Tanin wo Yosetsukenai Chapter 98 Bahasa Indonesia

Chapter 98

 

Ookusu Naoya: Tapi bukannya itu akan meningkatkan risiko ketahuan jika kamu sering berpindah-pindah tempat kerja?

Suatu hari nanti dia mungkin akan berakhir di tempat yang sering dikunjungi murid atau guru dari sekolah kami. Rumah Enami-san berjarak cukup dekat dari sekolah. Bahkan jika dia melakukan perjalanan jauh demi pekerjaan paruh waktunya, aku tidak berpikir dia punya beberapa tempat yang bebas dari kemungkinan itu.

Enami Risa: Justru sebaliknya. Lebih berisiko untuk bekerja terlalu lama di tempat yang sama.

Ookusu Naoya: Kenapa?

Pertama-tama, bukannya lebih merepotkan untuk berhenti atau mencari pekerjaan paruh waktu baru. Kalau itu aku, aku takkan berpindah-pindah tempat kerja.

Enami Risa: Bekerja di tempat yang sama untuk waktu yang lama akan merepotkan, tau.

Ookusu Naoya: Aku sama sekali tidak mengerti. Apa maksudmu?

Karena itu Enami-san, mungkin dia tidak cocok dengan lingkungan kerjanya. Namun, apa yang dikatakan bukan tentang itu.

Enami Risa: Misalnya saja begini, seandainya saja kamu bekerja di tempat karaoke dan menyajikan jus. Kemudian, ada karyawan mabuk akan terus mengusikmu dengan cara yang aneh. Mereka akan mengatakan sesuatu seperti, “Kamu imut, deh,” atau “Kasih tahu ID LINE-mu dong”. Lambat laun, rumor mulai menyebar, dan tipe orang yang tidak kamu sukai mulai mendatangimu.

Ookusu Naoya: Jadi begitu rupanya.

Kalau memang begitu, itu bisa dipahami. Enami-san adalah orang terkenal di sekolah. Tidak peduli seberapa juteknya dia, dia memiliki aura yang tidak bisa disembunyikan. Jika orang semacam dirinya berbaur di masyarakat, itu pasti akan merepotkan.

Enami Risa: Bukan hanya pelanggan. Ada kalanya orang-orang yang bekerja denganku juga berusaha PDKT. Aku tidak ingin terjebak dalam masalah percintan yang tidak benar-benar kumengerti. Jadi jika aku melihat tanda-tanda masalah sekecil apa pun, aku akan pergi begitu saja. Sejauh yang kuingat, aku sudah berpindah-pindah tempat setidaknya sepuluh kali.

Hal yang sama juga terjadi di sekolah kami. Namun, perbedaan dari sekolah adalah mudahnya berpindah pekerjaan. Kurasa itu wajar saja kalau dia mencari pekerjaan di tempat lain karena dia merasa dalam bahaya.

Enami Risa: Aku tidak tahu mengapa, tapi ketika orang-orang dengan usia sebaya berkumpul di pekerjaan paruh waktu, mereka suka membuat grup LINE. Aku tidak perlu bertukar informasi kontak karena aku berbicara tentang shiftku dengan manajer dan aku tidak memiliki kesempatan untuk meminta siapa pun untuk berganti shift. Jadi aku tidak perlu bertukar informasi kontak dengan mereka.

Ookusu Naoya: Kurasa aku mengerti maksudmu.

Enami Risa: Itu sebabnya sering kali, tidak ada hal baik kalau terlalu lama berkutat di tempat yang sama. Paham?

Aku menyadari kalau gadis cantik mempunyai masalahnya tersendiri.

Ookusu Naoya: Kupikir itu cuma karena kamu tidak mampu berbicara dengan orang saja, Enami-san…

Aku mengetiknya dengan berpikir kalau dia mungkin akan merasa marah padaku karena mengatakan ini. Namun, jawaban Enami-san setelah itu secara mengejutkan terdengar acuh tak acuh.

Enami Risa: Iya~, iya~.

Ookusu Naoya: Apa-apaan dengan reaksi itu?

Enami Risa: Aku sudah biasa diberitahu itu, jadi aku tidak terlalu memikirkannya lagi. Ya, ya, maafkan aku, aku memang tidak pandai bersosialisasi.

Ookusu Naoya: Kamu harus berusaha sedikit lebih keras…

Enami Risa: Tentu saja tidak. Apa gunanya saling mengenal? Tidak ada, ‘kan?

Ookusu Naoya: Yah, mungkin saja begitu.

Memang, dalam kasus Enami-san, bahkan jika dia bersikap akrab dengan orang lain, dia mungkin cenderung terlibat dalam situasi yang merepotkan. Aku mendengar kalau gadis-gadis lebih serius tentang cinta. Jika ada dua gadis jatuh cinta dengan orang yang sama, tapi hanya satu yang bisa menjalin hubungan dengan pihak lain, mereka takkan rukun. Bahkan tanpa adanya itu, seandainya saja Enami-san lebih sering tersenyum, pasti ada banyak cowok yang akan mendekatinya, yang mana ituakan menimbulkan reaksi tidak menyenangkan dari gadis-gadis lain.

Ookusu Naoya: Yah, aku mengerti tentang pekerjaan paruh waktumu. Jangan terlalu memaksakan diri. Sayang sekali jika kamu kembali terlambat karena pendapat guru mengenai kamu baru saja mulai membaik.

Enami Risa: Aku rasa begitu. Aku juga tidak ingin mendapat masalah juga, tapi ini adalah jalan yang kulalui, dan aku ingin melakukan apa yang kubisa.

Ookusu Naoya: Ada Nishikawa dan aku juga. Jika kamu membutuhkan sesuatu, kami akan berusaha sebisa mungkin untuk membantumu.

Jadi aku mengetik pesan seperti itu.

Pesan itu langsung terbaca.

Namun, tidak ada tanggapan untuk sementara waktu.

Suara jam berdetak. Satu atau dua menit berlalu, smartphone-ku masih tidak bergetar. Beberapa saat yang lalu, aku menerima balasan paling lambat dalam satu menit. Aku jadi merasa cemas kalau aku mengatakan sesuatu yang aneh, jadi aku membaca pesanku lagi, tapi aku menganggap kalau tidak ada yang aneh.

–Aph dia sudah tertidur?

Enami-san adalah orang yang suka berubah-ubah. Itu bisa saja terjadi. Sekitar lima menit kemudian, tepat saat aku akan menyerah, smartphone-ku tiba-tiba bergetar.

Enami Risa: Dasar songong.

Itu adalah komentar pedas, tapi aku tahu kalau dia tidak bermaksud dala artian buruk

Meskipun balasannya datang sekitar lima menit kemudian, aku segera membacanya, yang anehnya memalukan, seolah-olah aku telah menunggu balasannya selama ini. Aku mengetik pesan berikutnya demi menutupinya.

Ookusu Naoya: Apa kamu akan berangkat ke sekolah besok?

Hampir tidak ada jeda antara saat pesan dibaca dan saat balasan tiba.

Enami Risa: Ya, kemungkinan aku akan berangkat, meski perlu memakai masker, sih.

Ookusu Naoya: Syukurlah kalau begitu.

Aku menyadari bahwa kami telah bertukar pesan selama hampir satu jam. Aku melihat ke arah jam dan melihat kalau sekarang sudah pukul sebelas. Aku harus segera melanjutkan studiku.

Ookusu Naoya: Sampai jumpa di sekolah besok.

Enami Risa: Iya. Sampai ketemu lagi.

Setelah itu, aku meletakkan smartphone-ku. Aku bangkit dari tempat tidur dan meminum minuman berenergi. Rasanya begitu hangat karena AC telah menaikkan suhu.

Aku menepak kedua pipiku untuk menyemangati diri, dan mengalihkan perhatianku ke soal latihan matematika lagi.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama