Roshi-dere Jilid 5 SS 2 Bahasa Indonesia

SS Spesial Natal 

 

“Heh~ ... jadi begini desain di dalamnya, ya”

“Loh? Jangan-jangan ini pertama kalinya kamu mengunjungi karaoke, Alya?”

Alisa melihat sekeliling interior gedung karaoke dengan penuh ketertarikan ketika Masachika bertanya padanya dengan nada terkejut. Alisa akan menjadi vokalis band di festival sekolah bulan depan. Jadi hari ini, mereka memanfaatkan hari libur musim panas untuk pergi ke fasilitas karaoke untuk berlatih.

“Itu apaan...?”

“Hmm? Ahh~”

Alisa menunjuk pada rak gantungan tempat menggantung berbagai pakaian, dan Masachika membalas santai sambil mengangkat pundaknya.

“Entah bagaimana, mereka menyewakan kostum cosplay secara gratis. Aku belum pernah melihat ada orang yang benar-benar menggunakannya, sih ... mungkin itu buat pesta atau semacamnya?”

“Hee~ jadi ada yang begituan juga, ya”

Sambil membicarakan hal itu, mereka berdua menjalani proses penyewaan di meja resepsionis, mengambil minuman di bar minuman, dan menuju ruang yang sudah disewa. Sementara Alisa melihat sekeliling ruangan dengan rasa penasaran, Masachika meraih tablet elektronik yang berisi daftar lagu.

“Baiklah, mari kita menyanyikan beberapa lagu normal dulu untuk saat ini. Kamu tak keberatan kalau aku yang memilih lagunya, ‘kan?”

“Ehh? Iya.”

Sambil diawasi Alisa yang mungkin baru pertama kali melihat alat tablet karaoke, Masachika memasukkan beberapa J-pop yang belakangan ini populer. Jika Ia bersama teman-temannya yang cowok, Masachika mungkin akan memasukan beberapa lagu anime, tapi untuk sekarang Ia lebih memilih main aman dengan memilih lagu yang sedang terkenal.

Setelah Masachika menyanyikan satu lagu tanpa masalah, Alisa bertepuk tangan dengan kagum.

“Nyanyianmu ternyata lumayan bagus juga”

“Kalau itu sih terima kasih. Selanjutnya giliran Alya, oke.”

Saat Masachika mendesaknya untuk melakukan itu, Arisa menurunkan alisnya dengan sedikit canggung. Ia memiringkan kepalanya bertanya-tanya apa yang terjadi, Alisa lalu dengan ragu-ragu menatap tablet.

“… nyanyi pakai lagu Rusia saja boleh enggak?”

“Yah, aku sih tidak keberatan, tapi ... memangnya kamu tidak tahu banyak dengan lagu-lagu Jepang?”

“Tentu saja aku tahu, tapi aku mungkin tidak bisa menyanyikannya ... aku tidak ingat liriknya, sih.”

“Begitu ya. Yah, kamu bebas menyanyikan lagu kesukaanmu, kok.”

Setelah itu, mereka berdua menyanyikan sekitar tiga lagu secara bergantian, tapi……

(Hmm~)

Masachika hanya bisa mengerang di dalam hati saat melihat hasilnya. Bukannya berarti Ia tidak puas dengan nyanyian Alisa. Nyanyian Alisa masih sebagus biasanya. Satu-satunya hal yang mengganggunya ialah …. Cara Alisa bernyanyi.

(Tidak, emangnya ini lagi pelajaran musik apa!?)

Penampilannya yang indah nan elegan dan ekspresi seriusnya membuat Masachika ingin tsukkomi . Tidak peduli bagaimana Ia melihatnya, cara bernyanyinya itu tidak cocok untuk pertunjukan konser festival sekolah. Bahkan Masachika yang sebagai pendengar, merasa seolah-olah harus meluruskan postur tubuhnya ketika mendengarkan Alisa bernyanyi.

(Ini sih ... sepertinya takkan bisa bikin meriah suasana)

Selagi memikirkan itu, Alisa yang selesai bernyanyi menoleh ke arah Masachika.

“Lagu berikutnya belum dimasukkan, loh?”

“Ah, ya...... Untuk saat ini, mari kesampingkan dulu. Aku ingin membicarakan tentang pertunjukkan konsernya...”

Masachika menutup mulutnya dan berpikir sejenak, Ia memilih kata-katanya dengan hati-hati saat berbicara.

“Menurutku lagunya sendiri sangat bagus, tapi ... bisakah kamu bernyanyi sedikit lebih gembira? Lihat, penampilan panggung juga sama pentingnya dalam konser”

“Penampilan panggung ...”

“Ah, lihat, yang seperti itu.”

Masachika menunjuk ke TV karaoke yang baru saja memutar video musik idola. Gadis-gadis yang mengenakan kostum lucu bernyanyi dan menari dengan senyum menghiasi wajah mereka. Setelah melihat itu, Alisa terang-terangan mengerutkan keningnya.

“Kamu ingin ….. aku melakukan itu?”

“Tidak, aku tidak menyuruhmu untuk melakukannya sampai sejauh itu.”

Masachika buru-buru mengatakan itu pada Alisa, yang bahkan tidak repot-repot menyembunyikan ekspresi jijiknya.

“Kamu tidak harus menari-nari segala, tapi ... aku hanya ingin mengakatan kalau kita perlu memeriahkan suasana sebanyak itu, tau?”

Setelah selesai mengatakan itu, Masachika tiba-tiba berpikir.

(Hah? Kalau dipikir-pikir lagi, aku hampir tidak pernah melihat Alya kegirangan dan bersemangat tinggi, ‘kan?)

Setidaknya, Masachika belum pernah melihat Alisa dengan senyum berkilau seperti seorang idola di layar kaca. Begitu menyadari hal itu, Masachika menyembunyikan rasa penasaran yang tak terkendali balik wajah tegasnya dan menarik kembali pernyataan sebelumnya.

“... Tidak, hari ini adalah hari latihan, jadi ayo sekalian melakukan itu juga.”

“Hah? Kenapa?”

“Bagaimana bisa kamu tampil di atas panggung jika kamu selalu enggan bertingkah penuh pesona dan menghibur? Dalam pertunjukkan konser nanti, kamu berurusan dengan sejumlah besar penonton yang melihat penampilanmu. Ayo coba berikan satu penampilan yang berani seperti itu untuk menghilangkan rasa malumu”

“Ehh~….”

Meskipun Ia mengatakannya dengan alasan yang terdengar masuk akal, pada kenyataannya, Masachika hanya ingin melihat Alisa “bertindak seperti idola”. Seperti yang diharapkan, Alisa merasa enggan menerima ide itu, tapi sayangnya dia berurusan dengan Masachika. Ia memberitahu Alisa dengan logika yang tampaknya bisa dibenarkan.

“Kalau begitu, mari kita coba meniru yang satu ini dulu.”

Masachika kemudian berulang kali memainkan lagu idola dengan video langsung beberapa kali. Alisa yang sudah bertekad melakukannya, menyaksikan video tersebut dengan ekspresi serius di wajahnya..

“Hari ini adalah ─── Malam Misa♪ Sinterklas  ────── Oh~~♪”

Alisa menyenandungkan lirik bersamaan dengan suara nyanyian idola yang mengalir dari layar, dan pada saat yang sama mengingat ekspresi dan gerakan wajah mereka.

“Yosh, oke. Aku mungkin bisa melakukanya.”

“Eh, kamu udah siap melakukannya?”

Setelah mengulang lagu yang sama sebanyak lima kali, Alisa pun berdiri dan Masachika sedikit terkejut. Tapi, ketika Alisa berdiri di depan TV dengan sikap yang benar-benar anggun, awalnya dia tersenyum untuk menyamai penampilan idola yang ada di layar kaca...tersenyum...

“Itu sih bukan senyuman, tapi meringis.”

Masachika keceplosan mengucapkan itu dengan wajah serius pada Alisa, yang memasang setengah senyum yang cemerlang dan berkedut kaku. Ekspresi Alisa segera berubah menjadi cemberut, dan di belakangnya, suara nyanyian idola diputar sebagai latar belakang. Dengan suasana yang tak terlukiskan di dalam ruangan, Masachika menghentikan video karaoke tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Umm begini Alya, kalau kamu tidak bisa menyembunyikan dengan baik perasaan malumu, yang ada justru itu semakin terasa memalukan, tau?”

Masachika menasihati bahwa Alisa tidak pandai tersenyum, tetapi lebih dari itu, dia tampaknya diliputi rasa malu.

Kemudian Alisa memalingkan muka dengan ekspresi masam di wajahnya, dia lalu melihat ke luar ruangan seolah-olah telah menemukan sesuatu.

“Tunggu di sini sebentar”

“Hah?”

Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, dia lalu meninggalkan ruangan.

“... Apa mungkin aku terlalu banyak menggodanya, ya?”

Setelah ditinggalkan sendirian di ruang karaoke, Masachika menggaruk kepalanya dengan perasaan menyesal. Ia lalu menunggu selama sepuluh menit sambil diliputi perasaan tidak nyaman. Kemudian tiba-tiba, pintu ruang karaoke terbuka dan Alisa akhirnya kembali. Dia membungkus dirinya dengan jubah merah cerah layaknya seorang raja.

“A-Alya? Apa yang terjadi?”

Dia mungkin meminjam kostum cosplay itu dari meja resepsionis, tapi... Masachika hanya bisa tercengang saat melihan penampilan anehnya itu. Tapi, Alisa mengabaikan pertanyaan Masachika, mengoperasikan tablet daftar lagu, dan mendaftarkan ulang lagu idola yang baru saja dinyanyikannya.

Kemudian, begitu video mulai diputar, dia menoleh ke arah Masachika dan melepas jubahnya dengan senyum provokatif. Kemudian, topi yang disembunyikan di bawahnya diletakkan di atas kepalanya.

“Ha-Hahh!?”

Mata Masachika terbelalak saat melihat pakaian Alisa yang terlalu terbuka dan kehilangan kata-kata. Singkatnya, itu adalah kostum Sinterklas dengan rok mini yang memamerkan pusarnya. Pita besar yang melingkari pinggangnya dan topi putih tanpa pinggiran daripada topi segitiga berwarna merah membuatnya tampak seperti seorang idola asli. Tapi itu sama sekali tidak penting. Masachika benar-benar terkejut dengan penampilannya yang sangat terbuka.

(Paha! Pusar! Dada!)

Roknya berkibar saat dia melepas jubahnya, dan paha putih mengintip dari sana. Perutnya yang mulus tanpa cacat sedikitpun. Dan kemudan, entah sejak awal memang didesain seperti itu atau hanya karena ukurannya saja yang tidak cocok, payudara besar Alisa terlihat seolah-olah akan tumpah kapan saja.

Masachika ingin mengomentari apakah tidak masalah bagi Sinterklas, yang biasa aktif di musim dingin, untuk mengekspos begitu banyak kulit. Namun, keimutannya yang hakiki itu tidak memungkinkannya melontarkan komentar kasar tersebut. Mulut Masachika menganga lebar seolah-olah jiwanya telah terkuras dari mulutnya saat melihat pakaian imut yang hampir mengejek pada pakaian yang biasanya takkan dikenakan Alisa. Tapi, Ia mulai menyadari bahwa Alisa tersenyum dengan rona merah di pipinya, dan ekspresinya langsung menegang.

(Ja-Jangan-jangan ini tuh... strategi untuk ‘mulai dari dasar’ dan ‘Jika pihak lain merasa malu, aku takkan merasa malu’!?)

Setelah menyadari hal ini, Masachika dengan cepat mencoba bersikap tenang, tapi kekuatan serangan lawannya sedikit terlalu tinggi. Selain itu, Masachika menjadi salting dengan fakta bahwa mereka sedang berduaan di “ruang pribadi yang remang-remang dan kedap udara” yang disebut ruang karaoke, dan itu membuatnya merasa tidak nyaman.

(Ga-Gawat ... Dalam situasi ini, jika dia melakukan gerakan mirip seperti idola yang sempurna... Aku mungkin akan tertawa terbahak-bahak tanpa rasa malu!!)

Sementara Masachika dberada dalam keadaan krisis yang intens, Alisa mendekatkan mikrofon ke mulutnya sambil tersenyum semakin lebar ────

“Oh~♪ Sinterklas hanya untuk anak-anak yang baik────”

“Kamu masih terlalu cepat, Alya. Sekarang masih intro.”

Masachika langsung tsukkomi dengan wajah lurus ke arah Alisa yang buru-buru menyanyikan lirik lagu.

“Eh, ah, hah? Bohong.”


 Tatapan Alisa mengembara ke sana-kemari, tapi saat dia melakukannya, kali ini dia melewatkan awal lagu.

“Ahh~ ♪ Ibuku dulu pernah memberitahuku ~ kalau Sinterklas hanya akan datang kepada anak-anak yang baik~ ♪” Suara nyanyian seorang idola bergema di ruang karaoke.

“Untuk kamu yang suka usil~♪ aku akan memberimu hadiah~♪"

“Untuk kamu yang suka usil~♪ aku akan memberimu hadiah~♪”

“...Oh, jadi kamu ingin memberiku hadiah, ya?”

Saat Masachika mengatakan itu dengan wajah menyeringai, sangat jelas sekali bahwa rasa malu Alisa telah melampaui batasnya dan kekuatan tempurnya telah menjadi nol.

Aku tidak akan memberimu apa-apa lagi! Bakaa!

Alisa berteriak dalam bahasa Rusia, lalu mengambil jubah yang telah dilepasnya dan membungkusnya di tubuhnya saat dia berlari keluar ruangan. Setelah melihatnya pergi, Masachika menghela nafas panjang saat duduk di sofa.

“...aku terselamatkan, mungkin?”

Masachika bergumam pada dirinya sendiri dan mengelus lega dadanya. Kemudian, Ia tiba-tiba teringat dengan perkataan Alisa tadi.

“Dia bilang 'lagi'...  Eh, apa dia ingin memberiku sesuatu? Hah, apa jangan-jangan dia masih menyiapkan sesuatu?”

Jika dia masih punya kartu truf untuk dimainkan, maka Masachika sama sekali tidak percaya diri bisa mempertahankan wajah pokernya.

“Aku benar-benar terselamatkan...”

Masachika menggumamkan itu dengan tulus dari lubuk hatinya, tapi …. 30 menit kemudian.

“Nee~ ...kurasa kostum ini sangat cocok untukmu loh, Masachika-kun?”

Alisa kembali setelah berganti pakaian dan menawarkannya kostum cosplay yang sangat keren penuh dengan nuansa chuunibyou. Masachika hanya bisa pasrah mendongak ke langit-langit ruangan setelah tatapan mata Alisa tertuju padanya seolah ingin berkata, “Aku tidak mau mati malu sendirian.”

 


  Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama