Roshi-dere Jilid 5 Bab 10 Bahasa Indonesia

Chapter 10 — Tekad dan Harga Diri

 

“Dengan demikian, Festival Shuureisai ke-66 resmi diadakan!”

Festival sekolah Akademi Seirei dimulai dengan pengumuman semacam itu dari ketua panitia pelaksana. Karena hari pertama acara diadakan hanya untuk keluarga dan kerabat tanpa tamu dari luar, anggota panitia tidak harus melalui situasi sekacau itu  .... jika ada yang masih berpikiran begitu, maka mereka masih sangat naif

“Kuze-san! Sepertinya penampilan berikutnya tidak akan siap tepat waktu!”

“Bagaimana dengan penampilan selanjutnya setelah penampilan orang itu?”

“Orangnya masih belum datang!”

“Kira-kira butuh waktu berapa lama untuk menunggunya?”

“Ummm ...”

“Tolong cepat tanyakan pada orang yang bersangkutan. Di sini pengawas. Moderator, setelah pemain saat ini meninggalkan panggung, apa kita bisa melakukan jeda singkat? Harap tanggapi.”

Di Festival Shuureisai, ada tiga panggung yang disediakan pada tiga tempat berbeda seperti gimnasium, auditorium, dan lapangan sekolah. Operasi tersebut dikelola oleh Panitia Pelaksana, Klub Penyiaran, dan Klub Drama. Masachika kemudian secara langsung ditunjuk oleh Ketua Pelaksana sebagai penanggung jawab atas kemajuan acara panggung di auditorium. Tentu saja, ada dua orang lain yang bertanggung jawab karena mereka melakukannya bergiliran.

Di sini sub-pengawas, mereka menginginkan waktu dua menit lagi

“Dimengerti. Moderator, harap pastikan apakah kamu memiliki cukup waktu untuk mengulurnya selama tiga menit. Semua lampu di panggung akan dimatikan, penonton akan tetap seperti semula, dan lampu sorot difokuskan pada MC. Kita akan memangkas sisa istirahat setelah ini untuk mengakomodasi acara, untuk panitia bagian peralatan yang dijadwalkan untuk mengambil alih, silakan mengambil alih saat moderator masih terhubung.”

Ia memberikan instruksi kepada staf melalui walkie-talkie, sambil mengawasi bagan kemajuan dan jadwal waktu. Di sisi lain, staf lainnya memberi tanggapan  singkat.

Lebih dari setengah staf lebih tua dari Masachika, tetapi tidak ada sedikit pun rasa tidak hormat padanya dalam suara mereka. Ini adalah bukti kepercayaan yang telah dibangun oleh Masachika melalui banyak latihan. Di bawah kepemimpinan Masachika, proyek panggung di auditorium berhasil diselesaikan meski ada beberapa masalah, tapi sudah waktunya untuk beralih dengan program berikutnya.

“Kalau begitu, sisanya aku serahkan pada Senpai.”

“Okeee~, kerja bagus~”

Setelah menyerahkan acara tersebut kepada anggota komite yang kelas 3, Masachika dengan cepat pergi ke kamar mandi, dan kemudian menuju ke proyek panggung yang ada di lapangan sekolah. Tempat untuk acara panggung di lapangan dipisahkan oleh kerucut warna, dan sekitar seratus kursi pipa berjejer di depan panggung tersebut. Masih ada beberapa kursi kosong di bagian itu, tetapi Masachika tidak duduk tetapi berdiri di belakangnya, tepat di tepi kerucut berwarna.

Segera setelah itu, dua kursi dan meja moderator didirikan di atas panggung, dan dua wajah yang sangat dikenal Masachika muncul di sana.

“Disponsori oleh klub riset kuis! Pertarungan kuis kampanye pemilu~!”

Kemudian, ketua dari klub kuis yang mengenakan topi ala pesulap, keluar dari ujung panggung dan mengumumkan kalau acara akan segera dimulai. Masachika masih berdiri di belakang tempat penonton.

Hal ini bukan karena diinstruksikan secara khusus oleh Ketua Klub Kuis. Namun, dalam situasi di mana seluruh gambaran acara kuis ini belum diketahui, Masachika memutuskan bahwa lebih baik bertingkah sigap jika terjadi keadaan darurat. Hal yang sama juga berlaku pada Ayano, yang tanpa disadari sudah berdiri agak jauh dari Masachika, dan berdiri tegak seperti patung.

“Kalau begitu tanpa basa-basi lagi, Mari saya perkenalkan kedua bintang dalam acara pertarungan kuis ini!”

Setelah memperkenalkan dirinya sebagai moderator, Ketua Klub Kuis mengarahkan tangannya ke dua orang yang duduk di bagian tengah panggung. Kemudian, wajah Yuki diproyeksikan di layar yang berada di atas panggung.

“Putri dari keluarga Suou, yang turun-temurun selalu mengemban tugas diplomasi Jepang! Jumlah pengetahuan yang dimiliki seorang calon diplomat masa depan tidak ada bandingannya! Entah itu tema politik, ekonomi, hiburan, subkultur, atau apa pun topiknya, dia dapat menanganinya dengan mudah! Apakah pengetahuannya yang luas akan dimanfaatkan dengan baik dalam pertarungan kuis ini!? Mari kita sambut dengan meriah, peserta Suou Yuki~ !!”

Setelah diperkenalkan oleh pembawa acara, Yuki melambaikan tangannya dengan senyum ke arah kursi penonton. Kemudian, sorak-sorai dan siulan jari bergema dari kursi penonton, dan murid-murid di sekitar lapangan mulai berkumpul satu demi satu seolah-olah terperangkap dalam kemeriahan tersebut.

“Selajutnya ...  sejak kepindahannya, dia menjadi peringkat pertama yang tak tergoyahkan dalam ujian reguler! Gadis yang paling berbakat di sekolah. Tidak ada lagi yang meragukan julukan itu! Dia adalah gadis yang pandai dalam bidang akademik, jago dalam bidang olahraga dan  bakatnya masih tak terduga!  Akankah mitos tak terkalahkannya akan berlanjut juga dalam permainan kuis!? Beri tepuk tangan yang meriah untuk peserta Alisa Mihailovna Kujou~ !!”

“Pembawa acaranya ternyata lumayan mahir juga.”

Pada saat yang sama ketika Masachika tanpa sadar mengomentari si ketua klub, wajah Alisa muncul di layar atas panggung, dan membungkuk ringan dengan ekspresi serius. Berbeda dengan salam Yuki, tepuk tangan dan sorak-sorai dari para penonton lumayan hangat, meskipun jauh lebih tidak antusias daripada sebelumnya.

(Hmm~ ... Sejujurnya, kupikir akan ada perbedaan yang lebih mencolok dalam sorak-sorai penontonnya ...tapi, apa itu berarti dia lebih diterima layaknya idola yang jutek? Kurasa ini kesalahan perhitungan yang bagus).

Ketika Masachika memikirkan hal itu sambil bertepuk tangan, aliran orang-orang yang menuju sekitar panggung mereda sedikit. Karena topik acara tersebut bertemakan konfrontasi langsung antara dua kandidat gadis tercantik di sekolah, itulah yang menjadi daya tarik orang-orang berkumpul. Selain itu, fakta bahwa acaranya dilaksanakan sekitar waktu makan siang juga merupakan faktor terbesar. Banyak siswa yang berkumpul membawa camilan di tangan mereka, dan tampaknya bersiap untuk menonton pertandingan sambil menikmati makanan mereka.

(Kursi di depan panggung sudah penuh, dan jika memasukkan siswa yang berdiri dan menonton dari luar panggung, kurasa ada sekitaran 130 orang)

Pada saat ini, Masachika menghitung bahwa kurang dari 20 % dari semua siswa sekolah sudah berkumpul di sini. Tidak semua orang akan menonton acara tersebut dari awal hingga akhir, tetapi dengan semua orang ini, detail pertarungan ini akan segera disebarkan ke seluruh sekolah.

“Kalau begitu, mari kita mulai segera! Pertarungan kuis ini merupakan jalan kesuksesan tetapi aturan inovatif yang menambahkan elemen pemilihan umum ke program kuis lama yang baik. Tentu saja, selain dua orang peserta yang ada di panggung, semua orang di sini dapat berpartisipasi juga. Semua pertanyaan kuis adalah pertanyaan pilihan ganda; Tidak ada pertanyaan tertulis. Jika itu adalah pertanyaan essai, sulit bagi semua orang untuk menilainya.”

Setelah mengatakan ini dengan sedikit kejahilan, pembawa acara terus melanjutkan penjelasannya.

“Waktu untuk berpikir adalah 10 detik setelah saya selesai membaca pertanyaan! Kuisnya terdiri dari enam tema yang berbeda, masing-masing dengan lima pertanyaan. Pertanyaan terakhir akan ditambahkan, jadi totalnya ada 31 pertanyaan, dan skornya akan bisa terlihat Persaingan. Selain dari dua peserta, orang dengan skor tertinggi akan menerima hadiah yang mewah, jadi semuanya silahkan ikut berpartisipasi dengan kami, oke? Sekarang, bagaimana caranya untuk berpartisipasi ... tapi sebelum itu, ada peringatan penting bagi semua orang.”

Kemudian, setelah jeda singkat, pembawa acara mengangkat suaranya seolah mengingatkan semua orang yang ada di sekitar panggung.

“Meski hal ini sudah sepatutnya dilakukan, tapi semua penonton dilarang berbicara selama pertandingan kuis. Para penonton sangat dilarang untuk memberikan jawaban atau petunjuk kepada dua peserta. Begitu ketahuan, orang tersebut akan segera dikeluarkan dari area panggung. Kuisnya pun akan dijadwal ulang. Apa semuanya sudah jelas? Tolong jangan terlalu berisik, oke?”

Suara penonton secara bertahap semakin tenang, karena pembawa acara mengingatkan mereka. Kemudian, ketika penonton benar-benar sudah diam, si pembawa acara tersenyum puas.

“Terima kasih atas kerja sama semuanya! Kalau begitu semuanya, silakan gunakan smartphone kalian masing-masing untuk membaca kode QR yang ditampilkan di layar ini. Silakan klik format jawaban khusus klub kuis. Kalian juga dapat menemukan kode URL dan QR pada beberapa tanda di ujung panggung.”

Menuruti arahan tersebut, Masachika mengangkat smartphone-nya sama seperti penonton lain di sekitarnya, dan membaca kode QR besar yang diproyeksikan di layar.

(Keren juga, apa mereka repot -repot membuat sesuatu seperti ini ...hmm, eh?)

Setelah memuat halaman, Masachika mengangkat alisnya dengan ringan di halaman pertama yang muncul. Di sana tertulis pertanyaan, “Menurutmu siapa yang paling cocok untuk menjadi Ketua OSIS?”, lalu nama Yuki dan Alisa tertera sebagai pilihan.

(Apa-apaan ini, semacam angket? Apa ini yang menjadi unsur kampanye pemilihannya? Sesuatu seperti, jumlah suara memberimu tambahan skor?)

Dengan pemikiran itu, Masachika melihat sekeliling dan memperhatikan bahwa beberapa penonton lain juga melihat sekeliling dengan ekspresi bingung di wajah mereka.

“Sekarang, sementara penonton bersiap-siap, izinkan saya memberi tahu tentang aturan khusus yang hanya berlaku untuk kedua peserta. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, ini adalah kuis yang juga menggabungkan unsur-unsur kampanye pemilihan. Dengan kata lain, partner mereka berdua, Kimishima Ayano-san dan Kuze Masachika-san, juga akan berpartisipasi sebagai sekutu!”

Tapi kemudian namanya mendadak dipanggil, dan Masachika buru-buru menuju ke atas panggung.

“Setiap pasangan, baik itu Suou-san/Kimishima-san dan Kujou-san/Kuze-san, memiliki hak untuk menggunakan “Help call” hanya sekali. Sesuai seperti namanya, ini adalah hak untuk meminta bantuan dari partner masing-masing. Jika Anda ingin menggunakannya, angkat tangan dan katakan 'Help'. Anda akan terhubung dengan partner anda di telepon selama sepuluh detik. Oh, tolong atur smartphone anda dalam mode speaker supaya kami bisa mendengar percakapannya, oke?”

Yuki mengangkat tangannya saat pembawa acara masih menjelaskan. Ketika si pembawa acara mengizinkannya, suara Yuki yang tersebar karena menggunakan mikrofon, bergema di atas panggung.

“Jika demikian yang terjadi, kira-kira berapa batas waktu untuk kuisnya? Selain itu, jika kita menggunakan mode speaker, bukannya pihak lawan juga bisa mendengar pembicaraan, ‘kan?”

“Oh, maafkan atas keteledoran saya. Jika anda melakukan panggilan bantuan, Anda baru bisa diperbolehkan melakukan panggilan setelah jawaban lawan sudah terkunci. Dengan kata lain, setelah batas waktu sepuluh detik untuk kuis telah berlalu. Kemudian, setelah panggilan 10 detik untuk mendapatkan saran dari pasangan Anda, hanya penelepon yang akan memiliki waktu 10 detik lagi untuk menjawab pertanyaan.”

“Begitu rupanya. Lalu, bagaimana jika kita menggunakan Help Call untuk pertanyaan yang sama?”

“Hanya satu orang yang dapat menggunakan Help Call untuk satu pertanyaan. Dengan kata lain, ketika satu orang menyatakan Help Call, pihak lawan tidak dapat menggunakan Help Call dalam masalah itu.”

“Baiklah aku mengerti, terima kasih banyak.”

“Tidak masalah, tadi itu pertanyaan yang bagus. Ngomong-ngomong, harap diingat bahwa baik Kirishima-san maupun Kuze-san dilarang untuk mengirim petunjuk kepada para peserta selain dari menjawab panggilan Help Call ini.”

(Hmm~ ... Jadi aku hanya bisa memberikan jawaban sekali pada Alya, ya? Yah, itupun jika ada pertanyaan yang bisa aku pahami tapi Alya merasa kesulitan menjawabnya, sih...)

Sambil berpikir seperti itu, Masachika melihat kembali dua pilihan yang ditampilkan di layar.

(Yah, aku akan memilih Alya seperti biasanya)

Kemudian, ketika mengetuk nama Alisa, layar menampilkan kata-kata “Sedang memuat ....” dan masuk ke status pemuatan.

“Lalu terakhir, saya akan membahas pembagian poin untuk setiap pertanyaan. Sebenarnya, pembagian poin kuis ini tidaklah sama. Poin dialokasikan tergantung pada persentase umum dari jawaban yang benar untuk setiap tema pertanyaan.”

“Hah?”

Ketika mendengar penjelasannya, si pembawa acara kembali menghadap para penonton yang ada di depan panggung.

“Semuanya pasti pernah melihatnya setidaknya sekali pada acara kuis, ‘kan? Tingkat persentase jawaban umum yang benar. Semakin tinggi angka persentasenya, maka akan semakin mudah, semakin rendah angka persentasenya, maka akan semakin sulit. Kami dari klub penelitian kuis, juga secara independen menghitung persentase jawaban yang benar secara umum untuk kuis ini. Dalam banyak program kuis, pertanyaan mudah bernilai sepuluh poin. Sedangkan pertanyaan sulit bernilai 20 poin ... tapi kali ini, kita akan menggunakan format (100 poin - persentase umum jawaban yang benar = pembagian poin)! Dengan kata lain, jika sebuah pertanyaan memiliki persentase jawaban yang benar secara umum sebesar 80 persen, maka pembagian poinnya adalah 20. Sebaliknya, jika persentase jawaban yang benar secara umum adalah 5 %, maka poinnya menjadi 95 poin!” (TN: Singkatnya 100- 80%= 20 poin, 100- 5%= 95 poin)

“Itu ... bagaimana maksudnya?”

Dengan kata lain, ada sedikit perbedaan pada soal yang mudah dan perbedaan besar pada soal yang sulit. Apalagi kuisnya bukan soal deskriptif, tapi soal pilihan. Itu berarti ....

(Bahkan jika itu pertanyaan yang sangat sulit, asal mampu menebak dengan benar saja sudah cukup menakutkan. Jika salah satu pihak mendapatkan 70 poin sekaligus, dan semua pertanyaan setelah itu hanyalah pertanyaan umum dengan lebih dari 90 % dari persentase jawaban yang benar, pihak lain takkan pernah bisa mengejar ketertinggalan lagi ... Yah, kurasa keseimbangannya tidak terlalu bias juga)

Rupanya, pembagian poin ini adalah aturan yang paling istimewa.

(Kalau disimpulkan semua, jumlah pertanyaan ada 31 pertanyaan, sedangkan waktu untuk menjawab setiap pertanyaan adalah 10 detik. Nilai poin untuk setiap pertanyaan ditentukan oleh persentase umum dari jawaban yang benar, kemudian Alya dan Yuki hanya dapat meminta bantuan pasangannya satu kali, ya)

Secara keseluruhan, selain aturan penilaian, tidak ada yang baru, termasuk pilihan Help Call. Penonton lain mungkin memiliki pendapat yang sama, atau sudah sedikit bosan dengan penjelasannya. Seolah bisa merasakan suasana para penonton, Pembawa acara bertanya kepada kedua peserta, “Apa masih ada yang ingin ditanyakan?”, mereka berdua menggelengkan kepala dari sisi ke sisi, lalu pembawa acara menoleh menghadap penonton dan mengulurkan tangan.

“Terima kasih sudah menunggu dengan sabar. Kalau begitu, mari kita mulai! Pertempuran kuis yang sengit antara sesama para anggota OSIS!”

Si Pembawa acara kemudian berjalan menuju meja moderator dan mengoperasikan laptop yang diletakkan di sana.

“Lalu~ ... tema pertamanya adalah Ilmu sosial! Pertanyaan pertama!”

Seakan-akan menanggapi suara tersebut, teks pertanyaan muncul di layar.

“Berikut ini, manakah yang memiliki elevasi terendah di antara puncak tertinggi tujuh benua!?”

(Tunggu sebentar, bukannya pertanyaannya tidak terlalu sulit!?)

Sementara Masachika tsukkomi dalam batinnya, deretan pilihan kemudian ditampilkan di layar.

“(1) Vinson Massif, (2) Kilimanjaro, (3) Aconcagua, (4) Kosciuszko, sekarang waktunya untuk berpikir!”

“Uwaahh, seriusan, nih.”

Sebelum keterkejutannya mereda, angka 10 yang ditampilkan di pojok kanan atas layar mulai menghitung mundur, dan kepala Masachika berputar dengan kecepatan tinggi.

(Ummm, pertama-tama, mari singkirkan pilihan Kilimanjaro dulu, apalagi aku belum pernah mendengar tentang gunung Kosciuszko, memangnya itu di mana? Tunggu sebentar, puncak tertinggi dari tujuh benua berarti benua Australia dan Antartika cukup meragukan mengingat ukuran benuanya. Tidak, benua Antartika sebenarnya cukup besar, iya ‘kan? Lalu, puncak tertinggi di benua Australia tampaknya memiliki titik elevasi  yang terendah. ...Kupikir gunung Aconcagua berada di suatu tempat di Amerika, kalau Vinson Massif kira-kira di mana ya…?)

Setelah berpikir sebanyak itu dalam waktu kurang dari dua detik, Masachika dengan santai mengalihkan pandangannya ke layar ponselnya dan ..... tercengang.

“Hmm? apa-apaan ini?”

Karena ada sesuatu yang tidak terduga di sana. Teks pertanyaan, pilihan, dan sisa waktu di pojok kanan atas. Sejauh ini, tidak ada bedanya dengan apa yang ditampilkan di layar. Tapi di atas kalimat pertanyaan …. terdapat sesuatu yang tidak ada di layar.

Itu adalah dua bingkai persegi. Di masing-masingnya tertulis nama Yuki dan Alisa.

(Umm, apa ini ...? Oh, apa ada hubungannya dengan pemungutan suara yang baru saja kulakukan di awal tadi?)

Masachika berpikir begitu dan mencoba mengetuk kotak atau area nama itu untuk mengujinya, tapi tidak ada tanggapan. Pada tampilan misterius itu, Masachika melupakan masalah kuis itu sejenak dan memiringkan kepalanya, tapi ketika hitungan mundur di pojok kanan atas mencapai empat detik, Ia secara alami mengerti arti dari tampilan itu.

“Hmm?”

Angka (4) tiba-tiba muncul di kotak samping tempat nama Yuki ditulis. Tak berselang lama kemudian, angka (4)  juga muncul di sisi Alisa.

(Eh, apa ini jangan-jangan ... status jawaban dari mereka berdua?)

Sama seperti Masachika, banyak penonton yang kebingungan, tetapi hal ini dengan cepat ditenangkan oleh pembawa acara yang memberi peringatan untuk “harap diam”.

(Dengan kata lain, ini tampilan jawaban mereka, gitu ...? Ups, aku harus menjawabnya juga. Yup, nama gunung Kosciuszko yang belum pernah kudengar ini masih terlihat mencurigakan.)

Didorong oleh fakta bahwa Yuki dan Alisa memilih jawaban yang sama, Masachika pun mengetuk pilihan (4). Sedetik kemudian, hitungan mundurnya berubah menjadi nol dan pilihannya dikunci.

“Cukup sampai di situ! Sekarang, mari saya umumkan jawaban yang benarnya! Jawaban yang benar adalah~~…. Nomor (4)! Kosciuszko! Luar biasa sekali, kedua peserta memilih jawaban yang benar! Persentase umum jawaban yang benar untuk pertanyaan ini adalah 68%! Oleh karena itu, kedua peserta masing-masing akan menerima 32 poin!”

(Hmm? Biasanya, pembawa acara akan mengkonfirmasi jawaban di antara peserta dan baru kemudian mengumumkan jawaban yang benar …. Ah, begitu rupanya. Karena tidak ada layar  di depan meja peserta, jadi para penonton tidak bisa melihat jawaban mereka berdua, ya)

Meja jawaban untuk kedua peserta tampak sederhana, hanya terdiri dari meja yang biasa digunakan di ruang kelas dengan taplak meja dan tablet. Karena hanya ada taplak meja di depan meja, jadi tidak ada layar yang menampilkan jawaban dari kedua peserta, seperti yang sering terjadi pada acara kuis.

(Benda di layar itu mungkin adalah presentasi yang telah disiapkan sebelumnya, dan mereka tidak akan dapat menampilkan jawaban para peserta ... itulah sebabnya mereka menampilkan jawaban  kedua peserta pada formulir jawaban di sini? Tapi aku masih merasakan ada yang janggal ...).

Sementara itu, pertanyaan berikut kembali dikeluarkan. Namun, Masachika telah mengarahkan lebih dari setengah kesadarannya untuk mempertimbangkan tampilan jawaban yang misterius ini. Ada sesuatu dalam spesifikasi yang tidak wajar ini. Menuruti instingnya, Masachika menolehkan kepalanya.

(Kalau dipikir-pikir secara normal, tampilan ini merujuk pada jawaban kedua orang itu, iya ‘kan? Tapi bahkan dipaksa untuk memberikan petunjuk seperti itu hanya akan mengurangi kegembiraan dari kuis ... Apa ini spesifikasi yang memungkinkan seseorang memilih jawaban yang sama dengan calon kandidat favoritnya? Jika demikian, maksud dari angket yang pertama tadi berarti …. Tidak, kalau begitu masih tidak masuk akal jika kedua jawaban mereka ditampilkan. Itu hanya perkara melihat sesuatu yang kupilih sendiri…)

“Ahhhh, di sinilah perbedaan jawaban dari kedua peserta! Jawaban yang benar adalah (2)! Peserta Kujou melakukannya dengan benar! Sayangnya, pilihan (3) dari peserta Suou merupakan jawaban yang meleset~!”

Masachika dengan cepat mengangkat wajahnya ke arah suara pembawa acara yang Ia dengar di sana. Tak disangka-sangka, sepertinya Alisa telah memimpin Yuki sesegera mungkin.

(Lumayan juga, Alya. Apakah ini hasil dari persiapanmu?)

Dengan pengetahuan buku teks sederhana, Alisa sama bagusnya dengan Yuki. Namun, Masachika memprediksi bahwa hanya berbekal pengetahuan itu saja masih belum cukup untuk memenangkan acara kuis tersebut. Jadi, ketika Masachika mengunjungi ruang klub kuis untuk suatu urusan setelah perencanaan pertarungan kuis ini diputuskan, dirinya dengan santai melihat-lihat judul buku kuis yang ada di sana dan mengingat semuanya. Masachika kemudian meminta Alisa mempersiapkan semuanya nanti. Kemudian, Alisa memasukkan semuanya ke dalam kepalanya dengan lebih sempurna daripada yang Masachika pikirkan.

(Kemungkinan besar beberapa pertanyaan pasti berasal dari sana ... mungkin ada beberapa pengaturan yang ditambahkan, tapi Alya bisa mengatasinya!)

Masachika merasakan semangatnya mulai meningkat oleh ketergantungan partnernya. Ia memandang Alisa di atas panggung dengan rasa kekaguman dan dukungan. Namun, Alisa fokus menatap tabletnya, dan tidak melakukan kontak mata dengan Masachika.

(... Sudah kuduga, rasanya seperti dia cuma bertingkah sok kuat saja … yah, aku harap dia bisa menjaga konsentrasinya sampai akhir)

Sambil merasa sedikit kecemasan, Masachika, yang melewatkan poin, melihat ke layar ponselnya untuk melihat berapa banyak poin yang bisa dia pimpin. Kemudian Ia menyadari bahwa tidak ada indikasi poin Yuki dan Alisa di mana pun.

(Apa? Bahkan di atas panggung juga ... tidak ada.  Apa aku melewatkannya?)

Masachika mulai menjadi tidak sabaran, tapi untungnya poin mereka berdua segera terungkap.

“Baiklah! Setelah menyelesaikan tema pertanyaan, poin untuk kedua peserta ialah …. Peserta Suou mencetak 148 poin! Di sisi lain, peserta Kujou berhasil mengantongi 192 poin! Peserta Kujou selangkah lebih maju!”

“Oh, sepertinya dia bisa memimpin lebih dari yang aku kira.”

Sejujurnya, fakta bahwa Alisa memimpin dalam lima pertanyaan pertama adalah kesalahan perhitungan yang membahagiakan bagi Masachika. Tapi dirinya tidak bisa lengah. Karena selalu ada kemungkinan pembalikan situasi tergantung pada tema pertanyaan kuis.

Terutama tema subkultur dan hiburan, kedua tema tersebut merupakan bidang yang tidak dikuasai dengan baik oleh Alisa. Menurut Masachika sendiri, Ia hanya bisa berharap kalau tidak ada pertanyaan dengan tema seperti itu ...

“Mari beralih ke tema berikutnya! Tema keduanya adalah ~ ...”

Masachika secara alami harap-harap cemas saat mendengar kata-kata pembawa acara.

“... Tema kedua adalah Sains! Pertanyaan pertamanya ada di sini!”

Setelah menghela napas lega, Masachika sekali lagi mengalihkan perhatiannya ke tampilan jawaban misterius. Masalah kuis itu sendiri, Masachika memutuskan untuk menyerahkannya pada kemampuan Alisa.

(Karena ada unsur kampanye pemilihan ... wajar saja jika berpikir bahwa seseorang bisa menggunakan dua jawaban yang terlihat ini untuk mendukung kandidat favoritmu, bukan? Apa angket di awal tadi untuk mengesankan unsur-unsur kampanye pemilihan ...? Biasanya, jika peserta memilih jawaban yang salah, mereka bisa memberi isyarat dari kursi penonton ... tapi itu melanggar aturan ...)

Atau mungkin salah satu kondisi “Tidak masalah bermain curang asalkan tidak ketahuan”?. Tapi masalahnya kedua peserta yang di atas panggung mana mungkin mungkin bisa menyadari mekanisme ini. Dalam kondisi tersebut, Masachika tidak bisa memikirkan kemungkinan  efektif untuk melakukannya dalam batas waktu singkat 10 detik.

(Tidak, sebaliknya, jika aku bisa menyampaikan cara kerja ini .... Jika lawan mengubah jawaban mereka dalam urutan dari (1) ke (4), dan kooperator menganggukkan kepalanya pada saat pilihan yang benar dibuat, bukannya itu bagian yang cukup valid. Mungkin saja …. Itu bisa dilakukan? Jika itu masalahnya, mereka bisa melakukannya tanpa disadari orang-orang.)

Dalam kampanye pemilihan, tidak ada yang salahnya melakukan kecurangan kecil-kecilan semacam ini selama tidak terungkap. Sekalipun melakukannya dengan sedikit mencolok, selama tidak pihak lawan tidak mendapatkan bukti yang kuat, hal tersebut bisa menjadi aspek yang meningkatkan reputasi mereka.

(Masalahnya ... bagaimana caraku menyampaikan situasi ini kepada Alya. Dan sejujurnya, aku tidak tahu apakah aku bisa melewatinya, karena sebelumnya masalahnya terlalu sulit bagiku )

Masachika sudah memeriksa pertanyaan-pertanyaan itu sejak beberapa waktu yang lalu, tetapi Ia ragu apakah dirinya bisa mendapatkan jawaban yang benar untuk salah satu pertanyaan tersebut dalam waktu sepuluh detik dengan menggunakan Internet. Mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk melewati sistem, dibutuhkan waktu paling lama sekitar lima detik untuk benar-benar mencari jawaban yang benar.

(Ummm~, sepertinya cara curang juga masih sulit, ya ...?)

Sambil berpikir demikian, Masachika mengalihkan perhatiannya ke Alisa di atas panggung untuk setidaknya memberi tahu dia tentang situasinya. Namun, Alisa tampaknya benar -benar terkonsentrasi pada tablet yang ada di tangannya dan tidak menyadari tatapannya.

(... Alya?)

Melihat penampilan Alisa, yang tampaknya tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya, ketidaksabaran Masachika semakin tumbuh membesar seiring dengan kecemasannya.

(Tidak, aku harus menenangkan diri dulu ... buat apa aku tergesa-gesa segala. Jika Alya tidak bisa tenang, akulah yang perlu mendinginkan kepalaku dulu)

Setelah menggelengkan kepalanya dan mengatakan itu pada dirinya sendiri, Masachika mengubah suasana hatinya dan menatap layar smartphone -nya.

(Pertama-tama, mari periksa jawaban Yuki dulu. Jika dia sudah melakukan suatu kecurangan, pasti ada tanda-tandanya di dalam jawabannya.)

Seraya berpikir demikian, Ia mengawasi jawaban Yuki di smartphone-nya dan juga mengalihkan perhatiannya ke Ayano, yang berdiri agak jauh. Tapi tak satu pun dari mereka melakukan gerakan mencurigakan.

(Tidak ada perubahan sama sekali, ya …. yah, aku tidak berpikir kalau Ayano bisa melakukan kecurangan atas inisiatifnya sendiri)

Bukan sifat Ayano untuk membuat skema kecurangan dan menjalankannya sendiri, bahkan jika Yuki memerintahkan untuk melakukannya. Ayano terlalu baik hati untuk menjalankan cara licik semacam itu.

“Baiklah, setelah menyelesaikan tema kedua, poin untuk kedua peserta adalah ….. Peserta Suou berhasil mendapatkan 344 poin! Di sisi lain, Peserta Kujou mencetak 390 poin! Hasil ini menyebabkan peserta Kujou semakin memperluas keunggulannya!”

Masachika mengeluarkan seruan "Oh!" pada kata-kata pembawa acara yang terdengar di sana. Ia kemudian memalingkan matanya dengan kekaguman murni kepada rekannya yang ada di atas panggung.

Namun di sisi lain, Alisa sangat gugup sampai-sampai dia tidak mampu menyadari tatapannya.

(Sejauh ini, semua pertanyaan sudah dijawab dengan benar ...dan  hasil persiapanku sudah terbayar. Jangan khawatir, aku bisa menang. Aku akan mengalahkan Yuki-san dengan kemampuanku sendiri)

Ketegangan dan kelegaan yang disebabkan oleh waktu berpikir singkat selama sepuluh detik dan sesi menjawab yang segera menyusul memotong saraf Alisa lebih cepat daripada yang bisa dia bayangkan. Ketika dia menyadari bahwa ini baru sepertiga dari total pertanyaan kuis, kepercayaan dirinya sedikit terguncang, dan mempertanyakan apakah dirinya bisa mempertahankan konsentrasinya sampai akhir. Namun, Alisa mengalahkan perasaan lemahnya sendiri dan berkonsentrasi pada pertanyaan kuis.

Tapi pada saat berikutnya, kalimat yang diucapkan pembawa acara menyebabkan semangat Alisa terguncang.

“Tema kuis berikutnya adalah Tren! Pertanyaan pertamanya ada di sini!”

Perasaan krisis Alisa melonjak pada tema yang diumumkan pembawa acara. Dan perasaan tersebut segera terbukti benar.

“Sinetron ‘Hari Libur Keluarga Detektif’, yang sempat menggemparkan jagat drama tahun lalu. Kalimat yang dikatakan karakter utama dalam episode 8 lumayan menjadi topik besar, tapi manakah dari kalimat berikut yang merupakan kalimat yang benar?!?”

(Aku tidak tahu sama sekali!)

Alisa setidaknya ingat pernah mendengar judul sinetron itu di berita, tapi berita itu tidak menyebutkan isinya sama sekali. Dia mencoba untuk setidaknya menebak kalimat apa dari adegan drama yang ditampilkan, tetapi semua pilihannya ...... hampir identik dengan beberapa perbedaan kata dan urutan kata saja.

(Dengan asumsi kalau aku mengetahui kalimat tersebut, tapi pertanyaannya adalah apakah aku mengingatnya dengan benar , apa begitu maksudnya...? Kalau begini, aku tidak punya pilihan lain selain memilih dengan insting ...!)

Untuk sesaat, keberadaan Help Call terlintas di benaknya. Tapi Alisa dengan cepat menyingkirkan pilihan tersebut.

(Jangan khawatir, jika itu genre normal, aku takkan kalah dari Yuki-san. Bahkan jika situasinya berbalik dari genre ini, aku bisa mengejarnya nanti)

Sambil mengatakan itu pada dirinya sendiri, Alisa memilih jawabannya secara insting. Kemudian, dia berharap kalau jawabannya benar. Tetapi……

“Jawaban yang benar adalah pilihan nomer (1)! Ahhhhh! Peserta Kujou salah menjawab untuk pertama kalinya di sini! Peserta Suou menutup celah satu langkah!”

Jawaban yang salah. Fakta ini membuat perut Alisa bergejolak. Dia merasa hatinya gemetar, tapi dengan tekad besinya, dia menekan kegelisahannya.

(Tidak apa-apa. Berdasarkan perhitungan sederhana saja aku masih memliki peluang satu banding empat, jadi seharusnya aku bisa mendapatkan satu atau dua pertanyaan dengan benar meskipun aku menjawabnya dengan insting. Selama aku bisa menjawab dua pertanyaan dengan benar, meski Yuki-san menjawab semua pertanyaan dengan benar, poinnya takkan jauh melampauiku)

“Pertanyaan kedua! Maskot lokal ini berasal dari kota dan prefektur mana yang baru-baru ini menjadi sangat populer di situs jejaring sosial?”

(Baiklah, 2 pertanyaan. Jika aku bisa menjawab benar dua pertanyaan ...)

“Pertanyaan ketiga! Barang serba guna yang menjadi trending topik belakangan ini, kira-kira barang ini berfungsi untuk apa?”

(Aku baik-baik saja, aku masih ...)

“Oh! Akhirnya keadaannya mulai terbalik di sini! Peserta Suou berhasil menyalip peserta Kujou!”

(Satu pertanyaan, pertanyaan selanjutnya harus benar ...)

………………………

“Semua pertanyaan untuk tema ketiga sudah selesai, dan kedudukannya telah beralih! Peserta Suou berhasil meraih 496 poin, sedangkan peserta Kujou masih berkutat pada 390 poin! Sangat tak disangka, peserta Kujou menjawab semua pertanyaan dengan salah dalam tema ini! Perbedaannya sungguh besar! Sekarang, setelah paruh pertama tema telah berakhir, mari kita berbincang-bincang dulu dengan kedua peserta! Kalau begitu, mari kita mulai dari peserta Suou. Tadi itu pembalikan situasi yang cukup menakjubkan sekali, bukan?”

“Terima kasih banyak. Aku cukup terkejut karena masalahnya ternyata lebih sulit daripada yang aku duga. Apakah semua orang dari klub kuis selalu menyelesaikan pertanyaan kuis seperti ini?”

“Yah, masalah kali ini juga membuat kami…..”

Pembawa acara dan Yuki sedang mengobrol tentang sesuatu, tapi Alisa hampir tidak mendengarnya. Dengan mata yang tidak fokus menatap tablet, dirinya hanya bisa menggertakkan giginya dengan kesal.

Akibat dari sifat keras kepalanya, dirinya berakhir dengan selisih poin yang takkan pernah bisa dibalik oleh satu pertanyaan pun. Meski dirinya sudah siap untuk ini, Alisa mau tak mau mengutuk kebodohan instingnya sendiri dalam menjawab pertanyaan secara tidak benar dari awal.

“Aku mencoba mengikuti tren untuk bisa dijadikan topik obrolan, tapi ... sepertinya Alya-san sedikit cuek dengan tren yang lagi populer, ya. Menurutku lebih baik untuk menggunakan Help Call saat tema tadi....”

Begitu Yuki menyebut namanya, Alisa kembali tersadar pada kenyataan. Alisa mendongak dari tablet dan menatap lurus ke arah Yuki. Yuki juga memandang Alisa dengan senyum menawan.

“Mengetahui kalau itu merupakan bukan tema yang kamu kuasai, apa kamu bertingkah keras kepala untuk tidak menggunakan Help Call? Atau jangan-jangan kamu bermaksud takkan menggunakan Help Call kalau aku takkan menggunakannya?”

Keras kepala ... itu memang benar. Tapi itu bukan tingkah keras kepala yang muncul dari persaingannya dengan Yuki. Tapi ini merupakan keras kepala pada dirinya sendiri. Demi dirinya sendiri, Alisa harus berpegang teguh pada sikap keras kepala ini.

“... Untuk apa kamu menerima usulan program acara ini?”

Atas pertanyaan balasan Arisa, Yuki berkedip sedikit seolah-olah dia sedikit terkejut. Alisa melanjutkan dengan tenang tanpa menunggu jawaban Yuki.

“Aku menerima usulan acara ini demi membuktikan kekuatanku sendiri. Untuk membuktikan bahwa akulah orang yang cocok untuk berdiri bersama Masachika-kun sebagai calon ketua OSIS. Oleh karena itu———”  

Alisa kemudian mengambil smartphone-nya di atas meja dan membalikkannya. Hal tersebut seolah menunjukkan tekadnya untuk tidak pernah menggunakannya.

“Aku tidak berniat melibatkan Masachika-kun dalam pertandingan ini. Baik itu kemenangan maupun kekalahan dalam pertempuran ini, semuanya adalah milikku sendiri.”

Itu adalah tekad sengit yang bersinar bahkan ketika dalam keadaan terpojok. Para penonton dibuat terpikat oleh penampilannya yang penuh kebanggaan itu.

“Aku akan mengalahkanmu dengan kekuatanku sendiri. Aku takkan pernah kalah.”


Deklarasi tegas Alisa membuat semua orang terpana. Semua orang di antara hadirin tampak terkesiap, dan bahkan pembawa acara pun tidak bisa berkata-kata selama beberapa detik. Begitu pula dengan Masachika yang menyaksikan Alisa dari kejauhan.

“Alya ...”

Dirinya tanpa sadar memanggil nama rekannya. Masachika menyipitkan mata pada sosok yang mempesona itu.

(Ah ... dia sungguh keren sekali)

Masachika benar-benar berpikir begitu dari lubuk hatinya. Rasanya sungguh indah bisa melihat orang-orang melakukan segala upaya demi bisa menjadi sosok ideal yang mereka cita-citakan. Dirinya dengan tulus meyakini bahwa upaya yang mereka dedikasikan jauh lebih berharga.

(Hahaha, kurasa dia tidak membutuhkan cara curang, ya ...)

Dengan sedikit malu, Masachika menyimpan kembali smartphone -nya. Satu-satunya yang bisa dirinya lakukan sekarang ialah mempercayai rekannya. Yang bisa Ia lakukan hanyalah menonton dan percaya bahwa Alisa akan mampu bangkit kembali dari rasa mindernya sendiri.

(Tapi tetap saja ... begitu rupanya, jadi itulah yang kamu pikirkan, ya)

Rupanya, Masachika sendiri lah yang menjadi alasan mengapa dia tampak tegang akhir-akhir ini. Pada awalnya Ia tidak menganggapnya terlalu serius, tapi sepertinya apa yang dikatakan Yuki ada benarnya.

(Padahal aku sengaja membantu Alya dengan banyak hal sebagai juru kampanye yang berpengalaman, tapi hal tersebut justru memojokkan Alya, ya...).

Kalau dipikir-pikir lagi memang benar, Ia merasa seperti dirinya terlalu berlebihan dalam mengurus rekannya. Mungkin sikap protektif yang berlebihan itu membuat Alisa merasa seolah-olah menganggap dirinya sebagai pasangan yang tidak layak.

(Tanpa perlu khawatir pun ...kamu selalu berjalan di depanku)

Dengan sedikit kesedihan, Masachika menatap Alisa di atas panggung. Alisa bersinar di atas panggung, dan dirinya hanya seorang sebagai penonton yang hanya bisa menonton. Tampaknya hal itu menyiratkan tentang masa depan, dan Masachika merasakan perasaan kesepian yang aneh.

“Baiklah~, mari kita kembali dan melanjutkan babak kedua!”

Pembawa acara kemudian mengumumkan bahwa pertarungan kuis kembali dilanjutkan. Pada saat yang sama, para penonton bersorak dengan antusias.

Para penonton yang menonton pertarungan ini tidak lagi berpikir kalau ini hanyalah sekedar pertunjukan hiburan festival sekolah. Ini adalah kontes serius yang dipenuhi harga diri antara dua kandidat yang berlawanan. Sorak-sorai para penonton yang antusias menunjukkan fakta tersebut.

“Tema berikutnya adalah~ ..... Aritmatika! Pertanyaan pertama ada di sini! Manakah jawaban yang benar dari ukuran bangun ruang tiga dimensi berikut? Waktu berpikir dimulai sekarang!”

“Uwaahh.”

Masachika terkejut dengan tingkat kesulitan dari pertanyaan yang muncul.

Mau dilihat bagaimanapun juga, itu bukanlah pertanyaan yang bisa diselesaikan dalam waktu 10 detik. Walaupun seseorang mampu menyusun rumus ukuran bangun ruang sesuai urutan pikiran, waktu sepuluh detik saja masih kurang cukup. Nyatanya, jawaban Yuki dan Arisa yang dipilih hampir bersamaan dengan sisa waktu dua detik juga berantakan dengan indahnya.

“Sudah cukup sampai disitu! Jawaban yang benar adalah nomor (3)! Wahhhh! Tak disangka, untuk pertama kalinya kedua peserta sama-sama memilih jawaban yang salah!”

“Alamak~ ... yang begini sih apa boleh buat.”

Ini hampir masalah keberuntungan saja. Masachika tersenyum kecut saat memikirkan itu ...

“Ngomong -ngomong, persentase jawaban yang benar untuk pertanyaan ini adalah 11 %! Hiyaa, mungkin rasanya masih terlalu sulit memberikan jawaban yang benar dalam waktu 10 detik~”

“… Hah?”

Senyumnya langsung mengeras ketika mendengar kata-kata lanjutan dari pembawa acara.

(Tunggu dulu ... Ia bilang apaan tadi?)

Sensasi menggigil merayapi belakang punggung Masachika. Informasi aneh yang terdengar di telinganya menyebabkan kepalanya yang bingung mulai berpacu dengan kecepetan penuh

(Persentase jawaban yang benarnya adalah 11 %? Tidak, itu mustahil. Bahkan jika mereka menjawabnya dengan cara menebak, persentasenya masih sekitar 25 %. Mengingat ada beberapa orang yang dapat menjawab sendiri soal dengan benar, maka persentasenya mana mungkin bisa kurang dari 20 %. Kok malah bisa menjadi 11 %? Rasanya seolah-olah seperti ...)

Rasanya seolah-olah seperti terpengaruhi oleh jawaban Yuki dan Alisa yang salah.

“!!!”

Masachika merasakan jantungnya berdetak kencang begitu Ia memikirkan hal ini. Nafasnya berhenti sejenak, dan sesuatu yang mirip dengan rasa ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya seperti sengatan listrik.

(Tunggu, tunggu, tunggu, tunggu, dengan kata lain ….)

Masachika sudah tidak terlalu memedulikan kemajuan pertarungan kuis lagi. Masachika meletakkan tangannya di atas mulutnya dan tenggelam ke dalam pikirannya sendiri.

(Persentase jawaban kuis yang benar bukan berasal dari penghitungan awal, tapi justru persentase jawaban yang benar dari penonton di sini? Apa itu berarti penonton dapat memanipulasi poin? Tidak, bahkan jika penonton bisa memanipulasi poin dan kedua peserta mendapat jawaban yang benar, itu sih sama saja tidak ada artinya ... sialan, aku bodoh sekali, kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi!)

Bukannya itu sudah ada caranya? Ada cara pasti untuk memanipulasi pembagian untuk mendukung salah satu pihak, entah itu untuk Yuki maupun Alisa. Cara tersebut sekarang tepat berada di depan matanya sendiri.

(Jadi alasan kenapa format tampilan jawabannya begini karena demi itu, ya!!)

Dalam kemungkinan ekstrim, apa yang akan terjadi jika semua orang di sini meniru jawaban Alisa? Tentu saja, jika Alisa menjawab dengan benar, persentase jawaban yang benarnya akan menjadi 100% karena semua penonton juga akan menjawab dengan benar. Dengan kata lain, poin yang didapat akan menjadi nol. Misalnya Alisa menjawab salah, sedangkan Yuki menjawab dengan benar. Yang paling menakutkan, persentase jawaban yang benarnya adalah 0 %. Hanya Yuki yang akan mendapatkan 100 poin sekaligus. Dan tidak peduli seberapa banyak jawaban benar yang dikumpulkan Alisa nanti, jarak poin di antara mereka takkan bisa disusul.

(Hahaha ... ini sib benar-benar mirip pemilihan. Setiap penonton yang ada di sini bisa memberikan suara dalam bentuk  jawaban. Tindakan itu akan mengubah poin untuk Alya dan Yuki.)

Kemungkinan besar banyak penonton yang tidak menyadari fakta ini. Setidaknya, masih belum ada.

Tapi apa yang terjadi jika ada lebih banyak orang yang menyadarinya? Berapa banyak penonton di sini yang merupakan pendukung Yuki? Pertama-tama, Masachika yakin kalau pendukung Alisa jauh lebih banyak. Lalu, hal yang perlu dirinya lakukan sekarang ialah ….

(Aku perlu mencari beberapa pendukung Alisa dan meminta mereka untuk mengikuti jawaban Yuki! Jadi entah bagaimana mereka bisa mengurangi bias penilaian! Dan ada satu hal lagi….)

Setelah memikirkan sebuah ide, Masachika segera beraksi. Ia mengembalikan ponselnya ke layar beranda dan membuka daftar kontak. Pada saat yang sama, Ia berbalik untuk meninggalkan area panggung sejenak.

...... Keputusan Masachika sendiri sama sekali tidaklah salah. Namun, satu-satunya hal yang menjadi salah perhitungan Masachika ialah …. Sudah ada seseorang yang menyadari sistem penilaian ini jauh lebih awal daripada dirinya sendiri.

“Upps, maaf ya Kuze-kun, tolong jangan beranjak dulu dari sini.”

“Hah ...?”

Saat dirinya berbalik, seorang gadis yang dikenalnya sedang berdiri di hadapannya. Saat hendak melakukan gerakan pertamanya, dua siswi yang sudah tidak asing lagi mengambil posisi di sisi kiri dan belakangnya.

“Kalian semua ...”

Mereka bertiga adalah orang-orang yang pernah Ia temui beberapa kali dalam bentuk temannya teman. Fakta bahwa mereka menghalangi jalan Masachika berarti...

“Maafkan atas kelancangan saya, Masachika-sama. Bisakah Anda tetap diam tanpa melakukan sesuatu yang tidak perlu?”

Tiba-tiba, tepat ketika Ia mengira mendengar suara seseorang di sampingnya, lengan kanannya mencengkeram smartphone dengan erat. Masachika pun berbalik dan penasaran sudah berapa lama dia berdiri di sana. Masachika menatap seorang gadis yang sangat dikenalnya sedang menatap ke arahnya dengan wajah tanpa ekspresi.

“Kamu … jadi begitu rupanya.”

Di antara lebih dari seratus siswa yang hadir, bukan Masachika atau siapa pun di antara para penonton yang pertama kali menyadari aturan penilaian untuk pertandingan kuis ini.

“Saya sangat menyadari kekasaran saya. Tapi semua ini demi kemenangan Yuki-sama ... sampai pertandingan kuis selesai, saya tidak akan membiarkan Masachika-sama melakukan sesuatu.”

Orang yang pertama kali menyadarinya adalah rekan Yuki dalam pemilihan ketua OSIS, Kimishima Ayano.

 

 

  Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama