Chapter 78 — Komite Perpustakaan
Saito dan Shindo rupanya berasal
dari sekolah SMP yang sama. Walaupun mereka tidak ada rencana buat memasuki
sekolah SMA yang sama, tapi mereka kaget saat bertemu satu sama lain.
Mungkin itu cuma kebetulan saja,
tapi kami segera menjadi teman.
“Kamu enggak pandai bermain gim,
‘kan?”
Saito berkomentar kepadaku
ketika aku membeli gim yang mereka mainkan dan kami memainkannya bersama.
Kurasa itu ada benarnya. Sedari
awal, aku tidak memainkan banyak gim sejak aku masih kecil. Ketika aku masih SD,
aku biasa langsung belajar setelah aku tiba di rumah. Aku diajari bahwa tidur
nyenyak itu penting, jadi aku selalu tidur sekitar jam 10.
Kukira itulah yang jadi
penyebabnya. Butuh waktu lama bagiku untuk menguasai permainan.
“Ternyata gim mempunyai makna
yang mendalam, ya.”
“Betul sekali. Dalam gim
pertarungan, serangan dan pertahanan
dari satu bingkai. Jika dalam gim balapan, teknik kontrol yang mendetail bisa
menentukan segalanya. Ada banyak hal yang tidak bisa kamu lakukan kecuali
mengubah otakmu sepenuhnya.”
“Itu benar.”
Itu adalah dunia yang tidak
pernah kuketahui. Tidak heran seluruh dunia terobsesi dengannya. Ketika aku
masih SD, aku sering mengolok-olok orang yang bermain gim sepanjang waktu, tapi
sekarang aku bisa mengerti bagaimana perasaan mereka.
Bersenang-senang itu penting.
Kita hidup dengan emosi kita. Seperti yang dikatakan salah satu penulis favoritku:
'Kita hidup demi memuaskan sistem saraf
A10 kita'. Uang, cinta, dan persaingan semuanya ada untuk memuaskan pikiran.
“Ngomong-ngomong…”
Saito tiba-tiba berkata sambil menoleh
ke arahku dan Shindo.
“Mereka akan segera memutuskan
pembagian tugas kelas. Apa kalian sudah memutuskan apa yang akan kalian lakukan?
”
“Apa itu hal yang wajib?”
Aku mengangguk pada kata-kata Shindo.
“Wali kelas kita sudah
memberitahu kalau kita harus melakukan beberapa kegiatan selama satu semester.”
“Cih, ngerepotin banget.”
Raut wajah mereka berdua
menuunjukkan kalau mereka tidak tertarik pada apa pun selain permainan.
“Tugas yang paling merepotkan
sepertinya menjadi ketua kelas dan komite perpustakaan. Jika bisa, aku ingin
menjadi seseorang yang hanya perlu bekerja keras satu hari dalam setahun.
Mungkin jadi anggota komite olahraga.”
“Bukannya jadi komite olahraga
membutuhkan banyak persiapan?”
“Ya, kurasa begitu. Kurasa yang
itu juga tidak.”
Kebetulan, waktu aku masih SMP,
aku menjadi anggota komite gaya hidup. Sekali lagi, cuma ada sedikit yang bisa
dilakukan. Aku hanya menghadiri rapat komite sesekali.
“Yah, kita tidak pernah tahu
kita bakalan kebagian apa, jadi ikuti saja arusnya.”
Aku dan Shindo cuma balas mengangguk.
Tidak ada gunanya untuk memikirkannya.
Pembagian anggota komite
ditentukan oleh wali kelas.
Jenisnya hampir sama dengan di
SMP. Pada dasarnya, tugas di sekolah kebanyakan hampir sama.
Jadi teman sekelasku sudah tahu
mana yang terlihat mudah dan mana yang terlihat sulit.
Komite paling populer adalah
Komite Kecantikan dan Komite Gaya Hidup. Tak satu pun dari tugas tersebut
memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan, kecuali untuk istirahat makan
siang sesekali. Yang paling populer berikutnya adalah Komite Penyiaran, Komite
Kebudayaan, dan Komite Olahraga. Ini tampaknya lebih populer karena tampaknya
lebih menyenangkan.
Aku, Saito, dan Shindo
mencalonkan diri untuk jadi Komite Kecantikan.
“Jika calon lebih banyak dari
jumlah kursi yang tersedia, anggota panitia harus memutuskannya dengan suit.”
Wali kelas kami
menginstruksikan kami untuk berkumpul dan bermain batu-kertas-gunting
sekaligus. Sayangnya, Saito dan aku kalah.
“Sayang sekali, ya~.”
Kami mengertakkan gigi karena
frustrasi melihat wajah kemenangan Shindo.
Pada akhirnya, sudah diputuskan
kalau Saito akan menjadi komite pemilihan dan aku akan menjadi anggota
perpustakaan. Alasanku berakhir di komite perpustakaan ialah karena aku kalah
dalam suit batu-kertas-gunting sampai akhir.
Rupanya, menjadi anggota komite
perpustakaan merupakan tugas yang berat.
Sekali dalam seminggu, aku
harus berada di perpustakaan. Rupanya, pekerjaan itu sebagian besar terdiri
dari bekerja di bagian meja konter dan mengatur buku-buku. Aku memang menyukia
novel, tetapi aku tidak ingin menghabiskan seluruh waktuku di perpustakaan.
Tiga hari kemudian setelah aku
diangkat menjadi anggota komite, kami mengadakan pertemuan awal.
Setiap kelas harus mengirimkan
1 perwakilan, dan karena ada empat kelas di masing-masing angkatan, totalnya jadi
ada dua belas orang. Aku ingin mengeluh tentang perlunya jumlah orang yang
begitu banyak, tetapi aku tidak bisa berkata banyak karena aku pikir itu akan
membuat pekerjaanku lebih mudah.
“Sekarang, aku akan menjelaskan
kepada kalian tugas apa saja yang dilakukan sebagai anggota komite perpustakaan.”
Kata pustakawan wanita itu. Dia
mungkin berusia akhir tiga puluhan.
Ada tiga hal yang menjadi tugas
utama kami:
Yang pertama adalah menjaga di
konter, menerima pinjaman buku dan peminjaman.
Kedua, menata buku. Hal
tersebut termasuk memutuskan tata letak buku dan meminta pengembalian buku yang
belum dikembalikan pada tanggal jatuh tempo.
Ketiga adalah pekerjaan yang
berhubungan dengan pembelian buku baru. Ini termasuk memutuskan jenis buku apa
yang akan dibeli, mendaftarkan materi yang diperoleh, dan menempelkan stiker
dan merek di atasnya.
Pada dasarnya, kami memutuskan
hari mana kami akan bertugas dalam seminggu (Senin
sampai Jumat) dan melakukan tugas pertama dan kedua pada hari itu.
Sedangkan untuk tugas ketiga, hal itu diputuskan dalam rapat bulanan komite
buku.
“Jadi, semakin cepat kamu
memutuskan hari apa dalam seminggu, semakin baik.”
Seperti yang diberitahukan oleh
pustakawan, para anggota panitia buku berdiskusi di antara mereka sendiri. Kakak
kelas memimpin jalannya pertemuan, dan kami memutuskan pada hari dalam seminggu
yang takkan mengganggu kegiatan klub kami. Omong-omong, karena aku berada di
klub sains, yang aku tidak tahu apa yang diharapkan, aku memberitahu mereka kalau
aku tidak keberatan hari mana saja.
Pada akhirnya, aku ditugaskan
pada hari Selasa, dan karena ada dua belas orang, jadi sekitar 2 atau 3 orang
ditugaskan menjaga perpustakaan dalam seminggu. Selasa kebetulan menjadi
satu-satunya hari dalam seminggu dengan dua anggota.
Anggota komite lainnya yang
sama-sama terpilih berjaga di hari selasa adalah seorang gadis. Rambutnya
dikepang ke samping dan memilik aura yang tampak dewasa. Dia berbicara kepadaku
segera setelah dia terpilih.
“Semoga kita bisa bekerja sama
dengan baik.”
Dan aku menjawab,
“Sama-sama”
Menurutku, dia gadis yang
manis. Aku berpikir kalau aku tidak punya keberuntungan karena terpilih jadi
anggota komite perpustakaan, tapi secara tak terduga, aku mungkin lumayan hoki.
Gadis itu – Fujisaki Shiori – menatapku dengan
senyum lembut di wajahnya.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya