Chapter 5 – Ideal dan Realita
“Maaf ya, sudah menyuruh kalian
semua berkumpul di sini selama liburan musim panas.”
Di dalam ruangan OSIS selama masa
liburan musim panas. Ketika Touya meminta maaf karena mengadakan pertemuan
mendadak, anggota OSIS lain yang berkumpul menggelengkan kepala dari ke kiri
dan kanan seolah-olah mereka tidak terlalu mempermasalahkannya. Masachika lalu
membuka mulutnya untuk mewakili yang lain.
“Tidak, yah, aku sendiri tidak
keberatan, tapi ... apa ini tentang masalah perubahan seragam?”
“Hmm? Ahhh, bukan, karena aku
dan Chisaki yang akan menangani itu ....”
“Apa Ketua yakin? Jika ada yang
bisa kami lakukan, kami akan membantumu, oke?”
“Terima kasih banyak. Tapi urusan
yang itu benar-benar tidak perlu. Sebaliknya, aku ingin meminta bantuan kalian mengenai
sesuatu......”
“Minta bantuan perihal apa?”
Touya lalu melihat sekeliling
pada semua anggota kecuali Chisaki dan bertanya sembari menurunkan alisnya
sedikit.
“Kira-kira ... apa kalian sudah
tahu mengenai Tujuh Misteri yang sekarang sedang populer di sekolah?”
“Tujuh Misteri tuh .....
misteri yang mirip seperti hantu Hanako-san di toilet atau model tubuh manusia
yang bergerak sendiri?”
“Betul sekali. Yah, meski
isinya sedikit berbeda, sih ...”
Karena masih belum memahami apa
yang Touya bicarakan, Masachika menatap Alisa yang ada di sebelahnya. Namun,
mana mungkin Alisa, yang lingkaran pertemanannya lebih kecil dari Masachika,
bisa mengetahui sesuatu yang tidak diketahui Masachika. Saat mereka berdua
bertukar pandang dengan bingung, Yuki yang duduk di seberang mereka, mengangkat
suaranya.
“Aku pernah mendengar beberapa
dari mereka. Kalau tidak salah ‘Sosok
Bayangan yang berdiri di atap’, ‘Patung Terbalik’, dan ‘Sosok siswi merah’ ...?”
“Suou sudah tahu tentang itu,
ya? Memang, tiga hal yang disebutkan Suou tadi termasuk dalam Tujuh Misteri
sekolah ini.”
“Hmm... entah kenapa itu nama
yang tidak kukenal.”
“Benar sekali. Entah itu hantu
toilet Hanako-san, piano yang berbunyi sendiri di malam hari, atau anak tangga
yang bertambah banyak? Bukan hal semacam itu yang dibicarakan.”
“Yah, jika seseorang sudah
menjadi anak SMA dan mendengar cerita hantu yang sudah pasaran, mereka akan
kesulitan buat menanggapinya ... Ngomong-ngomong, isi dari ketiga misteri itu
bagaimana?”
Ketika Masachika menanyakan
pertanyaan ini dengan senyum masam, Yuki membalas sambil tersenyum sedikit
misterius.
“Kamu yakin ingin mendengarnya?
Ada beberapa cerita yang cukup menakutkan, loh.”
“Eh, yang bener? Ngomong-ngomong,
seberapa menakutkannya ?”
“Ini sama menakutkannya dengan
sekrup kecil yang jatuh di dekat microwave.”
“Itu sih sangat menakutkan!
Lah, bukannya maksud dari menakutkannya jadi sedikit berbeda?”
“Fufu, aku hanya bercanda,
kok~”
Sambil tertawa kecil, Yuki
mulai berbicara tentang isi Tujuh Misteri Akademi Seirei.
‘Sosok
Bayangan yang berdiri di atap’. Kadang-kadang, ada sosok hitam
yang terlihat berdiri di atap gedung sekolah yang dilarang untuk dimasuki.
Entah kenapa, siluetnya tidak jelas dan jenis kelaminnya pun tidak diketahui, tapi
para siswa yang menyaksikan itu semua merasakan tatapan yang kuat dari sosok
tersebut.
‘Patung
Terbalik’. Pada tengah malam, sisi kiri dan kanan patung batu di
ruang seni itu dibalik. Meski hanya itu saja fenomena yang terjadi, tapi ada
kesaksian saksi mata dari beberapa anggota seni, dan ada juga bukti foto
bagaimana patung tersebut dibalik.
‘Sosok
siswi merah’. Di dalam gedung sekolah usai sepulang sekolah,
ada beberapa siswa bertemu dengan seorang siswi yang menderita luka misterius
di suatu tempat di tubuhnya. Namun, tidak ada satu pun siswa bisa mengingat
wajah gadis itu, tapi dalam beberapa hari, mereka akan terluka di area yang
sama di mana gadis itu terluka.
“Hmm ...”
Setelah mendengar penjelasan
Yuki, Masachika mengeluarkan tanggapan yang tidak terlalu tertarik. Yuki
tersenyum pahit pada reaksi ini, yang tampaknya sangat tidak Ia percayai.
“Kelihatannya kamu tidak terlalu
tertarik, ya?”
“Tidak, habisnya ... itu cuma
kabar angin saja, iya ‘kan? Bahkan jika kamu bilang ada bukti foto, di jaman
sekarang murid-murid bisa mengedit foto dengan gampang.”
“Yah, kurasa itu ada benarnya.”
Yuki tampaknya berbagi
pandangan yang sama dengan Masachika, dia menganggukkan kepalanya dan
mengangkat ringan bahunya pada saat yang bersamaan. Sejak awal, Yuki mungkin juga
tidak mempercayai Tujuh Misteri tersebut. Bukan hanya mereka berdua, anggota yang
lain ada yang tersenyum, terlihat tanpa ekspresi, atau tidak tertarik. Kecuali
satu orang.
“Uuuuu~~… apa-apaan dengan cerita itu… duh~, aku jadi
tidak berani berjalan sendiri di sekitar gedung sekolah sepulang sekolah lagi,
‘kan …”
“Eh, Masha-san?”
Maria merangkul dirinya sendiri
dengan kedua tangan dan gemetaran. Tidak ada senyum lembut biasa di wajahnya,
dan cara dia melihat sekeliling dengan cemas menunjukkan kalau Maria sangat
ketakutan. Melihat reaksi berlebihan dari teman baiknya, Chisaki yang duduk di
depannya, memanggilnya dengan senyum masam.
“Tidak, tidak, Masha, itu cuma
rumor saja, tau. Jadi, jangan terlalu ketakutan begitu ...”
“Uuhh~, tapi pepatah bilang kalau
kamu tidak bisa menyalahkan seseorang untuk sesuatu yang tidak kamu curigai, ‘kan?”
“Eh? Aku tidak salah dengar,
‘kan? Bukannya tidak ada asap jika tidak ada api?”
“Haha, rasanya cuma buang-buang
waktu untuk mengatakan yang kurang benar. ...... tapi maknanya sendiri hampir mengatakan
hal yang serupa.”
“Hmm?”
“Ya ampun, Masha! Kesalahan
macam apa yang kamu katakan ...”
Maria berkedip kebingungan, dan
Alisa mengoreksi kesalahannya dengan ekspresi malu di wajahnya. Menoleh ke arah
sampingnya, Masachika tampak sedikit terkejut pada Chisaki dan bertanya.
“Meski begitu,
Sarashina-senpai, apa kamu tidak takut pada hantu?”
“Eh?... Tidak sama sekali, kok.
Kenapa emangnya?”
“Kupikir Sarashina-senpai itu
tipe orang yang ‘Hantu itu menakutkan
karena aku tidak bisa memukulnya!’”
Chisaki memiringkan kepalanya
dengan ekspresi keheranan ketika dia mengucapkan kalimat template yang sering
diucapkan oleh karakter tipe otak otot dalam dua dimensi.
“Kamu ini bicara apa? Hantu
juga masih bisa dipukul, ‘kan?”
“Eh?”
“Ehh?”
““““““Ehhhhhhh?””””””
Tatapan enam orang di ruangan
itu semuanya terfokus pada Chisaki sekaligus. Namun, Chisaki tersentak kaget
seolah-olah dia tidak bisa memahami kenapa dirinya dilihat seperti itu.
Menanggapi reaksinya yang sepertinya bukan candaan ...
“Jadi Ketua, empat misteri
lainnya bagaimana?”
“Oh, aku juga ingin mendengarnya.”
“Oh iya, cerita lainnya ...”
Merke berenam memutuskan untuk
berpura-pura tidak mendengar apa-apa. Karena jika mereka melangkah lebih jauh,
mereka akan melihat ke dalam jurang dalam yang tidak ada bandingannya dengan
tujuh misteri sekolah. Ya, fakta bahwa dia bisa memukulnya berbarti itu bukan
hantu, melainkan sesuatu lain yang mirip saja, yup anggap saja seperti itu.
“Ummm, berdasarkan cerita yang
kudengar ...”
Kemudian Touya mulai menceritakan
empat misteri lainnya.
‘Suara
isak tangis dari gedung klub’. Di gedung klub, suara isak
tangis seorang wanita bisa terdengar entah dari mana.
‘Tangga
Pembawa keberuntungan’. Jika kamu memutar gacha di tangga menuju
atap, kamu memiliki kemungkinan besar untuk mendapat SSR.
“Permisi, aku mau ke toilet
dulu sebentar.”
“Itu sih tidak masalah, tapi
Masachika-kun, kamu perlu meninggalkan smartphone-mu di sini, oke?”
“Ah, kalau gitu tidak jadi,
deh.”
“Kamu ini jujur banget ya,
Kuze.”
‘Kucing tak berwujud.
Kadang-kadang seseorang bisa mendengar kucing mengeong di gedung
olahgara di sebelah halaman sekolah. Namun, tidak ada yang benar-benar
melihatnya.
‘Bunga
sakura gila di belakang gedung sekolah’. Pohon sakura yang tumbuh di
belakang gedung sekolah terkadang mekar menggila di malam hari. Jika bunganya
berwarna putih, keberuntungan akan datang kepada seseorang yang melihatnya;
jika berwarna merah, nasib sial akan menimpa seseorang yang melihatnya.
“Dan yah, jika ditambahkan
dengan yang sudah Suou ceritakan, totalnya ada tujuh.”
Touya menutup mulutnya setelah
mengatakan ini, dan Masachika memijat alisnya seolah-olah kepalanya terasa
pusing.
“Ummmm, yah, mau menyalahkan Ketua
juga percuma, tapi ... ada banyak hal yang ingin aku komentari. Maksudku, gacha
jelas-jelas merupakan misteri yang dibuat-buat supaya bisa memenuhinya jadi “tujuh” misteri, iya ‘kan?”
“Yah, begitulah?”
“Suara seorang wanita ...
kupikir itu bisa jadi hanya suara hembusan angin atau suara gesekan dinding ...
Yah, aku sedikit khawatir tentang bagian isak tangisnya, sih. Dan suara kucing
itu hanyalah kucing yang berkeliaran dari tempat lain.”
“Yah, kalau dipikir-pikir lagi
secara normal, itulah penjelasan yang masuk akal.”
“Selain itu, bunga sakura yang menggila?
Semua pohon bunga sakura sekolah kita awalnya berwarna putih …... Perbedaan
warnanya tergantung pada varietasnya, jadi mana mungkin bunganya bisa mekar
dengan warna yang berbeda.”
“Memang benar, sih. ... makanya
itu dinamakan sebagai ‘Tujuh Misteri’,
iya ‘kan?”
“Hmmm ... meski begitu,
menurutku sih tentang perbedaan antara putih dan pink, tergantung pada siapa
yang melihatnya .....”
Setelah memberikan pendapat
negatif seperti itu, Masachika menyadari kalau dirinya terdengar seperti
mengeluh terus dan meringkuk.
“Aku minta maaf, aku sudah
mengatakan hal negatif melulu.”
“Oh tidak apa-apa, pendapat
kritis semacam itu juga penting. Jadi, jangan khawatir tentang itu.”
“Terima kasih banyak. Jadi apa
kaitannya dengan ‘Tujuh Misteri’
itu?”
Ketika ditanya demikian, raut
wajah Touya berubah menjadi agak kesulitan dan menyilangkan tangannya.
“Kaitannya dengan itu ...
Baru-baru ini, tampaknya ada banyak murid yang diam-diam menerobos masuk gedung
sekolah untuk mencari tahu Tujuh Misteri
ini, padahal mereka tidak punya urusan di sana...”
“Haaa ...”
“Jika siswa yang datang ke
sekolah untuk kegiatan klub saja sih tidak ada masalah ... tapi sayangnya, ada
beberapa siswa mencoba memasuki atap yang tertutup, dan bahkan ada beberapa
siswa yang menyelinap ke sekolah di tengah malam.”
“EEhhhh~ ... padahal sudah anak
SMA, tapi masih ada yang melakukan hal semacam itu?”
Yuki mengangguk setuju dengan
Masachika yang meledek hal tersebut, dan kemudia dia mengajukan pertanyaan.
“Menyelinap di tengah malam ...
Bukannya itu sudah termasuk pelanggaran peraturan? Kupikir pihak sekolah takkan
membiarkannya begitu saja... Dari mana Ketua mendapatkan informasi itu?”
“Yah ... Sebenarnya, tampaknya ada
video cuplikan langsung dari acara tersebut telah diposting di situs SNS ...
Siswa yang melihatnya langsung mengirimkannya padaku tempo hari yang lalu.”
“Uwahhhhh ... bego banget~.
Orang yang semacam itu selalu saja ada di mana-mana.”
Tergantung pada kasusnya, isinya
mungkin bisa bocor ke dunia luar dan menyebabkan kegemparan, atau bahkan
mengarah pada mengekspos orang-orang yang terlibat setelah kontributornya
diidentifikasi, yang tidak hanya membuat Masachika, tapi juga Alisa dan Chisaki
mengerutkan kening. Rupanya, bahkan di sekolah bergengsi seperti Akademi Seirei,
ada beberapa orang sembrono dengan keterampilan manajemen krisis yang rendah.
“Hmm, yah, aku langsung
mengeluarkan peringatan keras secara pribadi kepada orang yang terlibat dalam
video itu. Video tersebut tampaknya telah dihapus, jadi kurasa tidak ada masalah
mendesak untuk saat ini, tapi … aku tidak yakin apa ada siswa lain yang akan
melakukan hal yang sama. Untung saja kali ini belum ada guru yang
mengetahuinya, tapi jika ada guru yang menemukannya, aku yakin kalau mereka
akan mendapat hukuman.”
“Benar juga. Untung saja itu
tidak menjadi masalah besar.”
Mengangguk pada kata-kata Yuki,
Touya menaikkan nada suaranya sedikit.
“Oleh sebab itu. Bagaimana
kalau pihak OSIS melakukan penyelidikan tentang Tujuh Misteri untuk menenangkan
trend Tujuh Misteri ini?”
“Menyelidiki ... dengan kata
lain, mencari asal mulanya ... lalu dengan sepat menyebarkan informasi kalau “Semuanya itu cuma hoaks” dan membuat
para siswa kehilangan minat?”
“Itu tepat sekali, Suou. Untuk
lebih jelasnya, tidak masalah apakah buktinya itu palsu atau bukan. Misalnya
saja suara kucing mengeong di gedung olahraga, kalian bisa berfoto dengan kucing
yang kalian bawa dari tempat lain dan mengatakan kalau kucingnya sudah
ditemukan. Tujuannya bukan untuk mengungkapkan identitas sebenarnya dari Tujuh
Misteri, tapi untuk berpura-pura kalau kita sudah mengungkapkannya. Pokoknya, aku
ingin mengakhiri booming Tujuh
Misteri ini secepat mungkin.”
“Sebenarnya, beberapa anggota
klub Kendo sudah membicarakannya ... Yah, aku tidak berpikir kalau mereka akan
masuk tanpa izin, tapi aku masih sedikit khawatir ...”
Mendengar Chisaki berkata
demikian, Masachika menganggukkan kepalanya sambil berpikir dalam hati, “Tidak, itu mungkin sebagian karena
Sarashina-senpai membuat pernyataan sesuatu seperti 'hantu itu ada'...”.
“Baiklah dimengerti. Memang
benar kalau ini merupakan salah satu otonomi siswa, dan salah satu tugas yang
perlu dilakukan oleh OSIS.”
Anggota lain juga secara lisan
setuju dengan perkataan Masachika. Touya merasa lega karena sepertinya tidak
ada yang enggan untuk bekerja sama.
“Terima kasih banyak. Aku ingin
kalian segera menyelidikinya ... Maaf, padahal aku sendiri yang meminta kalian,
tapi aku dan Chisaki akan menghadiri rapat tentang perubahan seragam ...”
“Maaf banget ya. Karena sudah
siang, aku tidak bisa ikut bergabung dengan kalian hari ini...”
Touya dan Chisaki menurunkan
alis mereka dengan permintaan maaf, tapi anggota lainnya mengangkat suara kalau
mereka tidak terlalu mempermasalahkannya dan membujuk mereka berdua untuk tidak
terlalu mencemaskannya.
“Tidak, tidak, aku tidak
keberatan sama sekali, kok. Justru sebaliknya, urusan seragam yang kalian
berdua tangani jauh lebih sulit. Aku bahkan sudah diperbolehkan mengunjungi
vila Ketua selama kamp pelatihan nanti, jadi masalah kecil ini biar kami yang
menanganinya.” (Masachika)
“Ya, tidak ada gunanya memiliki
begitu banyak orang, jadi serahkan saja urusan ini pada kami.” (Alisa)
“Kami akan menangani masalah
ini, jadi tolong jangan terlalu mengkhawatirkan tentang itu.” (Yuki)
“Seperti yang sudah dikatakan
semuanya. Semoga anda berdua berhasil.” (Ayano)
“Kalian juga melakukan yang
terbaik di sana, ya? Ak-Aku juga ... meski aku merasa takut, tapi aku akan
melakukan yang terbaik!” (Masha)
Touya dan Chisaki tersenyum
pada kata-kata penyemangat yang mereka terima. Setelah itu, mereka mulai
membahas langkah selanjutnya.
“Kalau begitu, mari kita
selidiki secara terpisah ... Tapi cuma setengah dari Tujuh Misteri yang bisa
kita selidiki setelah malam, ya?”
“Benar juga ... maaf, karena aku
dan Ayano memiliki jam malam, jadi ...”
“Ah, kalau itu sih apa boleh
buat. Kalau begitu, hanya ada aku, Alya, dan Masha yang akan melakukan
penyelidikan setelah malam...?”
“Aku sih tidak keberatan.”
“I-Iya, baiklah. Aku mengerti.”
“Maaf ya. Aku akan meminta izin
kepada guru mengenai perihal itu. Mari kita sembunyikan fakta kalau ada siswa
yang menyusup ke sekolah, dan berpura-pura kalau kita sedang menyeldiki Tujuh
Misteri karena ada siswa yang merasa cemas dengan rumor tersebut.”
“Kedengarannya bagus. Mohon
bantuannya mengenai izin itu.”
Setelah beberapa diskusi lebih
lanjut, pertemuan itu berakhir. Setelah istirahat sejenak, mereka memutuskan
untuk melakukan penyelidikan yang sebenarnya.
“Ah iya, Kuze-kun.”
“Iya?”
Selama istirahat, masing-masing
orang ada yang pergi ke kamar kecil atau untuk membeli minuman, Masachika sendiri
hendak ke kamar kecil saat Chisaki menghentikannya dari belakang dan berbalik.
Kemudian, Chisaki mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan mengulurkannya pada
Masachika.
“Terima ini, aku akan
meminjamkanmu ini.”
“Apa ini…”
Benda yang Chisaki pinjamkan
padanya ternyata ialah ... sebuah juzu*. Ini adalah juzu asli yang anehnya
terbuat dari serangkaian batu obsidian yang dipoles. (TN: Tasbih Doa yang digunakan oleh semua umat
Buddha)
(Apa maksudnya minjamin ini padaku!?)
Masachika tertegun pada perkembangan
misterius karena dipinjamkan juzu oleh senpainya. Mungkin merasakan kebingungan
Masachika, Chisaki menambahkan penjelasan.
“Lihat, buat jaga-jaga kalau yang
aslinya keluar. Kamu tinggal menggunakan ini, oke?”
“Hah? Maksunya yang ‘asli’…... eh, jangan bilang hantu yang
asli? Tapi, bagaimana cara menggunakannya ...”
Apa Ia perlu memegangnya di
antara kedua tangannya sambil mengucapkan doa pengusiran? Masachika
membayangkan hal semacam itu seraya memikirkan adegan pengusiran setan yang
dilakukan oleh para biksu di dalam manga.
“Caranya, ya ...”
Sedangkan di sisi lain, Chisaki
tampak sedikit bingung dan melilitkan juzu di sekitar tangan kanannya dari jari
telunjuk ke jari kelingking, mirip seperti senjata Brass Knuckle.
“Caranya dililit begini, terus
begini.”
“…Hou.”
Kemudian, ketika dia meremas
juzu yang melilit jari-jarinya dan mengepalkan tinjunya, dia tiba-tiba
mengarahkan tinjunya ke atas langit.
“Setelah itu, begini!”
“Ho~”
Dengan kata lain, kasih bogem
mentah. Jika kamu tidak punya waktu melantunkan doa, kamu tinggal pukul saja.
Lagipula, otot adalah jawaban untuk segalanya.
“Oh, jika terlihat terlalu
sulit untuk didekati, aku menyarankan untuk membongkarnya dan menggunakannya
sebagai peluru jari.”
“Jangan mengatakannya
seolah-olah peluru jari itu wajib dipelukan. Tapi yah, aku bisa menembaknya,
sih. Aku ‘kan otaku.”
“Oh, kalau gitu ceritanya jadi cepat.
Kalau begitu aku akan meminjamkanmu ini. Tolong lingungi gadis-gadis dengan ‘Lianyang Lotus Sutra’ ini.”
“Jelas-jelas ini item yang cuma
bisa didapatkan di dungeon terakhir. Kira-kira apa tidak masalah? Apa aku punya
level peralatan yang cukup?”
“Jangan khawatir, tidak perlu
cemas begitu. Bahkan jika kamu tidak punya kemampuan yang cukup, benda itu cuma
menyedot sedikit masa hidupmu, kok.”
“Owalah ternyata begitu toh~,
kalau gitu aku bisa merasa lega!”
Setelah mengucapkan dengan
riang dan ceria, Masachika dengan hati-hati
menerima juzu itu.
(Ngomong-ngomong, kenapa orang ini bisa
membuat senyum yang sangat manis ...)
Seperti biasa, Masachika dibuat
bergidik oleh Senpainya yang tidak tahu seberapa serius dan seberapa
bercandanya dia, Masachika kemudian memutuskan kalau Ia tidak akan pernah
memakainya.
◇◇◇◇
“Yoshi, baiklah. Kalau begitu,
mari kita mulai penyelidikannya!”
“Kamu ini bicara apa? Bukannya
kamu sudah selesai menyelidiki satu dari Tujuh Misterinya.”
Tsukkomi
Alisa
bergema di tangga menuju atap dengan ekspresi tercengang di wajahnya. Di sisi
lain, Masachika menanggapinya sambil berbalik dengan senyum berbahaya dan pupil
mata yang melebar.
“Hahahaha, apa yang kamu
bicarakan? Bukannya penyelidikan kita baru saja dimulai.”
“Tidak... sudah kubilang,
bukannya barusan di tangga ini, kamu …”
“Tidak terjadi apa-apa, kok?
Ya. Itu cuma ilusi kalau 5.000 batu yang aku kumpulkan dengan menonton iklan
setiap hari meleleh dalam sekejap, ‘kan?”
“Hah ...”
Yuki tersenyum tak kenal takut
di samping Masachika, yang berusaha keras untuk melarikan diri dari kenyataan.
“Fufufu... percobaannya masih
belum cukup untuk mengatakan kalau rumor itu cuma hoaks. Bukankah menurutmu
begitu...?”
“Jangan Yuki-sama, Anda tidak
boleh melangkah jauh sampai ke sana.”
Ayano dengan tenang
menghentikan Yuki, yang mencoba melakukan top-up
gacha dengan senyum dan tatapan mata yang terbuka lebar. Mereka berdua sama-sama kena apes. Jangankan SSR, mereka bahkan
tidak bisa mendapatkan karakter tingkat SR. Yang ada justru sebaliknya, tarikan
gacha mereka jauh lebih ampas dari biasanya.
Begitu penyelidikan dimulai, dua
orang mengalami penurunan nilai SAN dengan faktor yang sama sekali berbeda dari
rasa takut. Melihat situasi itu, Maria yang biasanya tidak bermain game, tersenyum
bermasalah.
“Umm, apa kamu baik-baik saja?
Mau aku elus-elus buat menghiburmu?”
“Kamu tidak perlu melakukan
itu.”
“Eh, memangnya boleh?”
“Kamu juga jangan ikut
kepancing!”
Jadi, setelah menghabiskan
beberapa menit untuk memulihkan kondisi mentalnya, Masachika dengan lihai
mengabaikan tatapan dingin Alisa, dan menunjuk ke ujung tangga dengan penuh
semangat.
“Kalau begitu, ayo pergi ke
atap!”
“Kenapa kamu malah mendadak
semangat begitu ...”
“Tidak, tentu saja aku bakalan
semangat. Atap sekolah merupakan tempat yang romantis, iya ‘kan?”
“Romantis apanya?”
Alisa mengerutkan alisnya
dengan curiga, tapi Maria mengangguk dalam-dalam di sampingnya.
“Aku paham banget~... atap
sekolah tuh memang enak banget ‘kan~. Kedengarannya seperti sesuatu yang indah
akan terjadi, bukan?”
“Fufufu, kalau tidak salah dalam
novel remaja, protagonis dan teman-temannya sering berkumpul di atap, ‘kan.”
Maria yang terlihat bersemangat
dan meninggikan suaranya dengan berseri-seri, sedangkan Yuki, dia tertawa
dengan elegan dan menunjukkan rasa antisipasi juga. Ayano sudah membaur jadi
udara.
“Yah, begitulah. Selain itu,
fakta bahwa area atap biasanya tertutup memberikan kesan seperti markas
rahasia.”
“Gitu, ya.”
Ketika Masachika mengalihkan
pandangannya ke atap, Alisa menghela nafas ringan seolah berkata, ‘Aku tidak bisa meladenimu terus’.
“Yah, terserah apa katamu, tapi
jangan lupa tujuan awal kita kemari, oke?”
“Iya, iya, duh...”
Seraya manggut-manggut pada
saran Alisa, Masachika menaiki tangga dan menyipitkan matanya pada pintu masuk
atap.
“Hmmm~ Tidak ada masalah khusus
dengan pintunya. Sepertinya kenop dan kuncinya tidak rusak, dan tidak mungkin
untuk dibobol... iya, ‘kan?”
“Benar juga~ kurasa mana
mungkin ada siswa yang bisa masuk ke sana sendiri.”
Setelah memeriksa sepintas area
sekeliling, Masachika menyimpulkan kalau mustahil bisa masuk tanpa kunci.
“Baiklah! Sekarang waktunya
kita ke atap!”
“Okee~ kalau begitu aku buka
ya~.”
Kemudian, Maria membuka pintu
dengan kunci yang dipinjam dari ruang guru, dan pintu yang menuju ke atap
dibuka.
“Ohh~”
Suara Masachika dipenuhi dengan
antisipasi saat area atap yang belum pernah Ia kunjungi akan terbuka. Sembari menyipitkan mata pada
sinar matahari yang menyilaukan, dan kemudian ……
“Kotor banget!!”
Ekspresi wajahnya langsung
berkerut saat melihat pemandangan yang tidak romantis sama sekali dan justru
tidak sedap dipandang.
Yah, itu tidak mengherankan
karena atap tersebut tidak pernah dibersihkan, ….. area atap itu ditutupi
sesuatu yang hitam, kotoran burung berjatuhan di mana-mana, dan ada banyak lumut
hijau yang tumbuh di bawah pagar, jadi area tersebut tidak bersih sama sekali.
“Uwaaahh...”
“... Ini sih cukup mengerikan
juga.”
“Uhhh ... ini tidak seindah
seperti shoujo manga...”
Tiga orang yang berfantasi romantis
tentang atap benar-benar dibuat kecewa ketika ilusi mereka dihancurkan dengan
kejam. Alisa mengembalikan percakapan ke tujuan semula, usai memberikan
pandangan kecewa pada Maria, yang menjadi sangat sedih.
“Lantas, apa yang akan kita lakukan?
Sebagai tindakan pencegahan tujuh misteri ... kupikir penjelasan yang lebih rasional
dan terbaiknya ialah menjelaskan bahwa sosok yang muncul di sini hanyalah
manusia?”
“Betul, juga... Kurasa lebih
baik untuk membuat jejak kaki di dekat pagar di sisi halaman sekolah dan memotretnya.
Bersamaan dengan foto itu, kita bisa menyebarkan informasi bahwa seorang
kontraktor memasuki atap. Selama tidak ada siswa yang berusaha memasuki tempat
ini, tidak ada penjelasan lain, dan sebaliknya, tidak ada yang bisa menyangkal
keberadaan kontraktor.”
“Yah, kurasa itu masuk akal...
atau lebih tepatnya, cuma itu yang bisa kita lakukan sekarang.”
Mengangguk atas saran Yuki,
Masachika tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menyadari bahwa mereka berempat
sedang menatapnya.
“... Eh, aku?”
“Dalam hal ukuran sepatu,
bukannya cuma kamu yang pas?”
“Dari segi berat, kupikir lebih
mudah membuat jejak kaki dengan bobot yang lebih berat. Kamu pasti merasa
senang ‘kan, bisa memasuki atap yang kamu dambakan.”
Dua kandidat ketua OSIS
selanjutnya secara mengejutkan bekerja sama untuk menyudutkan Masachika. Meskipun
mereka mengatakan hal-hal yang masuk akal, jelas sekali kalau mereka tidak
ingin menginjakkan kakinya di area itu
“Ehhh~ ... di sini, dengan
sepatuku?”
Namun, hal yang sama berlaku
untuk Masachika. Lagipula, siapa juga yang mau berjalan ke tempat yang kotor
dan menghentakan sepatu mereka untuk meninggalkan jejak kaki? Ketika Masachika
hendak meminta bantuan Maria untuk menanyakan apa ada cara lain, tapi ….
“Uhh~ bermain kembang api di
atap... Waktu makan siang di atas lembaran vinyl... Bersembunyi dan diam-diam
merokok...”
...... Rupanya, dia masih berusaha
mengejar mimpi yang hancur. Lagian, rokok sih enggak baik.
“... Ummm kalau begitu,
bagaimana kalau saya saja yang melakukannya?”
Begitu Ayano terus menatapnya
usai mengatakan itu, Masachika tidak punya pilihan selain mengatakannya.
“Tidak, biar aku saja yang
melakukannya...”
Kemudian, begitu turun ke
lantai satu untuk mengambil sepatunya, Masachika berkeringat di bawah langit
musim panas dan membuat jejak kakinya di atap.
(Kira-kira apa ada pekerjaan OSIS yang lebih
menyedihkan dari ini...)
Ketika melihat ke bawah, Ia
bisa melihat klub atletik sedang bercucuran keringat di halaman sekolah. Ketika
mendongak ke atas, Ia melihat burung terbang bebas di langit. Oh, betapa
menyenangkannya itu. Tapi Ia bersumpah takkan pernah memaafkan mereka karena
sudah mengotori atap dengan kotoran.
“Masachika-kun~? Kok kakimu
berhenti~?”
(Kamu juga sama, dasar adik tengil, memangnya
salah siapa yang membuatku sampai melakukan ini?)
(Ahh!! terserahlah ...)
Realitas keji telah
menghancurkan fantasinya dan membuatnya melakukan pekerjaan yang menyedihkan. ...
Masachika, yang frustrasi karena berbagai hal, secara spontan langsung
mengeksekusi hal kesebelas dalam daftar “Hal-Hal
yang inign kulakukan di atap sekolah”. Setelah mengambil napas dalam-dalam,
Ia berlari menuju pagar yang menghadap halaman sekolah dan berteriak ...
“Persetan dengan yang namanya
masa muda, bakayarooooo!!!!”
“Yang bodoh itu kamu kali.”
Masachika berhasil
melaksanakannya, tapi langsung dibungkam oleh perkataan dingin Alisa.
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya