Chapter 64 — Home Center
Waktu pun terus berlalu.
Istirahat makan siang telah usai, kegiatan belajar mengajar sudah selesai, dan
sudah saatnya pulang sekolah.
Aku menerima pesan dari Enami-san
di LINE-ku. Sepertinya mereka akan memulai hari ini seperti yang dijanjikan.
Rencananya ialah pergi berbelanja dan memeriksa situasi di rumah Enami-san. Aku
memutuskan untuk menemui mereka di depan gerbang utama, jadi aku mencoba untuk
segera meninggalkan kelas.
Pada saat itulah aku didekati
Fujisaki.
“Aku akan menjaga Sayaka-chan.
Serahkan saja padaku”
Aku berhenti dan berbalik.
“Aku tidak tahu bagaimana
hasilnya sampai aku mencobanya hari ini, tapi karena kamu sudah meminta, aku
akan melakukan yang terbaik.”
Fujisaki tampaknya sangat
termotivasi. Selama istirahat makan siang, mereka berdua mulai mengenal satu
sama lain sedikit lebih baik. Aku pun membalas
“Jika dirasa terlalu sulit, kamu
boleh berhenti kapan saja. Tapi terima kasih banyak sudah mau mendengarkan
permintaanku.”
“Apa kamu lagi buru-buru?”
Dia menyadari kalau aku mencoba
untuk mengakhiri percakapan lebih awal. Aku tidak terburu-buru, tetapi aku
merasa tidak enakan karena sudah membuat Enami-san dan yang lainnya menunggu
terlalu lama.
“Tidak, sama sekali tidak.
Ijinkan aku berterima kasih lain kali.”
“Eh? Tidak, tidak. Tidak usah
sampai segitunya.”
“Tidak, itu takkan membuatku
merasa lebih baik. Aku pikir Sayaka mungkin sangat berterima kasih kepada
Fujisaki.”
“Ya, kurasa begitu. Tapi kamu
tidak perlu memaksakan diri. Lagipula, aku suka mengajar orang lain, kok.”
Fujisaki selalu baik padaku.
Itu sebabnya dia terkadang terlalu memanjakanku. Lagi-lagi aku merasa kalau aku
harus mengendalikan diriku di suatu tempat.
“Kalau begitu, sampai jumpa
besok.”
Aku lalu meninggalkan ruang kelas.
Namun, bahkan aku sudah
menerima terlalu banyak permintaan dari orang-orang. Jika aku tidak mendengarkan
permintaan Enami-san, aku mungkin memiliki banyak waktu untuk mengajari Sayaka.
Tapi, aku tetap memilih untuk bertindak demi Enami-san.
(Aku
tidak ingin ada orang lain yang melihat ibuku.)
(Ibuku
sedang tidak dalam keadaan pikiran yang baik sekarang.)
Perkataan Enami-san kembali
terlintas di pikiranku. Kemudian, aku teringat kalimat penuh makna yang pernah
dikatakan guru, “Ada berbagai keadaan
yang sulit di jelaskan di dalam keluarga Enami-san”. Hal tersebut terus
terngiang-ngiang di benakku.
Aku tidak tahu. Mungkin itu
bukan masalah besar.
Tapi menurut instingku, hal
tersebut tampaknya saling berkaitan dengan alasan mengapa Enami-san menjadi
tidak serius, dan mengapa dia sering datang terlambat.
Jadi ini bukan sekedar tindakan
niat baik semata.
Aku penasaran dan ingin melihat
sekilas apa yang terjadi di balik keadaan Enami-san.
Nishikawa dan Enami-san sudah
menungguku di depan gerbang utama. Setelah memeriksa keberadaan satu sama lain,
kami berjalan menuju home center. Home center berada di arah yang
berlawanan dari tempat kami pergi.
“Aku minta maaf tentang
semuanya. Ini mungkin akan memakan banyak waktu, jadi kamu bisa menolakku
bahkan sekarang.”
Dalam perjalanan, Enami-san
mengatakan sesuatu seperti itu. Dia tampak menyesal, tapi bagiku, sepertinya
itu bukan satu-satunya alasan.
Aku ingin tahu apa dia baru
mempertimbangkan kembali apakah boleh membiarkanku dan Nishikawa masuk ke
rumahnya.
“Mungkin itu akan lebih
merepotkan dari yang kamu bayangkan. Kamu bisa berhenti kapan saja.”
Nishikawa dan aku
bertanya-tanya bagaimana kami harus menanggapi perkataannya itu. Baru pertama
kalinya aku melihat ekspresinya yang begitu. Ini mungkin kelemahan Enami-san.
Nishikawa lah yang membuka
mulutnya lebih dulu.
“Enggak perlu risau~. Aku sudah
terbiasa dengan hal seperti itu.”
Kemudian Nishikawa tersenyum jahil.
“Aku punya seorang gadis yang
sangat merepotkan di dekatku. Jadi dibandingkan dengan dia, aku bisa mentolerir
banyak hal.~”
Segera, dia sepertinya
menyadari apa yang Nishikawa maksud. Alis Enami-san terangkat.
“Nishikawa. Apa kamu lagi
mmebicarakanku? ”
“Tidak, tidak sama sekali kok~.
Aku cuma ingin mengatakan kalau aku sangat perhatian dan juga bukan orang yang
merepotkan.”
“Hmm.”
Tampaknya merasa konyol karena
bingung, Enami-san bergerak maju. Aku merasa dia berjalan lebih cepat dari
biasanya.
“Enami-san, jangan ke sana,
kamu harusnya belok ke kanan.”
Kami sedang mendekati
perempatan. Jika kita berjalan lurus, kita hanya akan sampai di pemukiman
penduduk. Enami-san lalu membalas.
“Dasar nakal.”
Dan mengoreksi jalannya. Aku
bisa tahu kalau dia merasa gugup.
Setelah membeli semua peralatan
yang kami butuhkan, kami pergi ke luar toko.
Suhu di dalam dan di luar toko
benar-benar berbeda. Dingin banget, pikirku sambil mengencangkan
kerah mantelku.
“Apactempat Risa-chan memiliki
pemanas?”
Aku terkejut dengan kata-kata
Nishikawa. Aku penasaran, memangnya tempat itu cukup aneh sampai-sampai perlu
ditanya apa ada pemanas atau tidak.
Enami-san menjawab dengan acuh
tak acuh.
“Memang ada. Meski umurnya sudah
tua, jadi tidak bisa berfungsi dengan baik. ”
Aku merasa lega. Aku tidak
ingin membersihkan di tempat di mana aku harus menahan hawa dingin yang menusuk
tulang.
“Tapi, karena tidak bekerja
dengan baik, aku mengerti sangat mudah untuk masuk angin dan sangat sulit untuk
menghilangkannya juga.”
Aku lalu bertanya lebih lanjut.
“Apa kamu punya kompor atau
kotatsu?”
“Tidak.”
Rupanya, aku seharusnya tidak
berharap terlalu banyak. Aku memutuskan untuk membawa sesuatu untuk dikenakan
di dalam bajuku lain kali saat pergi mengunjungi rumah Enami-san.
Tanpa disadari, kami akan
melewati sekolah lagi. Rupanya, rumah Enami-san berjarak sekitar lima belas
menit berjalan kaki dari gerbang utama.
Karena waktu pulang sekolah
baru terjadi, masih ada banyak orang di sana. Aku merasa seolah-olah siswa lain
memperhatikanku. Pemandanganku yang berjalan bersama Enami-san dan Nishikawa
membawa tas belanja pasti akan sangat mencolok.
Aku mencoba untuk tidak terlalu
mengkhawatirkannya.
Aku berjalan dalam diam dan
cuma melihat ke depan.
Enami-san dan Nishikawa, yang
berjalan di depanku, tampaknya tidak terganggu oleh tatapan itu, dan mereka
tampaknya bertingkah sama seperti biasanya.
Mungkin
mereka akan memulai gosip baru lagi. Ketika aku memikirkan
kemungkinan itu, kupikir seharusnya aku perlu memberi tahu Fujisaki dan Sayaka
mengenai situasiku.
Namun, mengingat situasi
Enami-san, itu bukanlah sesuatu yang harus kuberitahukan kepada orang-orang.
Aku berjalan melewati gerbang utama, bertanya-tanya apa yang harus kulakukan.
Pada saat itu, aku tidak
menyadarinya.
Pada waktu itu, Sayaka dan
Fujisaki sedang berjalan keluar dari gedung sekolah berdampingan. Mereka
mengobrol sebentar sepulang sekolah. Jadi saat kami kembali dari Home center, mereka sedang dalam
perjalanan ke restoran keluarga.
Dan saat itulah mereka berdua
melihat kami bertiga.
Mereka berdua sangat terkejut
sampai-sampai membuat mereka berseru.
Wajah Fujisaki menjadi sedikit
pucat.
Pada saat itu, aku masih belum
menyadarinya sama sekali.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya