Chapter 10 — Tekad dan Harga Diri
“Dengan demikian, Festival
Shuureisai ke-66 resmi diadakan!”
Festival sekolah Akademi Seirei
dimulai dengan pengumuman semacam itu dari ketua panitia pelaksana. Karena hari
pertama acara diadakan hanya untuk keluarga dan kerabat tanpa tamu dari luar,
anggota panitia tidak harus melalui situasi sekacau itu .... jika ada yang masih berpikiran begitu,
maka mereka masih sangat naif
“Kuze-san! Sepertinya
penampilan berikutnya tidak akan siap tepat waktu!”
“Bagaimana dengan penampilan
selanjutnya setelah penampilan orang itu?”
“Orangnya masih belum datang!”
“Kira-kira butuh waktu berapa
lama untuk menunggunya?”
“Ummm ...”
“Tolong cepat tanyakan pada
orang yang bersangkutan. Di sini pengawas. Moderator, setelah pemain saat ini
meninggalkan panggung, apa kita bisa melakukan jeda singkat? Harap tanggapi.”
Di Festival Shuureisai, ada
tiga panggung yang disediakan pada tiga tempat berbeda seperti gimnasium, auditorium,
dan lapangan sekolah. Operasi tersebut dikelola oleh Panitia Pelaksana, Klub Penyiaran,
dan Klub Drama. Masachika kemudian secara langsung ditunjuk oleh Ketua
Pelaksana sebagai penanggung jawab atas kemajuan acara panggung di auditorium.
Tentu saja, ada dua orang lain yang bertanggung jawab karena mereka melakukannya
bergiliran.
『Di
sini sub-pengawas, mereka menginginkan waktu dua menit lagi』
“Dimengerti. Moderator, harap
pastikan apakah kamu memiliki cukup waktu untuk mengulurnya selama tiga menit. Semua
lampu di panggung akan dimatikan, penonton akan tetap seperti semula, dan lampu
sorot difokuskan pada MC. Kita akan memangkas sisa istirahat setelah ini untuk
mengakomodasi acara, untuk panitia bagian peralatan yang dijadwalkan untuk
mengambil alih, silakan mengambil alih saat moderator masih terhubung.”
Ia memberikan instruksi kepada
staf melalui walkie-talkie, sambil mengawasi bagan kemajuan dan jadwal waktu.
Di sisi lain, staf lainnya memberi tanggapan singkat.
Lebih dari setengah staf lebih
tua dari Masachika, tetapi tidak ada sedikit pun rasa tidak hormat padanya
dalam suara mereka. Ini adalah bukti kepercayaan yang telah dibangun oleh Masachika
melalui banyak latihan. Di bawah kepemimpinan Masachika, proyek panggung di
auditorium berhasil diselesaikan meski ada beberapa masalah, tapi sudah
waktunya untuk beralih dengan program berikutnya.
“Kalau begitu, sisanya aku
serahkan pada Senpai.”
“Okeee~, kerja bagus~”
Setelah menyerahkan acara
tersebut kepada anggota komite yang kelas 3, Masachika dengan cepat pergi ke
kamar mandi, dan kemudian menuju ke proyek panggung yang ada di lapangan
sekolah. Tempat untuk acara panggung di lapangan dipisahkan oleh kerucut warna,
dan sekitar seratus kursi pipa berjejer di depan panggung tersebut. Masih ada
beberapa kursi kosong di bagian itu, tetapi Masachika tidak duduk tetapi berdiri
di belakangnya, tepat di tepi kerucut berwarna.
Segera setelah itu, dua kursi
dan meja moderator didirikan di atas panggung, dan dua wajah yang sangat
dikenal Masachika muncul di sana.
“Disponsori oleh klub riset
kuis! Pertarungan kuis kampanye pemilu~!”
Kemudian, ketua dari klub kuis
yang mengenakan topi ala pesulap, keluar dari ujung panggung dan mengumumkan
kalau acara akan segera dimulai. Masachika masih berdiri di belakang tempat penonton.
Hal ini bukan karena diinstruksikan
secara khusus oleh Ketua Klub Kuis. Namun, dalam situasi di mana seluruh
gambaran acara kuis ini belum diketahui, Masachika memutuskan bahwa lebih baik
bertingkah sigap jika terjadi keadaan darurat. Hal yang sama juga berlaku pada
Ayano, yang tanpa disadari sudah berdiri agak jauh dari Masachika, dan berdiri
tegak seperti patung.
“Kalau begitu tanpa basa-basi
lagi, Mari saya perkenalkan kedua bintang dalam acara pertarungan kuis ini!”
Setelah memperkenalkan dirinya
sebagai moderator, Ketua Klub Kuis mengarahkan tangannya ke dua orang yang
duduk di bagian tengah panggung. Kemudian, wajah Yuki diproyeksikan di layar
yang berada di atas panggung.
“Putri dari keluarga Suou, yang
turun-temurun selalu mengemban tugas diplomasi Jepang! Jumlah pengetahuan yang dimiliki
seorang calon diplomat masa depan tidak ada bandingannya! Entah itu tema politik,
ekonomi, hiburan, subkultur, atau apa pun topiknya, dia dapat menanganinya
dengan mudah! Apakah pengetahuannya yang luas akan dimanfaatkan dengan baik
dalam pertarungan kuis ini!? Mari kita sambut dengan meriah, peserta Suou Yuki~
!!”
Setelah diperkenalkan oleh
pembawa acara, Yuki melambaikan tangannya dengan senyum ke arah kursi penonton.
Kemudian, sorak-sorai dan siulan jari bergema dari kursi penonton, dan murid-murid
di sekitar lapangan mulai berkumpul satu demi satu seolah-olah terperangkap
dalam kemeriahan tersebut.
“Selajutnya ... sejak kepindahannya, dia menjadi peringkat
pertama yang tak tergoyahkan dalam ujian reguler! Gadis yang paling berbakat di
sekolah. Tidak ada lagi yang meragukan julukan itu! Dia adalah gadis yang pandai
dalam bidang akademik, jago dalam bidang olahraga dan bakatnya masih tak terduga! Akankah mitos tak terkalahkannya akan
berlanjut juga dalam permainan kuis!? Beri tepuk tangan yang meriah untuk
peserta Alisa Mihailovna Kujou~ !!”
“Pembawa acaranya ternyata
lumayan mahir juga.”
Pada saat yang sama ketika
Masachika tanpa sadar mengomentari si ketua klub, wajah Alisa muncul di layar
atas panggung, dan membungkuk ringan dengan ekspresi serius. Berbeda dengan salam
Yuki, tepuk tangan dan sorak-sorai dari para penonton lumayan hangat, meskipun
jauh lebih tidak antusias daripada sebelumnya.
(Hmm~
... Sejujurnya, kupikir akan ada perbedaan yang lebih mencolok dalam
sorak-sorai penontonnya ...tapi, apa itu berarti dia lebih diterima layaknya
idola yang jutek? Kurasa ini kesalahan perhitungan yang bagus).
Ketika Masachika memikirkan hal
itu sambil bertepuk tangan, aliran orang-orang yang menuju sekitar panggung
mereda sedikit. Karena topik acara tersebut bertemakan konfrontasi langsung
antara dua kandidat gadis tercantik di sekolah, itulah yang menjadi daya tarik
orang-orang berkumpul. Selain itu, fakta bahwa acaranya dilaksanakan sekitar
waktu makan siang juga merupakan faktor terbesar. Banyak siswa yang berkumpul
membawa camilan di tangan mereka, dan tampaknya bersiap untuk menonton
pertandingan sambil menikmati makanan mereka.
(Kursi
di depan panggung sudah penuh, dan jika memasukkan siswa yang berdiri dan menonton
dari luar panggung, kurasa ada sekitaran 130 orang)
Pada saat ini, Masachika
menghitung bahwa kurang dari 20 % dari semua siswa sekolah sudah berkumpul di
sini. Tidak semua orang akan menonton acara tersebut dari awal hingga akhir,
tetapi dengan semua orang ini, detail pertarungan ini akan segera disebarkan ke
seluruh sekolah.
“Kalau begitu, mari kita mulai
segera! Pertarungan kuis ini merupakan jalan kesuksesan tetapi aturan inovatif yang
menambahkan elemen pemilihan umum ke program kuis lama yang baik. Tentu saja, selain
dua orang peserta yang ada di panggung, semua orang di sini dapat berpartisipasi
juga. Semua pertanyaan kuis adalah pertanyaan pilihan ganda; Tidak ada
pertanyaan tertulis. Jika itu adalah pertanyaan essai, sulit bagi semua orang untuk
menilainya.”
Setelah mengatakan ini dengan
sedikit kejahilan, pembawa acara terus melanjutkan penjelasannya.
“Waktu untuk berpikir adalah 10
detik setelah saya selesai membaca pertanyaan! Kuisnya terdiri dari enam tema
yang berbeda, masing-masing dengan lima pertanyaan. Pertanyaan terakhir akan
ditambahkan, jadi totalnya ada 31 pertanyaan, dan skornya akan bisa terlihat Persaingan.
Selain dari dua peserta, orang dengan skor tertinggi akan menerima hadiah yang
mewah, jadi semuanya silahkan ikut berpartisipasi dengan kami, oke? Sekarang,
bagaimana caranya untuk berpartisipasi ... tapi sebelum itu, ada peringatan
penting bagi semua orang.”
Kemudian, setelah jeda singkat,
pembawa acara mengangkat suaranya seolah mengingatkan semua orang yang ada di
sekitar panggung.
“Meski hal ini sudah sepatutnya
dilakukan, tapi semua penonton dilarang berbicara selama pertandingan kuis.
Para penonton sangat dilarang untuk memberikan jawaban atau petunjuk kepada dua
peserta. Begitu ketahuan, orang tersebut akan segera dikeluarkan dari area
panggung. Kuisnya pun akan dijadwal ulang. Apa semuanya sudah jelas? Tolong
jangan terlalu berisik, oke?”
Suara penonton secara bertahap
semakin tenang, karena pembawa acara mengingatkan mereka. Kemudian, ketika
penonton benar-benar sudah diam, si pembawa acara tersenyum puas.
“Terima kasih atas kerja sama
semuanya! Kalau begitu semuanya, silakan gunakan smartphone kalian
masing-masing untuk membaca kode QR yang ditampilkan di layar ini. Silakan klik
format jawaban khusus klub kuis. Kalian juga dapat menemukan kode URL dan QR pada
beberapa tanda di ujung panggung.”
Menuruti arahan tersebut,
Masachika mengangkat smartphone-nya sama seperti penonton lain di sekitarnya,
dan membaca kode QR besar yang diproyeksikan di layar.
(Keren
juga, apa mereka repot -repot membuat sesuatu seperti ini ...hmm, eh?)
Setelah memuat halaman,
Masachika mengangkat alisnya dengan ringan di halaman pertama yang muncul. Di
sana tertulis pertanyaan, “Menurutmu
siapa yang paling cocok untuk menjadi Ketua OSIS?”, lalu nama Yuki dan
Alisa tertera sebagai pilihan.
(Apa-apaan
ini, semacam angket? Apa ini yang menjadi unsur kampanye pemilihannya? Sesuatu
seperti, jumlah suara memberimu tambahan skor?)
Dengan pemikiran itu, Masachika
melihat sekeliling dan memperhatikan bahwa beberapa penonton lain juga melihat
sekeliling dengan ekspresi bingung di wajah mereka.
“Sekarang, sementara penonton
bersiap-siap, izinkan saya memberi tahu tentang aturan khusus yang hanya
berlaku untuk kedua peserta. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, ini
adalah kuis yang juga menggabungkan unsur-unsur kampanye pemilihan. Dengan kata
lain, partner mereka berdua, Kimishima Ayano-san dan Kuze Masachika-san, juga
akan berpartisipasi sebagai sekutu!”
Tapi kemudian namanya mendadak
dipanggil, dan Masachika buru-buru menuju ke atas panggung.
“Setiap pasangan, baik itu Suou-san/Kimishima-san
dan Kujou-san/Kuze-san, memiliki hak untuk menggunakan “Help call” hanya sekali. Sesuai seperti namanya, ini adalah hak
untuk meminta bantuan dari partner masing-masing. Jika Anda ingin
menggunakannya, angkat tangan dan katakan 'Help'.
Anda akan terhubung dengan partner anda di telepon selama sepuluh detik.
Oh, tolong atur smartphone anda dalam mode speaker supaya kami bisa mendengar
percakapannya, oke?”
Yuki mengangkat tangannya saat
pembawa acara masih menjelaskan. Ketika si pembawa acara mengizinkannya, suara Yuki
yang tersebar karena menggunakan mikrofon, bergema di atas panggung.
“Jika demikian yang terjadi,
kira-kira berapa batas waktu untuk kuisnya? Selain itu, jika kita menggunakan
mode speaker, bukannya pihak lawan juga bisa mendengar pembicaraan, ‘kan?”
“Oh, maafkan atas keteledoran
saya. Jika anda melakukan panggilan bantuan, Anda baru bisa diperbolehkan
melakukan panggilan setelah jawaban lawan sudah terkunci. Dengan kata lain, setelah
batas waktu sepuluh detik untuk kuis telah berlalu. Kemudian, setelah panggilan
10 detik untuk mendapatkan saran dari pasangan Anda, hanya penelepon yang akan
memiliki waktu 10 detik lagi untuk menjawab pertanyaan.”
“Begitu rupanya. Lalu, bagaimana
jika kita menggunakan Help Call untuk
pertanyaan yang sama?”
“Hanya satu orang yang dapat
menggunakan Help Call untuk satu
pertanyaan. Dengan kata lain, ketika satu orang menyatakan Help Call, pihak lawan tidak dapat menggunakan Help Call dalam masalah itu.”
“Baiklah aku mengerti, terima
kasih banyak.”
“Tidak masalah, tadi itu
pertanyaan yang bagus. Ngomong-ngomong, harap diingat bahwa baik Kirishima-san
maupun Kuze-san dilarang untuk mengirim petunjuk kepada para peserta selain
dari menjawab panggilan Help Call
ini.”
(Hmm~
... Jadi aku hanya bisa memberikan jawaban sekali pada Alya, ya? Yah, itupun
jika ada pertanyaan yang bisa aku pahami tapi Alya merasa kesulitan menjawabnya,
sih...)
Sambil berpikir seperti itu,
Masachika melihat kembali dua pilihan yang ditampilkan di layar.
(Yah,
aku akan memilih Alya seperti biasanya)
Kemudian, ketika mengetuk nama
Alisa, layar menampilkan kata-kata “Sedang
memuat ....” dan masuk ke status pemuatan.
“Lalu terakhir, saya akan
membahas pembagian poin untuk setiap pertanyaan. Sebenarnya, pembagian poin
kuis ini tidaklah sama. Poin dialokasikan tergantung pada persentase umum dari
jawaban yang benar untuk setiap tema pertanyaan.”
“Hah?”
Ketika mendengar penjelasannya,
si pembawa acara kembali menghadap para penonton yang ada di depan panggung.
“Semuanya pasti pernah
melihatnya setidaknya sekali pada acara kuis, ‘kan? Tingkat persentase jawaban
umum yang benar. Semakin tinggi angka persentasenya, maka akan semakin mudah,
semakin rendah angka persentasenya, maka akan semakin sulit. Kami dari klub
penelitian kuis, juga secara independen menghitung persentase jawaban yang
benar secara umum untuk kuis ini. Dalam banyak program kuis, pertanyaan mudah
bernilai sepuluh poin. Sedangkan pertanyaan sulit bernilai 20 poin ... tapi
kali ini, kita akan menggunakan format (100
poin - persentase umum jawaban yang benar = pembagian poin)! Dengan kata
lain, jika sebuah pertanyaan memiliki persentase jawaban yang benar secara umum
sebesar 80 persen, maka pembagian poinnya adalah 20. Sebaliknya, jika
persentase jawaban yang benar secara umum adalah 5 %, maka poinnya menjadi 95
poin!” (TN:
Singkatnya 100- 80%= 20 poin, 100- 5%= 95 poin)
“Itu ... bagaimana maksudnya?”
Dengan kata lain, ada sedikit
perbedaan pada soal yang mudah dan perbedaan besar pada soal yang sulit. Apalagi
kuisnya bukan soal deskriptif, tapi soal pilihan. Itu berarti ....
(Bahkan
jika itu pertanyaan yang sangat sulit, asal mampu menebak dengan benar saja
sudah cukup menakutkan. Jika salah satu pihak mendapatkan 70 poin sekaligus,
dan semua pertanyaan setelah itu hanyalah pertanyaan umum dengan lebih dari 90
% dari persentase jawaban yang benar, pihak lain takkan pernah bisa mengejar ketertinggalan
lagi ... Yah, kurasa keseimbangannya tidak terlalu bias juga)
Rupanya, pembagian poin ini
adalah aturan yang paling istimewa.
(Kalau
disimpulkan semua, jumlah pertanyaan ada 31 pertanyaan, sedangkan waktu untuk
menjawab setiap pertanyaan adalah 10 detik. Nilai poin untuk setiap pertanyaan
ditentukan oleh persentase umum dari jawaban yang benar, kemudian Alya dan Yuki
hanya dapat meminta bantuan pasangannya satu kali, ya)
Secara keseluruhan, selain
aturan penilaian, tidak ada yang baru, termasuk pilihan Help Call. Penonton lain mungkin memiliki pendapat yang sama, atau
sudah sedikit bosan dengan penjelasannya. Seolah bisa merasakan suasana para
penonton, Pembawa acara bertanya kepada kedua peserta, “Apa masih ada yang ingin ditanyakan?”, mereka berdua menggelengkan
kepala dari sisi ke sisi, lalu pembawa acara menoleh menghadap penonton dan
mengulurkan tangan.
“Terima kasih sudah menunggu
dengan sabar. Kalau begitu, mari kita mulai! Pertempuran kuis yang sengit
antara sesama para anggota OSIS!”
Si Pembawa acara kemudian
berjalan menuju meja moderator dan mengoperasikan laptop yang diletakkan di
sana.
“Lalu~ ... tema pertamanya
adalah 《Ilmu sosial》! Pertanyaan pertama!”
Seakan-akan menanggapi suara
tersebut, teks pertanyaan muncul di layar.
“Berikut ini, manakah yang
memiliki elevasi terendah di antara puncak tertinggi tujuh benua!?”
(Tunggu
sebentar, bukannya pertanyaannya tidak terlalu sulit!?)
Sementara Masachika tsukkomi
dalam batinnya, deretan pilihan kemudian ditampilkan di layar.
“(1) Vinson Massif, (2)
Kilimanjaro, (3) Aconcagua, (4) Kosciuszko, sekarang waktunya untuk berpikir!”
“Uwaahh, seriusan, nih.”
Sebelum keterkejutannya mereda,
angka 10 yang ditampilkan di pojok kanan atas layar mulai menghitung mundur,
dan kepala Masachika berputar dengan kecepatan tinggi.
(Ummm,
pertama-tama, mari singkirkan pilihan Kilimanjaro dulu, apalagi aku belum
pernah mendengar tentang gunung Kosciuszko, memangnya itu di mana? Tunggu
sebentar, puncak tertinggi dari tujuh benua berarti benua Australia dan
Antartika cukup meragukan mengingat ukuran benuanya. Tidak, benua Antartika
sebenarnya cukup besar, iya ‘kan? Lalu, puncak tertinggi di benua Australia
tampaknya memiliki titik elevasi yang
terendah. ...Kupikir gunung Aconcagua berada di suatu tempat di Amerika, kalau
Vinson Massif kira-kira di mana ya…?)
Setelah berpikir sebanyak itu
dalam waktu kurang dari dua detik, Masachika dengan santai mengalihkan
pandangannya ke layar ponselnya dan ..... tercengang.
“Hmm? apa-apaan ini?”
Karena ada sesuatu yang tidak
terduga di sana. Teks pertanyaan, pilihan, dan sisa waktu di pojok kanan atas. Sejauh
ini, tidak ada bedanya dengan apa yang ditampilkan di layar. Tapi di atas
kalimat pertanyaan …. terdapat sesuatu yang tidak ada di layar.
Itu adalah dua bingkai persegi.
Di masing-masingnya tertulis nama Yuki dan Alisa.
(Umm,
apa ini ...? Oh, apa ada hubungannya dengan pemungutan suara yang baru saja
kulakukan di awal tadi?)
Masachika berpikir begitu dan
mencoba mengetuk kotak atau area nama itu untuk mengujinya, tapi tidak ada
tanggapan. Pada tampilan misterius itu, Masachika melupakan masalah kuis itu
sejenak dan memiringkan kepalanya, tapi ketika hitungan mundur di pojok kanan
atas mencapai empat detik, Ia secara alami mengerti arti dari tampilan itu.
“Hmm?”
Angka (4) tiba-tiba muncul di
kotak samping tempat nama Yuki ditulis. Tak berselang lama kemudian, angka (4) juga muncul di sisi Alisa.
(Eh,
apa ini jangan-jangan ... status jawaban dari mereka berdua?)
Sama seperti Masachika, banyak
penonton yang kebingungan, tetapi hal ini dengan cepat ditenangkan oleh pembawa
acara yang memberi peringatan untuk “harap diam”.
(Dengan
kata lain, ini tampilan jawaban mereka, gitu ...? Ups, aku harus menjawabnya
juga. Yup, nama gunung Kosciuszko yang belum pernah kudengar ini masih terlihat
mencurigakan.)
Didorong oleh fakta bahwa Yuki
dan Alisa memilih jawaban yang sama, Masachika pun mengetuk pilihan (4). Sedetik
kemudian, hitungan mundurnya berubah menjadi nol dan pilihannya dikunci.
“Cukup sampai di situ!
Sekarang, mari saya umumkan jawaban yang benarnya! Jawaban yang benar
adalah~~…. Nomor (4)! Kosciuszko! Luar biasa sekali, kedua peserta memilih
jawaban yang benar! Persentase umum jawaban yang benar untuk pertanyaan ini
adalah 68%! Oleh karena itu, kedua peserta masing-masing akan menerima 32 poin!”
(Hmm?
Biasanya, pembawa acara akan mengkonfirmasi jawaban di antara peserta dan baru kemudian
mengumumkan jawaban yang benar …. Ah, begitu rupanya. Karena tidak ada
layar di depan meja peserta, jadi para
penonton tidak bisa melihat jawaban mereka berdua, ya)
Meja jawaban untuk kedua
peserta tampak sederhana, hanya terdiri dari meja yang biasa digunakan di ruang
kelas dengan taplak meja dan tablet. Karena hanya ada taplak meja di depan
meja, jadi tidak ada layar yang menampilkan jawaban dari kedua peserta, seperti
yang sering terjadi pada acara kuis.
(Benda
di layar itu mungkin adalah presentasi yang telah disiapkan sebelumnya, dan mereka
tidak akan dapat menampilkan jawaban para peserta ... itulah sebabnya mereka
menampilkan jawaban kedua peserta pada
formulir jawaban di sini? Tapi aku masih merasakan ada yang janggal ...).
Sementara itu, pertanyaan
berikut kembali dikeluarkan. Namun, Masachika telah mengarahkan lebih dari setengah
kesadarannya untuk mempertimbangkan tampilan jawaban yang misterius ini. Ada
sesuatu dalam spesifikasi yang tidak wajar ini. Menuruti instingnya, Masachika
menolehkan kepalanya.
(Kalau
dipikir-pikir secara normal, tampilan ini merujuk pada jawaban kedua orang itu,
iya ‘kan? Tapi bahkan dipaksa untuk memberikan petunjuk seperti itu hanya akan
mengurangi kegembiraan dari kuis ... Apa ini spesifikasi yang memungkinkan
seseorang memilih jawaban yang sama dengan calon kandidat favoritnya? Jika
demikian, maksud dari angket yang pertama tadi berarti …. Tidak, kalau begitu
masih tidak masuk akal jika kedua jawaban mereka ditampilkan. Itu hanya perkara
melihat sesuatu yang kupilih sendiri…)
“Ahhhh, di sinilah perbedaan
jawaban dari kedua peserta! Jawaban yang benar adalah (2)! Peserta Kujou
melakukannya dengan benar! Sayangnya, pilihan (3) dari peserta Suou merupakan
jawaban yang meleset~!”
Masachika dengan cepat
mengangkat wajahnya ke arah suara pembawa acara yang Ia dengar di sana. Tak
disangka-sangka, sepertinya Alisa telah memimpin Yuki sesegera mungkin.
(Lumayan
juga, Alya. Apakah ini hasil dari persiapanmu?)
Dengan pengetahuan buku teks
sederhana, Alisa sama bagusnya dengan Yuki. Namun, Masachika memprediksi bahwa
hanya berbekal pengetahuan itu saja masih belum cukup untuk memenangkan acara
kuis tersebut. Jadi, ketika Masachika mengunjungi ruang klub kuis untuk suatu
urusan setelah perencanaan pertarungan kuis ini diputuskan, dirinya dengan
santai melihat-lihat judul buku kuis yang ada di sana dan mengingat semuanya.
Masachika kemudian meminta Alisa mempersiapkan semuanya nanti. Kemudian, Alisa
memasukkan semuanya ke dalam kepalanya dengan lebih sempurna daripada yang
Masachika pikirkan.
(Kemungkinan
besar beberapa pertanyaan pasti berasal dari sana ... mungkin ada beberapa
pengaturan yang ditambahkan, tapi Alya bisa mengatasinya!)
Masachika merasakan semangatnya
mulai meningkat oleh ketergantungan partnernya. Ia memandang Alisa di atas
panggung dengan rasa kekaguman dan dukungan. Namun, Alisa fokus menatap
tabletnya, dan tidak melakukan kontak mata dengan Masachika.
(...
Sudah kuduga, rasanya seperti dia cuma bertingkah sok kuat saja … yah, aku
harap dia bisa menjaga konsentrasinya sampai akhir)
Sambil merasa sedikit
kecemasan, Masachika, yang melewatkan poin, melihat ke layar ponselnya untuk
melihat berapa banyak poin yang bisa dia pimpin. Kemudian Ia menyadari bahwa
tidak ada indikasi poin Yuki dan Alisa di mana pun.
(Apa?
Bahkan di atas panggung juga ... tidak ada.
Apa aku melewatkannya?)
Masachika mulai menjadi tidak
sabaran, tapi untungnya poin mereka berdua segera terungkap.
“Baiklah! Setelah menyelesaikan
tema pertanyaan, poin untuk kedua peserta ialah …. Peserta Suou mencetak 148
poin! Di sisi lain, peserta Kujou berhasil mengantongi 192 poin! Peserta Kujou
selangkah lebih maju!”
“Oh, sepertinya dia bisa memimpin
lebih dari yang aku kira.”
Sejujurnya, fakta bahwa Alisa
memimpin dalam lima pertanyaan pertama adalah kesalahan perhitungan yang
membahagiakan bagi Masachika. Tapi dirinya tidak bisa lengah. Karena selalu ada
kemungkinan pembalikan situasi tergantung pada tema pertanyaan kuis.
Terutama tema subkultur dan
hiburan, kedua tema tersebut merupakan bidang yang tidak dikuasai dengan baik
oleh Alisa. Menurut Masachika sendiri, Ia hanya bisa berharap kalau tidak ada
pertanyaan dengan tema seperti itu ...
“Mari beralih ke tema
berikutnya! Tema keduanya adalah ~ ...”
Masachika secara alami
harap-harap cemas saat mendengar kata-kata pembawa acara.
“... Tema kedua adalah 《Sains》! Pertanyaan
pertamanya ada di sini!”
Setelah menghela napas lega,
Masachika sekali lagi mengalihkan perhatiannya ke tampilan jawaban misterius. Masalah
kuis itu sendiri, Masachika memutuskan untuk menyerahkannya pada kemampuan Alisa.
(Karena
ada unsur kampanye pemilihan ... wajar saja jika berpikir bahwa seseorang bisa
menggunakan dua jawaban yang terlihat ini untuk mendukung kandidat favoritmu,
bukan? Apa angket di awal tadi untuk mengesankan unsur-unsur kampanye pemilihan
...? Biasanya, jika peserta memilih jawaban yang salah, mereka bisa memberi
isyarat dari kursi penonton ... tapi itu melanggar aturan ...)
Atau mungkin salah satu kondisi “Tidak masalah bermain curang asalkan tidak
ketahuan”?. Tapi masalahnya kedua peserta yang di atas panggung mana mungkin
mungkin bisa menyadari mekanisme ini. Dalam kondisi tersebut, Masachika tidak
bisa memikirkan kemungkinan efektif
untuk melakukannya dalam batas waktu singkat 10 detik.
(Tidak,
sebaliknya, jika aku bisa menyampaikan cara kerja ini .... Jika lawan mengubah
jawaban mereka dalam urutan dari (1) ke (4), dan kooperator menganggukkan
kepalanya pada saat pilihan yang benar dibuat, bukannya itu bagian yang cukup
valid. Mungkin saja …. Itu bisa dilakukan? Jika itu masalahnya, mereka bisa
melakukannya tanpa disadari orang-orang.)
Dalam kampanye pemilihan, tidak
ada yang salahnya melakukan kecurangan kecil-kecilan semacam ini selama tidak
terungkap. Sekalipun melakukannya dengan sedikit mencolok, selama tidak pihak
lawan tidak mendapatkan bukti yang kuat, hal tersebut bisa menjadi aspek yang
meningkatkan reputasi mereka.
(Masalahnya
... bagaimana caraku menyampaikan situasi ini kepada Alya. Dan sejujurnya, aku tidak
tahu apakah aku bisa melewatinya, karena sebelumnya masalahnya terlalu sulit
bagiku )
Masachika sudah memeriksa
pertanyaan-pertanyaan itu sejak beberapa waktu yang lalu, tetapi Ia ragu apakah
dirinya bisa mendapatkan jawaban yang benar untuk salah satu pertanyaan
tersebut dalam waktu sepuluh detik dengan menggunakan Internet. Mempertimbangkan
waktu yang diperlukan untuk melewati sistem, dibutuhkan waktu paling lama
sekitar lima detik untuk benar-benar mencari jawaban yang benar.
(Ummm~,
sepertinya cara curang juga masih sulit, ya ...?)
Sambil berpikir demikian,
Masachika mengalihkan perhatiannya ke Alisa di atas panggung untuk setidaknya
memberi tahu dia tentang situasinya. Namun, Alisa tampaknya benar -benar
terkonsentrasi pada tablet yang ada di tangannya dan tidak menyadari tatapannya.
(...
Alya?)
Melihat penampilan Alisa, yang
tampaknya tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya, ketidaksabaran
Masachika semakin tumbuh membesar seiring dengan kecemasannya.
(Tidak,
aku harus menenangkan diri dulu ... buat apa aku tergesa-gesa segala. Jika Alya
tidak bisa tenang, akulah yang perlu mendinginkan kepalaku dulu)
Setelah menggelengkan kepalanya
dan mengatakan itu pada dirinya sendiri, Masachika mengubah suasana hatinya dan
menatap layar smartphone -nya.
(Pertama-tama,
mari periksa jawaban Yuki dulu. Jika dia sudah melakukan suatu kecurangan, pasti
ada tanda-tandanya di dalam jawabannya.)
Seraya berpikir demikian, Ia mengawasi
jawaban Yuki di smartphone-nya dan juga mengalihkan perhatiannya ke Ayano, yang
berdiri agak jauh. Tapi tak satu pun dari mereka melakukan gerakan
mencurigakan.
(Tidak
ada perubahan sama sekali, ya …. yah, aku tidak berpikir kalau Ayano bisa melakukan
kecurangan atas inisiatifnya sendiri)
Bukan sifat Ayano untuk membuat
skema kecurangan dan menjalankannya sendiri, bahkan jika Yuki memerintahkan
untuk melakukannya. Ayano terlalu baik hati untuk menjalankan cara licik
semacam itu.
“Baiklah, setelah menyelesaikan
tema kedua, poin untuk kedua peserta adalah ….. Peserta Suou berhasil
mendapatkan 344 poin! Di sisi lain, Peserta Kujou mencetak 390 poin! Hasil ini
menyebabkan peserta Kujou semakin memperluas keunggulannya!”
Masachika mengeluarkan seruan
"Oh!" pada kata-kata pembawa acara yang terdengar di sana. Ia
kemudian memalingkan matanya dengan kekaguman murni kepada rekannya yang ada di
atas panggung.
Namun di sisi lain, Alisa
sangat gugup sampai-sampai dia tidak mampu menyadari tatapannya.
(Sejauh
ini, semua pertanyaan sudah dijawab dengan benar ...dan hasil persiapanku sudah terbayar. Jangan
khawatir, aku bisa menang. Aku akan mengalahkan Yuki-san dengan kemampuanku
sendiri)
Ketegangan dan kelegaan yang
disebabkan oleh waktu berpikir singkat selama sepuluh detik dan sesi menjawab
yang segera menyusul memotong saraf Alisa lebih cepat daripada yang bisa dia
bayangkan. Ketika dia menyadari bahwa ini baru sepertiga dari total pertanyaan
kuis, kepercayaan dirinya sedikit terguncang, dan mempertanyakan apakah dirinya
bisa mempertahankan konsentrasinya sampai akhir. Namun, Alisa mengalahkan
perasaan lemahnya sendiri dan berkonsentrasi pada pertanyaan kuis.
Tapi pada saat berikutnya,
kalimat yang diucapkan pembawa acara menyebabkan semangat Alisa terguncang.
“Tema kuis berikutnya adalah 《Tren》!
Pertanyaan pertamanya ada di sini!”
Perasaan krisis Alisa melonjak
pada tema yang diumumkan pembawa acara. Dan perasaan tersebut segera terbukti
benar.
“Sinetron ‘Hari Libur Keluarga Detektif’, yang sempat menggemparkan jagat
drama tahun lalu. Kalimat yang dikatakan karakter utama dalam episode 8 lumayan
menjadi topik besar, tapi manakah dari kalimat berikut yang merupakan kalimat
yang benar?!?”
(Aku
tidak tahu sama sekali!)
Alisa setidaknya ingat pernah
mendengar judul sinetron itu di berita, tapi berita itu tidak menyebutkan
isinya sama sekali. Dia mencoba untuk setidaknya menebak kalimat apa dari
adegan drama yang ditampilkan, tetapi semua pilihannya ...... hampir identik
dengan beberapa perbedaan kata dan urutan kata saja.
(Dengan
asumsi kalau aku mengetahui kalimat tersebut, tapi pertanyaannya adalah apakah
aku mengingatnya dengan benar , apa begitu maksudnya...? Kalau begini, aku
tidak punya pilihan lain selain memilih dengan insting ...!)
Untuk sesaat, keberadaan Help Call terlintas di benaknya. Tapi
Alisa dengan cepat menyingkirkan pilihan tersebut.
(Jangan
khawatir, jika itu genre normal, aku takkan kalah dari Yuki-san. Bahkan jika
situasinya berbalik dari genre ini, aku bisa mengejarnya nanti)
Sambil mengatakan itu pada
dirinya sendiri, Alisa memilih jawabannya secara insting. Kemudian, dia
berharap kalau jawabannya benar. Tetapi……
“Jawaban yang benar adalah pilihan
nomer (1)! Ahhhhh! Peserta Kujou salah menjawab untuk pertama kalinya di sini!
Peserta Suou menutup celah satu langkah!”
Jawaban yang salah. Fakta ini
membuat perut Alisa bergejolak. Dia merasa hatinya gemetar, tapi dengan tekad
besinya, dia menekan kegelisahannya.
(Tidak
apa-apa. Berdasarkan perhitungan sederhana saja aku masih memliki peluang satu
banding empat, jadi seharusnya aku bisa mendapatkan satu atau dua pertanyaan
dengan benar meskipun aku menjawabnya dengan insting. Selama aku bisa menjawab
dua pertanyaan dengan benar, meski Yuki-san menjawab semua pertanyaan dengan
benar, poinnya takkan jauh melampauiku)
“Pertanyaan kedua! Maskot lokal
ini berasal dari kota dan prefektur mana yang baru-baru ini menjadi sangat
populer di situs jejaring sosial?”
(Baiklah,
2 pertanyaan. Jika aku bisa menjawab benar dua pertanyaan ...)
“Pertanyaan ketiga! Barang
serba guna yang menjadi trending topik belakangan ini, kira-kira barang ini
berfungsi untuk apa?”
(Aku
baik-baik saja, aku masih ...)
“Oh! Akhirnya keadaannya mulai terbalik
di sini! Peserta Suou berhasil menyalip peserta Kujou!”
(Satu
pertanyaan, pertanyaan selanjutnya harus benar ...)
………………………
“Semua pertanyaan untuk tema
ketiga sudah selesai, dan kedudukannya telah beralih! Peserta Suou berhasil
meraih 496 poin, sedangkan peserta Kujou masih berkutat pada 390 poin! Sangat
tak disangka, peserta Kujou menjawab semua pertanyaan dengan salah dalam tema
ini! Perbedaannya sungguh besar! Sekarang, setelah paruh pertama tema telah
berakhir, mari kita berbincang-bincang dulu dengan kedua peserta! Kalau begitu,
mari kita mulai dari peserta Suou. Tadi itu pembalikan situasi yang cukup
menakjubkan sekali, bukan?”
“Terima kasih banyak. Aku cukup
terkejut karena masalahnya ternyata lebih sulit daripada yang aku duga. Apakah
semua orang dari klub kuis selalu menyelesaikan pertanyaan kuis seperti ini?”
“Yah, masalah kali ini juga membuat
kami…..”
Pembawa acara dan Yuki sedang
mengobrol tentang sesuatu, tapi Alisa hampir tidak mendengarnya. Dengan mata
yang tidak fokus menatap tablet, dirinya hanya bisa menggertakkan giginya dengan
kesal.
Akibat dari sifat keras kepalanya,
dirinya berakhir dengan selisih poin yang takkan pernah bisa dibalik oleh satu
pertanyaan pun. Meski dirinya sudah siap untuk ini, Alisa mau tak mau mengutuk kebodohan
instingnya sendiri dalam menjawab pertanyaan secara tidak benar dari awal.
“Aku mencoba mengikuti tren
untuk bisa dijadikan topik obrolan, tapi ... sepertinya Alya-san sedikit cuek
dengan tren yang lagi populer, ya. Menurutku lebih baik untuk menggunakan Help Call saat tema tadi....”
Begitu Yuki menyebut namanya, Alisa
kembali tersadar pada kenyataan. Alisa mendongak dari tablet dan menatap lurus
ke arah Yuki. Yuki juga memandang Alisa dengan senyum menawan.
“Mengetahui kalau itu merupakan
bukan tema yang kamu kuasai, apa kamu bertingkah keras kepala untuk tidak
menggunakan Help Call? Atau
jangan-jangan kamu bermaksud takkan menggunakan Help Call kalau aku takkan menggunakannya?”
Keras kepala ... itu memang
benar. Tapi itu bukan tingkah keras kepala yang muncul dari persaingannya
dengan Yuki. Tapi ini merupakan keras kepala pada dirinya sendiri. Demi dirinya
sendiri, Alisa harus berpegang teguh pada sikap keras kepala ini.
“... Untuk apa kamu menerima
usulan program acara ini?”
Atas pertanyaan balasan Arisa,
Yuki berkedip sedikit seolah-olah dia sedikit terkejut. Alisa melanjutkan
dengan tenang tanpa menunggu jawaban Yuki.
“Aku menerima usulan acara ini
demi membuktikan kekuatanku sendiri. Untuk membuktikan bahwa akulah orang yang
cocok untuk berdiri bersama Masachika-kun sebagai calon ketua OSIS. Oleh karena
itu———”
Alisa kemudian mengambil
smartphone-nya di atas meja dan membalikkannya. Hal tersebut seolah menunjukkan
tekadnya untuk tidak pernah menggunakannya.
“Aku tidak berniat melibatkan
Masachika-kun dalam pertandingan ini. Baik itu kemenangan maupun kekalahan
dalam pertempuran ini, semuanya adalah milikku sendiri.”
Itu adalah tekad sengit yang
bersinar bahkan ketika dalam keadaan terpojok. Para penonton dibuat terpikat
oleh penampilannya yang penuh kebanggaan itu.
“Aku akan mengalahkanmu dengan
kekuatanku sendiri. Aku takkan pernah kalah.”
Deklarasi tegas Alisa membuat semua orang terpana. Semua orang di antara hadirin tampak terkesiap, dan bahkan pembawa acara pun tidak bisa berkata-kata selama beberapa detik. Begitu pula dengan Masachika yang menyaksikan Alisa dari kejauhan.
“Alya ...”
Dirinya tanpa sadar memanggil
nama rekannya. Masachika menyipitkan mata pada sosok yang mempesona itu.
(Ah
... dia sungguh keren sekali)
Masachika benar-benar berpikir
begitu dari lubuk hatinya. Rasanya sungguh indah bisa melihat orang-orang
melakukan segala upaya demi bisa menjadi sosok ideal yang mereka cita-citakan.
Dirinya dengan tulus meyakini bahwa upaya yang mereka dedikasikan jauh lebih
berharga.
(Hahaha,
kurasa dia tidak membutuhkan cara curang, ya ...)
Dengan sedikit malu, Masachika
menyimpan kembali smartphone -nya. Satu-satunya yang bisa dirinya lakukan
sekarang ialah mempercayai rekannya. Yang bisa Ia lakukan hanyalah menonton dan
percaya bahwa Alisa akan mampu bangkit kembali dari rasa mindernya sendiri.
(Tapi
tetap saja ... begitu rupanya, jadi itulah yang kamu pikirkan, ya)
Rupanya, Masachika sendiri lah yang
menjadi alasan mengapa dia tampak tegang akhir-akhir ini. Pada awalnya Ia tidak
menganggapnya terlalu serius, tapi sepertinya apa yang dikatakan Yuki ada
benarnya.
(Padahal
aku sengaja membantu Alya dengan banyak hal sebagai juru kampanye yang berpengalaman,
tapi hal tersebut justru memojokkan Alya, ya...).
Kalau dipikir-pikir lagi memang
benar, Ia merasa seperti dirinya terlalu berlebihan dalam mengurus rekannya. Mungkin
sikap protektif yang berlebihan itu membuat Alisa merasa seolah-olah menganggap
dirinya sebagai pasangan yang tidak layak.
(Tanpa
perlu khawatir pun ...kamu selalu berjalan di depanku)
Dengan sedikit kesedihan,
Masachika menatap Alisa di atas panggung. Alisa bersinar di atas panggung, dan
dirinya hanya seorang sebagai penonton yang hanya bisa menonton. Tampaknya hal
itu menyiratkan tentang masa depan, dan Masachika merasakan perasaan kesepian
yang aneh.
“Baiklah~, mari kita kembali
dan melanjutkan babak kedua!”
Pembawa acara kemudian
mengumumkan bahwa pertarungan kuis kembali dilanjutkan. Pada saat yang sama,
para penonton bersorak dengan antusias.
Para penonton yang menonton
pertarungan ini tidak lagi berpikir kalau ini hanyalah sekedar pertunjukan
hiburan festival sekolah. Ini adalah kontes serius yang dipenuhi harga diri antara
dua kandidat yang berlawanan. Sorak-sorai para penonton yang antusias
menunjukkan fakta tersebut.
“Tema berikutnya adalah~ ..... 《Aritmatika》! Pertanyaan
pertama ada di sini! Manakah jawaban yang benar dari ukuran bangun ruang tiga
dimensi berikut? Waktu berpikir dimulai sekarang!”
“Uwaahh.”
Masachika terkejut dengan
tingkat kesulitan dari pertanyaan yang muncul.
Mau dilihat bagaimanapun juga,
itu bukanlah pertanyaan yang bisa diselesaikan dalam waktu 10 detik. Walaupun
seseorang mampu menyusun rumus ukuran bangun ruang sesuai urutan pikiran, waktu
sepuluh detik saja masih kurang cukup. Nyatanya, jawaban Yuki dan Arisa yang
dipilih hampir bersamaan dengan sisa waktu dua detik juga berantakan dengan
indahnya.
“Sudah cukup sampai disitu!
Jawaban yang benar adalah nomor (3)!
Wahhhh! Tak disangka, untuk pertama kalinya kedua peserta sama-sama memilih
jawaban yang salah!”
“Alamak~ ... yang begini sih
apa boleh buat.”
Ini hampir masalah
keberuntungan saja. Masachika tersenyum kecut saat memikirkan itu ...
“Ngomong -ngomong, persentase jawaban
yang benar untuk pertanyaan ini adalah 11 %! Hiyaa, mungkin rasanya masih
terlalu sulit memberikan jawaban yang benar dalam waktu 10 detik~”
“… Hah?”
Senyumnya langsung mengeras
ketika mendengar kata-kata lanjutan dari pembawa acara.
(Tunggu
dulu ... Ia bilang apaan tadi?)
Sensasi menggigil merayapi
belakang punggung Masachika. Informasi aneh yang terdengar di telinganya
menyebabkan kepalanya yang bingung mulai berpacu dengan kecepetan penuh
(Persentase
jawaban yang benarnya adalah 11 %? Tidak, itu mustahil. Bahkan jika mereka menjawabnya
dengan cara menebak, persentasenya masih sekitar 25 %. Mengingat ada beberapa
orang yang dapat menjawab sendiri soal dengan benar, maka persentasenya mana
mungkin bisa kurang dari 20 %. Kok malah bisa menjadi 11 %? Rasanya seolah-olah
seperti ...)
Rasanya seolah-olah seperti
terpengaruhi oleh jawaban Yuki dan Alisa yang salah.
“!!!”
Masachika merasakan jantungnya
berdetak kencang begitu Ia memikirkan hal ini. Nafasnya berhenti sejenak, dan
sesuatu yang mirip dengan rasa ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya seperti sengatan
listrik.
(Tunggu,
tunggu, tunggu, tunggu, dengan kata lain ….)
Masachika sudah tidak terlalu
memedulikan kemajuan pertarungan kuis lagi. Masachika meletakkan tangannya di
atas mulutnya dan tenggelam ke dalam pikirannya sendiri.
(Persentase
jawaban kuis yang benar bukan berasal dari penghitungan awal, tapi justru
persentase jawaban yang benar dari penonton di sini? Apa itu berarti penonton
dapat memanipulasi poin? Tidak, bahkan jika penonton bisa memanipulasi poin dan
kedua peserta mendapat jawaban yang benar, itu sih sama saja tidak ada artinya
... sialan, aku bodoh sekali, kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi!)
Bukannya itu sudah ada caranya?
Ada cara pasti untuk memanipulasi pembagian untuk mendukung salah satu pihak,
entah itu untuk Yuki maupun Alisa. Cara tersebut sekarang tepat berada di depan
matanya sendiri.
(Jadi
alasan kenapa format tampilan jawabannya begini karena demi itu, ya!!)
Dalam kemungkinan ekstrim, apa
yang akan terjadi jika semua orang di sini meniru jawaban Alisa? Tentu saja,
jika Alisa menjawab dengan benar, persentase jawaban yang benarnya akan menjadi
100% karena semua penonton juga akan menjawab dengan benar. Dengan kata lain,
poin yang didapat akan menjadi nol. Misalnya Alisa menjawab salah, sedangkan
Yuki menjawab dengan benar. Yang paling menakutkan, persentase jawaban yang
benarnya adalah 0 %. Hanya Yuki yang akan mendapatkan 100 poin sekaligus. Dan
tidak peduli seberapa banyak jawaban benar yang dikumpulkan Alisa nanti, jarak
poin di antara mereka takkan bisa disusul.
(Hahaha
... ini sib benar-benar mirip pemilihan. Setiap penonton yang ada di sini bisa
memberikan suara dalam bentuk jawaban.
Tindakan itu akan mengubah poin untuk Alya dan Yuki.)
Kemungkinan besar banyak
penonton yang tidak menyadari fakta ini. Setidaknya, masih belum ada.
Tapi apa yang terjadi jika ada
lebih banyak orang yang menyadarinya? Berapa banyak penonton di sini yang merupakan
pendukung Yuki? Pertama-tama, Masachika yakin kalau pendukung Alisa jauh lebih
banyak. Lalu, hal yang perlu dirinya lakukan sekarang ialah ….
(Aku
perlu mencari beberapa pendukung Alisa dan meminta mereka untuk mengikuti
jawaban Yuki! Jadi entah bagaimana mereka bisa mengurangi bias penilaian! Dan
ada satu hal lagi….)
Setelah memikirkan sebuah ide,
Masachika segera beraksi. Ia mengembalikan ponselnya ke layar beranda dan
membuka daftar kontak. Pada saat yang sama, Ia berbalik untuk meninggalkan area
panggung sejenak.
...... Keputusan Masachika
sendiri sama sekali tidaklah salah. Namun, satu-satunya hal yang menjadi salah
perhitungan Masachika ialah …. Sudah ada seseorang yang menyadari sistem
penilaian ini jauh lebih awal daripada dirinya sendiri.
“Upps, maaf ya Kuze-kun, tolong
jangan beranjak dulu dari sini.”
“Hah ...?”
Saat dirinya berbalik, seorang
gadis yang dikenalnya sedang berdiri di hadapannya. Saat hendak melakukan
gerakan pertamanya, dua siswi yang sudah tidak asing lagi mengambil posisi di
sisi kiri dan belakangnya.
“Kalian semua ...”
Mereka bertiga adalah
orang-orang yang pernah Ia temui beberapa kali dalam bentuk temannya teman.
Fakta bahwa mereka menghalangi jalan Masachika berarti...
“Maafkan atas kelancangan saya,
Masachika-sama. Bisakah Anda tetap diam tanpa melakukan sesuatu yang tidak
perlu?”
Tiba-tiba, tepat ketika Ia
mengira mendengar suara seseorang di sampingnya, lengan kanannya mencengkeram
smartphone dengan erat. Masachika pun berbalik dan penasaran sudah berapa lama
dia berdiri di sana. Masachika menatap seorang gadis yang sangat dikenalnya
sedang menatap ke arahnya dengan wajah tanpa ekspresi.
“Kamu … jadi begitu rupanya.”
Di antara lebih dari seratus
siswa yang hadir, bukan Masachika atau siapa pun di antara para penonton yang
pertama kali menyadari aturan penilaian untuk pertandingan kuis ini.
“Saya sangat menyadari
kekasaran saya. Tapi semua ini demi kemenangan Yuki-sama ... sampai
pertandingan kuis selesai, saya tidak akan membiarkan Masachika-sama
melakukan sesuatu.”
Orang yang pertama kali
menyadarinya adalah rekan Yuki dalam pemilihan ketua OSIS, Kimishima Ayano.
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya