Tanin wo Yosetsukenai Chapter 72 Bahasa Indonesia

Chapter 72 — Pakaian Santai

 

Sebuah bus perlahan melaju menjauhiku. Aku melihatnya dari jarak yang lumayan jauh. Aku memegang kerah mantelku dengan tanganku, tapi suhu yang masih terlalu dingin menusuk sampai ke tulang. Dengan tanganku yang lain, aku menyentuh layar smartphone-ku.

Ookusu Naoya: Aku sudah tiba di stasiun, kamu ada di mana sekarang?

Fujisaki Shiori: Aku juga sudah ada di sini.

Di pintu keluar selatan stasiun, ada bundaran besar. Pemandangannya lumayan bagus, tapi aku tidak melihat keberadaan Fujisaki di sana. Di dekat tempat parkir sepeda, aku mengiriminya pesan LINE.

Ookusu Naoya: Apa kebetulan kamu berada di pintu keluar utara? Jaraknya lebih dekat jika kamu pergi dari selatan.

Aku menerima balasan segera.

Fujisaki Shiori: Oh, begitu ya. Aku akan segera ke sana.

Setelah beberapa menit menunggu, Fujisaki turun dari tangga. Aku melambai padanya dan dia menyadari keberadaanku. Dengan tas raketnya tersampir di bahu, dia perlahan berjalan menuju ke arahku.

“Maafkan aku. Aku seharusnya memberitahu untuk menuju pintu keluar selatan.”

“Tidak apa-apa. Jangan khawatirkan tentang itu.”

Mungkin ini pertama kalinya kami bertemu di luar sekolah. Seragam yang biasa kulihat dengannya terlihat lebih cantik dari biasanya. Aku melihat jam tanganku dan melihat kalau sekarang sudah lewat pukul 5:30 sore.

“Ookusu-kun …, kamu tidak memakai seragammu, ya.”

Aku membalasnya sambil mengangguk.

Aku sudah selesai berbelanja dan berganti pakaian. Aku meninggalkan rumah Enami-san sekitar satu jam yang lalu. Sesampai di rumah, aku langsung memeriksa isi kulkas dan membeli apa yang dibutuhkan setelah selesai berganti baju.

“…… Kamu memiliki suasana yang berbeda dari biasanya.”

“Benarkah?”

Gaya berpakaianku cukup sederhana. Aku mengenakan mantel krem ​​​​dan celana jins. Mungkin ini pertama kalinya juga aku melihat Fujisaki dengan pakaian kasual.

“Fujisaki, kamu terlihat seperti baru saja selesai dari kegiatan klub bulu tangkis.”

Ketika aku mengatakan itu, untuk beberapa alasan, pandangan mata Fujisaki melebar karena terkejut, dan bergegas mundur beberapa langkah.

“Ya, memang. Aku merasa tidak enakan untuk membuatmu menunggu terlalu lama. ”

Dia mundur selangkah lagi. Aku penasaran apakah dia berusaha menghindar untuk tidak dekat-dekat denganku. Aku maju selangkah untuk mengujinya, dan Fujisaki mundur lagi.

“Ayo pergi, Ookusu-kun”

“Kamu tidak perlu mengkhawatirkannya, tau.”

“Eh?”

Entah bagaimana aku tahu apa yang sedang terjadi, jadi aku memberitahunya dengan lembut.

“Aku tidak berpikir kalau kamu bau keringat sama sekali, jadi jangan khawatir tentang itu.”

“Tidak, tidak, tidak, bukannya aku tidak khawatir tentang itu!?”

Tapi kelihatannya perkataanku memiliki efek positif, dan dia berhenti menjauhiku.

Kami mulai berjalan berdampingan di sepanjang rel kereta api.

Di sekitaran kawasan ini tidak banyak fasilitas komersial. Cuma ada minimarket dan toko laundry. Rumah-rumah penduduk berdiri berdampingan di tanah datar dengan pemandangan yang bagus. Pintu masuk utara memiliki lebih banyak department store dan fasilitas hiburan. Saat kami berjalan menahan kedinginan dalam suhu dingin, kami akhirnya tiba di sebuah jembatan besar.

“Aku tidak pernah tahu kalau ada sungai di sini. Apalagi ini cukup besar.”

Lebar sungainya memang besar, kira-kira sekitar 20 meter. Jembatannya berbentuk lengkung, jadi jika kamu berdiri di posisi tengah, kamu bisa melihat ke bawah sungai dari posisi yang tinggi.

“Meski bukan sungai yang sangat bersih, sih. Bukan berarti kamu bisa mandi-mandian di dalam sungai ini. ”

Aku sudah tinggal di sini sejak aku masih kecil, tapi aku tidak pernah merasakan manfaat memiliki sungai.

Kami menyeberangi jembatan dan berjalan sekitar lima menit menuju rumahku. Intu hanyalah rumah yang sangat biasa. Bangunan dua lantai dengan ubin hitam dan dinding putih. Ada sebuah gerbang kecil di depan pintu masuk.

“Ayo masuk.”

Ketika aku membuka pintu depan, sepatu adikku sudah berjejer di lantai kayu. Aku ingin tahu apa karena dia merasa gugup tentang kedatangan Fujisaki sehingga mereka diatur berbeda dari biasanya.

“Maaf mengganggu......”

Sepertinya Ayahku masih belum pulang. Tidak ada seorang pun di ruang tamu. Dan sepertinya Sayaka mungkin sedang berada di kamarnya.

“Silakan duduk di sofa itu.”

Aku menuangkan secangkir teh barley dan meletakkannya di depan Fujisaki. Aku kemudian berjalan ke atas dan mengetuk pintu kamar Sayaka.

“Ya.”

Aku memutar kenop pintu saat mendengar jawabannya.

Rupanya, Sayaka sedang membersihkan kamarnya. Dia menyembunyikan sebanyak mungkin hobi otaku dan mengumpulkannya ke dalam kantong plastik. Sepertinya dia sudah membuat banyak kemajuan dalam membersihkan ruangan, dan bagi pengamat biasa, kekacauan yang biasa terjadi tidak bisa dikenali.

“Dia sudah ada disini.”

“Aku tahu. Aku akan menemuinya, walaupun kuso Aniki tidak perlu memberitahuku. ”

Setelah menyembunyikan apa yang tidak bisa dia sembunyikan di bawah selimut tempat tidur, Sayaka meninggalkan kamarnya. Dia berjalan melewatiku dan menuruni tangga.

Aku mengikutinya kembali ke ruang tamu. Fujisaki yang sedang duduk tenang di sofa, memperhatikan dan berbalik untuk melihat kami.

“Ah, Sayaka-chan! Kamu juga terlihat sangat imut dengan pakaian kasualmu!”

Saat itulah aku baru menyadari. Dia tidak mengenakan baju kaosnya yang biasa. Dia mengenakan sweater merah muda dengan lengan panjang dan bawahan besar. Dia juga telah melepaskan ikatan rambutnya dan menggeraikannya.

“Tidak, tidak, tidak sama sekali kok. ……”

Rupanya, dia merasa malu mengenakan pakaiannya yang biasa. Dia mengenakan sesuatu yang sedikit lebih modis. Sejujurnya, aku jarang melihat adikku berpakaian seperti itu.

“Mm, kebanyakan anak cowok takan meninggalkanmu sendirian seperti ini. Meski aku seorang gadis, tapi aku tetap merasa terpesona”

“Aku tidak secantik itu, kok ……”

Aku kira dia tidak pandai menerima pujian. Sayaka kelihatannya kebingungan harus berbuat apa. Aku lalu memberitahu mereka.

“Kalian berdua bisa mulai belajar duluan. Aku akan membuat makan malam sementara itu”

Sayaka mengangguk. Aku pikir mereka akan belajar di ruang tamu, tetapi mereka memutuskan untuk melakukan di kamarnya. Mungkin itu sebabnya dia membersihkan lebih awal.

Setelah mereka berdua naik ke atas, aku mengeluarkan bahan-bahan yang sudah kubeli dari kulkas. Aku telah memutuskan untuk membuat kari hari ini.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama