Roshi-dere Jilid 5 SS 1 Bahasa Indonesia

SS Melonbooks — Yuki-chan Dan Ayano-chan Tampaknya Telah Kembali Ke Masa Kecil Mereka

 

Cerita pendek ini terjadi pada Volume 5, jadi silakan membacanya setelah menyelesaikan cerita utama.

 

“Apaan nih? Kelihatannya seru banget.”

Yuki bergumam pada dirinya sendiri setelah menonton video mahasiswa yang bermain-main di taman dengan saling melempar balon air. Lebih tepatnya, balon air itu sendiri yang menarik perhatiannya.

Balon air itu sepertinya dibuat dengan menuangkan air melalui tabung dengan balon yang melekat di ujung lainnya mirip seperti buah anggur matang, tanpa perlu repot-repot mengisi setiap balon satu per satu. Mata Yuki mulai berkilau saat melihat balon-balon air mengembang satu demi satu secara berturut-turut sebelum jatuh ke dalam ember yang ditempatkan di bawahnya ketika mereka mengembang melewati berat tertentu.

“Heeh ~ musim panas, ya ... sepertinya sudah waktunya bagiku menghidupkan kembali masa kecilku juga ...”

Sambil menatap melalui jendela, Yuki mengucapkan kalimat norak yang sama sekali tidak keren.Pada saat yang bersamaan, Ayano masuk sembari membawa secangkir teh.

“Permisi…”

Begitu dia memasuki ruangan, Ayano berkedip ketika dia segera disambut dengan seringai. Pada saat itu sudah diputuskan bahwa dirinya akan menjadi korban dalam ulah iseng majikannya.

 

◇◇◇

 

“Hah? Onii-chan enggak ada di sini?”

“Ya. Ia baru saja pergi, kok?”

Yuki yang tahu betul kalau dirinya tidak bisa melakukannya di taman atau tempat umum yang terbuka, menuju rumah kake -nenek dari pihak ayahnya ... tapi sayangnya, Masachika tidak ditemukan di mana pun.

“Maaf tentang ini, Yuki-chan. Sebenarnya, nenek juga harus pergi sebentar dullu ... Nenek diminta untuk membantu Ojii-san sebelumnya.”

“Eh? Bukankah Ojii-chan berjalan-jalan dengan Riru? Jangan bilang dia terluka?”

“Bukan begtu. Riru duduk di depan toko yakitori, dan tidak mau pergi dari sana”

“Damai banget, oi? Hati-hati di jalan ya, nek.”

Setelah melihat kepergian neneknya yang berangkat untuk membawa pulang anjing itu, Yuki mencari-cari di ruang penyimpanan di taman. Dia menemukan pistol air, kolam plastik yang biasa dia gunakan ketika dia masih kecil, serta inflator.

“Ooh ~ kebetulan banget, tidak diragukan lagi aku bisa menghidupkan kembali masa kecilku dengan barang-barang ini. Mari kita bermain dengan ini nanti. "

Dengan mata berbinar penuh kegembiraan, Yuki menyisihkannya dan mengambil sepasang ember biru yang dicarinya. Dia kemudian mengisinya dengan air dan segera membuat balon air.

“Ooh ~”

“Ini kelihatannya cukup menarik.”

Air dituangkan ke dalam beberapa balon sekaligus dari tabung yang bercabang, dan satu demi satu balon air terbentuk. Setelah bersorak kecil melihat pemandangan itu, Yuki dan Ayano berganti dengan seragam renang sekolah dan mengambil posisi di kedua ujung taman. Di kaki mereka ada seember balon air.

“Tanpa basa-basi lagi, mari kita mulai ... pertempuran balon air kita tanpa kehormatan!”

Yuki menyatakan dengan senyum kecut, dan Ayano mengangguk tanpa ekspresi. Kemudian, Yuki meraih salah satu balon air dan melemparkannya sekuat tenaga sebagai tembakan peringatan.

“Hyoi!”

Lemparan pertama yang dilemparkan dengan suara yang bersemangat tinggi, menandai awal pertempuran ... tapi sayangnya, lemparannya justru meleset jauh dari sasarannya dan menghantam dinding dengan keras.

“... Lah?”

“.....”

Udara yang tak terlukiskan mengalir melalui taman musim panas. Sambil berdeham untuk memutarnya, Yuki mengambil balon air kedua dan sekali lagi melemparkannya ke arah tubuh Ayano.

“Huph!”

Balon airnya kembali dilemparkan ... dan kali ini, balon air itu menghantam tanah jauh di depan Ayano dan hanya berfungsi untuk melembabkan tanah. Saat keheningan kembali menyelimuti, Yuki mendongak kaget dan menatap balon-balon air di dalam ember. Kemudian, dia bergumam dengan suara yang penuh kengerian.

“Ja-Jangan bilang ... yang begini juga dianggap sebagai 'bola'!?”

Yuki dan Masachika sangat berbakat dalam berbagai bidang. Namun, di sisi lain, mereka sangat payah dalam permainan bola. Mereka berdua seolah-olah mendapat kutukan bola karena bola yang datang ke arah mereka selalu saja menghantam tempat menyakitkanua, dan jika mereka melempar atau menendangnya ..... Seperti yang bisa dilihat, itu adalah usaha yang sia-sia.

“Sungguh takdir yang kejam sekali ... kalau begini sih, tidak bisa dibilang menjadi pertempuran ...”

Sambil menjatuhkan bahunya dengan kecewa, Yuki menyadari bahwa tidak ada serangan balik yang datang dan melihat ke arah Ayano.

“...Ada apa?Aku tidak keberatan kalau kamu terus menyerangku, tau?”

“Ah. Umm… ”

“Sekarang bukan waktu untuk berpikir tentang bersikap kasar. Jangan khawatir tentang etiket majikan dan pelayan. Jadi kamu boleh menyerang kapan saja, oke?”

“Ka-Kalau begitu ...”

Dengan diminta oleh Yuki, Ayano dengan canggung mengambil balon air dan melemparkannya ke arah Yuki.

“Eei ~!”

... dengan matanya tertutup rapat.

“Lemparan begitu sih takkan mengenaiku.”

Balon air tersebut melayang di udara dalam garis lurus, dan seperti yang diprediksi Yuki, balon air menabrak tanah dan pecah menjadi air. Ayano mengumpulkan sisa-sisa balon air pecah dan menempatkannya di ember terdekat. Yuki tersenyum padanya saat dia melakukan begitu ...

“Ternyata berbeda  dari yang aku bayangkan!!!”

Dia menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi dan berteriak dengan sekuat tenaga. Bahu Ayano tersentak kaget ketka dia mengangkat tangannya dalam pose yang aneh.

“Sekarang kita sedang dalam pertempuran! Kenapa kamu malah menahan diri dengan memungut sampah seperti itu! Ayo tunjukkan nyalimu!”

“Ta-Tapi ...”

“Mati dan hidup tidak masalah! Sudah kubilang aku akan menghidupkan kembali masa kecilku! Aku akan melakukan segala cara untuk mengembalikan usia mentalmu!!”

“Bahkan jika Anda mengatakan itu…”

“Lihat bagian itu! Jangan bicara dengan cara bicara formal! Bertingkahlah seperti teman masa kecil yang normal dan kembalilah ke masa-masa kecil kita!”

“E-Ehhh ...?”

“Sekarang, ayolah!”

Yuki menurunkan pinggulnya dan menggenggam tangannya. Mata Ayano berkeliaran tanpa tujuan sebelum dia menganggukkan kepalanya sebagai tanda menyerah.

“Saya paham.”

“Paham?”

“Ak-Aku mengerti, oke? Yuki-chan?”

Mendengar ucapan penurut Ayano yang canggung, mata Yuki membelalak sejenak, lalu dia tersenyum.

“Yup ... ya, itu bagus! Yosh ~! Sekarang aku akan menghidupkan kembali masa kecilku juga!”

Ketika Yuki menyatakan begitu dengan gembira, dia mengacungkan jari telunjuknya ke langit dengan sekejap.

“Ayo bersiaplah! Mode malaikat, aktifkan! ”

Jika ini adalah anime fantasi, adegan transformasinya akan dipenuhi dengan berbagai cahaya dan efek suara. ... Pada kenyataannya, tentu saja, tidak ada efek semacam itu. Setelah beberapa detik misterius berlalu, Yuki tersenyum polos ke arah Ayano.

“Kalau gitu ayo kita mulai, Ayano-chan! ”

“Y-Ya! Uh ... oke! Yuki-chan. “

Maka, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, mereka menyingkirkan hubungan majikan dan pelayan, lalu bermain seperti anak-anak. Tapi tiga puluh menit kemudian…

“Fumu ... entah bagaimana, sekarang ... aku benar-benar ingin bermain dengan Onii-chan.”

Di sana ada sosok Yuki yang duduk di dalan kolam plastik mirip seperti bos mafia di atas sofa mereka. Tidak ada jejak kepolosan yang tersisa sampai saat itu. Sebaliknya, mungkin sebagai reaksi atas kepolosan yang dia tunjukkan dalam mode malaikat, sekarang tidak ada lagi kepolosan yang tersisa, kecuali ekspresi jahat.

Ayano disuruh mandi terlebih dahulu, dan Yuki menatap langit musim panas dengan pistol air di tangannya.

“Heh. Musim panas, ya ... musimnya untuk si bajingan mesum beruntung.”

Yuki melontarkan kalimat yang menyebalkan dengan senyum nihilistik di wajahnya. Kemudian, Yuki menyeringai jahil saat mendengar suara gerbang besi terbuka.



  Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama