Tanin wo Yosetsukenai Chapter 100 Bahasa Indonesia

Chapter 100 —  Sesuatu yang Tidak Penting

 

“Kenapa Anda tidur di sana?”

Aku mengatakannya. Aku akhirnya berhasil mengatakannya. Aku merasa kalau aku perlu bertanya setidaknya sekali, walaupun aku akan segera mundur jika melihat ada tanda-tanda masalah.

“Apa maksudmu?”

“Ruangan ini merupakan tempat kecil, dan menurutku ini bukan tempat yang tepat untuk tidur. Jika Anda merasa tidak enak badan, kupikir lebih baik jika Anda beristirahat di tempat yang lebih nyaman…”

Pada dasarnya, ruang ini hanyalah ruang yang disisihkan untuk menarik kursi. Siapapun bahkan takkan menyadari kalau dia ada di sana kecuali melihat ke atas meja, dan yang lebih penting, tempatnya tidak terlalu higienis. Mengingat fakta bahwa ada sampah yang menumpuk di sekitar sini, itu adalah ruang kecil yang dikelilingi oleh dinding sampah.

Tidak banyak udara dari AC yang bisa mencapai area sini. Apa yang sebenarnya dia lakukan di sini?

Jauh dari yang kutakutkan, suasana hati Ibu Enami tidak berkurang.

“Bukan itu masalahnya. Setiap orang merasa di rumah di tempat yang berbeda. Hanya saja ini adalah tempat yang optimal untukku.”

“Optimal….”

“Betul sekali. Aku lebih suka di sini.”

Saat kesehatannya membaik, nada suaranya menjadi lebih jelas. Rambutnya masih sedikit tidak terawat, tapi dia tampak muda untuk ibu yang mempunyai putri seorang gadis SMA.

“Apa Anda tinggal di sini sebelum terdampak demam?”

“Bukannya aku pindah ke sini karena demam atau semacamnya.”

“Sudah berapa lama? selama bertahun-tahun…?”

Akhirnya terjadi perubahan pada Ibu Enami. Aku sudah pernah melihatnya beberapa kali, tubuhnya tiba-tiba berhenti bergerak sekan-akan waktu di sekitarnya telah terhenti. Aku tahu kalau kalau aku tidak boleh bertanya lebih jauh.

“Tidak, bukan apa-apa, tolong lupakan apa yang kutanyakan tadi.”

Rasanya seperti sakelar yang dihidupkan dan dimatikan. Setelah sakelar dihidupkan, sesuatu yang aneh terjadi, tetapi jika kamu menekannya lagi, itu kembali normal. Tampaknya sakelar itu ada di masa lalu. Mengetahui itu saja sudah cukup bagiku.

“Bukannya bersih-bersih itu merepotkan?”

Jika hanya sampah, Ibu Enami takkan mengeluh. Tampaknya beberapa sampah yang telah disimpan sampai kemarin sudah dikumpulkan, dan dia tidak terlalu menolak.

“Mengapa? Itu tidak mengganggu, kok. Lebih baik kalau tanpa sampah.”

“Ya itu benar. Maaf telah mengajukan pertanyaan aneh.”

Barang-barang yang kiami buang selama ini dianggap sampah. Jika itu masalahnya, berarti furnitur yang rusak itu tidak dianggap sampah. Jika seseorang membuang sesuatu yang bukan sampah tanpa izin, mungkin wajar saja merasa marah.

Orang ini memiliki aturannya sendiri. Bukan berarti ada yang salah dengan itu.

Persepsi seseorang bukanlah sesuatu yang mutlak. Setiap manusia merasakan dunia yang berbeda dari kenyataan, sama seperti kita menggunakan kata-kata untuk menyatukan hal-hal yang terdiri dari molekul-molekul kecil.

Orang lain tidak harus menyangkalnya begitu saja.

“Tapi bagaimana bisa Anda menimbun begitu banyak sampah?”

“Karena aku tidak membuangnya.”

“Mengapa?”

“Karena tidak ada gunanya membuangnya. Selalu saja ada sampah. Selain itu, jika dia benar-benar ingin membuangnya, gadis itu akan melakukan sesuatu.”

Entah itu dalam artian baik maupun buruk, dia tidak tertarik untuk membuangnya atau menyimpannya.

“Namun jika Anda terus menumpuk sampah untuk waktu yang lama, hal itu akan menyebabkan bau dan serangga akan keluar. Bahkan, ada beberapa sampah yang dikerubungi lalat.”

“Betul sekali.”

“Tapi, alasan mengapa itu tidak mencapai level terburuk adalah karena Enami-san mengurusnya dari waktu ke waktu?”

“Yah, ya, dia memang sesekali datang ke sini. Aku tidak yakin apa dia ingin berbicara denganku atau tidak, tapi dia akan segera pergi jika sudah mengurusnya. Dia juga yang memberiku makanan.”

“Jadi begitu rupanya. Apa Anda tidak ingin melakukan sesuatu tentang itu?”

“Aku sudah memberitahumu sebelumnya, ‘kan? Selalu saja ada sampah. Tidak peduli apapun yang kamu lakukan, hal itu akan menimbulkan sampah. Bahkan jika kamu membuangnya, itu akan terus menumpuk. Lantas, apa gunanya membuang itu?”

Lambat laun, aku semakin tidak memahami apa yang dikatakan Ibu Enami.

“Selama kamu bernapas, kamu pasti akan mengkonsumsi sesuatu. Ketika kita mengkonsumsi sesuatu, sesuatu yang tidak kita butuhkan keluar. Orang menyebutnya sampah. Banyak sekali sampah yang dihasilkan setiap harinya. Tidak peduli seberapa banyak kamu membuangnya, kamu takkan pernah bisa membuang semua sampah. Kemudian, kamu tidak perlu melakukannya. Karena itu tidak masalah. Kamu tidak terlalu memperhatikan hal yang tidak penting dalam kehidupan sehari-harimu, bukan? Setiap kali kamu melangkah, memangnya kamu peduli apa di bawah kakimu ada semut atau tidak? Kamu akan menjadi gila jika terus-menerus memperhatikan itu. Itulah mengapa orang membagi hidup mereka menjadi dua kategori: hal-hal yang mereka pedulikan dan hal-hal yang tidak mereka pedulikan. Bukannya ini hal yang sama?”

“Benar sekali. Jadi, menurut Anda, itu tidak terlalu penting, bukan?”

“Betul sekali.”

Meskipun  ada bau aneh maupun serangga, dia menyadari kalau itu tidak terlalu  penting untuk diperhatikan. Bahkan jika seseorang tidak peduli menginjak semut, mereka akan melakukannya jika itu adalah makhluk yang lebih besar. Manusia normal ingin menghindarinya, tapi bagi mereka yang tidak bisa memikirkan alasan yang cukup baik untuk bersusah payah menghindarinya, itu mungkin dianggap sia-sia.

Ada orang di dunia yang tinggal di rumah sampah. Mereka mengumpulkan begitu banyak sampah sehingga pekarangan mereka dipenuhi sampah, dan mereka mendapat keluhan dari tetangga mereka. Orang-orang yang diwawancarai di TV mengatakan sebaliknya. Mereka mengatakan kalau semua sampah itu masih dibutuhkan.

Jadi, Ibu Enami-san kebalikan dari orang-orang seperti di TV itu. Mungkin orang ini tidak tertarik dengan kenyataan saat ini.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama