Tonari no Onee-san Bab 23 Bahasa Indonesia

Bab 23 — Inilah Yang Disebut Cinta Murni

 

“… Hah~, Chinatsu-kun♪”

“……”

Setelah selesai makan malam, aku sedang mencuci piring dan Madoka-san berdiri di sampingku sambil terus menatapku. Jika pandangan mataku tidak gila, aku bersumpah aku bisa melihat ada tanda hati di kedua matanya.

“Ehm…”

“…Luar biasa♪”

… keadaan Madoka-san sudah seperti ini sejak beberapa waktu lalu.

Pertama-tama, aku menawarkan untuk mencuci piring setelah makan malam. Pada awalnya Madoka-san menolak, tapi aku tidak bisa duduk diam terus.

Karena aku ingin melayaninya, karena aku ingin merawatnya, karena aku ingin memanjakannya… Wajar jika ingin dimanja dari lubuk hati dengan kata-kata seperti itu. Tapi sebagai pacar Madoka-san, aku hanya berpikir aku akan melakukan apa yang bisa kulakukan sendiri.

“Melihat pacarku mencuci piring… Rasanya menyenangkan.”

“…Apa begitu?”

“Ya. Kamu luar biasa, Chinatsu-kun… aku menyukaimu… aku mencintaimu~♪”

Dia memelukku erat dari belakang. Lengannya melingkari perutku, dan aku terfokus pada kelembutan nikmat yang kurasakan di punggungku. Meski begitu, aku berhasil bertahan dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

“… Ah iya, aku lupa memberitahumu. Madoka-san, sepertinya ibuku akan segera datang…”

“Ah, benarkah? Aku juga ingin bertemu ibu Chinatsu-kun. Fufu, apa yang harus kita bicarakan… Aku hanya terus memikirkanmu, Chinatsu-kun, aku harus memastikan untuk mengatakan itu padanya♪”

“… Aku merasa seperti parit luar sedang diisi.” (TN: Peribahasa bahasa Jepang, yang artinya dimulai dari sekitar, bukan hanya tujuan awal. Dalam hal ini, mendekati ibu dari pacarnya.)

Mendengar kata-kataku, Madoka-san menganggukkan kepalanya dan berkata, “Tentu saja tidak.”

“Aku tidak akan meninggalkan Chinatsu-kun lagi, oke? Dan aku juga tahu bahwa Chinatsu-kun takkan pernah meninggalkanku. Karena Chinatsu-kun takkan bisa berbuat banyak tanpaku, kan?”

“……”

Perkataan Madoka-san adalah keyakinan.

Dia meminta penegasanku. Aku menelan ludah karena kedengarannya itu berarti dia takkan pernah memaafkanku jika aku tidak setuju. Tapi… aku memutuskan untuk menerima kata-kata tersebut. Tidak, aku ingin mengikat Madoka-san denganku lebih dari itu.

“Bahkan Madoka-san juga sama seperti itu, bukan?”

“C-Chinatsu-kun…?”

Aku mengambil langkah maju menuju Madoka-san.

“Madoka-san, kamu tidak bisa hidup tanpaku, ‘kan?”

Rasanya sedikit aneh… aku mungkin sedikit terbawa suasana juga.

Ketika aku membelai pipi Madoka-san sembari memojokkan punggungnya yang menempel ke dinding dan menanyakan itu padanya, wajah Madoka-san menjadi merah padam dan mengangguk.

“Kamu sekarang adalah ... milikku dan hanya milikku sendiri.”

“…Ya~

Madoka-san jatuh terduduk di tempat. Sosoknya sangat imut… Tunggu, tidak. Aku segera menjangkau Madoka-san dan membantunya berdiri.

“Maaf, menyebutmu milikku hanyalah ucapan kiasan saja… Yah, aku takkan pernah memperlakukan Madoka-san seperti objek!”

Aku berusaha mati-matian untuk memaafkan diriku sendiri, tapi Madoka-san dan aku… Maksudku, aku tidak akan pernah memperlakukan wanita seperti objek. Aku tahu ada orang di luar sana yang akan melakukannya, tapi sepertinya aku tidak bisa berhubungan dengan mereka.

“Chinatsu-kun, kamu luar biasa. Kamu sampai membuatku seperti begini hanya dengan beberapa kata…”

“Ehhh!?”

Madoka-san meraih tanganku dan menekannya lembah gunung kembarnya sendiri. Aku merasakan sedikit kekenyalan dalam kelembutan melalui pakaiannya. Madoka-san terkikik dan berkata, dengan ekspresi yang sama di wajahnya seperti saat kami berhubungan s*ks kemarin.

“Jadi mari kita selesaikan mandi kita, oke? …Fufu♪”

Beberapa menit kemudian, di sanalah aku, berbaring di tempat tidur di kamar tidurnya.

“… Ah, kepalaku sangat kabur.”

Aku sedang mandi beberapa menit yang lalu. … Itu adalah surga dalam banyak artian.

Mandi pada dasarnya adalah tempat untuk membasuh tubuh dan bersantai setelah seharian bekerja keras, jadi wajar saja jika terasa nyaman.

“Maaf sudah membuatmu menunggu, Chinatsu-kun.”

“Ya…”

Madoka-san datang ke dalam kamar dengan sedikit terlambat.

Piyama yang dia pakai kemarin sudah dicuci, dan sebelum hari ini, aku belum pernah melihat jenis piyama ini sebelumnya. Pola bergaris krem ​​dan putih terlihat sangat lembut saat disentuh. Aku sekali lagi berpikir bahwa Madoka-san benar-benar cantik meski tanpa riasan.

“Fufufu♪”

Aku memikirkan kembali apa yang terjadi sebelumnya saat aku menatap Madoka-san, yang mulai melakukan hal-hal di sekitar badanku sambil menyenandungkan lagu. Karena Madoka dalam keadaan seperti itu, aku juga tidak berpikir mandi akan berakhir dengan normal…

“Bagaimana kalau begini? Ah, itu berkedut ~

… Apa jangan-jangan Madoka-san adalah succubus di kehidupan sebelumnya? Mau tak mau aku jadi memikirkannya.

“Chinatsu-kun?”

“Ya!?”

Aku tidak menyadari Madoka-san di depan aku karena aku berpikir seperti itu. Madoka-san yang merangkak seraya menatap wajahku, memiringkan kepalanya untuk melihat apakah ada yang salah.

“Oh… Bukan apa-apa.”

“Jangan-jangan kamu sedang memikirkan kembali apa yang terjadi barusan?”

“… Serius, bagaimana kamu bisa tahu, Madoka-san?”

“Fufu♪ Dasar Chinatsu-kun mesum… Tapi aku juga mesumnya sih~♪”

“…Uwah!!!”

Aku menarik tubuh Madoka-san ke arahku sekuat tenaga dan menahannya sehingga dia berbaring di tempat tidur.

“Duhh, Chinatsu-kun~

“… Maaf, karena aku merasa malu.”

“Tidak masalah. Jika kamu merasa malu, silakan manjakan aku. Dalam kasus Chinatsu-kun, ini akan menjadi yang paling santai.”

Dia benar sekali.

Saat aku memeluk Madoka-san, tekstur piyamanya yang lembut terasa sangat nikmat. Selain itu, sepertinya aku sudah kecanduan melakukan ini.

“Sebelumnya, Chinatsu-kun membuatku sangat tersipu, bukan? Kamu bilang aku hanya milikmu.”

“… Nah itu…”

“Yah… Beberapa kata memang tidak cocok dengan Chinatsu-kun yang lembut. Tapi tahu enggak, aku senang diberi tahu secara langsung bahwa aku adalah Chinatsu-kun. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak bisa menolaknya.”

Madoka-san sepertinya mengekspresikan kegembiraannya dengan seluruh tubuhnya.

Dia dengan lembut membelai kepalaku saat aku membenamkan wajahku di dadanya, meletakkan tangannya di punggungku dan memperlakukanku seolah dia mencoba menenangkanku.

“Besok adalah hari libur untuk kita berdua, dan kita bisa tetap bersama.”

“Ya.”

Aku sedikit takut dengan suara itu, tapi bersama Madoka-san juga yang kuinginkan. Aku bisa berendam dalam kehangatan dan kelembutan ini selamanya… Aku senang hanya dibungkus dengan Madoka-san.

 

◇◇◇◇

 

…Hah~♪ Aku hanya milik Chinatsu-kun… Dan Chinatsu-kun juga milikku~♪

Madoka menatap dengan penuh kasih sayang pada Chinatsu, yang dengan manis membenamkan wajahnya di dadanya.

Kalimat yang baru saja dikatakan kepadanya, bahwa dirinya adalah milik Chinatsu, benar-benar merangsang pengabdian Madoka di dalam hatinya hingga tingkat yang berlebihan. Perkataan kuat yang tiba-tiba diucapkan oleh Chinatsu yang lembut, benar-benar menyenangkan pikiran dan tubuh Madoka tanpa akhir.

Aku ingin tahu apa yang harus kubicarakan dengan Ibu… Fufu, Ahaha~

Ketika Chinatsu menyelamatkannya dan ketika mereka memutuskan untuk berpacaran, Madoka sudah berbincang-bincang dengan ibu Chinatsu selama dua kali, dan memang benar tidak ada niat untuk membuat kesan yang baik. Itu benar-benar karena Madoka sangat mencintai Chinatsu dan siap mengabdikan seluruh hidupnya untuknya.

Perasaan tulus seperti itu diterima oleh ibu Chinatsu, yang menganggap Madoka sebagai wanita luar biasa yang layak dipercaya.

“Chinatsu-kun, mari kita menjadi lebih bahagia mulai sekarang. Dimanapun dan kapanpun… Kamu adalah satu-satunya alasanku bisa tersenyum.”

“Madoka-san?”

Madoka pikir kalau ida berbisik pelan, tapi tampaknya suaranya mencapai telinga Chinatsu sampai batas tertentu. Pemandangan Chinatsu mendongak dengan dagunya bertumpu pada payudara besar Madoka membuat insitng keibuan Madoka membengkak luar biasa di dalam dirinya.

“… Aku ingin bertemu denganmu lebih awal. Aku ingin mengenal Chinatsu-kun lebih cepat. Aku ingin terhubung denganmu lebih cepat. Aku ingin kamu memelukku lebih awal.”

Tidak ada gunanya mengatakan hal seperti itu sekarang, tetapi Madoka berpikir sejenak.

Dia ingin mengubur waktu yang dia habiskan bersama mantannya, yang bahkan tidak lagi ada dalam ingatannya, dalam kegelapan abadi, dan mewarnai semuanya dengan hari-hari yang dia habiskan bersama Chinatsu… Sekarang, mari semakin tenggelam dalam perasaan cinta kita, ke mana pun itu membawa kita , pikir Madoka sambil memeluk Chinatsu.

 

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama