Tonari no Onee-san Bab 25 Bahasa Indonesia

Bab 25 — Mereka pun Bertemu dan Langsung Klop

 

“Jadi, Madoka-san, apa yang kamu sukai dari anakku?”

“Ya, Yuika-san! Hal yang kusukai tentang Chinatsu-kun adalah—”

Aku merasa tidak nyaman dengan percakapan yang terjadi di depanku. Bukan karena aku tersinggung, tapi karena aku merasa malu setengah mati.

... Ini adalah bencana.

Sekitar seminggu telah berlalu sejak Madoka-san dan aku pergi berbelanja pakaian di luar, dan akhir pekan ini, Ibu mengunjungiku secara mendadak. Aku berharap dia setidaknya memberi tahu kedatangannya padaku, tapi dia ingin memberi kejutan untukku. Yah, Madoka-san dalam suasana hati yang ramah sejak bertemu ibuku.

“… Yah, itu benar-benar seperti Ibu.”

Seperti kualitas Ibu yang bahkan orang yang baru ditemuinya pun bisa langsung terbuka padanya.

Dia adalah wanita yang menghadap Madoka-san dan dengan senang hati berbicara dengannya di ujung pandanganku, dengan rambut hitam setengah panjang dan lingkaran hitam di bawah matanya… Eh, apa sih yang aku jelaskan secara detail tentang ibuku?

Nah, wanita baik hati yang bisa terbuka pada siapa saja adalah Ibuku, Honda Yuika.

“Yah… kurasa Madoka-san lebih menyukai anakku daripada yang kukira.”

“Benar sekali! Bagiku, Chinatsu-kun adalah segalanya! Pertama-tama, seperti yang pernah aku katakan tempo hari di telepon, aku benar-benar diselamatkan oleh Chinatsu-kun!”

“Be-Begitukah…?”

Ibu sedikit terkejut dengan antusiasme Madoka-san.

Meskipun aku tidak memberi tahu secara rinci menganai apa yang kulakukan saat itu, Madoka-san terus mengungkapkan rasa terima kasih dan cintanya sebanyak yang dia bisa. Secara alami, aku sangat malu sehingga aku menghentikannya, tapi dia tidak menutup mulutnya.

“… Maaf, Chinatsu-kun, aku jadi sangat bersemangat karena terbawa suasana.”

“Tidak ... tapi itu benar-benar memalukan.”

Madoka-san terus memegang tanganku, meski dia terlihat gemetaran. Ibu memandang kami dan menutup mulutnya dengan tangan sembari tertawa.

“Rasanya memang sedikit aneh melihat putraku menjalin hubungan dengan wanita yang lebih tua seperti ini.”

Yah, aku bisa mengerti kenapa Ibu dan Ayah akan berpikir seperti itu. Aku belum pernah punya pacar sebelumnya, dan itu hanya terjadi saat kami berpisah.

“Yuika-san, aku sangat mencintai Chinatsu-kun.”

Madoka-san segera memelukku usai mengatakan itu. Seperti yang selalu kami lakukan, seolah-olah kami sedang membangun dunia hanya untuk kami berdua.

“Aku sangat senang kamu mempercayaiku, meskipun hanya sampai batas tertentu, karena aku baru saja bertemu denganmu hari ini. Untuk menanggapi itu, aku dengan ini bersumpah bahwa aku akan terus mencintai Chinatsu-kun mulai sekarang.”

“Madoka-san…”

Ini gawat, lebih dari rasa malu dipeluk oleh Madoka-san di depan Ibu… Aku tersentuh oleh pernyataan kuat Madoka-san. Aku tahu ini, tetapi aku merasa kuat bahwa aku harus menanggapinya.

“Aku juga… aku juga mencintai Madoka-san. Bu, aku tahu ini laporan mendadak, tapi… aku menghargai Madoka-san. Dia adalah seseorang yang sangat peduli padaku…”

“Chinatsu-kun!”

“Madoka-san!?”

Madoka-san memelukku lebih erat lagi.

Aku hanya menghadap ke arah Ibu, dan tatapan mataku benar-benar sejajar dengan matanya, dengan pipiku menempel di dada Madoka. Ibu membelalakkan matanya mendengar percakapan di antara kami, tapi langsung terkikik.

“Kalian berdua sangat dekat sekali. Yah, wajar saja jika kamu sedang menjalin hubungan, tapi menurutku tetap mengagumkan bahwa Chinatsu bisa mengatakannya sampai sejauh itu. Dan terima kasih, Madoka-san, karena telah memedulikan Chinatsu.” Kata ibu dengan gembira.

Kunjungan ini cukup terbatas dan dia harus segera pergi, tetapi Ibuku mengatakan kalau dia ingin kembali menemui kami jika dia punya lebih banyak waktu.

“Madoka-san.”

“Ya.”

Hanya saja... Ibu memanggil Madoka-san untuk membicarakan sesuatu sebelum dia pulang, tapi aku tidak mendengar apa yang mereka berdua bicarakan. Baik Madoka-san dan Ibu sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, jadi aku tidak bisa menanyakan detailnya kepada mereka.

“…Muu~”

“Fufu, bukannya kamu sengaja ditinggalkan atau semacamnya, oke?”

“Aku tahu... Tapi aku tetap penasaran.”

“Ya Tuhan, kamu beneran imut banget, Chinatsu-kun.”

Setelah Ibu pergi, Madoka-san memelukku lagi di ruang tamu. Serius, apakah dia pikir aku akan menyerah jika dia melakukan ini? …Ah~, rasanya enak sekali, ya ya aku pria yang akan merasa puas dengan ini!

“Yah, dia hanya...memeriksa untuk memastikan.”

“Memastikan?”

Madoka-san mengangguk.

“Dia menanyakan seberapa seriusnya aku, seberapa besar perasaanku kepada Chinatsu-kun, betapa aku merasa bahwa aku bahkan tidak bisa menekan diriku sendiri… Yah, untungnya Yuika-san menerimaku.”

“…Begitu rupanya ya.”

Yup. Aku sama sekali tidak paham.

Berdasarkan dari cara bicara Madoka-san, aku penasaran apakah dia mempertimbangkan kemungkinan dia tidak diterima. Dalam kasus Ibu, aku tidak berpikir dia perlu khawatir tentang ... Kurasa dia bukan  tipe orang yang akan terlalu banyak ikut campur dalam masalah cinta.

“Tapi jika akan seperti ini… Sepertinya akan segera tiba saatnya aku akan memperkenalkan Chinatsu-kun kepada orang tuaku.”

“… Ada itu juga, ya?”

“Ya ♪ Jangan khawatir tentang itu, oke? Ibuku adalah orang yang sangat tenang dan ayahku bodoh jika menyangkut diriku.”

Aku sedikit khawatir jika Ia sangat mencintai putrinya, ayahnya pasti takkan menerima aku dengan mudah… Itulah satu-satunya hal yang membuatku sedikit khawatir.

“Ngomong-ngomong, Yuika-san sepertinya orang yang sangat baik. Sudah lama sejak aku bertemu orang dewasa yang bisa aku andalkan di luar keluargaku…”

“Benarkah? Aku senang kamu berpikir begitu, Madoka-san.”

Rasanya sungguh menyenangkan bisa mendengar orang mengatakan ini tentang keluargaku.

Kemudian aku menghabiskan waktu berbicara dengan Madoka-san… Madoka-san, yang benar-benar ada di hadapanku seperti ini masih terlihat cantik seperti biasanya.

“Oi, Honda! Siapa Onee-san cantik yang bersamamu kemarin!?”

“Jangan bilang dia pacarmu atau semacamnya!”

“Aku sangat menyukainya! Perkenalkan dia padaku!!!”

…Aku jadi mengingat mengenai apa yang terjadi di sekolah.

Ketika aku berkencan dengan Madoka-san, secara kebetulan kami bertemu dengan teman sekelasku. Dah yah, seperti yang diharapkan, Ia langsung mencecariku dengan banyak pertanyaan. Selain itu, Ia sepertinya telah jatuh cinta pada Madoka-san pada pandangan pertama, atau lebih tepatnya, Ia sudah jatuh cinta padanya dengan cara yang sangat serius dan gigih.

“Oh, diamlah! Dia itu pacarku!”

“Jangan bohong! Hei, demi Tuhan, beri tahu aku!”

Jangan bohong, kata-kata itu membuatku sedikit marah, tapi… Aku merasa sedikit kecewa karena dipandang seperti itu, terutama kepada orang yang tidak dekat denganku. Dibandingkan dengan orang-orang seperti Madoka-san… aku memang terlihat biasa-biasa saja.

“Chinatsu-kun.”

“Ah iya…”

Saat Madoka-san memanggilku dan aku menoleh ke arahnya, bibir Madoka-san langsung menyergap bibirku.

Aku terkejut dengan situasi yang mendadak ini, tapi kegelisahan yang sekarang menutupi pikiranku secara perlahan mulai memudar.

“Jika kamu merasakan kecemasan sekecil apa pun, aku akan menghilangkannya. Aku bahkan bisa tahu apa yang kamu pikirkan hanya dengan melihat raut wajahmu, Chinatsu-kun. … Mungkin kedengarannya keren bisa mengatakan itu, tapi hanya saja raut wajah Chinatsu-kun menunjukkan banyak hal.”

“…Kamu bisa menyadarinya dengan jelas?”

“Ya. Tetapi bahkan jika aku tidak melakukannya, aku yakin aku akan menyadarinya. Karena kamu adalah Chinatsu-kun yang sangat kusayang. Mana mungkin aku tidak menyadarinya♪”

“… Sungguh, aku memang bukan tandinganmu, Madoka-san.”

Dia tampaknya mengendalikan semuanya sepenuhnya.

Madoka-san berkata dia tidak bisa sepenuhnya memahamiku hanya dengan satu pandangan, tapi aku pikir dia biasanya menyadarinya. Kurasa tidak mungkin menyembunyikan apa pun darinya, seolah-olah dia bisa membaca pikiranku.

“Nah, nah, ada masalah ini.”

“Masalah?”

“Aku sangat memahami Chinatsu-kun, tapi… Apa Chinatsu-kun berniat meninggalkanku yang seperti itu di masa depan?”

“Tidak, aku tidak ada niatan seperti itu!”

Tentu saja, itu tidak mungkin.

Aku membuat suara terlalu keras, tapi Madoka-san menyeringai padaku. Senyuman itu lebih dari sekadar seringai lembut… Tampaknya dipenuhi dengan keyakinan seolah-olah dia telah menungguku mengatakan sesuatu seperti itu.

“Jawaban seratus poin, Chinatsu-kun ♪ Ini hadiahmu, sandwich kesukaanmu~♪”

“…Fuwa~”

Sandwich… Ini adalah sesuatu yang dilakukan padaku setiap hari, meskipun itu bukan hadiah. Tapi jika teman sekelasku mengetahui kalau aku melakukan ini, mereka mungkin akan mengutukku. Yah, aku tidak akan repot-repot menyebutkannya, dan aku takkan memberi tahu mereka tentang kemesraanku dengan Madoka-san… Jadi tolong, menyerah saja.

Gyuu ♪ Apakah kamu ingin melakukannya? Kamu mau, iya ‘kan? Katakan padaku kalau kamu mau melakukannya.”

“……”

Tatapan mata Madoka-san… Tidak, aku takkan mengatakan apa-apa.

Sisi pemaksaannya ini juga luar biasa… Kira-kira apa karena aku mencintainya sehingga aku berpikir seperti itu…

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama