Roshi-dere Vol 4.5 Chapter 09 Bahasa Indonesia

Chapter 9 — Penyayang dan Ore-sama

 

“Aku penasaran, apa hipnosis akan mempan pada Onii-chan enggak, ya?”

Pada suatu hari selama liburan musim panas. Sembari duduk di tempat tidur di kamarnya dengan memegang buku tentang hipnosis di tangannya, Yuki tiba-tiba menggumamkan kata-kata tersebut.

Judul buku itu adalah “Siapapun Bisa Belajar Hipnosis~ Mulai Hari Ini, Kamu Juga Seorang Ahli Hipnotis!~ ”. Itu adalah buku yang tadinya pernah menyebabkan insiden di ruang OSIS. Setelah kejadian menyedihkan itu, Yuki berjanji kepada Masachika kalau hipnotisme yang dijelaskan dalam buku ini akan disegel selamanya, tetapi …… mana mungkin Yuki akan melepaskan hal menarik semacam ini begitu saja karena pernah gagal sekali.

Dia membeli buku itu dengan uangnya sendiri, dan mulai sejak itu dia sudah mencoba berbagai teknik hipnosis pada Ayano sebagai kelinci percobaannya ....... Ayano yang tingkat kesetiaannya sudah mencapai tingkat maksimal dan akan menuruti perintah apa saja tanpa perlu hipnosis, tidak bisa dijadikan contoh yang tepat. Ketika Yuki memikirkan, “Aku ingin mencobanya dengan orang lain juga~tapi kalau sama teman sendiri dan gagal, agak canggung gimana gitu~” dan pada saat itulah keberadaan Masachika muncul di benaknya.

“Nee~ Bagaimana menurutmu?”

“Nyaan?”

Saat ditanya oleh Yuki, Ayano yang sedang meringkuk dengan kepala di atas pahanya, mengangkat wajahnya. Dia menatap wajah Yuki dengan mata penasaran dan menyingkirkan poni dari matanya ketika dia bangun, sembari menggunakan tangan kanannya untuk menyibaknya.

“Aaahh....”

Dia mengeluarkan suara linglung, dan Yuki mengangkat kedua tangannya serta mencoba bertepuk tangan dengan bunyi prokk ... lalu, Ayano mendadak berhenti bergerak. Kemudian, dia menatap Ayano, yang sedang duduk dengan gaya duduk khas gadis* di tempat tidur, dan tiba-tiba mengusap payudaranya. (TN: Onna no ko no suwari atau cara duduk anak gadis, cara duduknya mirip duduk bersimpuh tapi agak beda, cara duduknya kayak di ilustrasi ini)

“Mu, mumu? Apa ini ... sudah tumbuh sedikit?”

Memiringkan kepalanya dan menatap Ayano dengan rasa penasaran, Yuki mengusap-usap payudara Ayano dengan ekspresi serius di wajahnya.

“O-O-Ohhhh~? Uwooohhh~ ini tumbuh dengan baik …. Rasanya begitu lembut dan kenyal ….”

Yuki mendorong payudara Ayano dari bawah dan terdengar agak terkesan. Setelah itu, Yuki menghabiskan beberapa menit mengagumi payudara Ayano sebelum menepuk kerasa kedua tangannya dengan puas.

Lalu seketika, gerakan Ayano berhenti sejenak. Dia kemudian berkedip perlahan dan memiringkan kepalanya.

“... Apa Anda berhasil?”

“Ya, semuanya berhasil tanpa masalah pada perubahan perilaku si target... Jadi menurutmu, apa ini akan mempan juga buat Onii-chan?”

“Kepada Masachika-sama? ... Saya kira itu lumayan sulit?”

Ayano memiringkan kepalanya, sepertinya tidak terlalu terganggu dengan fakta bahwa dia baru saja dihipnotis menjadi seekor kucing. Yuki lalu menanggapinya dengan mengangkat bahu.

“Bener banget ‘kan~~.  Sudah jadi kepercayaan umum kalau penghipnotis akan memperoleh resistensi terhadap hipnosis ... Upss, kurasa sudah waktunya untuk les biola~.”

Usai mengatakan itu, Yuki bangkit dari tempat tidur dan mulai mempersiapkan les pelajarannya. Sambil membantunya, bibir Ayano terkatup rapat seolah-olah dia sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu.

 

◇◇◇◇

 

Beberapa hari kemudian, saat Yuki sedang bersiap-siap untuk pergi mengunjungi kediaman Kuze, Ayano tiba-tiba mendekatinya.

“Yuki-sama.”

“Hmm?”

“Mengenai perihal hipnosis tempo hari, …. Saya sudah menyiapkan beberapa benda yang kemungkinan bisa membantu Anda.”

“Eh? Hipnotis ......? ... Ahhh! Maksudmu sesuatu yang bakal mempan kepada Onii-chan! Kamu sampai repot-repot menyiapkan sesuatu segala?”

“Ya. Jika Anda berniat menghipnotis Masachika-sama, saya pikir Anda mungkin memerlukan beberapa alat untuk memperkuat efek hipnotis Anda.”

“Ah~ semacam item peningkatan? Itu memang akan membantu, sih~”

“Saya sudah meneliti berbagai hal mengenai itu ... dan pertama-tama, benda ini.”

Sembari mengatakan itu, Ayano mengeluarkan lilin merah muda gelap dari saku baju pelayannya.

“Katanya ini adalah lilin aromatik yang mampu menenangkan pikiran dan membuat seseorang lebih mudah untuk dihipnotis.”

“Bukannya itu yang sering muncul di doujinshi erotis!?”

“Lalu selanjutnya, ... yang ini.”

Ayano mengoperasikan smartphone-nya dan memberikannya kepada Yuki. Layar smartphone-nya menampilkan gambar mencurigakan dengan efek bergelombang di sekitar mata besar.

“… Apa ini?”

“Sepertinya itu adalah aplikasi hipnosis.”

“Bukannya itu yang sering muncul di doujinshi erotis!?”

Yuki mengulangi tsukkomi yang sama, dan kemudian Ayano mengeluarkan,... semacam kalung kerah yang kasar.

“… Apa itu?”

“Sepertinya ini adalah kerah yang memaksa pemakainya untuk patuh.”

“Bukannya itu benda yang sering muncul dalam fantasi isekai! Lah, kamu berniat memakaikan benda semacam itu kepada Onii-chan!?”

“Tidak, saya harap Anda bisa memakaikan ini untuk saya...”

“Kamu sih tidak membutuhkannya, ‘kan.”

“Begitu…ya…”

“Oi, kenapa mukamu kelihatan kecewa begitu?”

Dengan kepalanya yang mulai terasa pusing dan meletakkan tangan di dahinya, Yuki melihat kerah yang berbentuk aneh dan keta. Kerah itu memiliki beberapa benda mirip seperti batu kekuatan berwarna-warni yang melekat padanya, memberikan hawa kehadiran aneh yang membuat kerah itu tidak terlihat seperti  barang untuk lelucon.

“Pertama-tama ... dari mana kamu mendapatkan semua benda yang terlihat mencurigakan ini?”

“Umm, itu  ... tempo hari ketika saya pergi berbelanja, saya didekati oleh seorang pedagang kaki lima bertudung ... Walaupun saya tidak mengatakan apa-apa, tapi dia memberi saya ini dan mengatakan kalau saya tidak perlu membayarnya ....”

“Upss? Ternyata itu bukan fantasi isekai, melainkan okultisme modern? Jangan sekali-sekali menggunakan itu, oke? Jika menurut alirannya, orang yang memakainya entah kenapa akan hancur dan pedagang kaki lima tersebut akan menertawakannya seraya mengatakan sesuatu seperti, ‘Manusia memang makhluk yang bodoh…’

“Hah...?”

“Tunggu dulu sebentar. Apa jangan-jangan lilin aroma itu juga?”

“Kalau yang ini, saya membelinya dari toko 100 yen.”

“Seriusan, lu. Toko 100-yen memang serba ada, ya.”

“Saya membelinya 200 yen, sih ...”

“Bukannya itu sedikit mahal? Kok bisa?!”

Setelah melontarkan semua tsukkomi-nya, Yuki menyadari kalau Ayano tampak sedikit berkecil hati.

(Ah ... mungkin aku mengatakannya terlalu berlebihan. Padahal dia sudah repot-repot menyiapkannya demi aku ...)

Merenungi itu di dalam hatinya. Yuki dengan ringan berdeham, dan membuka mulutnya seraya mengalihkan perhatiannya ke lilin.

“Yah, tapi ... bagaimana kalau kita mencobanya? Lilin dan aplikasi itu.”

“! Ya, dengan senang hati!”

“Ya, terima kasih banyak sudah mencari semuanya.”

“Tidak, hal semacam ini bukanlah masalah besar.”

Sambil menertawakan pelayannya yang terlihat langsung bahagia, Yuki dalam hati tersenyum kecut “Kupikir koin lima yen dengan seutas tali masih jauh lebih efektif ...”.

 

◇◇◇◇

 

“Ada kalanya aku berpikiran seperti itu juga.”

Yuki bergumam pada dirinya sendiri, kemudian tatapannya tertuju pada Masachika yang sedang duduk di tempat tidur dengan tatapan mata kosong. Tadi malam, dia menyerahkan lilin aroma kepada Masachika sembari berkata “aroma yang bisa meningkatkan kualitas tidur”, setelah menghabiskan semalaman menghirup banyak asap, Yuki lalu menggunakan aplikasi hipnosis pada Masachika yang dalam keadaang linglung …. Tak disangka-sangka, dia berhasil menghipnotis kakaknya.

“Seriusan, nih ……”

“Selamat. Hipnosis Anda berhasil dengan sukses.”

“Ah, ya ... ummm, mari kita buka dulu ventilasinya untuk saat ini, oke?”

“Baiklah, dipahami.”

Ketika Ayano dalam mode pembantu membuka jendela dan pintu yang mengarah ke ruang tamu, udara manis yang aneh di dalam ruangan memudar saat udara panas melewati ruangan. Namun, meski begitu, Masachika tidak menunjukkan tanda-tanda kembali ke kewarasannya. Ia hanya menatap ksosong pada satu titik di lantai dengan ekspresi hampa.

“……Hmmm, gimana nih~?”

Yuki tidak tahu apa yang harus dia lakukan dari sini karena tidak menyangka kalau hipnotisnya bakalan mempan. Namun, setelah bekerja sama dengan Ayano, mana mungkin dia akan mengakhirinya dengan “Karena aku sudah tahu kalau ini bisa mempan, jadi ayo sudahi ini.”

“Hmm~~ ...”

Setelah berpikir sejenak, Yuki membuat ekspresi “Aha~” seolah-olah mendapat ide bagus dan mulai mengoperasikan smartphone-nya. Kemudian, sambil menunjukkan layar yang membuka aplikasi hipnosis ke arah Masachika, dia mulai memberikan sugesti.

“Kamu akan menjadi cowok ikemen yang penyayang. Kamu takkan bisa mengendalikan perasaan cintamu yang meluap-luap!”

Setelah mengatakan itu, dia lalu mengetuk layar dan terdengar suara mendesis aneh dari smartphone-nya, menyebabkan tubuh Masachika tersentak. Kemudian, saat matanya berangsur-angsur menjadi fokus ... Masachika tiba-tiba tersenyum manis pada Yuki.

“Hai Yuki... Hari ini kamu kelihatan imut juga, deh.”

“Uwaahh najis banget.”

Yuki dibuat terkejut, dan langsung melontarkan komentar pedas. Masachika yang sepertinya tidak terganggu dengan keadaan syok adiknya, mulai mengalihkan perhatiannya kepada Ayano.

“Ayano juga kelihatan manis, kok.”

“Te-Terima kasih banyak?”

“Fufufu, kamu kenapa? Kok kelihatan aneh begitu ... oya?”

Kemudian Masachika tiba-tiba menyadari sesuatu dan bangkit dari tempat tidur, lalu dengan lembut meraih rambut hitam Ayano.

“Lihat, ada serat yang menempel di rambutmu, loh?”

“Ah, ma-maafkan saya! Karena sudah menunjukkan penampilan yang memalukan ...”

Masachika dengan lembut meletakkan tangan kanannya di pipi Ayano saat dia mengecilkan lehernya dan sudut mata yang sudah merah merona. Kemudian,  ketika dengan lembut membuat Ayano mendongak, Ia berbisik manis dengan senyum hangat dan penuh kasih sayang.

“Kamu tidak perlu mengkhawatirkan tentang itu, oke? Karena itu menunjukkan seberapa keras kamu bekerja... justru sebaliknya, kupikir Ayano boleh sedikit bersantai, tau?”

“Ti-Tidak, hal semacam itu ...”

“Begitukah? Ayano sungguh gadis yang pekerja keras, ya... Terima kasih untuk semuanya. Aku mencintaimu.”

Mata Ayano terbuka lebar dan hampir saja terjatuh pada pengakuan cinta Masachika yang sambil dengan lembut membelai pipinya ...

Fuhyuu~~~...”

“A-Ayano!”

“Upss”

Masachika dengan cepat mendukung Ayano, yang lututnya tampak lemas dan mata yang berkunang-kunang. Kemudian, dalam sekejap, Masachika langsung menggendongnya ala putri, dan dengan lembut membaringkannya di tempat tidur sembari membelai kepalanya.

“Fufu, Ayano memang imut banget, ya.”

Usai mengatakan itu, Masachika kemudian menoleh ke Yuki seolah meminta persetujuannya. Tapi Yuki dengan cepat menguatkan diri untuk melawannya. Masachika mulai mendekatinya dengan senyum manis saat Yuki duduk kembali dan memegang tangannya di depan dadanya.

“O-Ohh, apa? Apa kamu berniat melakukannya juga padaku? Jika kamu berpikir kalau aku akan terintimasi oleh pengakuan cinta biasa saja, kamu itu salah besar, oke? Ya, itu masalah besar jika kamu menakut-nakutiku. Berbeda dengan Ayano, aku takkan… ahh, tunggu…”

—— Lima menit kemudian.

“Aku mencintaimu ... Aku sangat mencintaimu dari siapapun di dunia ini, Yuki.”

“Ohyohyohyohyo! Gawat, apa-apaan ini! Ada suara aneh yang keluar dari mulutkuuuuu~~~!”

Di sana terdapat sosok Yuki yang duduk di atas kaki Masachika yang bersila dan membisikkan kata-kata cinta sambil dipeluk dari belakang. Kata-kata manis dilantunkan tanpa henti di dekat telinganya saat dia dipeluk dengan lembut di perutnya dan rambut serta pipinya dibelai. Yuki yang sudah tidak tahan lagi, mulai mengerang dan menggeliat sambil mengeluarkan suara aneh.

Pada awalnya, dia merasa tidak nyaman dengan Masachika yang beringkah sangat penyayang, tapi saat Ia melakukan gerakan ala ikemen tanpa merasa malu, Yuki merasa kalau semuanya jadi percuma saja. Lagi pula, sepertinya itu benar adanya kalau kamu merasa malu, kamulah yang akan kalah.

“Ada apa? Kok kamu tidak bisa tenang begitu ... apa jangan-jangan kamu merasa malu, ya?”

“Fueehh, anuu, ummm~ bisakah kamu berhenti berbisik di telingaku? Rasanya bikin aku jadi merinding ...”

“Benarkah? Kalau begitu... coba nengok ke sini? Aku ingin berbicara sambil melihat wajah cantiknya Yuki.”

“Enggakkkk~~, enggak mau~ enggak mau~! Karena wajahku lagi kelihatan aneh sekarangggg~~~!!”

Dia merentangkan tangan dan kakinya ke depan, menggeliat dan meronta-ronta. Tapi itu saja masih belum cukup untuk lolos dari pelukan Masachika.

Atau lebih tepatnya, pegangannya luar biasa kuat meskipun tangannya lembut. Yuki bisa merasakan keinginan kuat Masachika untuk tidak pernah melepaskannya.

“Ku-Kukuku, boleh juga rupanya. Aku tidak pernah menyangka kalau kamu berhasil membuatku semalu ini ...”

“Fufufu, benarkah? Selama aku bisa melihat sosok Yuki yang imut, aku akan mengatakan perasaan cintaku padamu berulang kali, kok? Karena aku sangat mencintai Yuki lebih dari apapun di dunia ini.”

“Fuhyaa, mu, mugugu, jangan besar kepala dulu, Onii-chan. Jika kamu berpikir kalau aku tidak melawan, kamu salah besar, tau?”

Dengan senyum tak kenal takut di wajahnya, Yuki menyilangkan tangannya di lengan di lengan Masachika.

“Rasakan ini, Onii-chan! Mata dibalas mata! Gigi dibalas gigi! Hipnosis dibalas hipnosis! Aku akan meladenimu dalam mode baru terbaruku yang kupelajari tempo hari!”

Walaupun dia menggunakan kata “baru” dan “terbaru” pada saat yang bersamaan, tapi Yuki sama sekali tidak memedulikan itu, dia meringkukkan tubuhnya menjadi bola untuk meningkatkan auranya, dan kemudian dia mendorong lengan kanannya ke langit sekuat tenaga.

“Ayo! Aktifkan! Mode Malaikat——” 

“Bahkan jika kamu tidak melakukan itu, Yuki selalu menjadi malaikatku, kok?”

“Fueeeaaaaii”

Bisa dibilang, Masachika dengan sengaja menghancurkan transformasi terlarang. Masachika yang dalam mode menyayangi, tidak mau menunggu lama adegan transformasi. Yuki yang gagal melakukan perubahan, menjadi kaku sampai pada titik di mana aura yang dibangkitkan dengansusah payah jad terbuang sia-sia. Masachika memeluk Yuki dengan penuh kasih sayang dan meletakkan dagunya di bahu Yuki.

“Malaikatku yang selalu mencintai keluarganya lebih dari siapa pun dan selalu bekerja keras demi keluarganya... Aku benar-benar merasa bahagia bisa memiliki adik perempuan seperti Yuki.”

“O-Ohhh ...”

Yuki benar-benar merasa malu engan ucapan jitu tanpa ampun selama kekakuannya, dia bahkan tidak bisa membuat lelucon. Pada saat itu, suara samar terdengar di belakang Yuki yang tersipu dengan wajah datar.

“U-Ughh ... umm…”

“A-Ayano! Kamu sudah bangun, ya!? Tolong bantu aku sebentar!”

Melihat ke atas bahu Masachika pada Ayano, yang telah mengangkat dirinya di tempat tidur, Yuki berusaha meminta bantuan. Namun, Ayano mengalihkan pandangannya dengan kasar ke Masachika, yang menatapnya dengan cara yang sama......

“Ah, be-benar juga. Saya sedang menyiapkan sarapan …...”

Dia mengatakan intu dengan cepat dan meninggalkan ruangan, mengabaikan permintaan bantuan majikannya.

“A-Ayanooooo! Dasar pengkhianatttt~!”

“Hei, hei, kamu enggak boleh mengatakan itu, tau? Kita semua adalah keluarga, oke?”

“Sudah kubilang jangan berbisik di telingaku!”

Munyaa~~, Yuki meninggikan suaranya dengan ekspresi gusar sembari menggeliat liar seperti kucing.

“Ah, to-toilet! Aku mau ke toilet!”

“Hmm? Begitukah? Kalau begitu, nah silakan.”

Menanggapi perkataan Yuki yang terdengar putus asa, Masachika dengan mudah melepaskannya Yuki segera bangkit dan bergegas ke kamar mandi, setelah sampai, dia lalu mengembuskan napas panjang.

“Gawat banget~ …. Seriusan gawat banget.”

Perilaku manis kakaknya, yang sudah kehilangan rasa malunya, membuat Yuki tak bisa menyembunyikan kegirangannya. Sangat berbeda dengan video gambar idola di mana seorang pria tampan cuma membisikkan kata-kata manis saja. Lagi pula, perkataan dan tindakan Masachika yang sekarang adalah ... tidak salah lagi, itu merupakan niatnya yang sebenarnya. Hal tersebut tidak diragukan lagi karena Yuki sendiri yang menghipnotisnya dengan sugesti, “Kamu takkan bisa mengendalikan perasaan cintamu yang meluap-luap!”

“Y-Ya ampun~~ Astaga, seriusan, nihhh~? Onii-chan, kamu terlalu menyukaiku ~~”

Yuki memegang pipinya dengan kedua tangan dan menggeliatkan badannya  sambil meledek Masachika. Jika tidak begitu, dirinya takut kehilangan kendali atas rasa gatal yang menyerang seluruh tubuhnya.

“Sial, sialan ... Onii-chan memang imut banget.”

Setelah beberapa saat menggeliat di kamar mandi dan sedikit menenangkan diri, Yuki kembali ke ruang tamu. Begitu kembali……

“Aku suka cara Ayano memasak ... tanganmu terlihat begitu terampil, mau tak mau aku jadi terpesona saat melihatnya.”

“Ah, ummm …”

“Apa yang kamu lakukan, keparat! Memangnya kalian ini pengantin baru!”

Yuki langsung tsukkomi begitu melihat Masachika sedang memeluk Ayano yang berdiri di dapur dari belakang dan membisikkan kata-kata manis. Namun, dia tidak berani melangkah maju saat berpikir kalau perhatian kakaknya akan tertuju padanya lagi. Yuki menggertakkan giginya dan memberanikan diri untuk melangkah ke pintu masuk dapur. Sementara itu sisi lain, Ayano yang sekarang dimanja oleh Masachika, benar-benar membeku dengan telur mentah di tangannya. Matanya berputar-putar tanpa ekspresi, dan wajahnya berangsur-angsur mulai memerah.

“Pengantin baru, ya …. Fufu, siapapun yang bisa menikahi Ayano pasti merasa beruntung. Dia sangat imut dan baik, serta bisa melakukan pekerjaan rumah tangganya dengan sempurna.”

“A-Awa, awawawawawa ...”

Begitu mendengar pujian manis Masachika, terdengar suara bergetar yang belum pernah didengar dari mulut Ayano, dan tangannya yang memegang telur mulai bergetar hebat. Mungkin merasakan bahaya bahwa telur mentah itu akan terlepas dari tangannya, Ayano mengangkat suaranya dengan penuh gemetaran.

“Ma-Ma-Masachika-sama! Anda tidak boleh begitu! Telurya, telurnya akan keluar!”

“Umm? Ahh ... enggak boleh begitu, bahaya, tau. Lihat, apa kamu bisa memegangnya dengan benar?”

Sembari mengatakan itu, Masachika dengan lembut menggenggam tangan Ayano yang memegang telur dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegangi perut Ayano. Segera, tubuh Ayano gemetar hebat dan mengeluarkan suara yang semakin berbahaya.

“Ah, jangan! Telurnya akan keluar! Telurku——” 

“Jangan mulai bersiap-siap untuk mengandung anak Onii-chan!!"

Karena sudah tidak tahan mendengarnya, Yuki melangkah ke dapur dan menarik Masachika dari Ayano.

“Hora! Onii-chan mendingan menonton TV aja! Jangan mengganggu Ayano memasak!”

Dia kemudian dengan paksa mengeluarkan Masachika dari area dapur dan melihat kembali ke arah Ayano, yang telah merosot di meja dapur dan masih memegangi telur di tangannya.

“... Jadi? Apa kamu bisa melanjutkan membuat sarapannya?”

“I-Iya ...”

“Jangan mengelus-ngelus perutmu dengan cara yang bikin orang lain salah paham.”

Ayano membelai perut bagian bawahnya dengan pipinya yang memerah, dan Yuki memandangnya dengan tatapan tercengang.

 

◇◇◇◇

 

“... Hmm~~”

Setelah selesai sarapan, Yuki memiringkan kepalanya saat melihat Masachika sedang menonton TV dengan santai.

“Hmm? Ada apa? Yuki.”

“Aku sudah muak.”

“??”

Ketika Masachika memiringkan kepalanya dengan senyum manis, Yuki berkata dengan jelas dengan wajah masam.

Sudah satu setengah jam berlalu sejak dia menghipnotis kakaknya untuk menjadi cowok ikemen yang penyayang. Dia sudah terbiasa dengan kata-kata dan perbuatan manisnya. Atau terus terang saja, lama-kelamaan mulai menjadi menyebalkan.

Bahkan saat sarapan, Ia mencoba menyuapinya dengan ‘ahhhhh~’ dan menyeka mulutnya dengan lap, jadi wajar saja Yuki merasa kekenyangan. Dalam arti yang berbeda dari makanan.

(Lagian, kapan sih Ia bisa tersadar dari hipnotisnya? Mungkin lebih baik kalau aku membuka lebar ventilasinya kali, ya ...)

Sejak pagi, suhu udara hari ini lumayan panas dan gerah, jadi dia menutup semua jendela dan menyalakan AC setelah ventilasi ruangan cukup, tetapi ternyata masih ada aroma yang menguap masih tersisa di udara. Keadaan terhipnosis Masachika pun tidak menunjukkan tanda-tanda akan kembali ke kewarasannya.

“Hmm~... Mungkin sudah waktunya untuk memberi hipnosis yang lain~?”

Saat Yuki mengutak-atik smartphone-nya sambil bergumam pada dirinya sendiri, Masachika datang mengitari meja dan memeluknya dari belakang.

“Apa yang sedang kamu lakukan? Apa sedang main game baru?”

“Ya, ya, itu benar ~. Yup, coba lihat ini.”

“Hm? Apa yang ...”

Sembari menepis pertanyaan kakaknya, Yuki menunjukkan layar smartphone-nya di atas bahunya. Kemudian, suara Masachika memudar dengan cepat dan mulai menatap layar tanpa berkedip. Ketika Masachika sekali lagi dalam keadaan induksi hipnosis, Yuki memberinya sugesti berikutnya.

“Kamu akan menjadi cowok ikemen tipe Ore-sama. Kamu selalu percaya diri dan bertingkah angkuh. Tapi jangan khawatir, karena orang-orang di sekitarmu sangat menyukaimu~”

Setelah mengatakan itu dengan asal-asalan, Yuki lalu mengetuk layar, kemudian suara desis yang aneh keluar dari smartphone-nya, dan lengan Masachika tersentak dan bergetar. Kemudian, pandangan matanya berangsur-angsur menjadi fokus .... dan Ia tiba-tiba mengangkat dagunya dengan sekejap dan menatap Yuki dengan senyum sombong di wajahnya.

“Oi, oi, padahal sudah dipeluk sama aku, tapi kamu malah sibuk main smartphonemu melulu? Kamu punya nyali juga, ya ...”

“Uwaah parah”

Yuki mengungkapkan kesan jujurnya dengan wajah datar kepada kakaknya yang mengangkat dagu sambil tertawa angkuh. Berbeda dengan tipe penyayang yang sebelumnya, tipe ‘Ore-sama’ ini tidak terlalu serius dalam pandangan Yuki. Lagipula, sebentar lagi akan berakhir. Yang ada justru dia merasa sedikit kesal.

“Ada apa? Apa kamu cemberut karena aku terlalu perhatian pada Ayano?”

“!!!”

Yuki tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat smartphone-nya saat melihat semakin tingkah laku kakaknya yang semakin menjengkelkan setelah dihipnotis jadi tipe ‘Ore-sama’. Kemudian, saat dia mulai merekam video, Masachika mengangkat tubuhnya dan menyibakkan poninya sambil berbalik.

“Oi, oi, kamu mendadak kenapa, sih? Aku memahami perasaanmu yang ingin memotretku, tapi …. Jika kamu ingin memotretku, bisa tidak kamu melakukannya saat aku sedikit lebih modis?”

Sembari mengatakan itu, Masachika membuka satu kancinga atas bajunya, duduk di kursi dengan bunyi gedebuk, dan mengalihkan pandangannya yang tampak bermasalah ke lensa smartphone Yuki.

“Uwaahh alay banget~ ... maksudku, bukannya karakter ‘Ore-sama’ menurut gambaran Onii-chan agak menjijikan? Kira-kira reaksinya bakalan gimana ya~ setelah melihat ini saat Ia tersadar nanti?”

Yuki tersenyum kejam ketika memikirkan hal semacam itu sebagai pembalasan karena sudah dibuat malu oleh kakaknya yang tadi dihipnotis jadi mode kakak penyayang. Karena sejak awal Yukilah yang menjadi penyebab masalah, itu benar-benar fitnah yang tak tahu malu. Yuki memalingkan muka dari kebenaran yang tidak menyenangkan tanpa ragu sedikit pun.

Butuh waktu beberapa saat bagi Yuki untuk memotret kakaknya dalam serangkaian pose narsis, “Tapi cuma jika Ia punya wajah tampan”. Lalu tiba-tiba, terdengar bunyi interkom berdering pelan, dan Yuki mengangkat wajahnya. Pada saat yang sama, dia merasa sedikit tidak nyaman karena Ayano, yang biasanya siap menjawab panggilan, tidak bergerak sama sekali.

“? Ayano?”

Yuki lalu melirik sekilas ke sampingnya, dan melihat sosok Ayano yang duduk di kursi dengan ekspresi agak linglung. Yuki pikir kalau dia cuma membaur jadi udara seperti biasa, tapi ternyata dia masih belum pulih dari serangan kasih sayang Masachika. Dengan enggan, Yuki meletakkan smartphone-nya dan bangkit dari tempat duduknya untuk menjawab interkom.

“Iya, iya, siapa ya...?”

Dia mengintip ke layar intercom karena berpikir itu mungkin cuma kurir atau semacamnya .... tapi tubuh Yuki langsung membeku ketika melihat bayangan gadis berambut perak berdiri di sana.

“… Ehh?”

Kakaknya belum pernah memberitahu kalau Alisa akan datang hari ini. Lupa memberi tahu? Mustahil. Pertama-tama, karena kemarin ada sesi belajar bersama Alisa, jadi Yuki sengaja datang untuk menginap karena berpikir kalau dia takkan datang hari ini. Jika dia berencana untuk datang selama dua hari berturut-turut, mana mungkin Masachika melupakannya. Jika demikian, ini mungkin kunjungan mendadak oleh Alisa sendiri ... tapi waktu sekarang masih menunjukkan pukul 10:30 pagi. Masih terlalu pagi untuk mengunjungi rumah seorang teman.

(Eh, Alya-san? Eh, kenapa?)

Yuki segera dalam keadaan panik, terjebak di depan interkom dalam situasi yang tidak terduga. Dari belakangnya, Masachika tiba-tiba berdiri dengan cepat. Ia kemudian mengulurkan tangannya melewati bahu Yuki, dan menekan tombol jawab sebelum dia bisa menghentikannya.

“Ada apa? Alya.”

[Ah, Masachika-kun? Maafkan aku karena berkunjung mendadak. Sepertinya aku meninggalkan smartphone-ku di rumahmu kemarin ... ]

Yuki diyakini dengan alasan kedatangan mendadak Alisa. Namun, pada saat yang sama, dia kemudian berpikir....

(Untuk seseorang yang cuma datang untuk mengambil smartphone-nya, dandanannya cukup mewah juga.)

Dari sudut pandang sesama gadis, pakaian Alisa jelas-jelas seperti sengaja buat ditunjukkan untuk lawan jenis. Itu sih tidak masalah kalau  dia biasanya berpakaian cukup modis, tapi rasa-rasanya ada sesuatu yang lebih dari itu.

“Kagak masalah, ayo naik kemari.”

“? Ya”

“!!?”

Sementara dia menatap Alisa dengan pandangan lembut di layar intercom, tanpa diduga, Masachika sudah membukakan pintu apartemen dan mengundang Alisa masuk. Alisa, yang sepertinya merasa ada yang aneh dari cara berbicara Masachika, memasuki apartemen tanpa berkata apa-apa.

“Tidak, bukannya ini gawat?”

Menggumamkan kalimat itu dengan wajah datar, Yuki menoleh dengan cepat. Kalau ditanya apa yang gawat? Pertama-tama, keadaan Masachika yang sedang terhipnotis saja sudah gawat. Selain itu, keberadaan dirinya dan Ayano di kediaman Kuze pada jam sepagi ini akan memperburuk keadaan. Di tambah lagi, Ayano sekarang sedang mengenakan seragam maid, dan Yuki sendiri memakai baju santai yang longgar.

(Benar juga! Penampilanku yang sekarang sangat berbahaya!)

Dia langsung memikirkan itu dan harus berganti pakaian dulu ..... selama dia sedang merenungi itu dan hendak melangkah, Masachika mulai menuju ke pintu depan.

“Ughh~~~~ hipnosisnya harus dilepaskan dulu!”

Setelah merasa bimbang sjenak, Yuki segera meraih smartphone-nya.

“Ayano! Cepat hentikan Onii-chan... Tidak, sembunyikan sepatuku dan punyamu dulu!”

“……Ya”

Ketika Ayano menuju pintu depan, Yuki mengaktifkan smartphone-nya.

(Untuk saat ini, lebih baik sembunyikan sepatuku dan sepatu Ayano dulu, dan meminta Onii-chan yang sudah tersadar, untuk menemui Alya-san di pintu depan ...)

Saat merumuskan rencana selanjutnya dengan kecepatan tinggi, Yuki meluncurkan aplikasi hipnosis dan mengaktifkannya ...

“... Lah, bagaimana cara melepaskan hipnosisnya!?”

Karena tidak tahu bagaimana cara melepaskannya, Yuki berteriak dengan frustrasi. Sekarang setelah sudah sampai sejauh ini, dia tidak punya pilihan lain selain mencoba pelepasan hipnosis yang biasa ... dan ketika hendak melakukannya, bel pintu berdering, dan tubuh Yuki membeku.

“Yoo~ akhirnya datang juga.”

Apalagi setelah itu, dia bisa mendengar suara pintu depan dibuka dan suara Masachika menyambut Alisa. Di hadapkan situasi yang terburuk, Yuki mengatupkan gigi belakangnya dengan erat. .....

(~~~~ Pertama-tama, aku perlu menyamar dulu!)

Dia berlari ke kamarnya sendiri, melepaskan kuncir kudanya, dan mengganti pakaiannya secepat mungkin. Kemudian, dengan senyum anggun di wajahnya, dia menuju pintu depan …. Lalu tubuhnya membeku ketika melihat pemandangan yang ada di depan matanya.

Di sana, dia melihat sosok Alisa yang dipojokkan pada dinding dan ujung dagunya di angkat oleh Masachika di balik pintu depan. Dan kemudian ada Ayano yang menyaksikan adegan itu tanpa menunjukkan tanda-tanda mencoba bersembunyi.

“Tidak, tunggu, tunggu, tunggu, tunggu, ...”

Untuk beberapa alasan, Yuki mencoba menyela dengan melewati Ayano yang sedang berdiri bengong. Masachika lalu memberi tahu Alisa dengan senyum sadis.

“Ayo buat bayi denganku.”

“Tidak, omong kosong macam apa yang kamu katakan!”

“……Ya.”

“Oooooooeeeiiii !? Dia malah menjawab iya!?”

Segera setelah dia menimpali kalimat egois ala ‘Ore-sama’ Masachika dengan wajah lurus, Yuki hampir terkejut oleh persetujuan tak terduga Alisa. Kemudian, setelah menatap wajah Alisa dengan mata terbelalak, …. Yuki mulai memahami situasinya saat menyadari kalau Alisa mempunyai ekspresi kosong dan hampa.

“Waduhh sialannn! Orang ini gampang sekali kena hipnosis!”

Mungkin dia terkena aroma hipnotis yang masih tersisa di dalam rumah. Meski begitu, dia tidak menyangka kalau aromanya sampai mengalir di dekat pintu masuk ini, tapi ... seberapa rentannya dia terhadap hipnosis? Atau mungkin, itu sudah menjadi kebiasaan untuk dihipnotis oleh Masachika?

Ketika Yuki sedang merenungi hal itu, Masachika berjalan ke arahnya sembari merangkul pinggang Alisa. Alisa juga bersandar di pelukan Masachika dengan ekspresi linglung di wajahnya.

“Eh, tidak ... tunggu dulu sebentar, oi.”

Yuki meraih bahunya dan menghentikannya dengan wajah lurus saat Masachika mencoba menyelinap melewatinya dan menuju ruang tamu. Kemudian, Masachika meliriknya seraya tersenyum tipis, dan berkata dengan nada menegur.

“Yuki... pekalah sedikit. Oke?”

“Apa yang ingin kamu lakukan, dasar keparattt~~~~!!”

Diiringi teriakan keras, Yuki segera mengayunkan tinjunya. Dia tanpa ampun berusaha meninju rahang Masachika dari samping kanannya dan mencoba untuk melumpuhkannya. Namun, sebelum berhasil memukul targetnya, pergelangan tangannya itu dicengkeram oleh seseorang dan berhenti.

“Upss bahaya, loh. Aku benci gadis yang tidak mau mendengar perkataanku, tau?”

“Masa bodo!! Cepat kembali ke kewarasanmu, dasar cheat sialan!!! Ayano! Oni-, Masachika-kun .......  Ayano?”

Yuki  mencoba meminta kerja samanya setelah melihat keberadaan Ayano, yang berdiri tegak dan terus melangkah maju di depan Masachika. Namun, ketika melihat tatapan matanya, Yuki mempunyai firasat yang buruk.

“Masachika-sama...Ya. Saya akan melahirkan anak Masachika-sama....”

“Kamu jugaaa!!!!”

Ketika dia mengira kalau Ayano selalu terlihat linglung, sepertinya aromanya perlahan bekerja padanya juga. Adapun bagaimana hal itu bisa terjadi...

(Itu sih sudah pasti karena salahku!)

Tak lain dan tak bukan ialah Yuki sendiri yang membuat perlawanan Ayano terhadap hipnotisme menjadi lemah karena sering menggunakan dia sebagai kelinci percobaan. Sementara merasa khawatir di dalam hati, Yuki buru-buru memberi perintah ketika melihat Ayano mencoba menyandarkan tubuhnya ke Masachika.

“Ayano! Duduk!”

“...”

“Kamprettt, dia tidak mau berhenti!  Apa ini yang namanya perbedaan bakat!?”

Yuki merentangkan kedua tangannya dan berdiri di depan Masachika sambil menepis tangannya serta berteriak putus asa. Dia kemudian memelototi Masachika, yang merangkul Alisa dan Ayano di kedua tangannya, seolah-olah ingin menantangnya.

“Saat aku menyentuh bahumu, kamu akan terlepas dari hipnotis! Dengar baik-baik? Siap? Satu, dua—plak!”

Yuki memberitahunya dengan jelas, lalu menepuk pundak Masachika dan mengguncangnya seolah sedang berdoa. Tapi ….

“Yuki... kamu kenapa, cemburu? Jangan khawatir, aku akan selalu menjadi kakakmu, oke?”

“Tidak berhasil! Ahhhhh sialan, apa yang harus kulakukan nih?”

Segera setelah dia berteriak dengan kasar, Yuki merasakan cengkeraman di pergelangan tangan kanannya dan tubuhnya tiba-tiba terangkat ke udara. Kemudian Yuki mendapati dirinya berbaring telentang di lorong.

“… Ehh?”

Dia sama sekali tidak merasakan sakit sedikit pun, berkat sikap pasif setengah sadar dan perbuatan Masachika yang dengan lembut menjatuhkannya. Tapi tak peduli seberapa cerobohnya dia, dia bahkan tidak bisa bereaksi sampai sebelum dia jatuh ke lantai. Yuki merasa ketakutan dengan kenyataan itu, tapi ketika dia menyadari bahwa kakaknya, yang telah melakukan hal ini, sudah berbalik dan menuju kamarnya sendiri, dia buru-buru mengejarnya.

“O-Oi, serius, tolong tenanglah dulu, oke? Hipnosis ecchi sebenarnya bukan doujinshi erotis. Tidak, bukannya itu aneh kalau cowoknya juga ikut dalam keadaan terhipnotis juga? Tidak, tidak, langsung melakukan threesome pada pengalaman pertama, ini bukan bonus rute haremsetelah menaklukkan semua rute, kali!?  Kalau yang begitu sih, kamu baru boleh melakukannya setelah selesai menaklukkan rute individu !?”

Dia meraih bahunya dari belakang dan berusaha mati-matian untuk menghentikan Masachika, ..… tapi sayangnya, tubuh kecil Yuki  cuma terseret dengan sia-sia.

“~~~kuhh! Ahhh, kurasa apa boleh buat!”

Kemudian, ketika memasuki ruang tamu, Yuki mengeluarkan suara putus asa……

 

◇◇◇◇

 

“── Hmm? Eh, duh! Aduduh, sakit banget! Aduh, hah, apa karena posisi tidurku yang salah jadi rasanya nyeri begini?”

Masachika mengerang karena sakit leher yang begitu hebat ketika bangun dari tidurnya.

“Adududuh, ini sakit banget, kenapa ya ...hmm?”

Kemudian Ia bangun sambil memegangi lehernya dan menyadari kalau entah bagaimana dirinya tertidur di kasurnya dengan pakaian biasa.

“Kenapa... Wah!?”

Masachika melihat ke dalam ruangan dengan pertanyaan di benaknya dan dibuat terkejut ketika melihat Ayano bersujud di samping tempat tidurnya.

“Eh? Apa? Apa yang terjadi?”

“Saya benar-benar minta maaf……”

“Minta maaf karena apa? Eh, tunggu, aku sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

“Sebenarnya…lilin aroma yang saya berikan kepada Masachika-sama kemarin dimaksudkan untuk mempermudah dihipnotis…Masachika-sama sudah dihipnotis oleh Yuki-sama sejak tadi pagi.”

“Hah? Maksudnya dihipnotis...”

Dalam benak Masachika, sosok Alisa yang setengah telanjang di ruang OSIS kembali muncul di dalam kepalanya..... dan Ia buru-buru menyingkirkannya. Pada saat yang sama, Masachika mengingat kalau Alisa telah kehilangan ingatannya selama hipnosis saat itu.

“A-Ahhh~… eh, maksudnya jadi begitu? Apa aku dihipnotis oleh Yuki dan ….mengalami hilang ingatan??”

“Ya …. kemungkinan besar begitu.”

“Hah ...”

Sejujurnya, Masachika masih belum bisa menerima situasi yang dialaminya, dan  mengeluarkan suara yang tidak antusias. Sebenarnya tidak mengherankan rekasinya jadi begitu, karena Ia sendiri tidak sadar sudah dihipnotis dan tidak mengingatnya

“... Lalu, untuk beberapa alasan leherku terasa sangat sakit, kenapa bisa begini?”

“Itu karena ....saya tidak bisa mengatakannya dengan pasti karena ingatan saya juga sedikit kabur...tapi saat Yuki-sama berusaha menghentikan Masachika-sama, dia mengatakan kalau dia melakukan gerakan kuncian gulat dari belakang...”

“Hahh?”

Sudah diduga, Masachika masih tidak begitu memahami situasinya.

“... Yah, enggak apa-apa lah. Ngomong-ngomong, Yuki sendiri lagi ada di mana? Maksudku, itu bukan salahmu, jadi angkat saja kepalamu.”

“Tidak, karena saya yang sudah menyiapkan lilin aromatik dan aplikasi hipnotisnya ...”

“... Aplikasi hipnotis?”

“Yang ini …”

Setelah mengatakan itu, Ayano mengulurkan smartphone-nya yang menampilkan gambar mata tertutup yang besar, diiringi suara getar yang samar dan mencurigakan.

“... Apa-apaan ini? Lagian, suara apa ini?”

“Ah, ini adalah gelombang suara untuk melepaskan hipnotis? Sepertinya begitu. Dengan menggunakan ini dan membiarkan Masachika yang tertidur mendengarkan ini… Oh iya, mengenai Yuki-sama, ya. Yuki-sama, umm, dia kembali ke kediaman Suou duluan …”

“Hah? Kenapa?”

“Umm ... saya dititipkan ini dan harus menyerahkannya kepada Masachika-sama ...”

Ayano dengan sangat enggan mengulurkan selembar kertas yang terlipat. Ketika  membukanya, Masachika hanya menemukan tulisan “MAAF YA” tertulis di sana dengan huruf besar khas tulisan tangan Yuki.

“... Apa maksudnya ini? Tidak, tunggu dulu sebentar. Berusaha untuk menghentikanku? Eh, apa aku habis melakukan sesuatu sampai perlu dihentikan segala?”

“Itu sih ... saya pikir Anda harus memeriksanya sendiri...”

Setelah mengatakan itu, Ayano melirik smartphone Masachika yang diletakkan di samping bantal. Dengan perasaan yang tidak enak, Masachika mulai menyalakan smartphone-nya, dan deretan pesan para senpai-nya dari grup OSIS muncul di layar.

[Kuze, kamu kenapa? Jika kamu memiliki masalah, aku bersedia mendengar curhatmu, loh?]

[Kuze-kun, kamu baik-baik saja? Mungkin kamu dirasuki oleh sesuatu selama penyelidikan Tujuh Misteri kemarin ... ]

[Tidak, menurutku itu keren, kok? Ya]

Ada pesan dari Touya dan Maria yang menunjukkan keprihatinan mereka. Dan pesan menghibur dari Chisaki.

Satu langkah mundur dari sana memunculkan satu file video yang diunggah oleh Yuki. Ketika Masachika mengetuk itu….

Oi, oi, kamu mendadak kenapa, sih? Aku memahami perasaanmu yang ingin memotretku, tapi …. Jika kamu ingin memotretku, bisa tidak kamu melakukannya saat aku sedikit lebih modis?

“Ap— !?”

Masachika langsung tak bisa berkata apa-apa ketika melihat penampilan dirinya yang muncul di layar, yang sama sekali tidak mirip dengannya. Di layar tersebut, dirinya berpose satu demi satu dengan gaya narsisis. Video itu begitu tak tertahankan sehingga Ia mematikan layar smarphone-nya, tapi itu tidak mengubah fakta kalau video tersebut sudah dilihat oleh para senpainya. Masachika segera merasakan seluruh tubuhnya menjadi panas.

“Yu, Yuukii~~... Apa yang …. Apa yang sudah kamu lakukannnn...!!”

Ia menggertakan giginya di tempat tidur dan mati-matian menahan rasa malu. Dan kemudian Masachika tiba-tiba menyadari. Dirinya belum menerima pesan dari Alisa.

(Dengan kata lain, masih ada satu kesempatan kalau Alya melihatnya—— Ah iya, Benar juga! Kemarin Alya lupa membawa smartphone-nya, jadi dia belum melihatnya! Kalau gitu, aku harus menghapus video ini sebelum dia melihatnya...!)

Orang yang paling tidak ingin dilihatnya belum melihat video ini. Dengan secercah harapan yang tiba-tiba muncul, Masachika berlari keluar dari kamarnya, hingga melupakan fakta kalau Yuki sudah pergi.

“Oi! Yuki—”

Kemudian, saat melompat keluar dari kamarnya dan …. menemukan Alisa di ruang tamu, menjatuhkan diri di atas meja dan punggungnya sedikit gemetar, tubuh Masachika langsung membeku saat melihat itu.

“Uhu, kufuh, fufufufu~~~~!!”

Alisa membenamkan wajahnya di lengan kirinya dan membuat punggungnya tersentak sambil mengeluarkan sedikit tawa. Di tangan kanan yang dilempar ke atas meja ... ada smartphone Alisa, yang seharusnya ada di meja Masachika.

Oi, Oi, ambil lebih banyak foto lagi napa ... Ahh, begitu rupanya. Kamu ingin melihatku dengan mata kepalamu sendiri, dan bukan melalui lensa smartphone-mu, ‘kan? Kuhh, apa boleh buat, deh...

“~~~~!!”

Suaranya sendiri, yang bukan seperti miliknya, sedang diputar di smartphone itu.

Masachika segera jatuh berlutut di tempat.

“Yu-Yuki... Yukii~~~~!!!”

Kemudian, sambil merangkak dengan keempat kakinya, Ia meneriakkan suara dari bagian bawah perutnya.

“Apa yang sudah aku lakukann~~!!”

“~~~~~~!!”

Suara jeritan jiwa Masachika ditutupi dengan tawa tertahan Alisa. Pada saat itu, smartphone-nya bergetar di tangan Masachika.

Sebuah pesan dari Yuki ditampilkan di layar, mengatakan, “Kamu menjadi sangat populer, ya”.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama