Chapter 69 — Perubahan Mendadak
Keesokan harinya, aku langsung
meminta maaf pada Fujisaki. Isinya hampir sama dengan apa yang kuceritakan
kepada Sayaka kemarin. Seperti yang diharapkan, dia tidak terlalu marah. Dia
tersenyum padaku dan bilang kalau dia tidak mempermasalahkannya.
Namun, terlepas dari
kata-katanya, tingkat kesukaannya mungkin telah turun secara signifikan. Aku
belum pernah melihat Fujisaki marah, tapi dia mungkin tidak menunjukkannya saja.
“Karena ini tentang Ookusu-kun,
aku yakin pasti ada beberapa alasannya.”
Seolah-olah ingin menghilangkan
keraguanku, dia berkata dengan prihatin.
“Jadi kamu tidak perlu meminta
maaf segala. Yang ada justru kalau kamu terlalu banyak meminta maaf, aku jadi
mulai penasaram apa kamu benar-benar melakukan sesuatu yang salah.”
Sudah cukup buruk bahwa aku
tidak memberitahunya, tetapi aku sebenarnya tidak melakukan kesalahan. Aku menerima
permintaan Enami-san sebelum aku memutuskan untuk mengawasi belajar Sayaka.
Fujisaki sendiri juga memintaku untuk memerintahkannya melakukan sesuatu. Jadi aku
meminta Fujisaki untuk mengawasi belajar Sayaka menggantikan tempatku.
“Terima kasih, Fujisaki. Aku berhutang
maaf padamu.”
“Eh? Sudah kubilang itu tidak
apa-apa......”
“Tidak, aku merasa tidak enakan
saja tentang itu. Selain itu, Sayaka juga cukup menyukai Fujisaki, tahu.”
Jarang-jarang Sayaka yang
pemalu menyukai seseorang dalam sehari. Hal tersebut menunjukkan betapa baik
dan ramahnya kepribadian Fujisaki.
“Sayaka-chan adalah gadis yang baik.
Aku juga menyukainya. Karena aku anak tunggal, jadi aku merasa iri padamu karena
mempunyai adik perempuan seperti dia.”
“Mungkin karena dia bersama
Fujisaki. Dia selalu bertingkah judes dan kasar terhadapku.”
Fujisaki tersenyum padaku,
mungkin mengingat saat kami makan siang bersama. Aku tidak berpikir kalau
Sayaka membenciku, tetapi dia tidak terlalu menghormatiku.
“Tapi kupikir dia cuma
dimanjakan oleh Ookusu-kun. Kami berbicara tentang Ookusu-kun di restoran, dan
dia sangat mengkhawatirkanmu.”
“Khawatir?”
Aku tidak bisa mempercayai telingaku.
Kemarin, isi perkataan yang keluar dari mulutnya hanyalah mengeluh.
“Ya. Kupikir itu karena Sayaka-chan
tidak tahu banyak tentang Enami-san. Dia mengira kamu ditipu oleh wanita cantik
itu, atau dia memaksamu untuk membeli sesuatu.”
“Seriusan, …….?”
Memangnya aku terlihat seperti
sedang membayar semacam penghormatan kepada Enami-san? Nishikawa juga tampak
seperti seorang gadis flamboyan bagi pengamat biasa. Pemandangan seorang
laki-laki membawa beban berat, diapit di antara dua orang yang mencolok,
mungkin memang memberinya kesan semacam itu.
“Ketika kami berjalan, dia
terus melirik Ookusu-kun sambil memanggilmu 'si
idiot' dan 'Baka Aniki’.
Seolah-olah hatinya tidak ada di dalamnya. ”
“……”
Aku tidak menyangka kalau
Sayaka akan mengkhawatirkanku. Sekarang aku jadi mengerti sedikit mengapa dia
terlihat tidak senang kemarin.
“Sayaka-chan adalah gadis yang
sangat baik, ‘kan?”
Fusjisaki berkata begitu sambil
tersenyum padaku. Aku cuma bisa menjawab, “Ya”.
“Kamu tidak perlu mencemaskan
studinya. Sayaka-chan adalah gadis yang cerdas, jadi aku yakin dia akan segera
menyerap semua materi pelajaran dengan cepat. Ah, tapi aku ada kegiatan klub
hari ini, jadi mungkin aku akan datang terlambat.”
Ide yang muncul di kepalaku
saat itu sangat aneh. Tetapi aku ingin berterima kasih padanya sekaligus untuk
meminta maaf, dan itu sebabnya aku membuka mulut untuk mengusulkan sesuatu.
“Apa kamu mau datang ke rumah
kami?”
Aku menyuarakan lagi apa yang
diperingati Sayaka tempo hari. Aku belum pernah mengundang seorang gadis ke
rumahku sebelumnya. Aku bahkan tidak pernah memikirkannya. Tapi sekarang, aku
baru saja mengatakannya.
“Eh?”
“Aku akan mentraktirmu makan jika
kamu akan mengawasi belajar Sayaka setelah kegiatan klub. Aku akan melakukan
yang terbaik untuk membuat sesuatu yang enak untukmu, Fujisaki.”
“……”
Tatapan mata Fujisaki melebar.
Dia cuma terdiam dan tampak terkejut.
Di sisi lain , aku langsung
menyesali apa yang sudah kukatakan tadi.
Aku
ini ngomong apaan sih? Itu terlalu mendadak. Aku baru saja diperingatkan oleh Sayaka
kalau aku tampaknya memiliki motif tersembunyi saat mengatakan itu.
Aku mencoba menutupinya sebagai
bahan candaan, tetapi sebelum aku bisa mengatakan sesuatu, Fujisaki bertanya,
“Apa itu tidak masalah?”
Ketika ditanya apa aku merasa
keberatan atau tidak, aku tidak punya pilihan selain mengatakan ya. Kemudian
ekspresi Fujisaki berubah menjadi berseri-seri.
“Yah, baiklah. Aku akan pergi
ke rumahmu setelah kegiatan klub. ……”
“O-Oke.”
“Tapi aku tidak tahu di mana
rumahmu. ……”
“Kalau begitu, ayo bertemu di
depan stasiun pada jam 6 sore ……”
“Uh huh.”
Aku mencoba melakukan
percakapan normal, tetapi aku tidak bisa menyembunyikan kegelisahanku. Aku
tidak pernah membayangkan kalau semuanya akan berubah menjadi seperti ini.
Meskipun aku mengatakannya sendiri, tapi justru aku sendiri yang panik.
“Aku akan memberi tahu Sayaka
tentang itu. Dia mungkin tidak ingin masuk ke kamarnya, jadi dia bisa belajar di
ruang tamu. ……”
“Apa orang tuamu akan baik-baik
saja? Mereka mungkin tidak menyukaiku kalau aku datang tiba-tiba.”
“Jangan khawatir tentang itu.
Di rumahku cuma ada Ayahku.”
Ia adalah ayahku, jadi aku
yakin Ia takkan menolak. Bahkan, aku pikir Ia akan bertingkah menjengkelkan
karena aku membawa seorang gadis ke rumahku.
“Baiklah, sampai jumpa sepulang
sekolah. Jika ada apa-apa, kamu tinggal hubungi aku lewat telepon. ”
“Ya.”
Aku lalu meninggalkan meja
Fujisaki.
Aku harus bekerja keras untuk
membuatnya. Maaf Enami-san, tapi aku harus meneleponnya sehari lebih awal. Aku
akan melakukan belanja minimum dan mengganti bajuku sehingga aku tidak bau
sebelum menjemputnya.
Di belakang tempat dudukku,
Saito dan Shindo masih asyik membaca novel erotis. Tapi sepertinya mereka menyadari
ada yang aneh denganku, jadi Saito memanggilku dan bertanya.
“Kamu kenapa? Kok terlihat
bengong begitu. ”
Aku menjawab dengan berbisik,
“Tidak, bukan apa-apa.”