Chapter 63 — Makan Siang
Pada jam istirahat makan siang,
aku dan Fujisaki segera menuju kantin.
Ruang kelas untuk kelas 1
berada di lantai bawah. Sayaka adalah orang pertama yang tiba duluan. Ketika
dia melihat Fujisaki, matanya melebar sejenak dan dia langsung menyapanya.
“Kakakku selalu berhutang budi
padamu. Aku adik perempuannya, Sayaka.”
Pada saat itu, mulut Fujisaki
membeku.
“Im….”
Im?
“Imutnyaaaaaaaa!!”
Fujisaki mencubit pipi Sayaka dengan
tangannya. Dia terlihat gembira dan matanya bersinar.
Aku menatap penampilan Sayaka
lagi. Dia bertingkah ramah di sekolah. Dia memakai make-up dan menata rambutnya
sampai-sampai guru tidak memperhatikannya. Penampilannya sekarang sangat
berbanding terbalik dengan penampilannya yang biasa duduk di depan komputernya dengan
senyum menjijikkan di wajahnya.
“Adik perempuan Ookusu-kun
ternyata gadis yang seimut ini …… menakjubkan sekali.”
Akhirnya, Fujisaki melepaskan Sayaka
dari genggamannya.
“Itu tidak benar. Aku tidak
semanis Fujisaki-san.”
"Itu tidak benar! Sayaka-chan
benar-benar imut, kok!”
"Terima kasih banyak. ……”
Mendengar pujian tersebut, pipi
Sayaka langsung merah merona. Dia mempunyai wajah yang lumayan cantik, tetapi
dia bukan orang yang memiliki banyak teman. Dia adalah tipe orang yang hanya
terbuka pada orang-orang yang benar-benar dekat dengannya. Aku yakin dia tidak
terbiasa dipuji.
“Eh, apa hubunganmu dengan
kakakku?”
Dia menatapku dan Fujisaki
seolah-olah dia tidak bisa mempercayainya.
“Kami berdua adalah perwakilan
kelas .”
“Jadi begitu. …… tapi apa itu
tidak masalah? Mengajariku belajar ……. ”
Sepertinya kewaspadaan Sayaka
sudah sedikit diturunkan. Mungkin dia telah menyadari betapa baiknya Fujisaki.
“Tentu saja. Ah, kita tidak
bisa berdiri di sini terus, jadi ayo cepat pergi.”
Sayaka mengangguk.
Kami bertiga lalu berjalan
memasuki kantin dan duduk di kursi kosong yang ada di pojokan. Aku dan Sayakan membawa
bekal makan siang kami sendiri, jadi kami meletakkannya di atas meja. Fujisaki
tampaknya membeli roti dari kantin.
“Apa Ookusu-kun juga yang
membuatkan makan siangmu?”
“Ah.”
Fujisaki bertanya sambil menunjuk
kotak makan siangku dan kotak makan siang Sayaka secara bergantian.
“Tidak butuh banyak waktu untuk
membuat satu atau dua kotak makan siang.”
“Oh itu benar. Isi di dalamnya
sama”
Aku merasa malu jika ada orang
yang melihatnya. Mereka akan tahu aku malas.
Menu makan siang hari ini
terdiri dari sosis, bayam rebus, dan kentang. Itu semua hanyalah sisa dari
makan malam tadi malam.
“Aku selalu memasukkan sayuran
ke dalam makan siangnya karena dia suka pilih-pilih makanan. Dia tidak pernah
menyisakan apapun. Jadi selama aku memasukkannya, dia akan memakannya. ”
“Jangan mengatakan hal seperti
itu di depan umum, oke?”
“Maaf.”
Aku seharusnya tidak boleh mengatakan
semua hal buruk tentang Sayaka di depan seseorang yang belum pernah dia temui
sebelumnya. Sayaka melotot ke arahku, lalu mengalihkan pandangannya ke
Fujisaki.
“Fujisaki-san, apa kamu beneran
tidak keberatan? Apa kamu baik-baik saja dengan menggunakan waktumu untukku?”
“Mengenai membantu belajarmu? Aku
sama sekali tidak keberatan kok. Aku punya waktu setelah kegiatan klub
selesai.”
Fujisaki ternyata sangat
antusias. Mungkin dia suka mengajar orang seperti ini.
“Apa kamu pernah membantU Sayaka-chan
belajar, Ookusu-kun?”
“Yah, kadang-kadang.”
Sama seperti kemarin, aku akan
mengajarinya jika dia bertanya kepadaku. Tapi aku tidak pernah secara aktif
mencoba mengajarinya sendiri. Aku memiliki banyak hal yang harus dilakukan,
jadi aku tidak bisa mengajarinya sebanyak itu. Aku merasa tidak enakan mengenai
itu.
“Kakakku selalu sibuk di rumah.
Selain itu, aku dulu bisa belajar secara mandiri, tetapi belakangan ini aku
sering kesusahan dengan materinya. ……”
Fujisaki mengangguk, tampaknya
bersimpati dengan kata-katanya.
“Betul sekali. Memang benar, aku
juga merasakan hal yang sama ketika materi pelajaranku tiba-tiba menjadi lebih
sulit. Pada mata pelajaran matematika kemarin, kami mulai mempelajari materi
yang sulit dari kalkulus diferensial dan integral.”
“Ngomong-ngomong, nilai
Fujisaki-san …….”
Aku menjawab menggantikannya.
“Terakhir kali, dia menduduki
peringkat kedua. Singkatnya, dia adalah orang yang terpintar kedua setelah aku.
”
“Terima kasih untuk sikap
songongnya. Aku akan merasa sangat bersyukur jika seseorang seperti itu bisa
mengajariku.”
“Nilaimu sendiri bagaimana
sekarang, Sayaka-chan? Jika kamu tidak ingin mengatakannya, tidak apa-apa. ”
Itu mungkin karena dua orang di
depannya adalah peringkat pertama dan kedua seangkatan. Dengan suara yang
sangat pelan, Sayaka menjawab kalau nilainya cuma rata-rata. Aku akan
menindaklanjuti itu.
“Dia sebenarnya gadis yang
cerdas. Tapi dia tidak peduli dengan nilai tertinggi, jadi dia sudah merasa
puas mendapat nilai segitu. Dia memiliki potensi untuk mendapat nilai lebih
tinggi jika dia benar-benar serius belajar.”
“Hentikan itu, seriusan,
malu-maluin banget tau.”
“…… Maaf.”
Kurasa aku tidak pandai
menindaklanjuti. Jadi aku langsung tutup mulut.
Aku tidak punya banyak
kesempatan untuk berbicara dengan Sayaka di sekolah, jadi aku tidak tahu
bagaimana memperlakukannya.
Dia mengambil bayam dengan
sumpitnya dalam diam.
“Aku mendengar dari kakakku
kalau kamu akan mengajariku mulai hari ini. Apa itu tidak apa apa?”
“Ya, aku juga ingin
membicarakannya denganmu. Di mana kita harus melakukannya?”
“Ummm, ……. Jika kita pergi dengan
tempat yang aman, mungkin perpustakaan.”
Perpustakaan
di sekolah kami memiliki ruang belajar, tapi itu hanya tempat untuk belajar
mandiri, jadi kemungkinan kalau kamu tidak boleh berisik.
Ketika aku mengatakan itu, Sayaka mengangguk dengan jujur, mengatakan kalau
ucapanku ada benarnya.
“Mengapa kamu tidak pergi ke
restoran keluarga….atau melakukannya di rumah kami?”
“Eh!”
Fujisaki tampak terkejut saat
mendengar usulanku. Untuk beberapa alasan, Sayaka menundukkan kepalanya.
” ......Aku benar-benar minta
maaf tentang kakakku. Aku akan menceramahinya nanti tentang pernyataan motif
tersembunyi yang besar ini. ”
Kemudian, Fujisaki tampak
tersipu.
“Aku tidak keberatan. Aku tidak
keberatan pergi ke rumah Ookusu-kun. Aku pikir itu berbeda satu stasiun dengan daerah
rumahku. ...... Tapi jika itu mengganggumu, kita bisa pergi ke restoran
keluarga.”
“…… Kalau begitu restoran
keluarga saja, tolong.”
Setelah dipikir-pikir, kurasa
itu ide yang buruk untuk melakukannya di rumah. Karena kamar Sayaka dipenuhi
dengan hobinya.
“Kalau begitu mari kita lakukan
itu. Apa kita bisa bertukar ID-Line? ”
“Oke.”
Dari sana, percakapan berjalan
tanpa hambatan. Aku melihat kotak makan siang aku dan memperhatikan bahwa
sumpitku tidak bergerak sama sekali. Aku pun bergegas menghabiskan makan
siangku.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya