Chapter 70 — Bersih-Bersih
Sepulang sekolah, aku pergi menuju
luar gerbang sekolah bersama Enami-san dan Nichikawa sama seperti kemarin.
Suhu udara tampaknya lebih
rendah dari biasanya. Setiap kali angin berhembus, bulu kudukku langsung
berdiri karena merasakan hawa dingin. Seharusnya aku memakai syal buat menutupi
leherku.
Perasaan tersebut tidak berubah
setelah aku memasuki rumah Enami-san. Ibu Enami-san tampaknya acuh tak acuh
terhadap dingin. Mesin Pemanas tidak menyala sama sekali, meski dia pasti merasa
kedinginan.
Enami-san segera menyalakan
pemanas, tapi sepertinya butuh waktu lama untuk bisa mengeluarkan hawa panas.
“Risa-chan, hangatin aku, dong.”
“Hei, Nishikawa. Cepat
menyingkir. ”
“Oh ayolah!”
Nishikawa memeluk Enami sambil
meninggikan suaranya dengan tenang. Kedua gadis itu sama-sama imut, jadi
pemandangan ini cukup memanjakan mata. Meski Enami-san tidak menyukai nada
suaranya, dia tidak mencoba untuk menjauhkan diri, jadi kurasa dia tidak
terlalu membencinya.
Aku mengeluarkan jaket dari tasku
dan membungkus diriku di dalamnya. Aku membawanya dari rumahku sendiri karena
pengalaman kemarin.
“Ah, Naocchi, itu tidak adil!”
“Maaf, tapi ini salah Nishikawa
sendiri karena tidak bersiap-siap. Padaal kamu bisa tahu kalau cuacanya akan
menjadi dingin.”
Aku menarik ritsleting ke atas
dan rasanya jauh lebih baik.
Aku lalu melihat sekeliling
ruangan.
Kemarin, kami sudah membuang
banyak sampah, jadi ruangan ini jauh sedikit lebih bersih. Tumpukan barang di
meja makan sudah tidak ada, jadi aku bisa melihatnya lebih baik. Aku bisa
melihat Ibu Enami-san tidur di sana di tepi meja.
Namun, ruangan tamu ini masih
belum bersih.
Pertama-tama, perabotannya.
Semuanya terlihat berantakan dan tidak karuan. Itu bukan sesuatu yang bisa
digunakan. Paling tidak, aku harus menyingkirkan semua perabotan yang rusak.
Selain itu, ada banyak sampah kecil berserakan di lantai dan belum dibersihkan
serta dimasukkan ke kantong sampah.
Selain itu ada area wastafel
dapur. Dari penglihatan sekilas, ada banyak jamur tumbuh di sana. Sisa makanan
busuk juga dibiarkan begitu saja. Aku belum melihat kecoak, tapi aku pikir
mereka mungkin bakalan keluar juga. Atau lebih tepatnya, mereka akan keluar.
“Kita harus terus melakukannya
dengan perlahan-lahan ……”
Aku memutuskan untuk
memindahkan perabotan dari ruang tamu. Meja di depan TV rusak dan tidak berguna
sama sekali. Permukaan yang dipotong tajam dan memanjang seperti duri, jadi
sepertinya akan berbahaya kalau ditinggalkan begitu saja.
“Bisakah aku memindahkan meja
ini saja? Kurasa aku tidak bisa membawanya sendiri, jadi aku butuh bantuanmu.”
“……Kalau begitu ayo kita
pindahkan selagi ibu masih tidur.”
Enami-san memperhatikan bagian
belakang ruangan. Ibunya pasti tidak menyadari kehadiran kami karena aku bisa
mendengar napasnya dalam tidurnya dari tadi.
Mengapa dia harus mengatakan, ‘selagi dia masih tidur’?
Aku merasa penasaran, tapi
tidak ada gunanya mencemaskan hal itu. Enami-san sepertinya memegang sisi lain
meja, jadi kami berdua memberi aba-aba dan mengangkatnya bersama. Aku meminta
Nishikawa untuk membuka pintu ruang tamu dan membawanya ke pintu depan.
“Terima kasih.”
“Pada saat-saat seperti ini
ketika kamu membutuhkan bantuan seorang pria. Jangan khawatirkan tentang itu.”
“Apa kamu sedang mencoba
bersikap keren …...?”
“Tidak, tidak, aku cuma
mengatakan apa yang kupikirkan secara normal.”
“fufufu, begitu ya.”
Sudah lama sejak aku melihat
senyum tulus dari Enami-san. Dia tampak tegang belakangan ini karena telah
meminta bantuanku dan mengundangku ke rumahnya. Aku ingin tahu ap itu berarti
dia sudah sedikit meringankan dirinya.
“Kamu terlihat lemah untuk
seorang pria. Kamu biasanya tidak banyak berolahraga, ‘kan? Kamu terlihat agak
kesulitan saat mengangkatnya tadi. ”
“Aku emang jarang berolahraga …...,
tapi aku juga tidak ingat kalau mejanya seberat itu.”
Dulu aku lebih sering
berolahraga. Setidaknya, ketika aku bersama Yamazaki, aku biasa melakukan
latihan kekuatan setiap hari. Aku tahu kalau aku tidak melakukan itu, aku takan
bisa menang dalam perkelahian.
Tapi sekarang, aku tidak melakukan
latihan sama sekali.
“Jika kita tidak segera
membersihkannya, aku takkan bisa memasak makanan yang kamu minta. Kamu dapat
menggunakanku sesukamu, mari kita coba bersih-bersih sebanyak mungkin hari
ini.”
“Betul sekali. Ibu juga sedikit
tenang, jadi ayo lakukan selagi bisa.”
Kedengarannya seolah-olah
Ibunya perlu diam saat kami bersih-bersih.
Kami kembali ke ruang tamu dan
mengambil perabotan rusak yang bisa kami bawa ke pintu depan. Kami membutuhkan
waktu sekitar dua puluh menit untuk menyelesaikan semuanya.
Di sinilah pekerjaan yang
sebenarnya dimulai.
Nishikawa benar. Kami hanya
berurusan dengan hal-hal besar kemarin dan hari ini. Butuh lebih banyak waktu
untuk mengumpulkan dan membersihkan sampah yang lebih kecil.
Bau tidak enak di ruangan tamu
masih tertinggal. Atau lebih tepatnya, tingkat baunya hampir tidak berubah. Ini
karena baunya sudah merembes ke ruang tamu dan karena kami belum membuang
sumber baunya.
Kami kembali ke kamar Enami-san
dan membuka barang belanjaan yang kami beli di Home Center. Aku tidak ingin tanganku terlalu kotor, jadi aku
memakai sarung tangan plastik. Aku mengambil kantong sampah dan masuk kembali
ke ruang tamu.
Bau menyengat menyerang
hidungku lagi. Tidak peduli berapa kali aku menciumnya, aku tidak bisa terbiasa
dengannya. Itu membuatku merasa tidak nyaman.
Saat itulah aku menyadarinya.
Di seberang meja makan. Ibu
Enami-san yang seharusnya tidur di sana, sudah tidak ada lagi.
Aneh sekali. Padahal dia masih
tertidur di sana beberapa saat yang lalu. Aku bertanya-tanya apakah dia sudah
bangun.
“Hei.”
Seseorang memanggilku dan
menepuk pundakku. Aku lalu berbalik untuk mencari tahu.
“……!”
Orang yang menepak pundakku
adalah Ibu Enami-san. Dia berbicara kepadaku dengan wajah tanpa ekspresi
sehingga aku tidak bisa membaca emosinya.
Nishikawa dan Enami-san yang
mengikuti di belakangku juga ikut membeku.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya