Tonari no Onee-san Bab 27 Bahasa Indonesia

Bab 27 — Berhenti Berpikir

 

“Begitu rupanya. Jadi itu sebabnya dia melihatmu.”

Ryoma menggumamkan ini ketika Santo melihat kami dari waktu ke waktu.

Berkat peringatan (?) Madoka-san, Ia sama sekali tidak terlibat lagi denganku, tapi Ia tetap menatapku dari kejauhan.

“Hmm, aku merasa kasihan pada Santo-kun, tapi Madoka-san tidak akan terpengaruh oleh siapapun kecuali Nacchan apapun yang terjadi, aku yakin itu.”

“… Ini hal yang menyenangkan, sungguh.”

“Ya ya. Nacchan memang sangat dicintai.”

Shirayuki menepuk kepalaku, seolah-olah dia sedang menghibur anak kecil.

“… Ini berbeda dengan Madoka-san.”

“Jangan kasar, Nacchan! Aku terkadang bermain bayi-bayian dengan Ryoma juga!”

“Shirayuki!”

Hah?

Aku tahu kalian berdua selalu bermesraan, tapi aku juga tak menyangka kalau kalian bermain-main semacam itu juga, meskipun aku tidak terlalu ingin tahu! Tapi… Kalau dipikir-pikir, sepertinya Madoka-san melakukan sesuatu padaku sehingga aku tidak akan menertawakan mereka.

Terutama tadi malam, dia itu luar biasa…

“Ayolah, Chinatsu-kun, Mama ada di sini.”

Bukannya aku memintanya untuk melakukannya. Madoka-san tiba-tiba berkata dia akan menjadi seorang ibu… Tetap saja, karena aku terbawa suasana dan membiarkan suasana mengambil alih. Baru saat itulah aku merasa bahwa Madoka-san bukanlah seorang mahasiswi melainkan seorang mamah muda yang benar-benar dewasa.

“Nacchan cengar-cengir melulu~”

“!?”

Sialan, sepertinya semuanya jadi sudah terlihat jelas di wajahku.

Tapi jika aku tidak berhati-hati, Madoka-san muncul di kepalaku. Sebesar itulah keberadaannya di dalam pikiranku. Rasanya enak bisa dimanjakan, tapi… Baiklah, aku akan menyerang Madoka-san dari sisiku hari ini.

“Hei, Shirayuki.”

“Apa?”

“Untuk seseorang yang biasanya suka dimanjakan, sebaliknya, apakah dimanjakan juga baik?”

“Tentu saja. Aku juga suka dimanjakan oleh Ryoma.”

“OKE.”

Aku sudah memutuskan apa yang akan kulakukan setelah pulang hari ini.

Ketika aku mengatakan sebelumnya bahwa Madoka-san adalah milikku, pipinya langsung merah merona, jadi kupikir aku akan melihat ekspresi imutnya jika aku menyerangnya. Aku jadi sangat menantikannya.

“…Ah, iya, Nacchan.”

“Apa?”

Shirayuki tiba-tiba berdiri dan mendekatiku. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh rambutku, kemudian mengintip ke dalam untuk menyisirnya.

“Aku tahu kalau tidak ada lagi bekas lukanya, tapi… Terkadang aku merasa tidak nyaman jika aku tidak melakukan ini untuk memastikan tidak ada lagi bekas luka.”

“Shirayuki ...”

Aku mengulurkan tangan dan membelai kepala Shirayuki, yang memiliki ekspresi sedih di wajahnya. Aku mencoba meyakinkannya sebanyak mungkin, jadi dia tidak perlu khawatir tentang itu.

“Tidak apa-apa, kamu sudah banyak menangis waktu itu, jadi tidak apa-apa. Serius, di saat-saat seperti ini, lompat saja ke dada Ryoma.”

“Ya… Ryomaaa~!”

“Oh, sudah, sudah…”

Ya, begitulah seharusnya Shirayuki dimanjakan oleh Ryouma.

Aku menyaksikan interaksi mereka dengan senyum di wajahku dan langsung ke apartemenku segera setelah kelas sore selesai. Dan aku segera mewujudkan keputusanku.

“Madoka-san.”

“Ya?”

“Ayo, datanglah kemari.”

“? …Oke.”

Aku sedikit bingung saat Madoka-san mendekatiku, tapi aku segera memeluknya dengan sekuat tenaga. Dengan pekikan lucu, aku memanjakannya dalam pelukanku, membelai kepalanya atau menepuk punggungnya… Hmm, ini sih bukan memanjakannya, ‘kan?

“Chinatsu-kun?”

“Madoka-san, aku ingin memanjakanmu. Daripada semuanya dilakukan padaku, aku lebih suka melakukan hal yang sama pada Madoka-san.”

“… Ah, jadi begitu.”

Sambil terkekeh, Madoka-san tertawa.

Sepertinya dia mengerti pikiranku, dan Madoka-san yang biasanya begitu cepat memanjakanku, berada di bawah kekuasaanku.

“Aku agak menyukainya… Pembalikan posisi ini.”

“Benar. Kemarilah, Madoka-san, aku akan lebih memanjakanmu.”

“Iya deh~♪”

Dia menggosokkan pipinya ke dadaku saat merasakan kehadiranku. Aku terus mengelus kepalanya, tapi sepertinya dia sudah puas dengan begini saja.

Namun, setelah makan malam aku mengetahui bahwa usulanku ini justru menyebabkan keinginan Madoka-san untuk dimanja semakin meningkat tak terbendung. Sampai saat itu, sangat normal, mandi bersama, memasak dan makan bersama, dll…

“Chinatsu-kun, maukah kamu membasuh punggungku? Kamu akan memanjakan aku, ‘kan?”

“Ahn~, maukah kamu menyuapiku makan? Kamu akan melakukannya, bukan?”

Aku memenuhi semua permintaan Madoka-san.

Aku terus menanggapi permintaannya tanpa menolaknya atau bahkan berpikir untuk menolaknya bahkan sedetik pun. Dan ketika semuanya berakhir dan kami berada di tempat tidur, Madoka-san sepertinya sudah kehabisan kesabaran.

“Sekarang, Chinatsu-kun, karena kamu sudah sangat memanjakanku, kamu siap untuk hal yang sebaliknya terjadi, bukan?”

“…Apa?”

Pandangan mata Madoka-san langsung berubah dan dia menarik lenganku.

Tenaganya begitu kuat sehingga aku tidak punya pilihan selain dipeluk oleh Madoka-san, yang kemudian menggeser posisi tubuhku dan membuatku berlutut.

“Masih terlalu dini untuk tidur, bukan? Karena kamu memanjakanku lebih awal, aku akan memanjakanmu dengan banyak cintaku~”

“… Aku agak takut.”

“Ya ampun, itu mengerikan. Kamu seharusnya tidak perlu takut sama sekali. Chinatsu-kun, kamu tidak perlu memikirkan apapun, kamu hanya perlu memanjakanku, oke?”

Membayangkan apa yang akan dia lakukan padaku membuatku takut karena suatu alasan...

Apa yang akan dia lakukan… Aku bisa dengan mudah membayangkan kegiatan memanjakan yang menantiku, tapi kenapa aku takut akan hal itu? Mungkin karena itu… Karena aku ingin dicelup oleh Madoka-san bahkan jika aku harus melebur menjadi basah kuyup dan menyerahkan semua yang membuatku menjadi seseorang.

“Guh~~… Guhuhu~”

“Ayolah, kamu tidak harus menahannya. Kamu bisa memberi tahu Onee-san ini apa saja. Aku akan melakukan apapun untukmu~. Ayo, Chinatsu-kun, berikan segalanya untukku. Katakan apa pun yang kamu inginkan dan biarkan dirimu terbawa olehku.”

…Gawat, godaan ini benar-benar menghancurkan seseorang.

Madoka-san pasti tahu itu, dan dia tahu kalau aku diserang lebih jauh, aku takkan bisa melawan dan akan mundur ke masa bayi!

"Haruskah aku menjadi mamahmu lagi?”

“…Hmph!!!”

Aku menahan godaan.

Namun, kerusakan pada tubuhku tak terukur, dan aku bisa merasakan keringat menjijikkan mengalir di dahiku. Aku tahu aku akan menyesali penampilanku kemarin. Lalu, untuk mencegah hal itu terjadi, aku harus menjaga kesadaranku dari memanjakan Madoka-san.

“Madoka-san, permisi!”

Aku mendorong Madoka-san dan berbaring bersama di tempat tidur.

Kami saling berpelukan dengan tubuh menghadap ke samping, dan aku dengan manis membenamkan wajahku di dada Madoka-san… Ya, aku paling suka yang begini.

“Betul juga. Lagipula, Chinatsu-kun lebih suka dimanjakan seperti ini.”

“… Rasanya memalukan ketika kamu dengan tenang menunjukkan itu.”

“Itu enggak bener, kok. Kamu tidak perlu merasa malu segala, aku harus memastikan bahwa tubuh Chinatsu-kun tahu bahwa itu benar untuk dilakukan~♪”

Setiap kali dia mengatakannya, Madoka-san mengatakannya dengan cara yang manis dan menakutkan!

Pada akhirnya, aku secara alami tidak lari dari pelukan Madoka-san dan melanjutkan posisi itu sampai aku tertidur…

… Mana mungkin aku bisa memberi tahu ibu Madoka-san bahwa aku melakukan hal semacam ini secara teratur ketika dia datang. Aku tidak berpikir Madoka-san akan melakukan hal seperti itu, tapi aku merasa sedikit tidak nyaman.

“Chinatsu-kun sayang yang manis dan imut, kamu akan selalu ada di hatiku. Aku akan selalu melakukan ini untukmu, jadi jangan pernah tinggalkan aku, oke? Aku penasaran apa yang akan kulakukan jika kamu mengingkari janjimu kepadaku♪”

… Untuk saat ini, akan lebih baik membiarkan Madoka-san memanjakanku tanpa memikirkannya.

Aku mulai berhenti memikirkannya.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama