Chapter 105 — Mengapa
Fujisaki dan aku sedang
berjalan di lorong berdampingan.
Kami membawa sejumlah besar
cetakan. Aku membawa jumlah lebih banyak ketimbang dirinya, tetapi Fujisaki
juga memiliki banyak hal di tangannya. Jika cuma satu lembar per orang di kelas
sih tidak masalah. Namun, karena kami harus membagikan beberapa lembar per
orang, Fujisaki dan aku harus membawa begitu banyak sehingga pusat gravitasi
kami miring ke belakang.
Semua materi ini merupakan
permintaan dari guru ekonomi politik kami. Meski tidak sebanyak
Shiroyama-sensei, dia secara keliru berpikir kalau dia bisa dengan bebas
menyuruh-nyuruh anggota komite kelas. Setelah mendengarnya melalui guru lain,
kami pergi ke ruang guru dan merenungkan tumpukan materi di sana.
“Aku pikir ini menjadi sedikit
sulit.”
“Maaf ... aku berharap aku bisa
membawa semuanya sendiri.”
“Oh tidak! Kamu tidak perlu khawatir
tentang itu! Aku takkan pernah menyerahkannya pada Ookusu-kun sendirian.”
Mungkin karena dia mengatakan
itu, tapi jejak yang ada di tangan Fujisaki akan runtuh. Aku berputar-putar di
depan Fujisaki dan menopang cetakan itu dengan bahuku.
“Awass!”
“A-Aku minta maaf…”
Fujisaki memegang bagian atas
cetakan
Sejujurnya, Fujisaki telah
bertingkah mencurigakan sejak beberapa waktu lalu. Suaranya sedikit lebih
tinggi dari biasanya. Kadang-kadang dia tampak hampir tersandung, dan tatapan
matanya mengarah ke sana-kemari dengan gelisah.
Mungkin semua ini karena salahku.
Lagi pula, aku belum bisa
memberikan tanggapan dari pegakuan cintanya sampai sekarang. Aku pikir itu
sebabnya Fujisaki merasa sangat gugup, bertanya-tanya kapan aku akan menjawab.
Pada titik tertentu, aku yakin kalau aku harus membalasnya, tapi aku belum bisa
mengatur perasaanku.
“Dia tidak harus menyerahkannya
kepada kita berdua. Jika aku tahu ada begitu banyak, aku akan meminta siswa
lain untuk membantu.”
“Guru itu tidak begitu
perhatian. Mungkin dia hanya berpikir,
'Aku tidak bisa membawanya sendiri, aku akan meminta mereka berdua untuk
melakukannya untukku.'”
Padahal dia guru yang baik. Dia
bersemangat tentang pendidikan, dan itulah sebabnya dia membuat begitu banyak
selebaran.
Satu-satunya hal yang kita
butuhkan adalah supaya beliau sedikit lebih memperhatikan kami.
“Apa kamu sudah melihat
isinya?”
“Tidak. Aku belum melihatnya.”
“Aku membaca sekilas
sebelumnya, tapi kelihatannya itu seperti salinan dari buku referensi lain.
Materinya terlihat sulit, jadi aku berpikir kalau tidak banyak orang akan
melihatnya jika kami membagikannya.”
“Ehh… begitu.”
Guru itu sedikit nyeleneh dan
bisa menjadi terlalu bersemangat selama jam pelajarannya, mengabaikan reaksi
para siswa. Tidak jarang dia mengoceh sendiri dan akhirnya berbicara tentang
hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran.
Ada banyak siswa yang tidak mau
mendengarkan dengan seksama karena takkan banyak membantu mereka dalam ujian.
Ceritanya sendiri menarik, tapi terlalu panjang.
“Apakah kamu baik-baik saja,
Ookusu-kun? Lenganku sendiri mulai lelah.”
“Jangan khawatir. Setidaknya
aku bisa menanganinya sebanyak ini. ”
“Oke…”
Hening. Aku tidak bisa berjalan
cepat karena hasil cetakan yang berat. Aku memikirkan apa yang harus kukatakan
selanjutnya, tetapi tidak ada yang terlintas dalam pikiranku.
Biasanya, aku akan dapat
berbicara tentang apa pun tanpa memikirkannya. Begitulah mudahnya bergaul
dengan Fujisaki.
Tapi sekarang, aku kesulitan
menghadapinya.
Fujisaki tampaknya merasakan
hal yang sama. Dia sedang memikirkan apa yang harus dikatakan tetapi sepertinya
tidak bisa memikirkan apa pun dengan segera. Untuk beberapa saat, keheningan
terus berlanjut menyelimuti kami.
Masih ada sedikit waktu lagi
sebelum sampai di ruang kelas. Sekelompok siswa yang sedang menikmati waktu
istirahat berjalan melewati kami.
“Um…”
Fujisaki adalah orang yang
memecah kesunyian. Ketika aku menjawab, apa?
Fujisaki terlihat sangat tidak nyaman.
“Apa yang kamu dan Enami-san
bicarakan di kantin tadi?”
Aku langsung tercengang.
Pada saat itu, ada beberapa
siswa yang menyaksikan adegan itu. Wajar jika Fujisaki mendengarnya.
“…Itu…”
“Maafkan aku karena menanyakan
pertanyaan aneh seperti itu.”
“Tidak…”
Jika Sayaka melihatku dalam
situasi sekarang, dia akan marah denganku.
“Apa kamu tidak bisa
menjawabnya?”
Aku tidak yakin apa yang harus
dilakukan. Aku tidak bisa menceritakan semuanya padanya, tapi mungkin aku harus
memberitahunya setidaknya sedikit. Namun, karena ini adalah masalah yang sangat
sensitif, aku harus memberitahunya dengan hati-hati.
Fujisaki memiliki ekspresi
cemas di wajahnya. Saat itulah aku memutuskan.
“…Aku diminta untuk membantunya.”
Jawabku. Dalam pikiranku, aku
meminta maaf kepada Enami-san.
“Aku tidak bisa menjelaskan
secara detail. Tapi ini masalah yang cukup serius. Aku merasa seperti aku
terlibat di dalamnya dengan cara yang tidak benar-benar kumengerti, jadi aku
tidak bisa mengatakan kalau aku sudah terlibat sedalam itu.”
“Oke.”
“Aku sedang berbicara dengan
Enami-san tentang hal itu. Dia bilang sekarang aku tidak perlu membantunya
lagi.”
“Begitu… ya…”
Aku menatap lurus ke mata
Fujisaki untuk menunjukkan bahwa aku tidak berbohong. Mungkin aku seharusnya
memberitahunya lebih awal jika hanya sebatas ini informasinya.
“Jadi tidak ada sesuatu seperti
maksud lain atau apa pun. Aku tidak berpikir aku akan bekerja dengan Enami-san
dan Nishikawa seperti ini lebih lama lagi.”
“Bolehkah aku mengajukan satu
pertanyaan padamu?”
“Ya, tentu.”
Langkah kaki Fujisaki berhenti,
aku pun sama mengikutinya. Setelah jeda singkat, Fujisaki bertanya.
“Jika ini masalah penting,
mengapa Enami-san meminta bantuan Ookusu-kun?”
Aku tidak bisa menjawab. Karena
aku tidak mengerti alasannya sendiri.
Tapi aku punya firasat kalau
ada alasan untuk itu.
“Apa karena ada alasan lain?”
“Tidak…”
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya