Roshi-dere Jilid 5 Bab 11 Bahasa Indonesia

Chapter 11 — Pemenangnya adalah …?

 

Ada beberapa alasan kenapa dia lebih cepat menyadarinya.

Tidak seperti Masachika, Ayano bisa dengan cepat menyadari bahwa kesulitan kuis dan persentase umum jawaban yang benar tidak seimbang karena dia memperhatikan poin kedua peserta. Berbeda dengan kebanyakan siswa yang hadir di sini, Ayano belum pernah menonton acara kuis sebelumnya, jadi dia tidak berasumsi bahwa ‘persentase jawaban benar secara umum = sesuatu yang harus dihitung terlebih dahulu’. Dan yang terpenting, ...... Ayano, sebagai pengikut Yuki dan Masachika, sangat terampil dalam mengantisipasi tindakan tuannya, Masachika.

Umm, Yuki-sama ... mengapa Anda memilih saya sebagai rekan anda untuk kampanye pemilihan?

Itulah pertanyaan yang diajukan Ayano kepada Yuki setelah salam perkenalan sebagai pengurus OSIS pada upacara penutupan semester pertama. Ayano menyadari kalau dirinya hanya biasa-biasa saja jika dibandingkan dengan Yuki, Masachika, dan kandidat lainnya, jadi dia siap untuk mundur kapan saja.

Jika itu Yuki-sama, saya pikir Anda bisa mendapat rekan yang lebih cakap dan populer dibandingkan saya …

Itu bukan sikap merendahkan diri, tapi pendapat murni berdasarkan analisis diri yang tenang. Yuki menjawab perkataan Ayano dengan tekad yang kuat.

Hmm? Yah, kalau dilihat dalam hal popularitas saja, mungkin ada orang yang bisa mengumpulkan lebih banyak suara ... tapi kalau hanya itu saja sih tidak bisa mengalahkan Onii-chan, kan?

Dia kemudian tertawa tanpa rasa takut dan berkata.

Di dunia ini ...  tidak ada seorang pun yang lebih baik dari Ayano dalam membaca pikiranku dan Onii-chan, bukan?? Itu sebabnya ...  Ayano bukan hanya sekedar menjadi tangan kanan terbaikku, tapi juga senjata perlawanan anti Onii-chan terkuatku.

Seluruh perkataan Yuki terukir dalam di hati Ayano. Dan dengan mengingat kata-kata itu, Ayano menghabiskan seluruh energinya untuk membaca pikiran Masachika segera setelah pertarungan kuis ini dimulai.

Berdasarkan informasi yang ada, bagaimana Masachika akan berpikir dan bertindak? Kesimpulan macam apa yang akan diringkas Masachika dari informasi ini? Tindakan yang biasanya dia lakukan ialah untuk membantu Masachika, tapi kali ini dia melakukan tindakan berlawanan untuk menghalangi Masachika.

Alhasil, Ayano berhasil mengambil dua langkah ke depan sebelum Masachika. Salah satunya adalah menghalangi langsung gerak-gerik Masachika dengan menelepon teman-temannya. Dan yang lainnya ialah ...  operasi memanipulasi poin dengan bantuan teman-temannya.

“Setelah memilih Suou-san … ah, sudah masuk, sudah masuk. Sekarang yang harus kita lakukan adalah terus mengikuti jawaban Kujou-san saja, bukan?”

“Ya, mohon bantuannya.”

“Oke~ santai saja~. Aku sudah berbicara dengan orang -orang di kelas beberapa waktu yang lalu, jadi kupikir mereka semua bersedia untuk membantu, loh~?”

“Jadi begitulah adanya, maaf banget ya~ Kuze-kun. Karena ini juga bentuk kampanye pemilihan, tau.”

“Jangan bilang kalau anggota OSIS akan melakukan sesuatu yang sangat kejam seperti mendorong seorang siswa perempuan yang lemah dengan paksa, bukan?”

Tiga gadis tersenyum dengan senyum palsu sambil mengitari Masachika. Ayano meraih lengan kanan Masachika dengan wajah tanpa ekspresinya yang biasa.

“Saya tidak ingin melakukan sesuatu yang kasar. Bisakah anda memasukkan smartphone anda ke dalam kantong lagi?”

“Sesuatu yang kasar ...? Khususnya, apa yang akan kamu lakukan?”

Kekesalan Masachika karena dirinya berhasil diakali digantikan oleh senyuman kaku.

(Bahkan jika itu empat lawan satu ... memangnya mereka pikir bisa mengalahkanku?)

Dengan niat tersebut, Masachika mengalihkan pandangan dinginnya pada gadis-gadis di sekitarnya. Saat merasakan tanda bahaya, semua gadis kecuali Ayano menarik senyum mereka.

“Jika Anda tidak mau menuruti instruksi saya ...”

Sementara itu, tanpa mengubah ekspresinya, Ayano menatap lurus ke arah Masachika dan memberitahunya.

“Saya akan mencium Masachika-sama.”

“Yup aku nyerah~. Aku beneran menyerah, aku akan menurutinya deh~”

Masachika memasukkan smartphone-nya ke dalam saku celananya dengan sekejap mata, dan kemudian mengangkat tangannya seolah ingin membuktikan kalau dirinya menyerah. Kemudian, seperti yang diinstruksikan oleh Ayano, Ia berbalik dan diam-diam menghadap panggung.

“Tolong jangan melakukan sesuatu yang tidak perlu, dan menonton pertandingan ini berlangsung.”

“Iya~”

Masachika menganggukkan kepalanya dengan penuh perhatian sembari menurunkan tangannya. Tentu saja, itu hanya di permukaan, dan dirinya masih merencanakan serangan balik di dalam kepalanya. Masachika sudah mendapatkan petunjuk itu berdasarkan percakapan tadi.

(Kurasa aku sudah mendapatkan gambaran lengkapnya... sisanya tinggal bagaimana caranya aku harus menyampaikannya kepada Alya ...)

Sambil merangkum informasi yang ada di kepalanya, Masachika menatap Alisa di atas panggung. Akan tetapi, Alisa sekali lagi tidak pernah menyadari tatapannya.

“Baiklah, sekarang tema keempat sudah berakhir. Untuk  yang penasaran dengan poin kedua peserta~ ... Peserta Suou mendapat 570 poin! Sedangkan peserta Kujou memiliki 492 poin! Peserta Suou masih memimpin jauh!”

(Aku tidak bisa mengejar ketinggalan ... padahal masih ada sebelas pertanyaan lagi ...)

Dalam hal jumlah jawaban yang benar, Alisa punya satu pertanyaan lebih banyak daripada Yuki. Namun, perbedaan poin tidak menyusut dari yang diharapkan.

(Jika terus seperti ini ... aku butuh 3 pertanyaan untuk menyusulnya? Tidak, sebelum itu, jika Yuki-san tidak melakukan kesalahan, aku takkan bisa menyusulnya lagi...)

Rasa ketidaksabaran mulai muncul di dalam diri Alisa.

(Kugh! Tidak! Jangan pikirkan apa yang tidak bisa kupikirkan! Aku harus fokus pada masalah yang dihadapi!)

Alisa mencoba memfokuskan kembali pikirannya, tetapi otaknya mulai mengeluh kelelahan karena pertanyaan dengan kesulitan tinggi terus menerus menyerang satu demi satu.

“Kalau begitu selanjutnya, mari kita beralih dengan tema kelima! Temanya adalah... Inspirasi! !”

(Inspirasi ...? Entah bagaimana, rasanya aku akan menggunakan kepalaku lagi ...)

Firasat buruk semacam itu seringkali akan benar-benar terjadi. Pada saat berikutnya, dia melihat deretan angka ditampilkan di atas layar.

“Angka-angka berikut disusun menurut aturan tertentu. 1, 2, 2, 1, 2, 1, 2, 1, 2, □, 2, 2, 2, 2, 1.. Kira-kira berapa angka yang tepat dalam □? (1) 1, (2) 2, (3) 3, (4) 4. Waktu berpikir dimulai!”

(Ummm, dalam soal semacam ini, jumlah angkanya harus dihitung terlebih dahulu! Satu, dua, ... semuanya ada dua belas! Sesuatu dengan total 12? 12 bulan? Ya! Kalender Bahasa Jepang!? Januari, februari, ... salah! Kalau gitu dalam bahasa Inggris? Tidak, sesuatu yang lebih sederhana … hal lain yang memiliki jumlah 12………! Zodiak China!)

Alisa mulai membaca tanda-tanda zodiak secara berurutan di kepalanya dan mulai menyadari bahwa angka tersebut mewakili jumlah huruf nama zodiak.

(Kuda, domba ... karena ada tiga huruf , berarti jawabannya adalah (3)!)

Kemudian, dengan satu detik tersisa, dia memilih pilihan (3) tepat pada waktunya. Segera setelah itu, jawaban yang benar diumumkan dengan aman, tetapi perbedaan poinnya tidak berkurang karena Yuki juga menjawab dengan benar.

Ketidaksabaran mulai merayapi hatinya.

(Tidak ...  aku harus berkonsentrasi. Aku harus berkonsentrasi, jika tidak …)

Kata “kekalahan” terlintas di benaknya. Dia berusaha mati-matian menyingkirkan pikiran buruk itu dengan memejamkan matanya erat-erat. Kemudian, saat dia membuka matanya, pertanyaan selanjutnya muncul di tabletnya.

“Pertanyaan kedua! Ada berapa banyak bintang yang dipasang di gapura tempat acara program kuis ini?”

Help.”

Alisa mendadak berhenti berpikir ketika mendengar suara dari samping kanan. Dengan kepala membeku, Alisa melihat ke arah suara itu dan melihat Yuki mengangkat tangan kanannya dengan senyum tipis di wajahnya.

“Waktu berpikir dimulai!”

Kemudian Alisa mendengar suara pembawa acara dan kembali termenung. Ketika dirinya membaca pertanyaannya lagi ...

“Apa-apaan ini?”

Dengan suara tertegun, Alisa mengangkat wajahnya. Sebuah papan reklame yang ditulis dengan program acara kuis berdiri di kejauhan. Tapi Alisa tidak tahu ada berapa banyak bintang yang digambar di sana. Mana mungkin dia bisa mengetahuinya. Karena dari atas panggung, dia hanya bisa melihat sisi belakang papannya saja.

“Sudah cukup! Waktu habis!”

Dan suara tanpa ampun bisa didengarnya. Alisa menatap tabletnya dengan terburu-buru dan panik, tapi tombol pilihannya sudah berwarna abu-abu dan tidak dapat memilih.

“Fufu, hanya satu orang yang bisa menggunakan bantuan ‘Help Call’ untuk satu pertanyaan.”

Di telinga Alisa yang sedang keheranan, dia mendengar suara yang berisi gelak tawa. Dia kemudian berbalik dan melihat Yuki sedang menatapnya dengan senyum kemenangan yang jelas di wajahnya.

“Saat aku mendengar aturan ini, aku sudah lama menduganya, loh? Pertanyaan yang membutuhkan bantuan Help Call.”

Kemudian, Yuki tanpa henti melakukan serangan mental terhadap pikiran Alisa.

Entah itu senyum maupun tatapan matanya, dia dengan jelas memberi tahu Alisa tentang satu fakta. Pikiran Alisa kembali memutar ulang kata-kata Yuki dari beberapa menit yang lalu.

Atau jangan-jangan kamu bermaksud takkan menggunakan Help Call kalau aku takkan menggunakannya?

(Jangan-jangan, pertanyaan selama jeda pendek tadi ... adalah provokasi untuk mencari tahu apakah aku berniat menggunakan Help Call atau tidak .....)

Tanpa mengetahui niatnya sama sekali, Alisa justru dengan begonya menjawab jujur. Aku tidak bermaksud menggunakan Help Call, itulah yang dirinya katakan.

(Sejak saat itu, aku sudah menari di telapak tangan Yuki-san terus ...)

Alisa merasa bahwa penglihatannya bergetar hebat.

“Kalau begitu, apa Anda sudah siap untuk 10 detik?”

“Ya”

Dalam penglihatannya yang mulai kabur, pembawa acara memegang smartphone Yuki di tangannya dan mengetuk layar, tak berselang lama kemudian, suara Ayano mulai terdengar dari speaker smartphone.

“Yuki-sama, bintang-bintangnya ada tujuh. Jadi, jawaban yang benar adalah (3).”

“Begitu ya, terima kasih, Ayano”

Mana mungkin itu bisa salah. Karena Ayano sendiri sedang memeriksanya langsung di sisi lain ponselnya sekarang.

Yuki dengan lembut mengucapkan terima kasih kepada rekannya dan dengan santai mengetuk tablet itu. Hasilnya sudah jelas.

“Jawaban peserta Suou adalah benar! Persentase umum jawaban yang benar untuk pertanyaan ini adalah 26 %! Jadi poin yang berhasil dia dapat adalah 74 poin!”

“Hah …?”

74 poin? Dengan kata lain ... perbedaannya jadi 152 poin?

Jumlahnya begitu besar sehingga membuat Alisa merasa putus asa dan penglihatannya menjadi sangat kabur kali ini.

Mustahil. Itu bukan perbedaan poin yang dapat dibalik dengan sembilan pertanyaan. Tidak, sejak awal, Yuki-san sudah memimpin pertandingan sejauh ini. Tidak peduli berapa banyak aku mencoba untuk berjuang sekarang, tidak ada yang bisa kulakukan...

“Lalu pertanyaan ketiga!”

Si pembawa acara masih membaca pertanyaan berikutnya, tapi Alisa sudah tidak bisa mendengarnya lagi. Otaknya sama sekali tidak berusaha untuk memahami pernyataan yang seharusnya ada di bidang penglihatannya. Dipenuhi dengan keputusasaan dan kepasrahan, otaknya benar-benar berhenti bekerja. Dia hanya menunggu waktu berlalu dengan linglung. Kemudian, ketika Alisa dalam keadaan begitu, telinganya tiba-tiba mendengar ….

Help!

Dari jauh, pernyataan keras partnernya terdengar sangat jelas.

 

◇◇◇◇

 

(Uwaahhh, aku mendapat banyak perhatian banget~. Yah, wajar saja sih)

Begitu dirinya mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi dan meninggikan suaranya, Masachika merasakan perhatian seluruh penonton langsung tertuju padanya.

Tidak hanya siswa yang berdiri saja, tapi bahkan mereka yang duduk di kursi pipa memutar tubuh mereka untuk melihatnya. Dan juga gadis-gadis yang masih mengelilinginya. Yah, dari sudut pandang mereka, karena Ia tiba-tiba meninggikan suaranya dengan keras, jadi wajar saja.

(Tapi ... aku tidak melanggar aturan, loh?)

Ketika Yuki menyebutkan aturan Help Cal, Masachika juga mengingatkan aturan tersebut. Sebelum itu, aturan tersebut juga sudah dijelaskan oleh pembawa acara.

Setiap pasangan, baik itu Suou-san/Kimishima-san dan Kujou-san/Kuze-san, memiliki hak untuk menggunakan “Help call” hanya sekali. Sesuai seperti namanya, ini adalah hak untuk meminta bantuan dari partner masing-masing. Jika Anda ingin menggunakannya, angkat tangan dan katakan 'Help'. Anda akan terhubung dengan partner anda di telepon selama sepuluh detik.

(Setiap pasangan hanya berhak menggunakan panggilan Help Call satu kali. Tidak ada aturan yang menyatakan kalau bukan peserta tidak boleh menggunakannya!)

Dengan niat tersebut, Masachika menatap dalam diam ke arah pembawa acara. Kemudian, pembawa acara membuka mulutnya setelah jeda sesaat.

“Etto~~- Kuze-san selaku dari rekan peserta Kujou menyatakan penggunaan Help Call. Tidak ada aturan yang mengatakan kalau pernyataan harus dibuat oleh peserta, jadi tidak ada yang salah dengan itu. Umm, sepertinya jawaban dari peserta Suou sudah dikunci ... kalau begitu mari kita hubungkan dengan teleponnya segera. Kuze-san, bisakah anda menelepon langsung ke smartphone Kujou-san?”

Setelah melambaikan tangannya untuk menanggapi kata-kata pembawa acara, Masachika memeriksa Ayano yang ada di sebelahnya dengan berbisik..

“Seperti yang sudah kamu dengar, ini adalah tindakan yang sesuai dengan aturan permainan. Sebagai rekan Yuki, mana mungkin kamu akan melakukan sabotase licik di hadapan banyak siswa, iya ‘kan? Tentu saja, kamu pasti takkan melakukan sesuatu yang akan menjadi aib bagi Yuki, bukan?”

Begitu mendengar kata-kata Masachika, tatapan mata Ayano bergetar dengan ekspresi gelisah dan kebingungan. Tiga gadis lainnya juga memandangi Ayano, tampaknya bingung mengambil keputusan. Jadi saat para gadis mencoba memutuskan apa yang harus dilakukan, Masachika dengan cepat menelepon Alisa.

“Sudah tersambung! Peserta Kujou, apa anda sudah siap? Batas waktunya adalah 10 detik.”

Pembawa acara yang mengambil smartphone Alisa bertanya padanya, tapi bahkan dari kejauhan bisa terlihat kalau reaksi Alisa terlihat lambat. Masachika bisa merasakan tatapan mata Alisa yang menatapnya dengan agak linglung. Masachika langsung menatap lurus ke arah rekannya yang seperti itu dengan mata tanpa ragu.

(Jangan khawatir, kamu sama sekali tidak salah. Kebanggaan dan tekadmu sama sekali tidak sia-sia. Karena kamu tidak pernah menggunakan Help Call sampai sekarang, hal itu membuka jalan bagimu)

Itu sebabnya Masachika sudah memutuskan kata-kata yang perlu disampaikan. Dirinya takkan melakukan apapun yang merusak tekad rekannya yang penuh harga diri itu. Hal yang Masachika sampaikan dalam sepuluh detik ini bukanlah petunjuk dari pertanyaan kuis yang dihadapi.

“Kalau begitu, silakan dimulai!”

Pembawa acara lalu mengetuk layar smartphone-nya. Kedua smartphone tersebut kemudian saling terhubung. Dalam waktu sepuluh detik itu, pesan yang harus Masachika sampaikan ialah …

“Alya! Mulai sekarang, kamu harus menjawab sampai detik-detik terakhir!”

Sebuah strategi untuk menghancurkan strategi musuh. Dan ... kata-kata penyemangat untuk Alisa yang kelihatan depresi untuk sementara waktu!

“Alya! Kamu orang yang layak untuk menduduki jabatan Ketua OSIS! Aku bisa menjaminnya! Jadi jangan menyerah sampai akhir !!"

Kemudian 10 detik berlalu. Dengan beberapa pengecualian, orang-orang di sekitarnya bertukar pandang penuh kebingungan dan tercengang pada kata-kata yang tampaknya tidak penting yang disampaikan Masachika. Tapi di sana ada suara yang menjawab kebingungan mereka.

“Jadi begitu ya…”

Orang yang menjawab di atas panggung bukanlah Alisa …. melainkan Yuki.

“Kupikir rasanya ada yang aneh saat pertanyaan kuis sebelumnya ... tapi, jadi memang begitu mekanismenya, ya.”

Dia perlahan-lahan mengawali perkataannya dengan mengalihkan pandangan tempat itu dari Masachika menuju dirinya sendiri. Setelah itu, Yuki memandang bangku penonton dan mengucapkan kata-kata yang tegas.

“Apa jangan-jangan semua orang bisa melihat jawabanku dan Alya-san?”

Keresahan menjalar melalui kerumunan sebelum mereka sempat mencoba meredamnya. Itu adalah bukti terbaik dari semuanya.

Sambil tertawa lepas, Yuki terus melanjutkan.

“Persentase jawaban benar secara umum dalam kuis ini adalah perhitungan langsung dari semua orang yang ada di sini sekarang. Jika memang demikian, maka masuk akal jika persentase jawaban benar secara umum baru terungkap setelah jawaban yang benar diumumkan, terlebih lagi persentase jawaban benar secara umum pada pertanyaan sebelumnya juga sangat rendah. Sejak awal, pertanyaan kuis yang tadi hanya bisa diselesaikan di tempat ini.”

Yuki membeberkan aturan yang tersembunyi secara mendetail sambil terkekeh. Banyak penonton yang tidak menyadari aturan tersebut, terlihat terkejut dan bersemangat ketika mendengarkan perkataannya dengan saksama.

“Dengan kata lain, kuis ini adalah kuis di mana setiap penonton dapat memanipulasi persentase jawaban yang benar untuk memanipulasi poin yang kita terima. Jadi ini unsur kampanye pemilihan yang dimaksud, ya. Kupikir ini aturan yang menarik.”

Setelah melirik ke arah pembawa acara dan mengatakan hal ini, Yuki bangkit dari kursinya, lalu meletakkan tangannya di dadanya dan berbicara kepada para penonton dengan sikap yang tulus.

“Namun ... aku sekarang ingin bertanding secara adil dan serius dengan Alya-san. Untuk orang-orang yang sudah mendengar apa yang baru saja kukatakan dan berpikir untuk memanipulasi jawaban untuk mendukungku. Jika ada orang yang seperti itu, aku sudah merasa senang dengan perasaan kalian. Tapi tolong jangan lakukan. Tolong jangan ikut campur dalam pertandingan kami. Jadi, kumohon percayalah pada kemenanganku dan tontonlah dengan tenang, ya?”

Keinginan Yuki untuk bertarung satu lawan satu tanpa campur tangan orang lain mengundang decak kagum dari para penonton. Penampilan yang tampaknya mulia menarik perhatian banyak orang. Namun, Masachika memandangnya dengan tatapan pahit.

(Cih, lihai juga ... dia memang ahli dalam hal beginian. Lagian, berkat saranku tadi, dia jadi tidak bisa memanipulasi poin lagi untuk melawan Alya. Jadi dia dengan sengaja membeberkan semuanya sendiri dan menyuruh pendukungnya berhenti berbuat curang untuk menunjukkan kalau dirinya orang yang baik dan terhormat? Dia sengaja menarik kembali perhatian penonton yang sempat tertarik pada Alya selama jeda singkat tadi?)

Nyatanya, spekulasi tersebut tampaknya tidak begitu jauh dari kebenaran. Suasana yang diam-diam mengharapkan drama pembalikan Alisa telah dimusnahkan, dan sekarang suasana di antara penonton ingin mendukung keduanya.

“Untuk semua orang lainnya juga, tolong lakukan hal yang sama. Mulai sekarang, tolong jangan melihat jawaban kami dan dengan murni berpartisipasi dalam kuis?”

Para penonton mulai menuruti permintaan Yuki yang bertingkah lucu dan anggun. Setiap orang akan menunjukkan kenetralannya dengan menutupi sebagian layar ponsel dengan tangan atau sapu tangan. Dalam semenit, Yuki berhasil membujuk seluruh penonton dan mengubah aturan permainan.

“Hmmm! Etto~ ... apa semuanya sudah siap? Mari kita mulai kembali”

“Ya, aku minta maaf karena sudah menyela jalannya acara.”

Pembawa acara meninggikan suaranya, Yuki membungkuk sebentar dan berterima kasih padanya, kemudian duduk kembali di kursinya. Di sisi lain, pembawa acara hanya menanggapi dengan senyum masam.

“Tidak, mari kita mulai untuk jawaban peserta Kujou. Sekali lagi, waktu 10 detik dimulai dari sekarang!”

Setelah sesi panggilan Help Call selesai, Alisa sekali lagi diberi waktu sepuluh detik untuk menjawab pertanyaan. Kata-kata Masachika barusan tidak memberikan petunjuk apa pun tentang pertanyaan kuis. Tapi tidak ada keraguan sama sekali dalam jawabannya. Alisa perlahan-lahan membuka mulutnya setelah menyelesaikan jawabannya dalam waktu sekitar dua detik.

“Terima kasih banyak, Masachika–kun.”

Ucapan terima kasih Alisa bergema di seluruh panggung. Pada saat yang sama, Masachika memahami bahwa Alisa telah terbangun dari keadaan pasrahnya ketika Ia menoleh ke arah mata birunya, yang telah mendapatkan kembali sinarnya yang kuat.

“Dan aku merasa sangat bersyukur padamu, Yuki-san. Karena menginginkan pertandingan yang serius denganku ...  Sekarang aku bisa mengalahkanmu dengan jujur dan adil.”

“Fufu, seharusnya aku yang bilang begitu.”

Mereka berdua saling bertukar pandang dan para penonton kembali bersemangat.

“Jawaban dari kedua peserta sudah dikunci! Jawaban yang benar adalah ......(4)! Bagus sekali, kedua peserta menjawab dengan benar!”

Dan tak lama kemudian, sorak-sorai dan siulan semakin keras ketika kedua belah pihak tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengalah.

Tidak ada yang peduli lagi dengan peringatan pembawa acara untuk diam selama kuis berlangsung, tetapi bahkan peringatan itu pun sudah kehilangan maknanya.

“Jangan terlalu waspada begitu, Ayano. Aku takkan melakukan trik licik lagi, kok.”

Ucap Masachika sambil mengangkat ringan pundaknya dan menoleh orang yang di sebelahnya, Ayano hanya menanggapi dengan mengedipkan kan matanya tanpa suara.

“Sisanya tinggal aku serahkan pada Alya. Kamu juga harus percaya pada Yuki dan mengawasinya.”

Berpaling dari teman masa kecilnya, yang terlihat tidak yakin dengan keputusannya, Masachika mengalihkan perhatiannya ke panggung.

Kenyataannya, Masachika sama sekali tidak berbohong. Dirinya tidak berniat untuk melakukan apapun lagi. Ia sudah melakukan apa yang harus dilakukannya, dan mengatakan kata-kata yang harus disampaikan.

Bahkan sekarang, orang-orang dari pihak Yuki berkumpul di tempat itu satu demi satu untuk menanggapi panggilan Ayano, tetapi mereka tidak bisa lagi bertindak demi Yuki. Sebaliknya, dari sudut pandang Masachika, kehadiran mereka disambut baik.

“Baiklah, tema kelima sudah selesai! Dengan enam pertanyaan tersisa, poin untuk kedua peserta ialah ~ .... peserta Suou! 776 poin! Peserta Kujou! 680 poin! Peserta Suou masih memiliki keunggulan besar, tapi ... mulai dari sini, tingkat kesulitannya melonjak lebih tinggi. Mungkin dengan pembagian poin yang lebih besar, masih ada kesempatan bagi peserta Kujou untuk membalikkan keadaan! Tema keenam! Temanya adalah Pertanyaan super sulit!”

Perkataan si pembawa acara ada benarnya, dan dari sana pertanyaan-pertanyaan berlanjut dengan perolehan lebih dari enam puluh poin. Namun, baik Yuki maupun Alisa tidak bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar, dan mulai memberikan jawaban yang salah satu sama lain. Meskipun begitu, Alisa berhasil menunjukkan kecerdasannya dan berhasil menjawab tiga pertanyaan dengan benar di sini. Dia selangkah lebih dekat dengan Yuki yang berhasil menjawab dua pertanyaan dengan benar.

“Hiyaa sungguh pertarungan yang menakjubkan! Bahkan dalam pertarungan sengit yang menegangkan ini, hanya ada satu pertanyaan terakhir yang tersisa! Setelah tema keenam selesai, poin masing-masing peserta saat ini ialah~ ... Peserta Suou! 904 poin! Peserta Kujou! 880 poin! Perbedaannya hanya sekitar 24 poin !!”

Kegembiraan di antara penonton mencapai puncaknya karena pertandingan yang sangat menegangkan. Di tengah-tengah semua itu, Masachika menghela napas lega.

“Alya memang hebat. Dia sungguh menakjubkan sekali.”

Ayano menatap penuh curiga pada Masachika, yang meletakkan ponselnya dan memberikan tepuk tangan pelan.

“Bukannya masih terlalu cepat untuk merasa lega? Yuki-sama masih memimpin poin.”

Namun, Masachika menjawab dengan tegas untuk pertanyaan Ayano.

“Tidak, semuanya sudah berakhir. Ini adalah kemenangan Alya.”

Ayano melebarkan matanya saat mendengar kata-katanya yang dipenuhi keyakinan. Setelah melihatnya sejenak, Masachika lalu berkata.

“Kamu belum pernah menonton acara kuis, ‘kan? Itu sebabnya kamu segera menyadari bahwa persentase jawaban yang benar secara umum dihitung secara langsung ... itulah mengapa kamu tidak memahami aturan mainnya.”

“Aturan mainnya?”

“Ah, dalam acara kuis lama yang bagus …… pertanyaan terakhir adalah pertanyaan yang seharusnya menjadi kejutan besar, loh”

Tatapan mata Ayano bergetar ketika mendengar kata-kata Masachika. Namun, dia langsung menatap lurus ke arah Masachika, dan menjawab dengan nada pantang menyerah.

“Meski begitu, jika Yuki-sama menjawab dengan benar, situasinya tidak akan pernah berbalik. Aku percaya pada Yuki-sama.”

“Mempercayainya saja tidak banyak membantu. Lagi pula, berkat kamu yang sudah memanggil banyak teman, Alya pasti lebih unggul dari 24 poin.”

“? Apa maksudnya itu ...?”

Masachika tidak menjawabnya dan hanya mengalihkan pandangannya kembali ke panggung. Seakan terpengaruhi oleh Masachika, Ayano pun menoleh ke depan..

Sejak awal, peraturan poin tersebut sangat menguntungkan tim yang memiliki pendukung terbanyak selama mereka dapat menyadarinya. Bisa dibilang itu memang tidak adil. Jika begitu masalahnya, maka pasti ada peluang bagi tim yang memiliki pendukung lebih sedikit untuk mencetak banyak poin. Dan bagaimana jika merupakan pertanyaan terakhir yang sangat berbeda dari pertanyaan kuis sebelumnya? Jika demikian, pertanyaan apa itu? Jawabannya sudah tertera sebelum kuis dimulai.

Menurutmu siapa yang paling cocok untuk menjadi Ketua OSIS?

(Atau mungkin …. jika Yuki tahu tentang pertanyaan ini, dia akan menyadarinya)

Tapi sekarang sudah terlambat. Peringkat dukungan untuk mereka berdua telah dikonfirmasi.

“Sekarang untuk pertanyaan terakhir! Pertanyaan terakhirnya adalah ~...... di sini!!”

Pembawa acara lalu melambaikan tangan ke layar dan pertanyaan terakhir ditampilkan.

“Apakah Anda merasa cocok untuk menjadi ketua OSIS!? Tolong jawablah dengan 'ya' atau 'tidak'! Waktu untuk berpikir dimulai!”

Para penonton bersorak riuh pada pertanyaan terakhir yang sangat berbeda dari sebelumnya. Di antara mereka, Masachika tiba-tiba mendongak ke atas, dan tatapannya langsung tertuju pada Alisa. Ia kemudian mengangguk pelan dan dalam-dalam.

Кпобе деАля!】[Menanglah, Alya!]

Masachika tahu kalau dia takkan bisa mendengar suara bisikan itu.

Alisa tertawa dengan ekspresi yang sedikit bermasalah sekaligus senang dan dia meletakkan jarinya di atas tablet.

“Cukup sampai di situ! Jawaban kedua peserta sudah terkunci! Sekarang ... mari kita bahan mengenai pembagian poin pada pertanyaan terakhir ini!”

Perkataan pembawa acara menarik perhatian semua orang. Ketika semua mata tertuju padanya, pembawa acara lalu menyebarkan tangannya ke arah para penonton.

“Seperti yang diketahui semua orang yang berpartisipasi dalam kuis, ketika mereka berpartisipasi dalam kuis, mereka menjawab angket yang menanyakan siapa di antara peserta Suou dan peserta Kujou yang lebih cocok untuk menduduki jabatan ketua OSIS! Kemudian pertanyaan terakhir ini ... tepat sekali! Poin yang didapatkan berdasarkan pada persentase dukungan yang mereka berdua dapatkan, seperti yang dihitung dalam angket tersebut! Benar sekali! Untuk pertanyaan terakhir ini, kedua peserta akan mendapatkan total poin yang berbeda!”

Saat Yuki mendengar ucapan pembawa acara, senyum kecut muncul di sudut mulutnya, seakan-akan dia sudah bisa menebak segalanya. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Masachika solah menyiratkan “Kamu benar-benar mengelabuiku.”

“Sayang sekali.”

Sambil menggumamkan hal ini, Masachika menyeringai ke arah Yuki.

“Jawaban yang tepat untuk pertanyaan terakhir ini tentu saja 'Ya'. Siapa pun yang tidak dapat menyatakan bahwa dirinya layak menjadi ketua OSIS tidak berhak mendapatkan poin! Dan jika Anda menjawab dengan benar, Anda akan mendapatkan poin (seratus – jumlah dukungan Anda)!”

Jadi, ini adalah situasi pembalik bagi pihak yang memiliki lebih sedikit pendukung. Aturan khusus untuk satu kesempatan: semakin rendah dukungannya, semakin tinggi pula poin yang didapatkan dalam pertanyaan akhir.

Akhirnya, rencana program kuis ini terungkap secara lengkap dan pembawa acara mengumumkan hasil akhirnya.

“Jawaban untuk pertanyaan terakhir adalah ‘Ya’ untuk kedua peserta! Dan poin mereka yang dihitung berdasarkan dari jumlah dukungan masing-masing ialah …....”


 

 Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama