Tanin wo Yosetsukenai Chapter 97 Bahasa Indonesia

Chapter 97 — Pekerjaan Paruh Waktu

 

…Malam itu, aku menerima pesan LINE dari Enami-san.

Enami Risa: Hei.

Smartphone-ku bergetar ringan. Pesan biasa, seolah-olah dia berbicara kepadaku secara lisan. Aku berhenti menjawab soal latihan matematika dan menyentuh layar.

Pendingin udara tidak berfungsi dengan baik sejak beberapa waktu lalu. Aku menaikkan suhu sekali dengan remote control dan mengetik balasan.

Ookusu Naoya: Mm?

Demam membuatnya sulit untuk melakukan apa pun, tapi aku penasaran apa keadaannya sudah sedikit membaik.

Aku menunggu pesan berikutnya sambil melanjutkan belajarku. Setelah sekitar lima menit, smartphone-ku akhirnya bergetar kembali.

Enami Risa: Gabut.

Hanya satu kata. Aku tidak menyangka kalau itu akan memakan waktu lima menit hanya demi mengetik ini. Entah dia tidak langsung melihat pesanku, atau kebingungan dengan apa yang harus diketik.

Sudah lama sekali aku tidak bertukar pesan LINE dengan Enami-san. Kurasa aku tidak pernah bertukar pesan lagi sejak aku dipukuli habis-habisan oleh para berandalan itu.

Waktu sudah menunjukkan lewat jam sepuluh. Mataku mulai mengantuk.

Di sisi lain, Enami-san mungkin terlalu banyak tidur dan sekarang merasa terjaga.

Ookusu Naoya: Bagaimana dengan keadaanmu?

Enami Risa: Keadaanku hampir pulih.

Kali ini balasannya datang dengan cepat. Aku meminum air dari botol plastik di atas meja. Ini adalah minuman energi bebas kafein yang belakangan ini kunikmati karbonasi menyebar di mulutku.

Enami Risa: Sudah lama aku tidak kena demam. Aku menyadari betapa sulitnya menjadi sakit. Badanku tidak berhenti menggigil.

Ookusu Naoya: Memang, kamu terlihat sangat pucat ketika kami datang. Sepertinya kamu tidak punya waktu untuk memedulikan kami.

Enami Risa: ...Maaf soal itu. Aku benar-benar ingin mengantar kalian pergi. Aku tidak ingin kalian harus berurusan dengan itu dengan tinggal di sini terlalu lama.

Ookusu Naoya: Aku tahu. Kami juga tidak keberatan sama sekali. Ngomong-ngomong, apa Nishikawa mengunjungimu lagi hari ini?

Enami Risa: Iya. Kami memiliki lebih banyak waktu hari ini, jadi kami berbicara sedikit.

Ookusu Naoya: Begitu ya.

Kalau begitu mungkin aku harus pergi menjenguknya juga.

Namun, Nishikawa benar-benar rajin. Seandainya saja Nishikawa adalah cowok, banyak gadis yang akan jatuh cinta padanya. Tapi Nishikawa juga populer di kalangan cowok. Meskipun penampilannya mencolok, dia mempunyai wajah imut dan memiliki kepribadian yang baik.

Aku menutup buku matematikaku dan berbaring di tempat tidur dengan ponsel di tanganku. Angin dari AC bertiup ke arahku. Banyak kertas di dinding bergetar dan membuat suara-suara kecil.

Ada banyak huruf yang melenggak-lenggok. Untaian kata berulang kali terpatri di dalam pikiranku. Ketika Sayaka melihat keadaan kamarku ini, dia terkejut dan sangat khawatir serayaberkata, “Apa kamu kembali dari medan perang atau apa?”. Aku yakin Enami-san akan terkejut dan mengolok-olokku jika dia melihat ini juga.

Aku tidak bisa melihat banyak ke luar jendela karena cahaya yang dipantulkan. Aku sedikit menguap sambil mengetik pesan LINE.

Ookusu Naoya: Bagaimana kabar ibumu?

Enami Risa: Dia masih belum sembuh.

Bagian ruang tamu sebagian besar dibersihkan. Sekarang yang harus kami lakukan adalah membersihkan dapur dan aku akan memenuhi permintaanku.

Namun, situasinya tidak berubah sedikit pun.

Aku khawatir bahkan jika kami membersihkannya, ruangan itu akan menjadi kotor lagi.

Ookusu Naoya: Apa rasanya sulit?

Enami Risa: Tidak juga. Aku sudah terbiasa. Aku sudah berusaha untuk tidak terlalu terlibat.

Ookusu Naoya: Aku mendengarnya dari Nishikawa. Katanya kamu mengambil banyak pekerjaan paruh waktu.

Setelah jeda sekitar satu menit, pesan berikutnya dikirim.

Enami Risa: Oh ya. Aku sudah mendengarnya dari dia juga. Yah, itu bukan sesuatu yang perlu disembunyikan juga, kurasa.

Ookusu Naoya: Apa karena itu kamu sering terlambat?

Enami Risa: Ya.

Enami-san yang dulu kuingat adalah orang yang selalu terlambat, dan sering tertidur di kelas. Aku pikir dia tidak tertarik pada orang lain, tapi mungkin karena dia kelelahan dengan pekerjaan paruh waktunya.

Enami Risa: Meski dibilang pekerjaan paruh waktu, bukannya berarti aku melakukan sesuatu yang aneh-aneh. Aku sering bekerja larut malam di tempat karaoke atau minimarket 24 jam. Aku tidak ingin tinggal di satu tempat kerja terlalu lama, jadi aku bekerja di tempat yang berbeda dari waktu ke waktu. Di tempat kerja itu, pekerjaannya tidak banyak berubah, jadi aku bisa melamar dengan cepat meski sering berpindah-pindah.

Ookusu Naoya: Berapa banyak shift yang kamu ambil?

Enami Risa: Setiap hari

Ookusu Naoya: Bagaimana dengan jam tidur?

Enami Risa: Tidak banyak, kurasa. Aku sudah mengurangi shiftku akhir-akhir ini, jadi aku punya lebih banyak waktu luang.

Aku terkejut bahwa dia berbicara lebih mudah daripada yang aku harapkan.

Mungkin dia benar-benar tidak ingin berhubungan dengan ibunya. Jika tidak begitu, dia akan memilih shift yang lebih sore. Mungkin dia hanya nongkrong saat masih siang dan tidak pulang pada malam hari untuk pekerjaan paruh waktunya. Akibatnya, keadaannya jadi seperti itu.

–Aku sudah mengurangi shiftku akhir-akhir ini, jadi aku punya lebih banyak waktu luang.

Kurasa yang dimaksud “baru-baru ini" mengacu pada saat Enami-san menjadi serius. Jika itu masalahnya, maka bukan hanya masalah uang saja mengapa dia bekerja paruh waktu.

Naoya Ooksu: Tapi kamu terus bekerja?

Enami Risa: Seperti yang kamu ligat. Bukannya aku tidak suka melakukan pekerjaan paruh waktu atau apa pun.

Ookusu Naoya: Bagaimana kamu bisa tidak ketahuan oleh sekolah?

Enami Risa: Yah, itu sih tidak perlu khawatir. Aku memilih tempat di mana orang-orang dari sekolah kami tidak mungkin datang.

Faktanya, aku belum pernah mendengar tentang pekerjaan paruh waktu dari Shiroyama sensei. Beliau cuma mengatakan kepadaku kalau dia terlambat karena tidak pernah serius dalam sekolah.

Tiba-tiba, aku teringat kembali pada foto yang aku lihat di kamar Enami-san. Aku tidak bisa bertanya padanya tentang foto tersebut. Namun, aku memiliki firasat kalau goto yang terus membekas di pikiranku adalah kunci untuk membuka kunci batin dari pikiran Enami-san.

 

 

Sebelumnya|| Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama