dulu dan memasuki kedai kopi.

Pada saat-saat seperti ini, sudah sewajarnya aku perlu memprioritaskan ‘ladies first ' ... tetapi sebagai seorang pria ...

Untuk beberapa asalan, Fuuga sangat memahami diriku yang selalu tidak peduli,

“……”

“Katakan… Mea-san?”

“Ku-Kuuya-san, apa kamu lebih suka gadis yang bertingkah seperti Fuuga-san dan Kobato-san?”

“Tidak, itu… benar, bagaimana bilangnya ya…?”

Aku agak kebingungan untuk menjawabnya. Yah, aku tentu lebih berterima kasih kepada mereka.

“……”

“Me-Mea-san?”

“Aku tidak tahu…”

Dia memalingkan wajahnya dengan cemberut dan akhirnya memasuki toko terlebih dahulu.

….Hah? Apakah dia menanggapi keinginanku untuk 'Ladies First'?

“Uumu.”

Sumitaro, yang tidak mengatakan sepatah kata pun (atau bahkan hawa kehadiran) sebelumnya, menyilangkan tangannya dan menggeram.

Rupanya, Ia cuma duduk dan menonton kami melakukan gerakan sampai sekarang …

“Uhmm… Sumitarou?”

“Aku akan mengambil inisiatif untuk melakukannya di saat-saat seperti itu! Begitu… ladies first … itulah rahasia menjadi populer…! Aku akan mengingatnya…!”

“……”

Ia menjadi sosok yang sangat tidak penting saat ini.

Aku memasuki restoran bersama Sumitaro. Mungkin karena jumlah orang di restoran, meja dipisahkan menjadi dua.

“Ku-Kun~ Sebelah sini, sini~~”

“Aku bersama Sumitaro, kan?”

“Hehe. Kurasa aku akan minum kopi dengan Fuuga, menakutkannnnnn~!”

Sumitaro pergi untuk duduk bersama Fuuga, dan aku tentu saja pergi ke kursi di mana Mea-san serta Renjou-san yang sudah duduk berdampingan.

“Ku-Kuuya-san, kamu akan minum kopi, ‘kan?”

Segera setelah aku duduk, Mea-san menyela untuk mengejar. Pertanyaannya sangat cepat sehingga seolah-olah dia ingin mengatakan, “Aku tahu segalanya tentang Kuuya-san!”

“Terlebih lagi, kopi hitam kan~?”

“Wow~, Ku-kun, kamu dewasa sekali~”

“Yah… aku juga sudah terbiasa meminum──”

“Kenapa kamu tidak bersantai saja hari ini dan minum soda krim seperti biasanya?”

“Muguu….!?!?”

Kemudian Fuuga membeberkannya dari kursi di belakangku, dan aku tersedak.

“Tunggu..! Fuuga, kamu…!”

“…Soda krim yang biasa?”

Mea-san memiringkan kepalanya dengan wajah bertanya-tanya.

“Oh, tidak, itu cuma candaan dari Fuuga.”

“Bukannya tempo hari kamu pernah bilang kalau kamu masih belum terbiasa minum kopi hitam, tetapi kamu melakukan yang terbaik untuk menguasai cara meminumnya. Tapi kamu tidak perlu memaksakan diri untuk hari ini, oke? Bagaimanapun juga, ini adalah hari untuk membiarkan mereka lebih mengenalmu. ”

“L-Lalu, Kuuya-san…apa kamu memaksakan diri untuk minum kopi hitam sampai sekarang…?”

“Ahh, tidak, Mea-san, sudah kubilang…”

Maksudku, dasar Fuuga dengan mulut embernya! Semua usahaku jadi sia-sia!

Apa yang akan Mea-san pikirkan jika mengetahui kalau sebenarnya aku cuma seorang anak kecil yang masih menyukai soda krim dan…

“Itu…”

Aku tahu itu! Dia pasti merasa syok!

Tapi di sisi lain,

“Aku juga menyukainya~~♪♪ Soda Cream~♪♪ Kalau begitu, Ku-kun, ayo pesan soda cream.” Renjou-san tidak hanya tersenyum, tapi juga ikut memesannya.

“A-Apa tidak apa-apa?”

“Apa maksudmu dengan, 'Apa tidak apa-apa?', jika kamu menyukainya, kamu harus meminum apa yang kamu suka, itulah pendapatku. Maksudku, soda krim adalah minuman yang bahkan banyak diminum orang dewasa, ‘kan?”

“B-BENARKAH…?!”

A-Aku tidak tahu itu! Entah bagaimana aku merasa sangat dimaafkan!

“Kalau begitu aku juga akan memesan krim soda!”

“YA! YEY!”

Aku menyikat poniku dan membuat pesananku dengan cara keren.

Ya ampun, aku sangat senang! Maksudku, ini sangat menyenangkan! Aku tidak perlu membuang waktu untuk mencoba meninggalkan kesan yang baik!

── Fuuga, apa jangan-jangan sejak awal inilah tujuanmu?

Sejak aku mulai sekolah SMP, aku menyadari kalau aku memasang kedok palsu ...

Jika demikian .... Aku sangat menghargai tanggapan dari Renjou-san ini──

“…”

Tapi di sisi lain, Mea-san menjadi sedikit kesal, jadi aku mulai menenangkan diri.

“Kuuya-san… minum kopi hitam seperti orang dewasa… Di depanku… itu…”

“Ahh, tidak, seperti yang aku katakan, Mea-san, kau tahu?”

“…Itu artinya kamu tidak jujur ​​pada dirimu sendiri …. Di hadapanku…”

“——”

Itu juga benar.

Aku jadi kehilangan kata-kata.

“Me-chan?”

Dan kemudian, Renjou-san memanggil Mea-san.

“Jika menurutmu itu adalah hal yang sangat buruk untuk dilakukan, aku akan merebut Ku-kun, oke?”

Dia tiba-tiba mengatakan hal yang paling keterlaluan!

“Ku…Kuuya-san adalah orang yang aku butuhkan!”

Me-Mea-san…!!

Mau tak mau aku dikejutkan oleh kata-kata itu.

Dan,

“……Ahhh~!” Begitu Mea-san mengatakannya, dia menutupi wajahnya, Mea-san adalah Mea-san.

“Wow, Mea baru saja mengatakan sesuatu yang luar biasa, Uuu~~, Mea sangat malu, jadi malu~~ Mea no baka, baka UuuuUU~~~~~~!!”

“Itu juga berlaku untukku.” Melihatnya dalam keadaan seperti itu, Fuuga tersenyum dan bergumam misterius.

 

◇◆◇◆

 

Setelah menghabiskan makan siang, aku lalu meninggalkan kedai.

“Pa-Pancakenya enak, ya.”

“I-Iya enak ...”

Kami berdua merasa canggung saat berada di depan kedai kopi.

Itu karena Mea-san berubah menjadi sangat pendiam sejak percakapan kami tadi setelah memasuki kedai kopi.

Jelas-jelas dia sedang mencemaskan sesuatu. Dan tak perlu diberitahu, hal yang dia khawatirkan adalah….

“Ku-kun~”

Lalu pada saat itu, Renjou-san mendekap tanganku lagi dengan senyum lebar di wajahnya. Dia menatapku dengan matanya yang besar dan berbinar-binar….

“Makasih banyak ya, kapan-kapan ajak aku lagi.”

…. dan mengatakan hal seperti itu.

—— Dia terlihat sangat senang dengan hal sepele semacam itu. Dia bahkan tidak terlalu memedulikan kalau aku memesan krim soda.

Aku merasa sangat bersyukur, dan pada saat yang sama menghangatkan hatiku, tapi ...

“... Hei, Ku-kun. Apa aku boleh bergandengan tangan seperti ... sepasang kekasih...?”

“Eh!?”

Entah bagaimana, sikap agresifnya semakin menjadi-jadi!

Renjou-san menempelkan pipinya ke lenganku dan melirik ke arah Mea-san.

“Habisnya, Me-chan sepertinya tidak bisa melakukan hal semacam ini...”

“......”

Mea-san mennggertakan giginya saat mendengar kata-kata provokatif tersebut. Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke lenganku yang lain

“Ber-Bergandengan tangan seperti sepasang kekasih, seperti apa caranya?”

Meski demikian, dia tetap menanyakan pertanyaan semacam itu pada Renjou-san. Kemudian, Renjou-san menyatukan kedua tangannya dan menunjukkan caranya.

“Anone~ caranya dengan saling meremas begini. Kemudian kamu bisa merasakan panas tubuh yang menyebar melalui telapak tangan dan itu rasanya luar biasa sekali, loh~!”

“Sa-Saling meremas dan sampai melakukan itu!?”

“Jika itu sepasang kekasih, kalian pasti bisa melakukannya.”

“Ku-Kuuya-san dan aku adalah sepasang suami istri, jadi kita tidak perlu melakukan itu.”

“Oya, oya, sepertinya ada kesalahpahaman, nih.”

Kemudian Fuuga yang sedari tadi cuma menonton, tiba-tiba menyela.

“Perkembangan dari sepasang kekasih adalah jadi suami istrii. Biasanya ‘kan begitu. Jadi kupikir, bukannya ini merupakan sesuatu yang ‘harus dilakukan’.”

“Ap-Apa iya?”

Seperti biasa, Mea-san selalu terlihat polos dalam hal ini.

“Ta-Tapi, hal memalukan semacam itu ... me-merangkul tangannya, ap-apalagi sampai menekankan dadaku, lalu tanganku saling ... meremas... ak-aku merasa kalau itu terlalu memalukan ….d-dan tidak senonoh….”

“...Meski begitu, aku sama sekali tidak keberatan kalau melakukanya dengan Ku-kun.”

“!!”

Mea-san membeku seolah-olah terkejut dengan perkataan Renjou-san. Sementara itu, Renjou-san menatapku sekali lagi.

“Oleh karena itu ... boleh, ya?  Aku boleh melakukannya ‘kan, Ku-kun...?”

“Ti-Tidak... itu sih...”

“Aku juga ingin melakukannya dengan Kuuya.”

“Lah, kenapa Fuuga sampai ikutan segala!?”

“... Begini-begini, aku juga masih seorang gadis, tau?”

Aku tidak mengerti apa maksudnya! Dasar Fuuga, apa yang sebenarnya dia rencanakan!?

Lalu... apa yang harus aku lakukan? Apa sebaiknya yang perlu aku lakukan !?

Kegiatan kencan ini secara bertahap mengungkapkan banyak sisi bagus dari Renjjou-san yang sebelumnya membuatku begitu kewalahan. Aku mulai berpikir itu bagus. Aku bahkan mulai berpikir jika aku berpacaran dengan gadis semacam dirinya, aku mungkin bisa menghabiskan waktuku dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan.

Apalagi mengenai Fuuga juga. Aku terganggu dengan mulut embernya, tapi pada saat yang sama, itu adalah proses untuk membuat seseorang lebih mengenalku. Sudah kuduga kalau Fuuga sangat memahamiku dengan baik.

 Tapi….akan tetapi... Aku…..

Ketika aku sedang merenungi itu…..

“Ka-Kalau begitu .... aku akan melakukannya!”

Mea-san mengangkat kedua tangannya setinggi dada dan mencondongkan tubuh ke depan sambil berkata demikian.

“Karena aku adalah istri Kuuya-san!”

Itu adalah gerakan khas Mea-san saat dia merasa sangat antusias. Dia kemudian berjalan di sampingku dan melihat lenganku seolah-olah sedang memelototiku. …….

“………… Haa…fyuuhh…ha”

Ada rasa keraguan yang muncul di wajahnya.

“~~~~~~~~~~~~!”

Meski begitu, dia tampak menguatkan tekadn dan meraih lenganku—— tepat sebelum dia bisa meraihnya.

“A-Ak-Ak-Aku ... Aku ...”

Wajah Mea-san yang tadinya sudah memerah, sekarang jadi semakin kemerahan. Tak hanya itu, kedua tangannya juga mulai ikut memerah...

“~~~!”

Pada akhirnya, dia menutupi wajahnya yang sudah merah padam dengan kedua tangan.Dan kemudian Mea-san berteriak.

“Aku tidak bisa melakukannya!”

“Me-Mea-san ...”

“Sampai … sampai melakukan hal itu, seperti Kobato-san, aku …. aku … aku …. aku ...”

Mea-san menutupi wajahnya dan menggelengkan kepalanya dengan keras.,

“Maafkan aku, Kuuya-san, sepertinya aku gagal jadi istrimu...!”

“Ahhh tunggu... Mea-san!?”

“Aku akan pulang ke rumah keluargaku! Aku akan menyerah pada segalanya...!”

...... Dia pun lari meninggalkan kami.

““““.........””””

Kami semua cuma berdiri mematung di sana ...... dan saling bertukar pandang.

“... Oi. Sungguh perkembangan yang sangat tak terduga.”

Orang pertama yang memecahkan kesunyian adalah Sumitaro yang selama ini mengawasi perkembangan peristiwa dalam diam.

“Kobato-paisen, bukannya yang tadi itu terlalu memprovokasinya?”

“Hmm ... habisnya kencan ini sudah seperti semacam pertandingan...”

Renjou-san melepaskan tangannya dari lenganku dan mengangkat alisnya.

“... Tapi mungkin aku terlalu ngelunjak. Karena aku tahu kalau Me-chan tidak bisa melakukan ini, jadi kupikir biar aku saja~ gitu….”

“Renjou-san...”

“... Kalau kamu sampai bilang segitunya, kurasa aku juga bersalah. Aku jadi terbawa suasana dan sedikit keblablasan.”

“Apa maksudmu? Fu-chan”

“Karena aku bertingkah seolah-olah kalau aku... yang paling mengenal Kuuya...”

“... Fuuga.”

Begitu ya, Fuuga juga merasa bersalah karena sudah mengompor-ngompori kecemburuan Mea-san.

Tapi... sekarang, ketimbang saling merasa bersalah….

“Jadi, apa yang akan kamu lakukan, Kuuya?”

Sumitaro menyilangkan tangannya dan bertanya padaku.

“Ap-Apa maksudmu...”

“Ya, karena Me-chan tadi bilang kalau dia akan pulang ke rumah orang tuanya!”

“Dengan begini, hasil pertandingannya sudah jelas, tapi kurasa sekarang bukan waktunya untuk melakukan itu ‘kan, Kobato-chan?”

“Ya... karena hari ini aku bertingkah sedikit licik ... Akulah yang memberitahu Me-chan kalau dia itu licik, dan sekarang ...... dia bertingkah begitu seolah-olah ingin membalasnya......”

“Ya, aku juga merasakan hal yang sama.”

“…………”

Aku merasa kebingungan dengan itu.

Mea-san, dia sangat enggan melakukan hal semacam ini denganku sehingga dia melarikan diri.

Dengan kata lain … hubungan di antara kami, hanya sampai sebatas itu….

“Yah, kurasa itu wajar saja.”

Dan di sana, Sumitaro mengangguk sambil menyilangkan tangannya.

“Kamu dan Mea-san, masih belum terlalu lama saling mengenal.”

“Su-Sumitaro...”

“Yah aku yakin kalau Fuuga bisa melakukannya, karena kalian berdua ‘kan sudah saling mengenak sejak lama. Dan jika dia seagresif Kobato-paisen, bukannya mustahil bisa melakukan banyak hal dalam waktu singkat.”

“Aaah, tapi...”

“Ya. tapi bukannya itu hal yang tidak masuk akal untuk meminta Mea-san melakukan hal yang sama seperti mereka berdua?”

“……… Sumitaro”

“Lagipula, Kuuya.”

“Eh? Eh, ya...”

Sumitaro lalu menyeringai dengan tangan terlipat dan melanjutkan,

“Bukannya ini kesempatan yang sempurna untuk menunjukkan sisi kejantananmu?”

“………………”

“Itu pun jika kamu masih ingin melanjutkan hubunganmu dengan Mea-san.”

“Su... Sumitaro...”

Sumitaro mengepalkan tinjunya dan menunjukkannya padaku. Ia lalu berkata dengan nada paksa.

“Jika kamu seorang pria, sekarang bukan waktunya untuk bertingkah sok keren!”

“────!”

Guntsu, Aku merasa tulang punggungku lurus tegak.

Seperti yang dikatakan Sumitaro. Tidak ada yang bisa diselesaikan atau berkembang jika aku berdiam diri terus.

Dan yang terpenting... Aku tidak ingin mengakhiri hubunganku dengan Mea-san di sini!

Walaupun aku masih tidak tahu apa itu cinta atau bukan ... tapi sebagai seorang pria!

“Terima kasih Sumitaro, persis seperti ucapanmu...!”

“Heh… gimana menurutmu, orang yang keren itu bukan cuma Fuuga saja, tau?”

“Memang! Sumitaro juga keren, aku harus belajar banyak darimu!——Oleh karena itu, Renjou-san!” 

“Eh, ya. Ummm...?”

“Tolong antar aku ke rumah keluarga Mea-san!”

“Ku-kun, itu artinya…..”

“Ya……!”

Aku mengibaskan rambutku dan balas mengangguk, bukan dengan gaya sok keren tapi dengan sikap yang tegas.

“Aku akan membawa kembali Mea-san!”

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama